Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN AKHIR

MIKROBIOLOGI

OLEH:

DYAN PITALOKA

1906110291

AGROTEKNOLOGI A

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2020

DAFTAR ISI
I. PENGENALAN ALAT LABOROTORIUM......................................................................1
II. MIKROSKOP....................................................................................................................5
III. STERILISASI...................................................................................................................7
3.1 Tujuan......................................................................................................................7
3.2 Alat dan Bahan.........................................................................................................7
3.3 Cara Kerja................................................................................................................7
3.4 Pembahasan..............................................................................................................7
IV. PEMBUATAN MEDIA....................................................................................................9
4.1 Tujuan......................................................................................................................9
4.2 Alat dan Bahan.........................................................................................................9
4.3 Cara Kerja................................................................................................................9
4.4 Pembahasan............................................................................................................10
V. PENGENALAN MIKROBA...........................................................................................12
5.1 Tujuan....................................................................................................................12
5.2 Alat dan Bahan.......................................................................................................12
5.3 Cara Kerja..............................................................................................................12
5.4 Pembahasan............................................................................................................13
VI. ISOLASI MIKROBA.....................................................................................................17
6.1 Tujuan....................................................................................................................17
6.2 Alat dan Bahan.......................................................................................................17
6.3 Cara Kerja..............................................................................................................17
6.4 Pembahasan............................................................................................................17
VII. PEWARNAAN BAKTERI............................................................................................20
VIII. METODE PERHITUNGAN MIKROBA.....................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................22
LAMPIRAN...........................................................................................................................24
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................................30
I. PENGENALAN ALAT LABOROTORIUM

N NAMA ALAT FUNGSI

O
1. Erlenmeyer Sebagai wadah untuk mereaksikan suatu zat kimia

dalam skala cukup besar dan sebagai wadah dalam

proses titrasi

2. Gelas Piala Sebagai tempat untuk menyimpan dan meletakkan

larutan. Gelas Piala memiliki takaran namun jarang

bahkan tidak diperbolehkan untuk mengukur volume

suatu zat cair.

3. Gelas Ukur Untuk mengukur volume larutan.

4. Cawan Petri sebuah wadah untuk membiakkan sel atau mikroba.

5. Pipet Tetes Untuk meneteskan atau mengambil larutan dengan

jumlah kecil dari suatu tempat ke tempat lain.


6. Pengaduk Untuk mengocok atau mengaduk suatu larutan.

7. Pinset Untuk mengambil benda atau sampel dengan menjepit.

8. Lampu Spiritus Untuk memanaskan larutan dan dapat pula digunakan

untuk sterilisasi dalam proses suatu proses.

9. Tanur Digunakan sebagai pemanas pada suhu tinggi, sekitar

1000 °C.dan untuk menentukan kadar abu

10. Botol Semprot digunakan untuk menyimpan aquades dan digunakan

untuk mencuci ataupun membilas bahan-bahan yang

tidak larut dalam air.

11. PH Meter Untuk mengecek pH (keasaman atau alkalinitas) dari

media.
12 Batang L untuk menyebarkan cairan di permukaan agar

. supaya bakteri yang tersuspensi dalam cairan

tersebut tersebar merata.

13 Ose Bulat dan Lurus Ose lurus berfungsi untuk memindahkan

. mikroorganise dengan cara menusuk pada medium

yang ada pada tabung reaksi. Ose bulat berfungsi

untuk memindahkan mikroorganise dengan cara

menggores pada medium yang ada pada cawan

petri.

14 Mortal Menghaluskan zat yang masing bersifat

. padat/kristal.

15 Oven Untuk mengeringkan alat-alat sebelum digunakan

. dan digunakan untuk mengeringkan bahan yang

dalam keadaan basah.


16 Enkas Alat ini memiliki fungsi yaitu sampai tempat

. perkembangbiakkan bakteri , untuk melakukan

inokulasi bakteri agar tidak tercampur dengan

bakteri lainnya.

17 Inkubator Untuk mensterilkan berbagai macam alat dan

. bahan yang di gunakan dalam mikrobiologi

menggunakan uap air panas bertekanan.

18 Timbangan Analitis Tempat untuk menimbang zat-zat yang akan

. ditimbang dengan skala yang kecil.

