Anda di halaman 1dari 41

PERAN PROGRAM GERAKAN JAMAAH DAN DAKWAH JAMAAH

DALAM MENYEBARKAN SPIRIT DAKWAH AMAR MA’RUF


NAHI MUNKAR DI FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar


Sarjana (S.Pd) Pada Program Studi pendidkan agama islam
Fakultas Agama Islam Universitas muhammadiyah Makassar
Oleh:

HAMDAN HAMIDIN

105191103618

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1443 H/2022 M
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................4
C. Tujuan Penelitian......................................................................................4
D. Manfaat Penelitian....................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORTIS
A. Pengertian Dakwah..................................................................................6
B. Komponen gerakan jamaah dan dakwah jamaah....................................10
C. Macam-macam Dakwah..........................................................................11
D. Unsur-unsur Dakwah...............................................................................13
E. Metode Dakwah......................................................................................15
F. Bentuk-Bentuk Metode Dakwah.............................................................16
G. Efek Dakwah...........................................................................................17
H. Landasan Gerakan Jamaah……………………………………………..19
I. Dakwah Jamaah……………………………………………………...…23
J. Hakekat Dakwah Jamaah……………………………………………….27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian........................................................................................30
B. Lokasi dan Objek Penelitian....................................................................30
C. Fokus Deskripsi Penelitian......................................................................30
D. Sumber Data............................................................................................31
E. Instrumen Penelitian................................................................................31
F. Teknik Pengumpulan Data......................................................................32
G. Teknik Analisis Data...............................................................................33

DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara historis, Islam dikenal sebagai agama dakwah. Dakwah dimanfaatkan

oleh nabi Muhammad, sahabat, dan tabi’in sebagai perangkat distribusi paham Islam

mula-mula yang signifikan karena melalui dakwah, Islam dikenal sebagai agama

samawi terakhir yang mengajarkan pemeluknya untuk menyampaikan kebenaran dan

menyebarkan kedamaian di tengah masyarakat.1

Jadi dakwah Islam merupakan aktualisasi teologi untuk mengajak manusia

memaluk agama Islam dan tidak hanya itu, dakwah memberikan kontribusi yang

sangan signifikan sehingga pemahaman agama Islam meluas dan berkembang.

Keberhasilan dakwah Rasulullah dalam memperbaiki paham keagamaan,

sosial dan kemasyarakatan dengan dibuktikan dengan dua fakta sejarah yang sangat

penting dalam kehidupan manusia. Pertama, menyebarnya umat Islam di berbagai

negara sebagai wujud adanya sikap penerimaan umat manusia terhadap kebenaran

ajaran Islam. Kedua, kokohnya sendi-sendi kebudayaan Islam yang mengangkat

harkat dan martabat manusia telah berhasil memberantas budaya jahiliyah yang

membuat manusia teralienasi dari kebudayaannya sendiri. Sebagai puncak

keberhasilan mengharmoniskan Islam dan masyarakat.2

1
Deasy, dkk, Tuntunan dan Tontonan: Analisi Fenomena Dakwah Dalam Tantangan
Komodifikasi Agama, DOI:http://dx.doi. org/10.21043/at-tabsyir.v7i2.8721. Vol. 7 No. 2, 2020,hlm. 1
2
Khoiro Ummatin, Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014, hlm. 180

1
Islam sebagai agama memang hadir sebagai pondasi kehidupan manusia.

Dimana orang-orang yang memeluk agama Islam

2
2

Dakwah di identikan dengan proses pemahaman Islam secara komprehensif

yang melakukan internalisasi nilai-nilai keislaman dalam aktifitas kehidupan

manusia. Ajaran aqidah, syariah dan akhlak dapat aplikasikan secara utuh, bukan

setengah-setengah yang menyebabkan pada pola kehidupan yang memisahkan antara

urusan ukhrowi dengan urusan duniawi. menurut Sayyid Qutub dakwah ini di

identikan dengan perjuangan dalam Islam.3

Sebagaimana dalam firman Allah surah Al-Imran ayat 104 yang berbunyi:

ٰۤ ُ
‫ول ِٕىكَ هُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ ن‬ _ِ ْ‫َو ْلتَ ُك ْن ِّم ْن ُك ْم اُ َّمةٌ يَّ ْد ُعوْ نَ اِلَى ْالخَ ي ِْر َويَْأ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو‬
‫ف َويَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُم ْن َك ِر ۗ َوا‬

Terjemahannya:
Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang
mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.4

Keberadaan Islam tidak bisa dilepaskan dari aktivitas dakwah.Tanpa adanya

dakwah maka tidak akan terealisasi nilai-nilai ajaran Islam kepada masyarakat

sebagai Rahmatan Lil’alamin. Tugas berdakwah merupakan tugas yang universal

yaitu untuk setiap diri yang mengaku muslim, baik laki-laki maupun perempuan,

dewasa maupun remaja, kaya ataupun miskin, awam ataupun pelajar. Semua memikul

tanggung jawab mengemban dakwah sesuai dengan kadar kemampuan masing -

masing.5

3
A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthb Rekontruksi PemikiranDakwah Harakah,
(Jakarta: Penerbit Madani, 2006), hlm. 311-358.
4
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya, h.196
5
Sudarto, Wacana Islam Pogresif, cet I; Yogyakarta: ircisod, 2014, h.151
3

Dakwah merupakan suatu peroses mengajak ke jalan Allah, proses mengajak

bisa dilakukan oleh para da’i dalam bentuk khutbah atau ceramah, seorang konselor

kepada kliennya, orang tua kepada anaknya, dan sebagiannya. Proses mengajak

kepada Allah juga bisa dilakukan oleh suatu kelompok atau organisasi, seperti

kelompok seniman yang mengajak kepada jalan Allah dalam bentuk nyayian,

lembaga lembaga dakwah yang mengajak para anggotanya untuk melaksanakan

ajaran islam, lembaga pers yang dapat memasukan nilai – nilai Islam dalam

publikasinya, dan sebagiannya.6

Untuk mencapai sasaran dan tujuan dakwah, diperlukan suatau perangkat

yang mampu memenej gerakan dakwah. Dalam hal ini, di perlukan suatu organisasi

dakwah yang kuat dan mapan sehingga gerakan dan aktivitas dakwah Islamiyah dapat

berhasil memenuhi sasaran dan tujaan dakwah yang hendak dicapai.

Program Gerakan Jamaah Dan Gerakan Jamaah(GJDJ) adalah program yang

membutuhkar keseriusan dan kesungguhan dalam penerapannya. Ha tersebut menjadi

kunci dasar bagi terlaksananya Gerakan Jamaah Dan Gerakan Jamaah GJDJ. sebagai

salah satu agenda Persyarikatan yang patui dibumikan di seluruh Ranting

Muhammadiyah. Gerakar Jamaah tidak harus dalam skup yang besar secara kuan-

titatif, melainkan lebih pada kualitas para warga jamaah itu sendiri, terlebih bagi inti

jamaah sebagai pemrakar-sa. Sehingga dengan terlaksananya dan terbentuknya

jamaah-jamaah yang selalu bergerak dalam kebaikan diharapkan menjadi kendaraan

6
Basit Abdul, Dakwah Antar Individu teori dan aplikasi, CV. Tretrem Nusa, Porwokerto,
2017, h.15-16
4

yang mengantarkar masyarakat pada kesejahteraan, atau seperti halnya tujuan

Persyarikatan: menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud

masyarakat adil makmur, yang diridhoi Allah SWT.

