ANTIKANKER
Oleh
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2020
FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS NASIONAL
Chirstian Flo Ryan Pratama, Evi Nuraeni, Maria Nendya, Muhammad Dhani Shadiqin
vi + 26 halaman, 11 gambar
Kanker merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian di dunia. Pada
tahun 2012 diperkirakan terdapat 14 juta kasus baru kanker dan 8,2 juta kematian akibat
kanker di dunia. Pengobatan kanker dengan cara kemoterapi dan radioterapi dapat
merusak jaringan normal lain. Antikanker yang diharapkan saat ini adalah yang memiliki
toksisitas selektif, artinya menghancurkan sel kanker tanpa merusak sel jaringan normal.
Eksplorasi bahan alam untuk pengobatan kanker perlu dilakukan. Salah satu sumber alam
yang dapat digunakan yaitu alga Spirulina platensis yang diketahui merupakan bagian
dari mikroalga yang kaya akan sumber nutrisi. Senyawa-senyawa aktif yang dimiliki
Spirulina platensis melalui uji fitokimia diantaranya alkaloid, flavonoid, steroid, dan
saponin. Kemampuan Spirulina platensis untuk membunuh sel kanker dapat dilihat
melalui deteksi apoptosis dengan pewarna Hoechst 33342 menunjukkan adanya aktivitas
apoptosis dari pancaran fluoresen yang dihasilkan. Ekstrak kasar Spirulina platensis
memiliki sifat sitotoksik pada sel kanker payudara namun aman terhadap sel payudara
normal yang dapat dilihat dari penghambatan bahan Spirulina platensis terhadap sel
kanker payudara (MCF-7) >50%. Alga Spirulina platensis terbukti memiliki beragam
senyawa metabolit yang berpotensi medisinal diantaranya pigmen fikosianin dan
senyawa Ile-Gln-Pro (isoleusin-glutamin-prolina) flavonoid, fenolik, alkaloid, saponin,
steroid, dan triterpenoid. Senyawa-senyawa tersebut mempunyai manfaat bagi tubuh
yaitu sebagai antioksidan (mencegah kanker dan radikal bebas), meningkatkan sistem
imunitas tubuh (daya tahan terhadap fluktuasi lingkungan dan serangan penyakit), serta
sebagai antimalaria, antihipertensi, dan antiinflamasi.
Nuraeni (183112620150080)
Menyetujui
Mengetahui
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kemudahan dan
kelancaran yang diberikanNya kepada kami dalam menjalani kegiatan Studi Biologi
Lapangan (SBL) berdasarkan studi pustaka dari beberapa literatur. Selama perjalanan
penyusunan makalah ini, banyak sekali pengalaman berharga yang kami dapatkan mulai
dari bimbingan, bantuan, saran serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua dan keluarga atas segala doa dan dukungannya.
2. Ibu Dra. Sri Handayani, M. Si selaku Dosen Pembimbing atas segala bimbingan dan
arahan dalam penyelesaian penulisan makalah SBL.
3. Bapak Dr. Tatang Mitra Setia, M.Si. selaku Dekan Fakultas Biologi Universitas
Nasional.
6. Mahasiswa Biologi angkatan 2018 yang selalu berbagi ide dan saling membantu
dalam proses penulisan makalah SBL.
7. Semua pihak yang terlibat dalam proses penulisan makalah SBL ini yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan Makalah SBL ini masih sangat jauh dari
kata sempurna. Kami berharap semoga makalah SBL kami ini dapat bermanfaat bagi
pembaca di semua kalangan sebagai sarana informasi dan menambah ilmu.