19 Mikro Pipet Untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup

. kecil, biasanya kurang dari 1000 µl.


20 Biological dafety cabinets untuk pengerjaan secara aseptis karena memiliki

. pengaturan dan penyaringan aliran udara.

II. MIKROSKOP
Keterangan :

1. Lensa Okuler = Lensa yang berada didekat mata

2. Tabung Mikroskop = untuk mengatur fokus serta menghubungkan antara lensa

objektif dan lensa okuler.

3. Sekrup Pengarah = Pengatur naik turun nya tabung mikroskop secara cepat dan

Lambat

4. Lensa Objektif = Lensa yang berada di dekat objek dan memiliki perbesaran

10, 40 dan 100 kali

5. Revolver = Mengatur pergeseran lensa objektif

6. Lengan Mikroskop = pegangan pada saat memindahkan mikroskop

7. Meja Preparat = Tempat meletakkan sediaan yang akan diteliti

8. Cermin = Menerima dan mengarahkan cahaya yang diterima dengan

cara memantulkan cahaya menuju preparat yang akan diteliti

9. Sendi pada kaki = Mengatur sudut tegaknya mikroskop

10. Kaki Mikroskop = Penyangga mikroskop agar tidak jatuh


III. STERILISASI

3.1 Tujuan
Tujuan dilakukan pratikum tentang sterilisasi adalah untuk mengetahui cara

melakukan sterilisasi dengan baik dan benar dan mengetahui fungsi dari sterilisasi.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam pratikum sterilisasi ialah tisu, oven,

bayclin, kertas yang tidak terpakai, dan panci.

3.3 Cara Kerja


Pertama, terlebih dahulu alat-alat yang akan disterilkandirendam dengan

bayclin selama 24 jam. Lalu alat-alat tersebut dicuci menggunakan sabun dan dibilas

dengan air mengalir. Selanjutnya alat-alat tadi dimasukkan kedalam panci berisi air

dan direbus hingga mendidih. Setelah 15 menit diangkat dan dikeringkan


menggunakan tisu. Jika sudah kering, alat alat tadi dibungkus menggunakan kertas

dan dioven dengan suhu 150℃ selama 2 jam.

3.4 Pembahasan
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada,

jika ditumbuhkan dalam suatu medium tidak ada jasad renik yang dapat berkembang

biak. Sterilisasi harus dapat membunuh mikroba yang paling tahan panas yaitu spora

bakteri. Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukan bahwa pertumbuhan

bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika sterilisasi

berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan bentuk yang paling

resisten dari kehidupan mikroba akan diluluhkan (Lay 1982).

Ada beberapa istilah yang akan digunakan mikrobiologi untuk masalah

mematikan, mengahambat pertumbuhan, dan menyingkirkan mikroorganisme yaitu

sterilisasi dan disenfeksi. Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap

benda atau substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan

mikrobiologi dalam usaha mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat

dimatikan oleh bermacam-macam larutan kimia seperti oleh sinar lembayung ultra,

atau sinar gamma. Mikrorganisme dapat disingkirkan secara mekanik. Contohnya

dengan sentrifugasi kecepatan tinggi oleh filtrasi. Sedangkan untuk disenfeksi berarti

mematikan atau menyingkirkan mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi.

Meskipun dilakukannya disenfeksi dapat tercapainya keadaan steril, namun tidak

seharusnya terkandung anti sterilisasi. Disenfeksi biasanya dilaksanakan dengan

menggunakan zat kimia seperti fenol dan formaldehyde. Disenfeksi dimaksudkan


untuk mematikan sel vegetative yang lebih sensitive tetapi bukan spora tahan panas

(Irianto 2006).

Metode sterilisasi yang digunakan pada pratikum ini adalah sterilisasi kering

yang menggunakan oven untuk membunuh spora bakteri dan sterilisasi kimia

menggunakan disenfektan untuk mencapai keadaan steril. Sterilisasi kering

menggunakan oven selama 2 jam dengan suhu 150℃. Keuntungan dari sterilisasi

kering ini ialah tidak ada uap air yang membasahi peralatan yang akan disterilkan.

Sedangkan sterilisasi kimia menggunakan disenfektan mematikan organisme yang

dapat menyebabkan infeksi dengan mencapai keadaan steril.