Berdasarkan hal ini maka penulis mengkaji lebih lanjut melalui penelitian

yang berjudul “Peran Program Gerakan Jamaah Dan Dakwah Jamaah Dalam

Menyebarkan Spirit Dakwah Amar Ma’ruf Nahil Munkar Di Fakultas Agama Islam”

peneltian ini dilakukan oleh penulis dengan judul tersebut menggunakan metode

penelitian kualitatif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengemukakan pokok

masalah yang akan di bahas yaitu:

1. Bagaimana peran program gerakan jamaah dan dakwah jamaah di Fakultas

Agama Islam dalam meningkatkan kualitas pengetahuan Spiritual

Mahasiswa di Fakultas Agama Islam ?

2. Apa dampak perubahan yang terjadi setelah berlangsungnya program

program gerakan jamaah dan dakwah jamaah di Fakultas Agama Islam ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana peran gerakan Jamaah Dan Dakwah Jamaah

di Fakultas Agama Islam


5

2. Untuk mengetahui apa saja dampak setelah adanya program gerakan

Jamaah Dan Dakwah Jammah di Fakultas Agama Islam

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas , diharapkan penelitian dapat memperoleh

manfaat dari penelitian ini baik secara teoritis maupun secara praktis.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan hukum

Islam dalam memberikan pemahaman terhadap mahasiswa dan mahasiswa

tentang gerekan jamaah dan dakwah jamaah. Selain itu, dapat dijadikan

sebagai acuan referensi yang mendukung bagi peneliti maupun pihak lain

yang tertarik dalam bidang penelitian yang sama terkhusus mahasiswa dan

mahasiswa fakultas agama islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Manfaat secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi mahasiswa dan

mahasiswi fakultas agama islam tentang dampak gerakan jamaah dan

dakwah jamaah di fakultas agama islam Universitas Muhammadiyah

Makassar.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN DAKWAH

Idealnya penggerak Muhammadiyah lokal, menurut Ahmad Norma Permata,

adalah sebagai religious entrepreneur, bukan religious entertainer. Tidak hanya

menyampaikan ceramah, namun mampu berbagi pengetahuan dan pengalaman serta

menggerakkan komunitas masyarakat menjadi lebih baik pada semua sisi: agama,

sains, sosial, ekonomi, budaya. Langkah strategis dakwah pemberdayaan ini

dirumuskan dalam konsep Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ).

Konsep Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah mulai mengemuka sejak

Muktamar ke-37 di Yogyakarta tahun 1968. Disempurnakan pada Muktamar ke-38 di

Makassar tahun 1971, dan akhirnya diputuskan pada muktamar ke-39 di Padang

tahun 1974, PP Muhammadiyah, Menggerakkan Gerakan Jamaah dan Dakwah

Jamaah sesuai Kebutuhan Jamaah tahun 2017.

Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ) dimaksudkan sebagai suatu

usaha Persyarikatan Muhammadiyah, melalui anggotanya yang tersebar di seluruh

tanah air, untuk secara serempak, sistematis, teratur, dan terencana. Meningkatkan

keaktifan membina lingkungannya ke arah kehidupan yang sejahtera lahir dan batin.

Jamaah yang menjadi objek dakwah adalah sekelompok orang atau keluarga yang

6
7

tempat tinggalnya saling berdekatan atau saling terjalin dalam suatu wadah bersama.

Tanpa membedakan suku, golongan, agama, status sosial.7

Dakwah secara bahasa artinya memanggil, mengundang, ajakan, imbauan dan

hidangan. Dakwah juga bisa diartikan sebagai seruan atau ajakan. Agama Islam

disebarkan melalui jalur dakwah. Dikutip dari buku Dakwah dalam Al Quran oleh

Yuli Umro'atin, Islam adalah agama dakwah. Agama ini disebarluaskan dan

diperkenalkan kepada umat manusia melalui aktivitas dakwah, tanpa kekerasan, tanpa

paksaan, atau kekuatan senjata. Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Ada banyak ayat dalam Al Quran yang menerangkan tentang dakwah. Salah satunya

pada surat an-Nahl ayat 125 sebagai berikut:

‫ع ِإلَ ٰى َسبِي ِل َربِّكَ بِ ْٱل ِح ْك َم ِة َو ْٱل َموْ ِعظَ ِة ْٱل َح َسنَ ِة ۖ َو ٰ َج ِد ْلهُم بِٱلَّتِى ِه َى َأحْ َسنُ ۚ ِإ َّن َربَّكَ ه َُو َأ ْعلَ ُم بِ َمن‬ ُ ‫ٱ ْد‬
َ‫ض َّل عَن َسبِيلِِۦه ۖ َوهُ َو َأ ْعلَ ُم بِ ْٱل ُم ْهتَ ِدين‬ َ

Terjemahannya :

Ajaklah manusia ke jalan Tuhan-mu dengan cara yang bijaksana, pengajaran


yang baik dan berdialoglah dengan mereka dengan cara-cara yang lebih baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.8

7
Muhammad Ridha Basri,Suara Muhammadiyah, Edisi 20 Tahun 2019
8
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya, h.196
8

Menurut pendapat ulama basrah dasar pengambilan kata dakwah itu adalah dari

kata mashdar yakni da’watan yang artinya panggilan. Sedangkan menurut ulama kufa

perkataan dakwah itu diambil dari akar kata da’aa yang artinya telah memanggil.

Kesimpulan kata dakwah mempunyai arti tanda tergantung kepada

pemakaiannya dalam kalimat. Namun dalam hal ini yang dimaksud adalah dakwah

dalam arti seruan,ajakan atau panggilan. Panggilan itu adalah panggilan kepada Allah

Swt.9

Dalam pengertian istilah dakwah diartikan sebagai berikut:

a) Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah Islam sebagai upaya

mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai

dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.

b) Syaikh Ali Makhfudz, dalam kitabnya Hidayatul Mursyid memberikan

definisi dakwah sebagai berikut: dakwah Islam yaitu; mendorong manusia

agar berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk (hidayah), menyeru mereka

berbuat kebaikan dan mencegah dari kemungkaran, agar mereka mendapat

kebahagiaan di dunia dan akhirat.

c) Hamzah Ya`qub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak umat

manusia dengan hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk Allah

dan Rasul-Nya.