Tim Penulis
IV
DAFTAR ISI
Halaman
V
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tampilan mikroskopis Spirulina platensis ........................................................... 5
Gambar 2. Tampilan mikroskopis reproduksi Spirulina platensis ......................................... 6
Gambar 3. Kurva pertumbuhan parasit P. falciparum 3D7 yang dipaparkan artemisinin (a)
dan fikosianin ........................................................................................................... 9
Gambar 4. Morfologi P. falciparum 3D7 yang dipaparkan (a) artemisinin, (b) fikosianin, (c)
kontrol yang dilihat dengan mikroskop cahaya perbesaran 1000x ..................... 10
Gambar 5a. Kurva pertumbuhan Spirulina platensis ............................................................. 14
Gambar 5b. Perubahan warna pada media kultivasi Spirulina platensis ............................... 15
Gambar 6. Morfologi sel magnifikasi 400x ........................................................................... 18
Gambar 7. Sel MCF-7 yang mengalami apoptosis ................................................................ 19
Gambar 8. Tabel hasil uji fitokimia ekstrak kasar Spirulina platensis .................................. 20
Gambar 9. Tabel hasil uji fitokimia ekstrak etanol Spirulina platensis ................................. 20
Gambar 10. Reaksi lengkap pada Meyer dan Dragendorff .................................................... 21
1
BAB I. PENDAHULUAN
2
pasien. Efek samping dari kemoterapi akan dirasakan ketika sedang dilakukan
pengobatan atau beberapa waktu setelah pengobatan.
Pengobatan kanker dengan cara kemoterapi dan radioterapi dapat merusak
jaringan normal lain, sehingga jaringan yang sehat tidak dapat mentoleransi radiasi dan
juga dosis obat harus dijaga pada level yang rendah serta diperlukan biaya pengobatan
yang besar. Antikanker yang diharapkan saat ini adalah yang memiliki toksisitas selektif,
artinya menghancurkan sel kanker tanpa merusak sel jaringan normal. Berdasarkan uraian
di atas, eksplorasi bahan alam untuk pengobatan kanker perlu dilakukan. Salah satu
sumber alam yang dapat digunakan yaitu alga Spirulina platensis yang diketahui
merupakan bagian dari mikroalga yang kaya akan sumber nutrisi (Puri dan Winata, 2019).
Mikroalga atau alga adalah organisme perairan yang dapat melakukan fotosintesis
dan hidup dari nutrien anorganik dan menghasilkan zat-zat organik melalui proses
fotosintesis (Imelda et al, 2018). Mikroalga merupakan organisme uniseluler, mempunyai
struktur sangat sederhana, berukuran mikroskopik, sebagian hidup di perairan tawar dan
sebagian di perairan laut. Pertumbuhan mikroalga dipengaruhi berbagai faktor
lingkungan antara lain cahaya dan kandungan berbagai jenis nutrien (Noerdjito, 2019).
Mikroalga merupakan salah satu organisme perairan yang sangat bermanfaat, tidak
hanya digunakan sebagai bahan pangan saja, namun dapat digunakan sebagai pakan
maupun obat-obatan. Salah satu contoh mikroalga yang sudah banyak diteliti dan relatif
mudah untuk dibudidayakan yaitu Spirulina platensis (Afriani et al, 2018).
Alga Spirulina platensis di Indonesia banyak digunakan sebagai sumber pangan
karena memiliki kandungan yang kaya akan protein dan mikronutrien (Christwardana,
2013). Sebagai negara dengan daerah tropis, sudah seharusnya Indonesia memanfaatkan
dengan sebaik-baiknya kekayaan alam tersebut, Konsumsi masyarakat yang tinggi juga
dapat mendorong perkembangan industri mikroalga di Indonesia sebagai sumber pangan
(Christwardana dkk., 2018). Alga Spirulina platensis mengandung klorofil sehingga
organisme ini mampu melakukan fotosintesis dan membuat makanannya sendiri (Pratama
et al, 2020). Dalam Afriani et al (2018) alga Spirulina platensis merupakan mikroalga
berwarna hijau-biru yang digolongkan ke dalam Cyanobacteria, bersel satu, dan
berbentuk spiral.
3
Alga Spirulina platensis memiliki bentuk spiral seperti filamen, dengan ukuran
diameter sebesar 3-12 μm serta mengandung pigmen warna cenderung hijau-biru.