IV. PEMBUATAN MEDIA

4.1 Tujuan
Tujuan dilakukannya pratikum tentang pembuatan media adalah untuk

mengetahui cara pembuatan media yang baik dan benar,untuk mengetahui syarat-

syarat media yang baik dan benar, dan mengetahui tujuan serta fungsi dari pembuatan

media.

4.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam pratikum pembuatan media yaitu

spatula, aluminium foil, pengaduk, timbangan analitik, gelas beker, kasa gauze,

lampu bunsen, Erlenmeyer, pisau, amoxilin 1 tablet, kentang 100 gram, bubuk agar 9

gram, 10 gram dextrose, alcohol 70% dan kertas pembungkus.


4.3 Cara Kerja
Kentang dengan 100 gram dikupas dan dipotong dengan bentuk dadu. Setelah

dipotong dadu lalu dicuci dan ditimbang menggunakan timbangan analitik. Kentang

yang dicuci dan ditimbang, dimasukkan kedalam gelas beker yang berisi air sebanyak

600 ml untuk direbus hingga setengah matang sambil diaduk. Setelah setengah

matang air rebusan kentang atau ekstrak kentang dipindahkan kegelas beker lain

sebanyak 500 ml lalu bubuk agar dan dextrose dimasukkan kedalam ekstrak kentang

dan direbus kembali hingga mendidih. Setelah mendidih, amoxilin dihaluskan lalu

dimasukkan kedalam ekstrak kentang yang sudah mendidih dan dimasukkan kedalam

Erlenmeyer. Ekstrak kentang di Erlenmeyer ditutup menggunakan aluminium foil.

4.4 Pembahasan
Pembiakan organisme renik dalam laborotorium memerlukan media yang berisi

zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi organisme renik. Lazimnya,

media biakan mengandung air, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon,

nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hydrogen dan lain-lain.

Media tumbuh bagi mikroba memiliki keragaman dalam hal tipe nutrisi

tergantung mikroba yang mengimbanginya. Sumber nutrisi bisa berasal dari alamiah

maupun buatan seperti campuran zat-zat kimiawi. Media dituang kedalam wadah-

wadah selain sesuai juga disterilkan sebelum digunakan (Putri 2010).

Mikroorganisme dapat menggunakan makanan dalam bentuk padat dan dapat

pula hanya menggunakan bahan-bahan dalam bentuk cairan atau larutan. Media

biakan menurut susunannya dibagi menjadi tiga golongan yaitu media alami, media

semi sintetik, dan media sintetik.


Media yang digunakan dalam pratikum ini yaitu media PDA atau Potato

Dextrose Agar yang merupakan media semi sintetik. Jenis media berdasarkan

bentuknya yaitu medium cair, medium semi padat, dan medium padat. Media PDA

merupakan salah satu media yang baik dan sumber karbohidrat, dextrose sebagai

tambahan nutrisi bagi biakan, sedangkan agar merupakan media tumbuh yang

mnegandung cukup air.

Supaya mikroba dapat tumbuh dengan baik, medium perlu dipenuhi syarat

seperti mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan mikroba, media harus

mempunyai tekanan osmosis, tidak mengandung zat inhibitor, dan tentunya harus

steril atau tidak ada organisme yang tidak diinginkan.

Pada pratikum ini, pratikan membuat media semi sintetik berupa PDA yang

dibuat dengan menggunakan bahan alami dan bahan kimia seperti kentang, agar-agar.

Pembuatan PDA dengan ekstrak kentang yang diambil dari hasil perebusan kentang

dicampur dengan bahan lain, agar, dextrose, dan amoxilin. Selanjutnya larutan

didihkan dan dimasukkan ke Erlenmeyer.


V. PENGENALAN MIKROBA

5.1 Tujuan
Tujuan dilakukan nya pratikum pengenalan mikroba ialah untuk mengetahui

morfologi, jenis dan bentuk mikroba yang terdapat pada tempe, roti basi, yakult, air

selokan, dan cabe berjamur.

5.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam pratikum ini yaitu tempe, roti basi,

yakult, air selokan, cabe berjamur, jarum preparat, aquades, alkohol, objek gelas,

cover gelas, pipet tetes, dan mikroskop.