9
Alwisral Imam Zaidallah, Strategi Dakwah dalam membentuk Da’I dan Khotib Profesional
(Jakarta:kalam mulia, 2005), h.2
9

d) Menurut Prof. Dr. Hamka dakwah adalah seruan panggilan untuk

menganut suatu pendirian yang ada dasarnya berkonotasi positif dengan

substansi terletak pada aktivitas yang memerintahkan amar ma`ruf nahi

mungkar.

e) Syaikh Abdullah Ba`dalawi mengatakan bahwa dakwah mengajak

membimbing, dan memimpin orang yang belum mengerti atau sesat

jalannya dari agama yang benar untuk dialihkan ke jalan ketaan kepada

Allah, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka berbuat buruk

agar mereka mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.10

Dari definisi-definisi tersebut penulis beranggapan, meskipun

terdapatperbedaan dalam perumusan, tetapi apabila penulis ambil kesimpulan bahwa

dakwah menjadikan prilaku Muslim dalam menjalankan Islam dalam rahmatan lil

alamin yang harus didakwahkan kepada seluruh manusia, dan tujuan dakwah Islam

yaitu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani klasik yaitu “stratus” yang artinya

tentara dan kata “agein” yang berarti memimpin.11Strategi pada hakekatnya adalah

perencanaan (Planing) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk

mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang

10
Drs. Wahidin Saputra, MA, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012), cet. 2. h. 1-2.
11
Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Press, 2010),
h.61
10

menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik

operasionalnya.12

Strategi menurut Arifin adalah keseluruhan keputusankondisional tentang

tindakan yang akan dijalankan, guna mencapai tujuan Jadi, merumuskan strategi

dakwah, berarti memperhitungkankondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang

dihadapi di masa depan, guna mencapai efektivitas atau mencapai tujuan. Dengan

strategi dakwah, berarti dapat ditempuh beberapa cara memakai komunikasi secara

sadar untuk menciptakan perubahan pada diri khalayak dengan mudah dan cepat.13

Strategi dakwah adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang

didesain untuk mencapai tujuan dakwah tertentu. Ada dua hal yang perlu diperhatikan

dalam hal ini, yaitu :

1. Strategi merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan dakwah) termasuk

penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan.

Dengan demikian, strategi merupakan proses penyusunan rencana kerja, belum

sampai pada tindakan.

2. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua

keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Oleh sebab itu,

sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas serta dapat

diukur keberhasilannya.

12
Ibid, h.65.
13
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011), h. 227
11

B. Komponen Gerakan Jamaah Dan Dakwah Jamaah

Komponen Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ) terdiri dari pamong

jamaah, inti jamaah, jamaah, dan dakwah jamaah. Pamong jamaah bertindak sebagai

pembina utama yang merencanakan dan melaksanakan pembinaan masyarakat.

Anggota Muhammadiyah yang ikut menggerakkan dan membimbing disebut inti

jamaah. Adapun jamaah merupakan sekelompok orang yang membina hidup bersama

dalam suatu lingkungan. Diibaratkan sebuah kapal, maka dakwah jamaah adalah

mesin penggerak, pamong sebagai nahkoda, inti jamaah sebagai awak kapal, dan

jamaah adalah penumpangnya.

Para jamaah yang dibina, tidak selalu ada hubungan dengan Muhammadiyah;

yang ada hubungan secara organisatoris adalah antara anggota Muhammadiyah

sebagai inti jama’ah dengan Muhammadiyah setempat. Pembinaan dilakukan dengan

prinsip inklusivitas, memandang orang lain sebagai bagian dari kita dan ingin maju

bersama. Diikat dalam suatu tujuan dan usaha bersama.

Para penggerak jamaah ini harus memiliki sejumlah pemahaman,

pengetahuan, penghayatan, perilaku dan ketrampilan tertentu untuk dapat

melaksanakan fungsinya. Mulai dari kompetensi pemahaman agama, wawasan yang

luas, berakhlak karimah dan menjadi uswah hasanah, serta mengenal peta

karakteristik sosial-budaya lingkungan yang akan dibina.

Pembinaan berkelanjutan itu dijalankan secara bertahap, melalui pembinaan

kesejahteraan anggota jamaah, menumbuhkan sentra ekonomi berbasis jamaah,


12

menguatkan rasa solidaritas dan keharmonisan jamaah, berkonstribusi pada

kepentingan publik, melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

C. Macam-Macam Strategi Dakwah

Menurut Muhammad Ali Al-bayanuni berpendapat bahwa strategi dakwah

dibagi dalam tiga bentuk, yaitu :

a) Strategi Sentimental (al-manhaj al-athifi)

strategi sentimental adalah dakwah yang memfokuskan aspek hati dan

menggerakkan perasaan dan batin mitra dakwah. Member mitra dakwah nasehat yang

mengesankan memanggil dengan kelembutan, atau memebrikan pelayanan yang

memuaskan merupakan beberapa metode yang dikembangkan dari strategi ini.

metode-metoe ini sesuai dengan mitra dakwah yang terpinggirkan (marginal)dan

dianggap lemah, seperti kaum perempuan, anak-anak orang masih awam, mualaf

(imanya lemah) Orang-orang miskin, anak-anak yatim dan sebagainya. Strategi

sentimental ini diterpkan oleh Nabi SAW saat menghadapi kaum musyrik mekkah.

Ternyata para pengikut nabi SAW pada masa itu umumnya berasal dari golongan

lemah, denan strategi ini, kaum lemah merasa dihargai dan kaum mulia merasa

dihormati.

b) Strategi Rasional (al-manhaj al-aqli)

Strategi Rasional adalah dakwah dengan beberapa metode yang mengfokuskan

pada aspek akal pikiran. Strategi ini mendorong mitra dakwah untuk berfikir,

merenungkan dan mengambil pelajaran. Penggunaan hukum logika, diskusi atau


13

pengambilan contoh dan bukti sejarah merupakan beberapa metode dari strategi

rasional.

c) Strategi Indrawi (al-manhaj al-hissi)

Strategi indrawi juga dinamakan dengan strategi eksperimen atau strategi

ilmiah. Ia didefinisikan sebagai sistem dakwah atau kumpulan metode dakwah yang

berorientasi pada panca indra dan berpegang teguh pada hasil penelitian. Diantara

metode yang dihimpun strategi ini adalah praktik keagamaan, keteladanan.dahulu

Nabi SAW mempratikan islam sebagi perwujudan strategi indrawi yang disaksikan

oleh para sahabat dapat menyaksikan mukzijat Nabi SAW secara lagsung seperti

terbelahnya rembulan bahkan menyaksikan malaikat jibril dalam bentuk manusia,

sekarang kita menggunakan Al-Quran untuk memperkuat atau menolak hasil

penelitian ilmiah.14

D. Unsur-Unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam setiap

kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah da’i (pelaku dakwah), mad’u (mitra

dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwwah), thariqah (metode),

dan atsar (efek dakwah).