Spirulina platensis dapat hidup di air tawar, air laut, media tanah bahkan di media
dengan alkalinitas tinggi yaitu dengan pH 8,5-11. Pertumbuhan Spirulina platensis juga
dipengaruhi oleh suhu, dimana suhu optimal dari alga ini yaitu 35ᵒ-40ᵒC. Ketersediaan
Spirulina platensis di Indonesia cukup berlimpah karena mudahnya pembudidayaan alga
tersebut. Spirulina platensis telah dikonsumsi manusia dan sangat jarang ditemukan kasus
alergi terhadap alga tersebut. Selain itu, alga ini juga memiliki berbagai efek
menguntungkan seperti hepatoprotektif, antivirus, antialergi, kardioprotektif,
neuroprotektif, dan mampu menangani berbagai keluhan dermatovenerologi, serta
bertindak sebagai senyawa antikanker (Pratama et al., 2020).
Alga Spirulina platensis mengandung beberapa komponen kimia yang beragam
dan bernutrisi. Komponen-komponen tersebut yaitu protein sebanyak 55-70%, lipid 4-
6%, karbohidrat 17-25%, asam lemak tidak jenuh majemuk seperti asam linoleat (LA)
dan γ-linoenat (GLA). Spirulina platensis juga mengandung vitamin diantaranya asam
nikotinat, riboflavin, thiamin, sianokobalamin, mineral, asam amino dan bahan aktif
lainnya seperti karotenoid, pigmen klorofil, dan fikosianin. Komposisi kimia yang
terkandung pada Spirulina platensis tergantung pada media yang digunakan. Ekstrak
kasar Spirulina platensis hasil kultivasi dengan media Zarrouk mampu menghambat
berbagai jenis sel kanker, salah satunya yaitu sel kanker payudara (MCF-7) (Sirait et al,
2019).
Berdasarkan potensi senyawa anti kanker yang dimiliki oleh Spirulina platensis,
untuk itu dalam tulisan ini penulis akan membahas mengenai beberapa senyawa metabolit
yang berpotensi medisinal yang dimiliki Spirulina platensis, proses penentuan aktivitas
senyawa antikanker pada Spirulina platensis, potensi senyawa anti kanker Spirulina
platensis terhadap sel kanker.
4
BAB II. SPIRULINA PLATENSIS
8
BAB III.
SPIRULINA PLATENSIS SEBAGAI SENYAWA ANTIKANKER
9
Spirulina platensis sebagai Antimalaria
Spirulina platensis mengandung pigmen fikosianin yang dapat meningkatkan
daya tahan tubuh untuk melawan infeksi virus, bakteri, maupun parasit. Pigmen
fikosianin yang terdapat dalam Spirulina platensis diketahui dapat berfungsi sebagai
antimalaria yang dapat menghambat pertumbuhan parasit. Plasmodium falciparum
(protozoa parasit) dengan nilai IC50 (50% inhibitory concentration) 8,4-12,0 µg/mL.
Spirulina platensis mengandung 20% fikosianin yang stabil pada pH 4,5-8,0 dengan
suhu konstan 60oC dan peka terhadap cahaya, pigmen ini larut dalam air dan pelarut
polar lainnya. Perbedaan pelarut dan metode ekstraksi akan menghasilkan kuantitas
dan kualitas fikosianin yang berbeda. Fikosianin merupakan senyawa protein yang
termasuk kedalam kelompok fikobilliprotein berwarna biru digunakan sebagai
penyimpan cadangan nitrogen pada Cyanophyta. Aktivitas antimalaria diperlukan
untuk mengetahui penghambatan pertumbuhan P. falciparum 3D7 (sensitive
cloroquine) yang dilakukan dengan cara menghitung nilai IC50 (50% inhibitory
concentration) pada artemisisnin dan fikosianin. Nilai IC50 penghambatan
pertumbuhan parasit P. falciparum 3D7 yang dipaparkan artemisinin dan fikosianin
dapat dilihat pada Gambar 3 (Wulandari et al., 2016).
Gambar 3. kurva pertumbuhan parasit P. falciparum 3D7 yang dipaparkan artemisinin (a)
dan fikosianin (b).
Gambar 4. Morfologi P. falciparum 3D7 yang dipaparkan (a) artemisinin, (b) fikosianin, (c)
kontrol yang dilihat dengan mikroskop cahaya perbesaran 1000x. *Tanda panah
menunjukkan kerusakan sel parasit.