5.3 Cara Kerja


Pertama objek gelas dibersihkan dari lemak dan debu menggunakan alcohol

kemudian ditetesi dengan aquades pada bagian tengahnya. Pada percobaan


identifikasi mikroba jamur atau ragi pada tempe, jamur pada tempe, jamur pada cabe,

dan roti basi diambil sedikit dengan menggunakan jarum preparat. Kemudian

diletakkan diatas objek gelas yang sudah ditetesi dengan aquades tadi. Setelah itu

ditutup dengan cover gelas dan dijaga agar jangan ada gelembung-gelembung udara.

Lalu sediaan diamati dibawah mikroskop dimulai dari perbesaran lemah dan

perbesaran sedang. Amati gambar yang terbentuk.

Pada percobaan identifikasi mikroba yaitu bakteri, larutan pada yakult diambil

sedikit menggunakan pipet tetes, lalu diletakkan pada objek gelas. Kemudian tutup

dengan menggunakan cover gelas dan dijaga agar tidak terdapat gelembung-

gelembung udara. Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan sedang.

Pada percobaan menggunakan air selokan, diambil air selokan sedikit

menggunakan pipet tetes, lalu diletakkan pada objek gelas. Kemudian tutup dengan

menggunakan cover gelas dan dijaga agar tidak ada gelembung udara. Amati bentuk

yang tampak dibawah mikroskop dengan menggunakan perbesaran lemah dan

sedang.

5.4 Pembahasan
Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal,

eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual atau aseksual.

Dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara

mendapatkan makanannya berbeda dengan organisme eukariotik lainnya yaitu

melalui absorpsi (Alfi, 2013).

Fungi merupakan organisme menyerupai tanaman, tetapi mempunyai beberapa

perbedaan yaitu tidak mempunyai klorofil, mempunyai dinding sel dengan komposisi
berbeda, berkembang biak dengan spora, tidak mempunyai batang, cabang, akas dan

daun, tidak mempunyai sistem vesikular seperti pada tanaman, dan bersifat

multiseluler tidak mempunyai pembagian fungi masing-masing (Pratiwi, 2008).

Jamur berbiak secara vegetatif dan generatif dengan berbagai macam spora.

Macam spora yang terjadi tampa perkawinan yaitu sporangiospora yang mana spora

biasanya yang terjadi karena protoplasma dalam suatu sel tertentu berkelompok-

kelompok kecil, masing-masing mempunyai membran serta inti sendiri. Sel tempat

terjadinya spora ini disebut sporangium. Konidiospora yaitu spora yang terjadi karena

ujung suatu hifa berbelah-belah seperti tasbih. Didalam hal ini tidak ada sporangium,

tiap spora disebut konidiospora atau konidia saja, sedang tangkai pembawa konidia

disebut konidiosfor. Klamidiospora yaitu bagian miselium yang membesar serta

berdinding tebal (Wanmustafa, 2011).

Pada beberapa spesies lain tampak adanya perbedaan mengenai besar kecilnya

gamet–gamet, sehingga untuk itu ada penyebutan mikrogamet (sel kelamin jantan)

dan makrogamet (sel kelamin betina). Di dalam keadaan yang serba optimum, maka

jamur membiak dengan cepat sekali. Hanya kekeringanlah merupakan factor

pembatas bagi pertumbuhannya (Sodik, 1990).

Fungi dapat ditemukan pada arena substrat, baik dilingkungan darat, perairan,

maupun udara. Tidaklah sulit menemukan fungi di alam, karena bagian vegetative

nya yang umumnya berupa miselium berwarna putih mudah terlihat pada substrat

yang membusuk (kayu lapuk, buah-buahan yang terlalu masak, makanan yang

membusuk). Konidianya atau tubuh buahnya dapat mempunyai aneka warna (merah,

hitam, jingga, kuning, krem, putih, abu-abu, coklat, kebiru-biruan, dan sebagainya)
pada daun , batang, kertas, tekstil, kulit dan lain-lain. Tubuh buah fungi lebih

mencolok karena langsung dapat dilihat dengan mata kasat, sedangkan miselium

vegetative yang menyerap makanan hanya dapat dilihat dengan menggunakan

mikrosokop (Waluyo, 2005).

