Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

KARBOHIDRAT 1:
PENETAPAN KADAR KARBOHIDRAT
DENGAN METODE ANTRON

Muhammad Dhani Shadiqin


183112620150055

PROGRAM STUDI BIOLOGI


UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2021
BAB I
A. Tujuan Praktikum
Menganalisis kadar karbohidrat dengan metode antron.

B. Teori
Setiap aktivitas yang sehari-harinya kita lakukan tentunya membutuhkan
energi. Energi yang kita butuhkan bersumber dari pangan sumber lemak,
karbohidrat dan protein (Hardinsyah, Riyadi, Hadi dan Napitupulu, 2013).
Karbohidrat sendiri yang sangat penting bagi metabolisme tubuh, salah satu
fungsinya ialah sebagai sumber kalori. Karbohidrat juga mempunyai peran
penting bagi makhluk karena merupakan sumber energi utama bagi umat manusia
dan hewan (Almatsier, 2010)

Melihat peran karbohidrat dalam metabolisme, pengujian karbohidrat


pada suatu bahan pangan atau bahan lain perlu dilakukan untuk memahami analisi
kadar karbohidrat pada suatu bahan tersebut. Secara umum analisa kuantitatif
karbohidrat terdiri dari Metode Luff Schoorl, Metode Nelson-Somogyi, Metode
Anthrone, Metode Folin, Metode Enzimatis, dan Metode Kromatografi. Namun
metode anthrone adalah metode yang paling umum digunakan dalam analisis
karbohidrat dengan menggunakan alat pengukur panjang gelombang
spektrofotometer. Metode ini memiliki kelebihan di antara yang lain yaitu
keserdahanaan dalam melakukuan ujinya, spektrum yang luas dan sensitifitasnya
yang cukup baik (Koehler, 1952)

Metode antron sejatinya merupakan reaksi yang sesuai untuk penentuan


heksosa, aldopentosa dan asam heksauronat dalam bentuk bebas ataupun terikat
dengan polisakarida. Penambahan asam sulfat pekat pada suatu karbohidrat akan
memecahkan ikatan glikosidiknya dan selanjutnya terjadi proses dehidratasi
sehingga terbentuk furfural dan turunannya. Senyawa ini akan bereaksi dengan
pereaksi antron (10-keto-9,10-dihidroantrasena) membentuk senyawa kompleks
yang berwarna biru kehijauan. Larutan berwarna biru kehijauan ini mempunyai
absorbsi maksimum pada λ 620 nm. Reaksi ini tidak dapat digunakan jika terdapat
sejumlah protein yang mengandung triptofan terlalu banyak sehingga warna yang
dihasilkan terletak di bawah nilai tersebut, karena larutan tidak berwarna biru
kehijauan tetapi berwarna merah.

BAB II
A. Alat
1. Pipet
2. Bulb
3. Spektrofotometer (Spectronic 20)
4. Kuvet
5. Tabung reaksi dan raknya
6. Penangas air
7. Vortex

B. Bahan
1. Pereaksi antron (2g / 100mL H2SO4)
2. Larutan stok glukosa 0,01 M
3. Larutan sampel glukosa yang belum diketahui molaritasnya

C. Prosedur
1. Spektofotometer dihidupkan dengan cara, tuas diputar searah jarum jam,
ketikan sudah, spektofotometer didiamkan selama 15 menit.
2. Setelahnya panjang gelombang spektrofotometer diatur pada angka λ 620
nm.
3. Kemudian diisiapkan larutan standar dari larutan glukosa 0,01 % dengan
pengenceran:
Tabel 1. Komponen pada tabung uji.
Tabung ke
Zat
1 2 3 4 5
Glukosa 0,01 M 1 mL 2 mL 3 mL 4 mL 5 mL
Akuadestilata 4 mL 3 mL 2 mL 1 mL 0 mL
Jumlah 5 mL 5 mL 5 mL 5 mL 5 mL