11
Spirulina platensis sebagai Antioksidan
Penggunaan antioksidan sintetis yang dapat membahayakan kesehatan tubuh
manusia tersebut mendorong penelitian untuk mencari senyawa alami baru sebagai
antioksidan alami yang lebih aman bagi kesehatan manusia. Salah satunya dengan
memanfaatkan produk alam dari mikroalga yang diduga mengandung senyawa
bioaktif sebagai antioksidan alami. Spirulina platensis segar berpotensi sebagai
sumber antioksidan alami dan perbedaan tingkat kepolaran pelarut dengan
menggunakan metode ekstraksi refluks dibantu sonikasi berpengaruh pada aktivitas
antioksidannya. Perbedaan tingkat kepolaran dari pelarut yang digunakan diduga
akan menghasilkan ekstrak dengan senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai
antioksidan alami yang berbeda juga. Senyawa-senyawa yang mempunyai potensi
sebagai antioksidan adalah flavonoid, fenolik, alkaloid, saponin, steroid dan
triterpenoid.
Flavonoid termasuk fenolik alam yang potensial sebagai antioksidan dan
mempunyai bioaktivitas sebagai obat. Senyawa-senyawa ini ditemukan pada batang,
daun, bunga, dan buah. Flavonoid dalam tubuh manusia berfungsi sebagai
antioksidan sehingga sangat kuat untuk pencegahan kanker. Manfaat flavonoid
antara lain adalah untuk melindungi struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin
C, anti-inflamasi, mencegah keropos tulang dan sebagai antibiotik. Flavonoid dapat
berperan langsung sebagai antibiotik dengan mengganggu fungsi dari
mikroorganisme misalnya bakteri atau virus. Fungsi flavonoid sebagai anti virus
telah banyak dipublikasikan termasuk untuk virus HIV/AIDS dan virus (Firdiyani et
al., 2015).
Spirulina platensis sebagai Antihipertensi
Spirulina platensis terbukti memiliki aktivitas sebagai antihipertensi karena
adanya senyawa Ile-Gln-Pro (isoleusin-glutamin-prolina) yang merupakan fraksi
peptida dari Alcalase Digestions Spirulina platensis yang dimurnikan. Senyawa
tersebut dilaporkan memiliki aktivitas sebagai antihipertensi melalui mekanisme
penghambatan enzim pengonversi angiotensin I (ACE). Penghambat enzim
12
pengonversi angiotensin I (ACE) yaitu Ile-Gln-Pro dengan nilai IC50 5,77 (0,09 μM)
yang dimurnikan dari Alcalase Digestions. Spirulina platensis dengan pemberian
oral pada dosis 10 mg/kg menunjukkan adanya penurunan yang signifikan dari
tekanan darah sistolik tertimbang (SBP) dan tekanan darah diastolik (DBP) pada
tikus hipertensi spontan (SHR) pada 4, 6, dan 8 jam setelah pengobatan. Hasil isolasi
peptida antihipertensi dari Alcalase Digest Spirulina platensis ersebut menunjukkan
bahwa ACE inhibitor peptida dari Spirulina platensis mungkin memiliki potensi
untuk digunakan dalam pencegahan dan pengobatan hipertensi (Yasir et al., 2019).