14
Badarudin, Strategi Dakwah Pondok Pesantren Riyadhus Sholihin Dalam Pemberdayaan
Komunikasi Sosial Pada Kelurahan Kota Baru Tanjung Karang Timur Bandar Lampung (Bandar
Lampung: IAIN Raden Intan Lampung,2016),h.14
14

1. Da’i (Pelaku Dakwah)

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun

perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat organisasi

/lembaga. Da’i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah,

alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan

solusi, terhadapproblema yang dihadapi manusia.

2. Mad’u (Penerima Dakwah)

Mad’u, yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima

dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang

beragama islam maupun tidak; atau dengan kata lain, manusia secara keseluruhan.

kepada manusia yang belum beragama islam, dakwah bertujuan untuk mengajak

mereka untuk mengikuti agama islam; sedangkan kepada orang-orang yang telah

beragama islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman,islam, dan ihsan.

3. Maddah (Materi)

Dakwah maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan Da’i

kepada Mad’u. dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah

ajaran islam itu sendiri.

4. Wasilah (media)

Dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah

(ajaran islam) kepada mad’u. untuk menyampaiakan materi islam kepada umat,

dakwah dapat mengunakan berbagai wasilah. Hamzah Ya’qub membagi wasilah

dakwah menjadi lima macam, yaitu : lisan, tulisan, lukisan, audiovisual dan akhlak.
15

5. Thariqoh (metode)

Dakwah suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas

untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencanasistem, tata piker manusia.

6. Atsar Dakwah

Dakwah dalam setiap aktivitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi. Artinya

jika dakwah telah dilakukan oleh seorang dai dengan materi dakwah, wasilah,dan

thariqoh tertentu. Maka akan timbuln respons dan efek pada mad’u(penerima

dakwah).15

E. Metode Dakwah

Secara etimologi, metode berasal dari bahasa Yunani Metodos yang artinya

cara atau jalan, jaddi metode dakwah adalah jalan atau cara untuk mencapai tujuan

dakwah yang dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Metode dakwah yaitu cara-cara penyampaian dakwah baik individu,

kelompok, maupun masyarakat luas agar pesan-pesan dakwah tersebut mudah

diterima. Metode dakwahmenggunakan metode yang tepat dan sesuai situasi dan

kondisi mad’u sebagai penerima Pesan-pesan Dakwah. Metode dakwah dapat

digolongkan menjadi dua yaitu :

15
M, Munir, Manajemen Dakwah (Jakarta : kencana, 2009), h. 34
16

1. Metode dakwah bil-lisan

Metode dakwah dengan menggunakan pendekatan lisan yang lebih menuju

kepada tatacara penyampaian dakwah, dimana dakwah lebih berorientasi kepada

ceramah, pidato, tatap muka dan sebagainya.

2. Metode dakwah bil-hal

Metode dakwah yang lebih mengarah kepada mempengaruhi dan mengajak

orang atau kelompok manusia dengan ketelatenan dan amal perbuatan yang konkrit.

Dan untuk mengemban diri serta masyarakat dalam rangka mewujudkan tata

sosial,ekonomi, dan kebutuhan lain.16

F. Bentuk-Bentuk Metode Dakwah

‫ ( َم ْن‬:ُ‫ى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُوْ ل‬ َّ ‫صل‬


َ ِ‫ْت َرسُوْ َل هللا‬ ُ ‫ َس ِمع‬:‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬ ِ ‫ع َْن َأبِ ْي َسع ْي ٍد ْال ُخ ْد ِريِّ َر‬
)‫ك َأضْ َعفُ اإل ْي َما ِن‬ َ ِ‫ فَِإ ْن لَ ْم يَ ْستَط ْع فَبِقَلبِ ِه َو َذل‬،‫ فَِإ ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَبِلِ َسانِ ِه‬،‫َرَأى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكرًا فَ ْليُ َغيِّرْ هُ بِيَ ِد ِه‬
‫ َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬.

Artinya :

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu dia berkata: ‘Aku mendengar


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Barang siapa di antara
kalian yang melihat kemungkaran, hendaknya dia ubah dengan tangannya
(kekuasaannya). Kalau dia tidak mampu hendaknya dia ubah dengan lisannya
dan kalau dia tidak mampu hendaknya dia ingkari dengan hatinya. Dan inilah
selemah–lemahnya iman.” (HR. Muslim).17

16
Ibid. h. 36
17
Muslim Bin Al Hajjaj Al Qusyairy, Shahih Muslim, No. 3088 (Daru Ihya Al Kutub Al Arabiyyah)
17

Dari ayat tersebut dapat di ambil pemahaman bahwa metode dakwah itu ada

tiga cakupan yaitu:

1. Al-Hikmah

Kata “hikmah” dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak dua puluh kali dalam

bentuk naqiroh maupun ma’rifat. Jika dikaitkan dengan hukum berarti mencegah dari

kezaliman, dan jika dikaitkan dengan dakh maka berarti mengindari hal-hal yang

kurang berarti mengindari hal-hal yang kurang.

2. Al-Mau’idza Al-Hasannah

Al-Mau’idza Al-Hasannah diartikan sebagai ungkapan yang mengandung

unsure bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan,

pesa-pesan positif (wasiat) yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar

mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.

3. Al-Mujadalah Bi-al-lati Hiya Ahsan

Ahsan dari segi etimologi (bahasa) lafadz mujadalah terambil dari

kata“jadala”yang bermakna memintal,melilit.Apabila ditambahkan alif pada huruf

jim yang mengikuti wazan Faa ala “jaa dala” dapat bermakna berdebat, dan

“mujadalah” perdebatan.18

18
Munzier Supatra, Metode Dakwah (Jakarta : kencana, 2006), h. 13
18

G. Efek Dakwah

Efek dakwah, bukan hanya sekedar umpan balik dan reaksi individu-individu

sebagai khalayak (mad’u) terhadappesan yang dilontarkan oleh da’i atau mubalig

melalui media massa atau pidaato. Akan tetapi efek itu merupakan paduan sejumlah

kekuatan yang bekerja dalam masyarakat, dimana da’i atau mubalig sebagai

komunikator dakwah hanya dapat menguasai beberapa kekuatan saja, yaitu pesan

atau isi, metode dan media yang digunakan. da’i atau mubalig tidak mampu

mengontrol kekuatan lain yang berpengaruh pada diri individu, seperti filter

konseptual individu, klompok rujukan, pemimpin pendapat, dan pesan lain yang

bertentangna dengan dakwah.19

Bentuk konkrit dari efek (atsar) dalam dakwah itu adalah terjadinya penerimaan

den pelaksananan pesan dakwah bagi individu-individu khalayak (public) yaitu al-

khayr, amr ma’ruf dan nahy munkar. Dakwah yang lebih efektif yang lebih dari itu

ialah individu-individu beriman, berilmu dan beramal saleh sehingga manusia

mencapai puncak kemanusiaan yang tertinggi dan terwujudnya masyarakat islam

yang sebenar-benarnya, sehingga dakwah memperoleh citra yang baik dan dukungan

opini publik.20

19
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi (Yogyakarta : Graha Ilmu,
2011), h. 180
20
Ibid. h. 181
19

Dapat penulis simpulkan bahwa efek dakwah adalah umpan balik dan reaksi

individu-individu sebagai khalayak (mad’u) terhadappesan yang dilontarkan oleh

da’i, dan menimbulkan terjadinya penerimaan den pelaksananan pesan dakwah bagi

individu-individu khalayak yaitu amar ma’ruf nahil munkar.