Bakteri merupakan kelompok mahluk hidup bersel tunggal yang dimasukkan

dalam golongan jasad renik atau mikrobia. Mengingat tubuhnya yang mikrokopis itu,

sehingga studi tentang bakteri mulai. Tubuh bakteri yang terdiri atas sebuah sel saja

ini, mempunyai bentuk yang beraneka ragam. Ada yang berbentuk peluru atau bola,

seperti bintang, bengkok seperti koma, atau sekrup serta ada yang seperti spiral.

Bentuk tubuhnya merupakan salah satu sifat yang dijadikan dasar dalam

pengklasifikasian bakteri. Dalam kondisi tertentu, yang mekanismenya belum

dipahami benar, sel bakteri dengan salah satu bentuk seperti disebut sebelumnya,

dapat mengalami suatu perubahan bentuk. Bentuk baru seperti variasi bentuknya yang

normal, disebut bentuk involusi.

Ukuran tubuhnya hanya mencapai beberapa mikron, paling besar sekitar 100

mikron, sehingga hampir terlihat dengan mata bugil. Berhubungan dengan tubuhnya

yang amat kecil itu, maka dapat dipahami mengapa struktur bakteri tidak mudah

untuk ditentukan. Tubuh bakteri yang berupa sel tunggal itu mempunyai dinding sel

yang jelas. Dinding sel tidak mengandung selulosa, tetapi tersusun atas hemi selulosa

dan senyawa semacam pektin yang mengandung N dan lebih mendekati dinding sel

hewan dari pada dinding sel tumbuhan umumnya. Bakteri umumnya bergerak secara

pasif. Namun ada beberapa bakteri yang dalam keadaan tertentu dapat membentuk
rambut-rambut plasma yang memungkinkan dapat bergerak aktif dalam medium cair.

Rmbut-rambut itu lazimnya dinamakan bulu cambuk atau flag.

Protozoa secara umum dapat dijelaskan bahwa protozoa adalah berasal dari

bahasa Yunani, yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi, protozoa

adalah hewan pertama. Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik.

Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya. Protozoa

termasuk kelompok protista yang mirip hewan. Protozoa dibedakan dari prokariot

karena ukurannya yang lebih besar, dan selnya eukariotik. Protozoa dibedakan dari

algae karena tidak berklorofil, dibedakan dari jamur karena dapat bergerak aktif dan

tidak berdinding sel, serta dibedakan dari jamur lendir karena tidak dapat membentuk

badan buah (Budirahayu, 2014).

Protozoa termasuk mikroorganisme yang besarnya antara 3 mikron sampai 100

mikron. Protozoa merupakan penghuni tempat berair/ tempat basah, bila keadaan jadi

kering, akan membuat kista (Kristal). Umumnya didalam satu sel terdapat satu inti,

tetapi dari beberapa spesis secara generative berkonyugasi karena individu jantan dan

betina belum jelas perbedaannya. Sesuai dengan sifat sel binatang, umumnya

protozoa berdinding selaput plasma tipis.

Bentuknya bermacam-macam, ada yang tidak tetap dan ada yang tetap. Yang

terakhir disebabkan telah memiliki pelliculus (kulit) dan beberapa mempunyai

cangkang kapur, berflagella, bersilia, dan berspora. Reproduksi Protozoa secara

aseksual (ameba dan flagelata penginfeksi manusia. Reproduksi aseksual umum

adalah pembelahan biner). Sebagian lagi Protozoa melakukan reproduksi seksual


dengan penyatuan sel generatif (sel gamet) atau dengan penyatuan inti sel vegetatif.

Reproduksi seksual dengan penyatuan inti vegetatif disebut konjugasi.

Seluruh kegiatan hidupnya dilakukan oleh sel itu sendiri dengan menggunakan

organel-organel antara lain membran plasma, sitoplasma, dan mitokondria. Ciri-ciri

yang dimiliki oleh protozoa yaitu organisme uniseluler (bersel tunggal), eukariotik

(memiliki membran nukleus), hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok), sifat

hidupnya kosmopolit artinya dapat hidup di tempat atau habitat apapun, umumnya

tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof), hidup bebas, saprofit atau parasit,

protozoa merupakan bagian plankton di air tawar atau air laut dan berperan penting

sebagai indikator polusi, sejumlah protozoa dapat menimbulkan penyakit, dapat

membentuk kista untuk bertahan hidup, alat gerak berupa pseudopodia, silia, atau

flagella.