13
ataupun media Walne. Media Zarrouk merupakan salah satu media cair yang
digunakan dalam kultivasi Spirulina platensis dimana media ini mengandung kadar
nitrogen total 0,0428%, fosfor 0,089%, karbon 0,243% dan kalsium 0,0042%
(Tinambunan et al., 2017). Media Walne merupakan media umum yang digunakan
dalam proses kultur mikroalga. Media Walne mengandung N(NaNO3) sebanyak
100,009 g/l dan P(NaH2PO4.2H2O) sebanyak 20 g/l (Trikuti et al., 2016). Proses
penentuan aktivitas senyawa antikanker pada Spirulina platensis ini meliputi tahap
kultivasi dan pemanenan Spirulina platensis, ekstraksi komponen aktif, analisis
komponen bioaktif, uji anti kanker, deteksi apoptosis, serta analisis data. Beberapa
tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kultivasi dan Pemanenan Spirulina platensis
Sebelum melakukan kultivasi pada alga Spirulina platensis, peralatan yang
digunakan terlebih dahulu disterilkan guna meminimalkan kontaminan yang dapat
menghambat produktivitas Spirulina platensis. Wadah yang digunakan berupa botol
kultur dengan volume 1500 ml sebanyak 15 buah yang sudah steril dan peralatan lain
seperti selang, batu aerasi, gelas ukur, pipet tetes dapat disterilkan terlebih dahulu
dengan menggunakan alkohol 70%. Alga Spirulina platensis terlebih dahulu dikultur
dalam media cair Zarrouk untuk dijadikan stok kultur. Kemudian tok kultur yang
diperoleh digunakan sebagai inokulum awal sebanyak 2000 ml. Kepadatan Spirulina
platensis untuk inokulum adalah sebesar ±2,4 g.Stok Spirulina platensis tersebut
diambil sebanyak 100 ml untuk dijadikan inokulum dan dimasukkan ke dalam 900
ml air media. Setiap perlakuan masing-masing dilakukan 3 (tiga) kali pengulangan.
Setelah itu dilakukan pengukuran kepadatan Spirulina platensis. Agitasi dilakukan
dengan bantuan aerasi dan dilakukan pengocokan manual 2 kali sehari, pagi dan sore
selama 2 menit (Tinambunan et al., 2017).
Pemanenan Spirulina platensis dilakukan dengan cara penyaringan
menggunakan nylon mesh ukuran 20 m untuk memisahkan biomassa Spirulina
platensis dan filtratnya. Biomassa tersebut dikeringkan menggunakan oven dengan
suhu 40 oC selama 24 jam untuk mendapatkan biomassa kering Spirulina platensis.
Hasil pemanenan dapat dilakukan pada hari ke 11 sebab pada kurva hari ke 11
mencapai fase stasioner. Fase stasioner berarti bahwa laju reproduksi dari Spirulina
14
platensis sama dengan laju kematiaanya. Sehingga pada fase ini, Spirulina platensis
mengalami pertumbuhan yang seimbang begitu pula dengan nutrisinya. Kurva
pertumbuhan Spirulina platensis dapat dilihat pada Gambar 3 (Notonegoro et al.,
2018). Spirulina platensis yang dapat dipanen yaitu alga dengan nilai OD (Optical
Density) berkisar 0,5-1,0 dimana pada nilai tersebut ketersediaan unsur nitrogen
dalam medium yang cukup besar sehingga biosintesis dan metobolisme sel cepat
terjadi. Peningkatan tersebut berkorelasi dengan meningkatnya metabolit sekunder
dan komponen senyawa aktif yang dihasilkan (Gambar 5a)
Gambar 5b. Perubahan warna pada media kultivasi Spirulina platensis (Notonegoro et al.,
2018)
15
Ekstraksi Spirulina platensis
Tahapan ini dilakukan menggunakan pelarut polar (etanol 96%) dengan
konsentrasi 1:20 (b/v) kemudian biomassa Spirulina platensis dimaserasi dengan
pelarut tersebut selama 3 x 24 jam pada suhu ruang, selanjutnya sampel diuapkan
menggunakan vacuum evaporator dengan suhu 40oC sampai didapatkan ekstrak
kasar kering (Sirait et al., 2019).
16
Uji antikanker
Pengujian ini menggunakan sel normal payudara (MCF-12a) dan sel kanker
(MCF-7). Aktivitas antikanker diuji menggunakan metode MTT assay (mikrokultur
tetrazolium). Prinsip dari metode ini yaitu mengukur aktivitas dehidrogenase
mitokondria pada sel-sel hidup yang memiliki kemampuan untuk mengkonversi
MTT menjadi formazan ditandai dengan warna violet. Kemudian persentasi
penghambatan sel (IC50) dari sel normal payudara (MCF-12a) dan sel kanker
(MCF-7) dapat dihitung. Dari nilai IC50 yang diperoleh dapat diketahui nilai SI
(Selectivity Index) yang menunjukkan selektivitas sampel terhadap sel yang diuji
(Sirait et al., 2019).