H. Landasan Gerakan Jamaah

Pembentukan jamaah sebagai subjek gerakan memiliki beberapa landasan yang

mendasar. Beberapa diantaranya adalah.21

1. Ali Imran 103-105

‫َص ُموْ ا_ بِ َح ْب ِل هّٰللا ِ َج ِم ْيعًا َّواَل تَفَ َّرقُوْ ا ۖ َو ْاذ ُكرُوْ ا_ نِ ْع َمتَ هّٰللا ِ َعلَ ْي ُك ْم اِ ْذ ُك ْنتُ ْم اَ ْعد َۤا ًء فَاَلَّفَ بَ ْينَ قُلُوْ بِ ُك ْ_م‬
ِ ‫َوا ْعت‬
‫هّٰللا‬
‫ك يُبَيِّنُ ُ لَ ُك ْم ٰا ٰيتِ ٖه لَ َعلَّ ُك ْم‬ َ ِ‫ار فَا َ ْنقَ َذ ُك ْ_م ِّم ْنهَا ۗ َك ٰذل‬ ٰ ۚ
ِ َّ‫فَاَصْ بَحْ تُ ْم بِنِ ْع َمتِ ٖ ٓه اِ ْخ َوانًا َو ُك ْنتُ ْم عَلى َشفَا ُح ْف َر ٍة ِّمنَ الن‬
َ‫تَ ْهتَ ُدوْ ن‬

Terjemahannya :

Berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai


berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan,
lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi
bersaudara. (Ingatlah pula ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-
ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.22

ٰۤ ُ
َ‫ول ِٕىكَ هُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ ن‬ _ِ ْ‫َو ْلتَ ُك ْن ِّم ْن ُك ْم اُ َّمةٌ يَّ ْد ُعوْ نَ اِلَى ْالخَ ي ِْر َويَْأ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو‬
‫ف َويَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُم ْن َك ِر ۗ َوا‬

21
Dahlan Lama Bawa, Gerakan Jamaah Dan Dakwah Jamaah,(Makassar: Unismuh
Makassar, 2014),h.5
22
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya. h.63
20

Terjemahannya:

Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada


kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar.
Mereka itulah orang-orang yang beruntung.23

ٰۤ ُ
ِ ‫ول ِٕىكَ لَهُ ْم َع َذابٌ ع‬
‫َظ ْي ٌم‬ ُ ‫اختَلَفُوْ ا ِم ۢ ْن بَ ْع ِد َما َج ۤا َءهُ ُم ْالبَي ِّٰن‬
‫ت ۗ َوا‬ ْ ‫ۙ َواَل تَ ُكوْ نُوْ ا َكالَّ ِذ ْينَ تَفَ َّرقُوْ ا َو‬

Terjemahannya :

Janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai-berai dan


berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Mereka itulah
orang-orang yang mendapat azab yang sangat berat.24

2. Ali Imran 110

َ‫ف َوتَ ْنهَوْ َ_ن َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُْؤ ِمنُوْ نَ بِاهّٰلل ِ ۗ َولَوْ ٰا َمن‬ ِ ْ‫اس تَْأ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو‬ ِ َّ‫ت لِلن‬ ْ ‫ُك ْنتُ ْم خَ ْي َر اُ َّم ٍة اُ ْخ ِر َج‬
َ‫ب لَ َكانَ َخ ْيرًا لَّهُ ْم ۗ ِم ْنهُ ُم ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ َواَ ْكثَ ُرهُ ُم ْال ٰف ِسقُوْ ن‬ ِ ‫اَ ْه ُل ْال ِك ٰت‬

Terjemahannya :

Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia
(selama) kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang
mungkar, dan beriman kepada Allah. Seandainya Ahlulkitab beriman, tentulah
itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.25

3. Ali Imran 113-114

۞ َ‫ت هّٰللا ِ ٰان َۤا َء الَّ ْي ِل َوهُ ْم يَ ْس ُج ُدوْ ن‬


ِ ‫ب اُ َّمةٌ قَ ۤا ِٕى َمةٌ يَّ ْتلُوْ نَ ٰا ٰي‬
ِ ‫لَ ْيسُوْ ا َس َو ۤا ًء ۗ ِم ْن اَ ْه ِل ْال ِك ٰت‬

23
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya. h.63
24
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya. h.63

25
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya. h. 64
21

Terjemahannya :

Mereka tidak sama. Di antara Ahlul kitab ada golongan yang lurus. Mereka
membaca ayat-ayat Allah pada malam hari dalam keadaan bersujud (salat).26

_ِ ْ‫ِ َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ِر َويَْأ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو‬ ‫يُْؤ منُوْ نَ باهّٰلل‬
ِ ۗ ‫ار ُعوْ نَ فِى ْال َخي ْٰر‬
‫ت‬ ِ ‫ف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َويُ َس‬ ِ ِ
ٰۤ ُ
ّ ٰ ‫ال‬
َ‫صلِ ِح ْين‬ َ‫ك ِمن‬ _َ ‫ول ِٕى‬ ‫َوا‬

Terjemahannya :

Mereka beriman kepada Allah dan hari Akhir, menyuruh (berbuat) yang
makruf, mencegah dari yang mungkar, dan bersegera (mengerjakan) berbagai
kebajikan. Mereka itu termasuk orang-orang saleh.27

4. At Taubah 71

َ‫ف َويَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُم ْن َك ِر َويُقِ ْي ُموْ ن‬ ِ ْ‫ْض يَْأ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو‬ ۤ ُ ‫َو ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ َو ْال ُمْؤ ِم ٰن‬
ٍ ۘ ‫ضهُْ_م اَوْ لِيَا ُء بَع‬
ُ ‫ت بَ ْع‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬ ٰۤ ‫هّٰللا‬ ٰ
ِ ‫الصَّلوةَ َويُْؤ تُوْ نَ ال َّز ٰكوةَ َويُ ِط ْيعُوْ نَ َ َو َرسُوْ لَهٗ ۗاُول ِٕىكَ َسيَرْ َح ُمهُ ُم ُ ۗاِ َّن َ ع‬
‫َز ْي ٌز َح ِك ْي ٌم‬

Terjemahannya :

Orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi


penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) makruf dan
mencegah (berbuat) mungkar, menegakkan salat, menunaikan zakat, dan taat
kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah.
Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.28

26
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya. h.64
27
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya. h.64

28
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya. h.198
22

Beberapa ayat Al Qur’an diatas menunjukkan betapa pentingnya membentuk

dan menjaga suatu jamaah. Demikian halnya agar menghindari segala bentuk

perpecahan dan atau perselisihan. Dari beberapa landasan yang mendasari pentingnya

mengelola suatu jamaah, dapat disimpulkan bahwa :

1. Islam memberikan satu peringatan, bahwa perpecahan dan perselisihan itu

menjadi hal yang merugikan. Perselisihan telah terjadi dalam sejarah dan tidak

menutup kemungkinan akan terjadi pada masa sekarang

2. Dikarenakan pada perpecahan atau perselisihan diantara manusia, Islam

kemudian mengajarkan agar senantiasa berpegang pada prinsip-prinsip

keagamaan yang telah diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

3. Diantara bentuk menghindari perpecahan adalah dengan membentuk suatu

jamaah yang memiliki aktivitas, mengajak kepada kebaikan, menyeru berbuat

makruf, dan mencegah berbagai bentuk kemungkaran.