4. Tabung 1 – 5 dicampur merata dengan vortex, kemudian 1 mL dari


masing-masing tabung ditempatkan pada tabung lain dan selanjutnya
ditambahkan 4 mL pereaksi antron.
5. Kemudian dalam tabung reaksi lainnya lagi, dilarutkan 1 mL larutan
sampel glukosa dan 4 mL pereaksi antron.
6. Sebagai larutan blanko, 1 mL akuadestilata dilarutkan dengan 4 mL
pereaksi antron.
7. Larutan dalam tabung yang dihasilkan pada langkah 4, 5 dan 6 kemudian
dipanaskan di penangas air selama 10 menit
8. Selanjutnya tabung-tabung diangkat serta dibiarakan dalam suhu ruangan
sampai suhu larutan dalam tabung menurun.
9. Dilakukan pembacaan pada λ 620 nm untuk tiap-tiap larutan.

BAB III
Hasil
Tabel 2. Hasil pembacaan dengan spektrofotometer.
Tabung Konsentrasi Absorbansi Transmisi
1 0,002% 0,15
2 0,004% 0,39
3 0,006% 0,54
4 0,008% 0,75
5 0,01% 0,7
6 0,0033% 0,31
Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan analisis konsentrasi glukosa pada
sebuah larutan yang nilai konsentrasi glukosanya belum diketahui dengan pereaksi
anthrone. Untuk menganalisa konsentrasi glukosa, pertama dibuat 5 larutan yang
memiliki konsentrasi gulkosa 0.002%, 0.004%, 0.006%, 0,008%, dan 0.01%
kemudian dibuat larutan yang nilai konsentrasi glukosanya belum diketahui,
sebagai sampel serta sebuta larutan dengan hanya akuadestilata, sebagai blanko.
Selanjutnya tiap-tiap larutan dihomogenkan dengan pereaksi anthrone sehingga
menghasilkan larutan dengan warna hijau, warna hijau ini disebabkan oleh
furfural yang bereaksi dengan pereaksi anthrone sehingga membentuk kompleks
berwarna kuning kehijauan (Koehler, 1952)

Kemudian setiap larutan tadi diukur nilai absorbansinya dengan


menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang λ 620 nm dengan
sebelumnya spektrofotometer dikalibrasi menggunakan larutan blangko. Hasil
absorbansi dari konsentrasi 0.002%, 0.004%, 0.006%, 0,008%, 0.01%, dan
sampel adalah berurut 0.15, 0.39, 0.54, 0.75, 0.7 dan 0.31 angka-angak tersebut
merupakan nilai dari sisa cahaya yang berhasil melewati larutan glukosa dan
diterima oleh detektor (Hasibuan, 2015)

Setelah nilai-nilai absorbansi didapat, dilakukan pencarian nilai


konsentrasi larutan sampel dengan cara menggunakan rumus hitung regresi linier
dan di dapat hasil a=0,068 dan b=73 kemudian dihitung menggunakan rumus
y=a+bx didapat hasil konsentrasi larutan sampel adalah 0.0033%.
BAB IV
Kesimpulan
 Konsentrasi karbohidrat dalam suatu larutan dapat dianalisa dengan
penambahan pereaksi anthrone karena warna larutan dapat berubah
menjadi hijau sehingga nilai absorbansinya dapat diketahui dan dari data
yang didapat dapat dihitung dengan regresi linier nilai konsentrasi
karbohidratnya.
 Hasil nilai konsentrasi glukosa dalam larutan sampel adalah 0,0033%.
 Berdasarkan Gambar 2. ada hubungan linier antara absorbansi yang
terbaca dengan jumlah glukosa didalam larutan.

DAFTAR PUSTAKA
Hardinsyah H, Riyadi H, dan Napitupulu. 2013. Kecukupan Energi, Protein,
Lemak dan Karbohidrat.
Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Koehler, LH. 1952. Differentiation of carbohydrates by anthrone reaction rate
and color intensity. Analytical Chemistry 24: 1576-1579.
Hasibuan, E. 2015. Pengenalan Spektrofotometri pada Mahasiswa yang
Melakukan Penelitian di Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran
USU. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara.
LAMPIRAN

Gambar 1. Hasil perhitungan regresi linier. Gambar 2. Kurva dari hasil


perhitungan
regresi linier.

Anda mungkin juga menyukai