Deteksi apoptosis
Sel kanker payudara (MCF-7) yang dikultur dilakukan pewarnaan sel
menggunakan Hoechst 33342 mengacu pada sebuah penelitian di tahun 2007.
Pengamatan apoptosis sel dilakukan menggunakan mikroskop fluoresens UV-2A
dengan panjang gelombang eksitasi 330-380 nm. Apoptosis merupakan kematian sel
secara terprogram pada kondisi fisiologis maupun patologis. Sel apoptosis dapat
dideteksi secara mikroskopi dengan bantuan pewarna flouresen Hoechest dimana sel
yang mengalami apoptosis akan memancarkan cahaya fluoresen (Sirait et al., 2019).
Analisis Data
Analisis data ini dilakukan dengan melakukan perhitungan nilai IC50
menggunakan analisis regresi linier untuk mengetahui besarnya konsentrasi suatu
bahan yang dapat menghambat aktivitas sel kanker sebanyak 50%. Penghitungan
nilai selectivity index (SI) dengan menghitung IC50 sel normal dibagi dengan IC50 sel
kanker. Ekstrak Spirulina platensis dapat dikatakan mempunyai selektivitas yang
tinggi apabila nilai SI ≥ 3 dan dikatakan kurang selektif apabila nilai SI < 3 (Sirait et
al., 2019).
17
C. Potensi Spirulina platensis sebagai antikanker
Alga Spirulina platensis dimasa yang akan datang terlihat cukup berpotensi
dan menjanjikan sebagai obat antikanker berbahan dasar alam. Penelitian oleh
Syahril et al (2011) melaporkan bahwa ekstrak kasar etanol p.a 96% Spirulina
platensis mampu menghambat pertumbuhan sel kanker payudara (MCF-7) pada
konsentarsi 85 μg/mL. Skrining antikanker oleh Canan (2012) menunjukkan bahwa
ekstrak kasar dan fikosianin dari Spirulina platensis hasil kultivasi dengan media
Zarrouk mampu menghambat berbagai jenis sel kanker, salah satunya sel MCF-7
(Puri dan Winata, 2019).
Penelitian Sirait et al (2019) menunjukkan ekstrak Spirulina platensis
memiliki potensi sebagai antikanker terhadap sel kanker payudara. Hal ini
ditunjukkan dari hasil aktivitas antikanker Spirulina platensis yang dikultur pada
media Walne menunjukkan bahwa senyawa antikanker yang terdapat pada
Spirulina platensis yang dikultur di media tersebut memiliki sifat sitotoksik pada sel
kanker payudara namun aman terhadap sel payudara normal. Hal ini ditunjukkan
dengan hasil penghambatan bahan ekstrak kasar Spirulina platensis hasil kultur
Walne terhadap sel kanker payudara >50% dan Doksorubisin (sampel kontrol
positif) menghambat sel kanker payudara (MCF-7) yaitu sebesar 92,26%. Menurut
Wikanta et al (2010), penghambatan pertumbuhan sel yang lebih besar dari 50%-
100% menunjukkan sifat penghambatan pertumbuhan sel yang sedang sampai kuat
sehingga dapat dikatakan bioaktivitas ekstrak terhadap sel tumor aktif.
Pengamatan perubahan yang terjadi pada sel kanker dapat diamati secara
morfologis. Pada penelitian Sirait et al (2019), morfologi sel kanker payudara yang
akitif ditandai dengan bentuk epitel dan berwarna terang, sedangkan sel mati ditandai
dengan bentuk bulat dan berwarna gelap (tidak bercahaya) (Gambar 6). Hal ini juga
didukung oleh Puspitasari dan Ulfa (2009) yang menyatakan bahwa morfologi sel
hidup tampak bersinar cemerlang dan batas membran dengan media akan terlihat
jelas, sedangkan sel mati tampak bulat, gelap, tidak bercahaya dan membran selnya
terlihat pecah atau agak samar.