VI. ISOLASI MIKROBA

6.1 Tujuan
Tujuan dilakukannya pratikum tentang isolasi mikroba adalah untuk

mengetahui manfaat dari isolasi mikroba, dan mengetahui cara melakukan isolasi

mikroba dengan baik dan benar.

6.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam pratikum isolasi mikroba yaitu cabe,

gunting, tisu, alcohol 70%, pinset, aluminium foil, wrapping, media PDA, cawan

petri, dan lampu spritus.


6.3 Cara Kerja
Pratikum isolasi mikroba ini dilakukan di laminar air flow. Cabai yang telah

disiapkan, dipotong dan dipisah antara bagian yang sehat dan tidak sehat. Kemudian

disiapkan tisu yang telah disterilkan alcohol 70%. Lalu cabai yang telah dipotong tadi

diletakkan diatas tisu yang sudah disterilkan. Pinset disterilkan dengan menggunakan

metode pemijaran (menggunakan lampu Bunsen). Cabai yang diletakkan di atas tisu,

dimasukkan kedalam cawan petri yang berisikan alcohol 70%. Cabai yang telah

dimasukkan kedalam cawan petri berisi alcohol, dibilas dengan memasukkan cabai

kedalam cawan berisi aquades. Keluarkan cabai dari cawan petri dan diletakkan

diatas tisu untuk mengeringkan cabai nya. Setelah itu cabai kering dimasukkan

kedalam cawan petri yang berisi media PDA, ditutupi dan dilapisi wrapping.

6.4 Pembahasan
Isolasi mikroba adalah proses mengambil mikroba dari medium atau

lingkungan asalnya dan menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh

biakan yang murni. Mikroba dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya harus

menggunakan prosedur aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis, yaitu kondisi

terkontaminasi karena mikroorganisme lain. Teknik aseptik ini sangat penting bila

bekerja dengan mikroba. Beberapa alat yang digunakan untuk menjalankan prosedur

ini adalah bunsen dan laminar air flow. Bila tidak dijalankan dengan tepat, ada

kemungkinan kontaminasi oleh miroorganisme lain sehingga akan mengganggu hasil

yang diharapkan. Teknik aseptik juga melindungi laboran dari kontaminasi mikroba

(Singleton dan Sainsbury, 2006).


Ada beberapa cara yang digunakan untuk bakteri, fungi, dan khamir dengan

metode garis, metode tuang, metode sebar, metode penuangan, serta micro

manipulator. Dua diantaranya yang paling sering banyak digunakan adalah teknik

cawan tuang dan cawan gores. Kedua metode ini didasarkan pada prinsip yang sama

yaitu mengencerkan organisme sedemikian rupa sehingga individu species dapat

dipisahkan. Ada empat cara isolasi bakteri yaitu pour plate, streak Plate, slant culture,

stab culture (plezar, 2006)

Mikroorganisme dibiakkan di laboratorium pada medium yang terdiri dari

bahan nutrient. Biasanya pemilihan medium yang dipakai bergantung kepada banyak

faktor seperti seperti apa jenis mikroorganisme yang akan ditumbuhkan. Perbenihan

untuk pertumbuhan mikroba agar dapat tetap dipertahankan harus mengandung

semua zat makanan yang diperlukan oleh organisme tersebut. Faktor lain seperti PH,

suhu, dan pendinginan harus dikendalikan dengan baik (Buckle, 2007).

Selain untuk tujuan diatas medium juga memiliki fungsi lain, seperti tempat

untuk mengisolasi, seleksi, evaluasi dan diferensiasi biakan yang didapatkan. Agar

tiap-tiap medium memilki karakteristik yang sesuai dengan tujuan sehingga seringkali

digunakan beberapa jenis zat tertentu yang mempunyai pengaruh terhadap

pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba (Suriawiria, 2005).