4. Agenda pokok dalam jamaah bukanlah bentuk negatif melainkan segala hal

yang positif sesuai dengan koridor agama islam, Secara umum hal tersebut

terwakili dengan kalimat dalam ayat-ayat Al Quran; Mengajak berbuat baik,

memerintahkan segala bentuk yang makruf, dan menghindari atau mencegah

segala bentuk kemungkaran.

5. Dalam sebuah jamaah, selain daripada agenda pokok di atas, perlu juga

rutinitas saling menasehati satu sama lain sebagai bentuk evaluasi dan

keterbukaan, sehingga berprasangka sebagai bibit perpecahan dapat dihindari.


23

Muhammadiyah dalam kaitannya dengan konsep jamaahnya menjadi karakter

yang memang perlu dibentuk dan dibina bersama-sama. Hal tersebut dalam rangka

mewujudkan tujuan persyarikatan. Karakter berjamaah dalam Muhammadiyah dapat

kita lihat salah satu poin Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah (MADM:

“Hidup manusia bermasyarakat”. Demikian juga secara rinci disebutkan dalam

sifat Muhammadiyah: “Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah

islamiah”.

I. Dakwah Jamaah

Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan peran individu yang lain

untuk bisa bersama-sama menjalani kehidupan lebih baik. Agama islam mengjarkan

kepada kita bahwa tatanan sosial masyarakat yang rapi dan teratur merupakan

kebutuhan bersama. Oleh karena itu, kita sering mendengar dalam QS. Ali Imran 103

terdapat kata-kata Wa’tasimubihablillahi jami’an wa laa tafarraqu. Ada dua hal

penting dalam ayat tersebut, yaitu : (1) Wa’tasimubihablillahi jami’a (berpegang

teguhlah kamu semua pada tali Allah); dan (2) Wa laa tafarraqu (dan janganlah

kalian bercerai berai). Dua hal tersebut menunjukkan, bahwa wujud persatuan dan

kebersamaan menjadi faktor penting dalam kehidupan manusia. Inilah yang menjadi

bentuk komunitas yang dinamakann sebagai jamaah. 29

29
Dahlan Lama Bawa, Gerakan Jamaah Dan Dakwah Jamaah,(Makassar: Unismuh
Makassar, 2014),h.12
24

Jamaah adalah suatu kelompok atau komunitas yang secara sederhana terdiri

dari beberapa kelimpok keluarga. Adanya kelompok ini dengan kebersamaannya

memiliki aktivitas yaitu membina hidup secara berjamaah. Tujuannya sederhan, yaitu

kehidupan yang sejahtera secara lahir dan batin. Untuk itulah, Rasulullah SAW

mengawali syiar dakwah Islamnya untuk dengan suatu binaan jamaah. Kita sering

mendengar, bahwa beliau mula-mula membimbing dari yang terdekat, baik sahabat

ataupun keluarga, kemudian dibina lebih dalam lagi dirumah sahabat beliau, Al

Arqam bin Abil Arqam. Tidak berbeda dengasn Ahmad Dahlan yang memulai

syiarnya kepada sekelompok kecil, sampai berkembang sebuah organisasi besar

bernama Muhammadiyah. Merujuk pada tempat dimana Rasulullah SAW membina

jamaahnya, Muhammadiyah menanamkan system binaan kadernya dengan nama

Baitul Arqam dan Darul Arqam.

Secara konsep,muhammadiyah menjabarkan arti dari jamaah sebagai suatu

kelompok orang yang diberikan dakwah (diajak dan diseru) untuk hidup sejahtera

bersama-sama, sehingga kelompok tersebut menjadi jamaah yang hidup sejahtera.

Ajakan atau seruan kepada sekelompok orang tersebut untuk hidup sejahtera

bersama-sama kemudian disebut dengan suatu istilah dakwah jamaah. Hal ini

merupakan upaya Muhammadiyah secara organisatoris mewujudkan maksud dan

tugasnya. Maka, jamaah dianggap sebagai bagian terpenting, sebagaimana islam

melebihkan derajat ibadat shalat yang dilakukan secara berjamaah daripada sendiri

sendiri. Demiikian juga perintah-perintah yang termaktub dalam Al Quran, seperti


25

yang sudah disebutkan diatas, agar saling berpegang erat pada prinsip-prinsip ajaran

Allah dan jangan sampai terjadi perpecahan antara satu dengan yang lain.

Kata “dakwah” dalam rangkaian dakwah jamaah mereupakan aktivitas yang

berarti mengajak atau menyeru. Arti yang lebih luas dari dakwah itu sendiri memiliki

banyak pendapat. dari sekian pendapat tersebut bahwa dakwah merupakan proses

penyelenggaraan suatu usaha atau aktivitas yang dilakukan dengan sadar dan

sengaja.Usaha yang dilenggarakan itu adalah sebagi berikut :

1. Mengajak orang untuk beriman dan mentaati Allah SWT atau memeluk

Agama islam;

2. Amar makruf, perbaikan dan pembangunan masyarakat (ishlah);

3. Nahi munkar. Proses penyelenggaraan usaha tersebut dilakukan untuk

mencapai tujuan tertentu, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang

diridhoi oleh Allah SWT.

Jadi, dakwah merupakan suatu proses dimana segala hal yang mengandung

nasehat dan ajakan kebaikan itu ada. Dakwah itu sendiri juga merupakan perintah

yang ditujukan kepada umat Islam yang perlu dan harus diupayakan aktivitasnya.

Karena itu, Miuhammadiyah menjadi garda depan dalam upaya dakwah Islam

dengan konsep jamaah. Dakwah yang dimaksud disini memiliki kelompok sasaran:

perseorangan dan masyarakat. Kelompok pertama memiliki dua golongan, yaitu :


26

1. Seseorang yang sudah memeluk agama islam. Dakwah kepada golongan ini

bersifat tajdid atau pembaruan serta pemurnian ajaran islam

2. Seseorang yang belum memeluk agama islam. Dakwah kepada golongan ini

bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama Islam, beriman dan

mengamalkan ajarannya.