18
Gambar 6. Morfologi sel magnifikasi 400x. (a) tanpa penambahan sampel (control
negative), (b) penambahan sampel, (c) penambahan doxorubicin (control
positif). Sel hidup ditunjukkan dengan symbol panah biru dan sel mati
ditunjukkan dengan panah merah (Sirait et al (2019))
19
Gambar 7. Sel MCF-7 yang mengalami apoptosis (Sirait et al., 2019)
Apoptosis merupakan bentuk yang paling umum dari kematian sel secara
fisiologis. Ketika suatu sel mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi,
sel tersebut akan menginduksi respon apoptosis sel yang sangat spesifik. Apoptosis
memegang peranan penting dalam keberlangsungan hidup organisme dan merupakan
komponen penting dari berbagai proses seperti pergantian sel normal, perkembangan
dan berfungsinya sistem imun, atrofi hormon-dependent, perkembangan embrionik,
eliminasi sel sakit, dan menjaga homeostasis sel. Gangguan pada proses apoptosis
dapat menyebabkan penyakit seperti kanker, neurodegeneratif, dan juga gangguan
autoimun (Puri dan Winata, 2019).
Gambar 8. Hasil uji fitokimia ekstrak kasar Spirulina platensis (Sirait et al., 2019).
20
Berbeda dengan hasil penelitian di atas pada penelitian Suratno (2016) flavonoid
tidak ditemukan. Kesamaan hasil ditunjukkan dari terdapatnya alkaloid dan juga saponin
dalam uji fitokimia terhadap ekstrak etanol Spirulina platensis pada penelitian tersebut
(Gambar 9).
Gambar 9. hasil uji fitokimia ekstrak etanol Spirulina platensis (Suratno, 2016).
Uji alkaloid dapat dilakukan dengan melarutkan dalam beberapa tetes asam sulfat
2 N kemudian diuji dengan 2 pereaksi alkaloid yaitu pereaksi Dragendorff dan pereaksi
Meyer. Hasil uji positif diperoleh bila terbentuk endapan merah hingga jingga dengan
pereaksi Dragendorff dan endapan putih kekuningan dengan pereaksi Meyer (Gambar 10)
(Suratno, 2016).
21
Gambar 10. Reaksi lengkap pada Meyer dan Dragendorff (Suratno, 2016).
Saponin merupakan senyawa yang mengandung gugus hidrofilik dan juga gugus
hidrofobik. Bila suatu ekstrak positif mengandung golongan saponin, maka terbentuk
buih/busa yang disebabkan adanya gugus hidrofilik yang berikatan dengan air sedangkan
gugus hidrofobik akan berikatan dengan udara. Penambahan HCl 2 N bertujuan untuk
menambah kepolaran sehingga gugus hidrofilik akan berikatan lebih stabil dan buih yang
terbentuk menjadi stabil. Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak etanol mikroalga Spirulina
platensis menunjukkan hasil positif yang berarti bahwa ekstrak ini mengandung saponin
(Suratno, 2016).
22
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penulusuran pustaka yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Alga Spirulina platensis terbukti memiliki beragam senyawa metabolit yang
berpotensi medisinal diantaranya pigmen fikosianin dan senyawa Ile-Gln-Pro
(isoleusin-glutamin-prolina), flavonoid, fenolik, alkaloid, saponin, steroid, dan
triterpenoid. Senyawa-senyawa tersebut mempunyai manfaat bagi tubuh yaitu
sebagai antioksidan (mencegah kanker dan radikal bebas), meningkatkan sistem
imunitas tubuh (daya tahan terhadap fluktuasi lingkungan dan serangan penyakit),
serta sebagai antimalaria, antihipertensi, dan antiinflamasi.
2. Senyawa aktif yang terkandung dalam Spirulina platensis yaitu alkaloid, flavonoid,
steroid, dan saponin.
3. Spirulina platensis memiliki sifat sitotoksik pada sel kanker payudara namun aman
terhadap sel payudara normal yang dapat dilihat dari penghambatan bahan ekstrak
Spirulina platensis terhadap sel kanker payudara (MCF-7) >50%
4. Alga Spirulina platensis mampu membunuh sel kanker yang dibuktikan dari deteksi
apoptosis dengan pewarna Hoechst 33342 menunjukkan adanya aktivitas apoptosis
ekstrak kasar Spirulina platensis terhadap sel kanker payudara (MCF-7).