Beberapa indikasi pembiakan pada laboratorium mikrobiologi meliputi

pengasingan (isolasi) mikroba pada biakan bakteri, menunjukan sifat khas mikroba,

untuk menentukan jenis mikroba yang diisolasi dengan cara-cara tertentu, untuk

mendapatkan bahan biakan yang cukup untuk membuat antigen dan percobaan
serologi lainnya, menentukan kepekaan kuman terhadap antibiotik, menghitung

jumlah kuman, dan mempertahankan biakan mikroba.

Mikroorganisme tidak memerlukan banyak ruangan untuk perkembangannya,

sebab itu media buatan (agar) dapat dimasukkan ke dalam sebuah tabung percobaan

labu atau cawan petri. Pada permulaannya tabung atau cawan petri harus dalam

keadaan steril (bebas dari setiap mikroorganisme hidup) lalu setelah itu dimasukkan

mikrobia yang diinginkan, tabung atau cawan harus dilindungi terhadap kontaminasi

dari luar. Sumber utama pencemaran dari luar adalah udara, yang banyak

mengandung mikroorganisme yang berterbangan. Bentuk cawan petri, dengan tutup

yang saling menyelubungi, dirancang untuk mencegah pencemaran udara.

VII. PEWARNAAN BAKTERI

Pewarna gram atau metode gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang

paling penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasikan bakteri. Dalam

proses ini, olesan bakteri yang sudah erfiksasi dikenai larutan-larutan berikut zat

pewarna kristal violet, larutan iodium, larutan alkohol, dan zat pewarna

tandinganberupa zat warna safranin. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya,
ilmuan Denmark Hans Christian Gram (1853- 1938) yang mengembangkan teknik ini

pada tahun 1884, untuk membedakan antara pneumokokus dan klebsiella

pneumonieae. Bakteri yang terwarnai dengan metode ini dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif

akan mempertahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak

berwarna ungu tua dibawah mikroskop. Adapun gram negatif akan kehilangan zat

pewarna kristal violet setelah dicuci denan alkohol, dan sewaktu diberi zat pewarna

tandingannya yaitu dengan zat pewarna air safranin akan tampak berwarna merah.

Perbedan warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dindingselnya

( pelezar M J 1989).

Teknik pewarnaan sel bakteri terbagi menjadi 3 yaitu pewarnaan sederhana,

pewarnaan diferensial, dan pewarnaan struktur sel. Pengecatan gram dilakukan dalam

4 tahap yaitu pemberian cat warna utama (cairan kristal violet) berwarna ungu,

pengintesifan cat utama dengan penambahan larutan mordan JKJ, pencucian

(dekolarisasi) dengan larutan alkohol asam dan pemberian cat lawan yaitu cat warna

safranin.

VIII. METODE PERHITUNGAN MIKROBA

Enumerasi mikroba adalah teknik perhitungan jumlah mikroba dalam suatu

media tanpa mengidentifikasi jenis mikroba (bakteri, jamur, yeast) yang bertujuan

untuk menentukan jumlah sel dari suatu kultur secara kuantitatif (Jutono 1980).
Pentapan jumlah mikroba dilakukan dengan menghitung jumlah sel mikroba

yang mampu membentuk koloni didalam media biakan atau membentuk suspense

dalam larutan biak (Dwidjoseputro 1990).

Indeks aktivitas dan nilai biomassa mikroorganisme dapat ditunjukan dengan

mengetahui jumlah mikrooragnisme dalam perairan tersebut. Untuk mengetahui

jumlah mikroorganisme dalam suatu perairan ada dua cara yaitu perhitungan

mikroorganisme secara langsung (direct count) dan perhitnngan mikroorganisme

secara tidak langsung (indirect count) (Jannasch dan Jones 1959).

Perhitungan secara langsung dapat mengetahui beberapa jumlah

mikroorganisme pada suatu bahan pada saat tertentu tanpa memberikan perlakuan

terlebih dahulu, sedangkan jumlah organisme yang diketahui dari cara tidak langsung

terlebih dahulu harus memberikan perlakuan tertentu sebelum dilakukan perhitungan.

Perhitungan secara langsung dilakukan secara mikroskopis yaitu dengan menghitung

sel dibawah mikroskop. Metode yang digunakan didalam perhitungan tidak langsung

yaitu metode perhitungan cawan. Prinsip perhitungan cawan ini adalah jika mikroba

yang masih hidup ditumbuhkan pada media agar, maka sel mikroba tersebut akan

berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata.