Kelompok kedua yang menjadi sasaran dakwah Muhammadiyah adalah

masyarakat yang dakwahnya bersifat perbaikan, bimbingan dan peringatan.

Atas dasar itu, suatu kelompok yang disebut jamaah menjadi subjek dakwah

untuk kemudian bisa membawa masyarakat di sekitarnya menjadi masyarakat yang

sejahtera. Begitu juga seperti apa yang ditujukan Muhammadiyah dalam mewujudkan

masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridhoi Allah SWT. Apabila

Muhammadiyah melakukan syiar keislaman melalui perpaduan antara jamaah sebagai

subjek dan dakwah sebagai alat, maka hal tersebut akan menjadi kekuatan umat yang

patut dijunjung.

Adanya jamaah sebagai subjek dan dakwah sebagai alat dicanangkan oleh

Muhammadiyah dalam rangka membentuk suatu komponen perubahan. Sehingga

perubahan telah dimulai. Dengan demikian warga Muhammadiyah tidak hanya

menjadi objek perubahan sosial, tetapi juga sebagai subjek perubahan sosial. Sebagai

subjek, Muhammadiyah dengan gerakan dakwah jamaahnya, dapat mengarahkan

jalannya perubahan sosial kea rah masyarakat yang maju, beriman dan berperadaban.
27

Namun, perpaduan antara dakwah dan jamaah memiliki maksud lain yang

lebih jauh. Dakwah seperti ini dikerjakan oleh sekelompok dai sebagai sebuah tim

yang memang berdomisili di daerah mereka. Kelompok kecil dai ini kemudian

disebut dengan inti jamaah, yang secara organisatoris merupakan anggota

Muhammadiyah. Walaupun demikian, dalam aktivitas dakwahnya, inti jamaah tidak

membawa nama Muhammadiyah. Sedangkan jamaah termasuk masyarakat umum,

bahkan mungkin ada yang belum beragama Islam. Karena itu, pada dasarnya aktivitas

ini bersifat informal. Artinya tidak ada hubungan organisatoris antara jamaah dengan

Muhammadiyah. Hubungan yang ada hanyalah antara anggota Muhammadiyah yang

menjadi inti jamaah dengan persyarikatan.

J. Hakekat Dakwah Jamaah

Jamaah merupakan inti penting dari suatu gerakan. Hal ini dikarenakan

manusia memerlukan kerjasama dalam upaya mencapai kesejahteraan. Umat Islam

mencapai kebahagiaannya tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat. Ahamd Dahlan

melihat bahwa “jamaah” memiliki kemampuan bergerak yang luar biasa, karena

kepekaan sosialnya dan dasar pengetahuan agamanya yang mendalam. Perenungan

terhadap surah Ali Imran ayat 104 menggugahnya untuk menampung jamaah

binaannya dalam organisasi. Dalam ayat tersebut terdapat kata ummatun yang berarti

sekelompok manusia. Kata ummatun didahului dengan kata waltakun minkum yang

berarti dan adakanlah diantara kamu. Maka membentuk suatu kelompok,

perkumpulan, tim atau jamaah merupakan perintah Allah SWT.


28

Dari jamaah pulalah gerakan itu muncul menjadi gerakan yang terarah dan

terukur sesuai dengan perencanaan. Namun perlu diperhatikan bahwa pergerakan

yang diajarkan dalam Islam adalah gerakan yang mengantarkan kepada suatu

kebaikan, peningkatan, dan pengembangan, bukan gerakan kea rah kebatilan dan

kezaliman. Oleh karenanya itu, lanjutan dari waltakun minkum ummatun adalah.30

1. Yad’una ilal khair (memerintahkan kepada yang makruf)

2. Ya’muruna bil ma’rufi (memerintahkan kepada yang makruf)

3. Wa yanhauna ‘anil munkar (mencegah perbuatan yang mungkar)

4. Wa ulaika humul muflihun (mereka yang melakukan aktifitas diatas adalah

golongan orang orang yang beruntung).

Poin poin diatas merupakan rentetan aktivitas gerakan yang seharusnya ada pada

suatu jamaah. Aktivitas tersebut merupakan faktor yang mengantarkan kita kepada

kesejahteraan. Barangkali perlu diperhatikan pula apa apa yang pernah dikatakan oleh

Ali bin Abi Thalib, “Kebenaran yang tidak konsisten dengan baik akan dikalahkan

oleh kebatilan yang tersistem dengan baik.” Pesan tersebut memiliki sifat positif,

terutama penegakan kebaikan, kebenaran dan amar makruf nahi munkar memerlukan

kerjasama tim adalah sebuah jamaah agar tidak terkalahkan oleh sifat negatif.

Kerjasama ini tidak sekedar metrencanakan, mengorganisir, dan melaksanakan saja,

30
Dahlan Lama Bawa, Gerakan Jamaah Dan Dakwah Jamaah,(Makassar: Unismuh
Makassar, 2014),h.17
29

akan tetapi yang paling penting adalah nasehat-menasehati pada setiap orang yang

ada pada lingkup jamaah.

Hal tersebut akan menjadi penguat untuk selanjutnya memberikan nasehat, seruan

dan atau ajakan kebaikan kepada orang lain. Sebagaimana disebutkan dalam Alquran

QS. Al Ashr, “Wa tawashahu bil haqqi wa tawashau bi al shabri” (dan saling

menasehatilah kalian dengan suatu kebenaran dan kesebaran). Dalam surat Al Balad

ayat 17, “Wa tawashahu bi al shabri wa tawashahu bil marhamah” (dan saling

menasehatilah kalian dengan kesabaran dan saling menasehatilah kalian dengan kasih

saying).

Untuk itulah, jamaah menjadi penggerak yang memiliki potensi mewujudkan

masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Pendayagunaan jamaah ini tidak hanya

terbatas pada pengajian semata, tetapi bisa meliputi bidang ekonomi, kesehatan.

pendidikan, kemasyarakatan, budaya dan politik. Hal inilah yang membutuhkan

pembinaan dan pendampingan secara terusa menerus. Terutama bagi inti jamaah yang

notabene adalah anggota persyarikatan, maka Muhammadiyah perlu memberikan

pelatihan serta pendidikan khusus agar mereka mampu mengelola jamaah dengan

baik.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif sesuai dengan

permasalahan dan tujuan penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian ini

bertujuan mendiskripsikan dan menganalisis data. Berdasarkan konteks permasalahan

dalam penelitian ini maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

B. Lokasi Dan Objek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Fakultas Agama Islam Lantai IV menara Iqra

Universitas Muhammadiyah Makassar Jalan Sultan alauddin No.259, Kelurahan

Gunung sari, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.

C. Fokus Dan Deskripsi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada efek Gerakan Jamaah Dan

Dakwah jamaah di Fakultas Agama Islam Unismuh Makassar.

30
D. Sumber Data

Sumber data penelitian adalah darimana dapat diperoleh. Sumber data

dalam penelitian ini mencakupi sumber primer dan sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang

diucapkan secara lisan,gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subyek

yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subyek penelitian(informan) yang

berkenan dengan variabel yang diteliti. Adapun sumber data primer dalam

penelitian pimpinan fakultas dan baberapa Mahasiswa Dan mahasiswi di

fakultas agama islam

2. Data sekunder

Data seku nder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen

grafis (tabel,catatan,notulen rapat, dan lain-lain) foto-foto rekaman vidio,

benda-benda lain yang dapat memperkaya data primer.

3. Data Tersier

Data tersier merupakan data penunjang dari kedua data di atas yakni data

primer dan data sekunder. Data ini diperoleh melalui kamus, insiklopedia dan lain

sebagainya yang masih ada keterkaitan dengan masalah yang diteliti.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti

ketika mengumpulkan data untuk membuat tuganya lebih mudah dan


mendapatkan hasil yang baik, sehingga data tersebut mudah untuk di proses.

Instrumen ini dapat berbentuk dalam angket, daftar observasi, tes dan lain-

lain.31

Adapun instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

seperti, wawancara (interview) dengan menggunakan panduan wawancara

untuk mengetahui sejauhmana peranan gerakan dakwah dan dakwah jamaah

di fakultas agama islam.

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun metode yang digunakan peneliti dalam mengumpulkam

data adalah wawancara dan dokumentasi:

1. Wawancara
Yaitu pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan secara

lisan, dan pertanyaan yang di ajukan dalam wawancara itu telah disiapkan

secara tuntas, dilengkapi dengan instrumenya.32Wawancara yang digunakan

dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dengan menggunakan

alat bantu berupa pedoman wawancara. Model yang digunakan peneliti

dalam wawancara untuk mengung nkapkan data yakni dengan mengajukan

pertanyaan kepada pimpinan fakultas dan mahasiswa , pertanyaan secara

langsung kepada narasumber-narasumber tentang Bagaimana Efek dari

31
Suharmisi Arikunto, Proses Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, h.203
32
Muh.khalifah Mustami, Metedologi Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Aynat
Publishing, 2015), h.143
gerakan dakwah dan dakwah jamaah di Fakultas Agama Islam Unismuh

Makassar.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan kejadian yang susah berlalu. Dokumen

dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang.


33
Dokumen yang diperoleh dapat berbentuk tulisan seperti catatan harian,

sejarah kehidupan, cerita, kebijakan, biografi, peraturan. Dokumen dalam

bentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.

Sedangkan dokumen yang bebentuk karya monumental misalnya karya

seni, patung, gambar, dan lain-lain.34

3. Observasi

Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan cara

mengamati atau meninjau secara cermat dan langsung di lokasi penelitian untuk

mengetahui kondisi yang terjadi atau membuktikan kebenaran dari sebuah desain

penelitian yang sedang dilakukan.35

Kegiatan observasi dilakukan untuk memproses objek dengan maksud

untuk merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena

33
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI;
Jakarta: Rineka Cipta,2006),h.68
34
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif dan Kombinasi, h.326
35
Cholid Narbuko Dan Abu Achmadi, Metedologi Penelitian (Jakarta: PT.Bumi Aksara,
2007), h.70
berdasarkan pengetahuan dan ide-ide yang sudah diketahui sebelumnya, untuk

mendapatkan informasi yang diperlukan dan melanjutkan ke proses investigasi.

G. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang digunakan peniliti dalam

penelitian ini adalah analisis data kualitatif yang meliputi:

1. Reduksi Data

Yaitu data yang di peroleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,

maka dari itu perlu di catat secara rinci. Untuk itu perlu digunakan analisis

data melalui reduksi data. Menurut Sugiyono reduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari

tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.36

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah penyusunan sekumpulan informasi-informasi yang

memberikan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data

bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori dan

sejenisnya. Maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah di pahamai.


36
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantittif, Kualitatif dan R&D),
(Bandung: CV.Alfabeta,2010), h.338
3. Penarikan Kesimpulan(verifikasi)

Langkah ketika dalam teknik analisis data adalah penarikan kesimpulan

atau verifikasi, langkah ini mencari arti, mencatat keteraturan, pola-pola

penjelasan, alur sebab akibat dan proposisi. Sedangkan verifikasi adalah penarikan

kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis selama penyimpulan, suatu

tinjauan ulang pada catatan-catatan di lapangan dan meminta responden yang telah

dijaring datanya untuk membaca kesimpulan yang telah disimpulkan peneliti.

Makna-makna yang muncul sebagai kesimpulan data teruji kebenaranya,

kokohnya dan kecocokanya.37

37
Matthew B Miles dan A Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Terjemahan Tjetjep
Rohendi Rohadi, (Jakarta: UI Pres,1992), h.16-17
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al Karim. 2014. Al-Qur’an dan Terjemah. Jakarta: Institut Ilmu Al-
Qur’an.

Abdul, Basit . 2017. Dakwah Antar Individu teori dan aplikasi. Porwokerto:CV.
Tretrem Nusa

Arifin, Anwar. 2011. Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi. Yogyakarta :


Graha Ilmu

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta

Badarudin. 2016. Strategi Dakwah. Bandar Lampung : IAIN Raden Intan Lampung

Cangara Hafied. 2010. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta: Rajawali


Press

Deasy, dkk, Tuntunan dan Tontonan: Analisi Fenomena Dakwah Dalam Tantangan
Komodifikasi Agama, DOI:http://dx.doi.org/10.21043/at-tabsyir.v7i2.8721. Vol.
7 No. 2, 2020,hlm. 1

Imam Alwisral Zaidallah.2005. Strategi Dakwah dalam membentuk Da’I dan Khotib
Profesional . Jakarta: kalam mulia

Ismail Ilyas. 2006. Paradigma Dakwah Sayyid Quthb Rekontruksi PemikiranDakwah


Harakah. Jakarta: Penerbit Madani

Khalifah Mustami.2015. Metedologi Penelitian Pendidikan,Yogyakarta: Aynat


Publishing

Lama, Dahlan Bawa. 2014. Gerakan Jamaah Dan Dakwah Jamaah, Makassar:
Unismuh Makassar

Matthew B Miles dan A Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif, (Jakarta:
UI Pres)
Munir Muhammad. 2009. Manajemen Dakwah .Jakarta : kencana

Nurboko , Cholid Dan Abu Achmadi. 2007. Metedologi Penelitian. Jakarta: PT.Bumi
Aksara
Ridha Muhammad Basri. 2019. Suara Muhammadiyah, Edisi 20

Supatra Munzier. 2006. Metode Dakwah . Jakarta : kencana

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantittif, Kualitatif dan


R&D), Bandung: CV.Alfabeta

Saputra Wahidin . 2012. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sudarto. 2014. Wacana Islam Pogresif. Yogyakarta: ircisod

Ummatin Khoiro. 2014 . Jurnal Dakwah, Vol. XV. No.1

Anda mungkin juga menyukai