DAFTAR PUSTAKA

Alfi. 2013. Alam Sekitar IPA Terpadu untuk SMP/MTs Kelas 9. Jakarta: Erlangga.
Buckle. 2007. Mikrobiologi Terapan. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta

Dwidjoseputro. 1990. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.

Irianto, Koes.2006.Menguak Dunia Mikrobiologi.Bandung:Yrama Widaya

Jannasch, H.W., dan G.E., Jones. (1959). Bacterial Population in Sea Water as

Determined by Different Methods of Enumeration. Limnal. Oceanogr. 4:128-

139.

Juliantina Farida Rachmawati Dan Yumna Shofyatul Triyana.2008.Perbandingan

Angka Kuman Pada Cuci Tangan Dengan Beberapa Bahan Sebagai

Standarisasi Kerja Di Laboratorium Mikrobiologi. Jurnl Logika. Vol. 5,. No 1

Hal 4.

Jutono, J., Soedarsono, S., Hartadi, S., Kabirun, S., Suhadi, D., Soesanto. 1980.

Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum. Departemen Mikrobiologi

Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.

Lay,B,W.Dan Hastowo.1982.Mikrobiologi.Jakarta:Rajawali Press

Moningka.2008. Kimia Universitas Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta.


Pelczar,M.W.1986.Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. UI Press. Jakarta.

Pratiwi. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.

Putri.2010. Cara Membuat Medium.Yogyakarta:Gajah Mada University Press

Singleton dan Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology

3rd Edition. John Wiley and Sons. Sussex, England.

Sodik. 1990.Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Grammedia.

Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti, Jakarta

Suriawiria, Unus.1993.Pengantar Mikrobiologi Umum. Biologi:Angkasa

Waluyo. 2005. Mikrobiologi Jamur. Jurnal sains Vol 3 No 4 Hal 8-12.

Wanmustafa. 2011. Aktivitas Enzim Lignin Peroksidase Oleh Gliomastix Sp. T3-7

Pada Jamur. Jurnal Sains Dan Semi Pomits. Vol 2 No 1 Hal 1-5.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pembuatan Media


1. Alat dan Bahan

Gambar 1.1 Amoxilin Gambar 1.2 Agar-Agar

Gambar 1.3 Dextrose Gambar 1.4 Pengaduk

Gambar 1.5 Aquades Gambar 1.6 Alkohol 70%

Gambar 1.7 Spatula Gambar 1.8 Aluminium Foil


Gambar 1.9 Timbangan Analitis Gambar 1.10 Gelas Beker

2. Cara Kerja

Gambar 2.1 Kentang dikupas dan dipotong Gambar 2.2 Kentang dicuci bersih

Gambar 2.3 Kentang ditimbang Gambar 2.4 Kentang dimasukkan

dan direbus

Gambar 2.5 Kentang didihkan hingga setengah Gambar 2.6 Ekstrak kentang

matang dimasukkan agar agar dan dextrose


Gambar 2.7 Dimasukkan amoxilin Gambar 2.8 Larutan dimasukkan ke

erlenmeyer

Gambar 2.9 Media Jadi

Lampiran 2. Isolasi Mikroba

1. Alat dan Bahan


Gambar 1.1 Cabai Gambar 1.2 Air Selokan

Gambar 1.3 Alkohol 70% Gambar 1.4 Media Tumbu

Gambar 1.5 Cawan Petri Gambar 1.6 Pembakar Bunsen,


pinset dan aquades

Gambar 1.7 Gelas Ukur Gambar 1.8 Mikropipet

Gambar 1.9 Rak dan Tabung Reaksi

2. Cara Kerja

Gambar 2.1 Pinset disterilkan Gambar 2.2 Cabai direndam di


alkohol

Gambar 2.3 Cabai dimasukkan kedalam Gambar 2.4 Cabai dimasukkan

aquades kedalam media tumbuh

Gambar 2.5 Air selokan Gambar 2.6 Aquades dipindahkan

kebotol
Gambar 2.7 Air parit dimasukkan kedalam

Cawan Petri

LEMBAR PENGESAHAN

DYAN PITALOKA

ASISTEN PRATIKUM

Fitra Ananda Amimartha Kharisma Prameswari

Anda mungkin juga menyukai