B. Saran
Adapun saran dalam penulisan studi pustaka ini yaitu jumlah sumber pustaka
yang digunakan mengenai potensi alga Spirulina platensis sebagai antikanker
alangkah baiknya diperbanyak. Sehingga data yang didapat menjadi lebih lengkap
dan kandungan senyawa antikanker yang diteliti lebih akurat.
Berdasarkan hasil penulisan terkait potensi antikanker yang terkandung pada
Spirulina platensis, perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai potensi-
potensi lain beserta karakterisasi senyawa yang terdapat dalam Spirulina platensis.
23
DAFTAR PUSTAKA
Dewi M. 2017. Sebaran Kanker di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar 2007. Indonesian
Journal of Cancer Vol. 11, No. 1: 1-8.
Ekantari N, et al. 2017. Pengaruh Media Budidaya Menggunakan Air Laut dan Air
Tawar terhadap Sifat Kimia dan Fungsional Biomassa Kering Spirulina
platensis. Vis Vitalis Jurnal AGRITECH37(2): 173-182.
Farisi, M., & Maseha, R. F. 2015. Pengaruh CO2 dan Salinitas Terhadap Pertumbuhan
Mikroalga Spirulina platensis dan Botryococcus braunii Sebagai Pakan Alami
Ikan Bandeng (chanos chanos) (Doctoral Dissertation, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember).
Firdiyani F, Agustini TW,dan Ma’ru WF. 2015. Ekstraksi Senyawa Bioaktif Sebagai
Antioksidan Alami Spirulina platensis Segar Dengan Pelarut Yang
Berbeda. Jphpi 18(1): 29-37.
Gultom, S.O. 2018. Microalgae: Future Renewable Energy Sources.Vis Vitalis jurnal
kelautan 11(1): 95-103.
Imelda S, et al. 2018. Kultivasi Mikroalga Isolat Lokal Pada Medium Ekstrak Tauge.
Journal of science and technology 7(2) : 148 – 157.
Khairani S, Keban S, dan Afrianty M. 2019. Evaluasi Efek Samping Obat Kemoterapi
terhadap Quality of Life (QoL) Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit X
Jakarta. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 17(1): 9-13.
24
Lebeharia, S. M. 2016 Pertumbuhan dan kualitas biomassa spirulina platensis yang
diproduksi pada media zarouk (Bachelor's thesis, Jakarta: Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah).
Mufarrichah DI. 2019. Analisis Sifat Fisika, Kimia, dan Organoleptik Pada Mi Instan
Fortifikasi Spirulina Platensis Terenkapsulasi Kappa Karagenan sebagai Sumber
Serat Pangan. Skripsi. Perikanan dan ilmu kelautan. Manajemen Sumberdaya
Perairan. Universitas Brawijaya. Malang.
Noerdjito DR. 2019. Interaksi Mikroalga Bakteri dan Peranannya dalam Produksi
Senyawa Dalam Kultur Mikroalga. Jurnal Oseana 44(2): 25 - 34.
Nege AS, Masithah ED, dan Khotib J. 2020. Trends in the Uses of Spirulina Microalga:
A mini-review. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 12(1): 149-166.
Prambodo MS, Hariyati R, dan Soeprobowati TR. 2016. Spirulina platensis Geitler
sebagai Fikoremediator Logam Berat Pb Skala Laboratorium. Jurnal
Bioma 18(1): 64-69.
Pratama GMCT, et al. 2020. Potensi Ekstrak Spirulina platensis sebagai Tabir Surya
terhadap Paparan Ultraviolet B. Journal of Medicine and Health 02(6): 205-
217.
Puri AD dan Winata IP. 2019. Pengaruh Pemberian Ekstrak Spirulina Terhadap
Antikanker. Jurnal Penelitian Perawat Profesional 01(1):103 - 108.
Putri, D. L. 2018. Optimasi pH Pertumbuhan Mikroalga Spirulina Sp. Menggunakan Air
Laut yang Diperkaya Media Walne. Sikripsi. Program Studi Pendidikan Biologi.
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Ren W, Qiao Z, Wang H, Zhu L, dan Zhang L. 2003. Flavonoids: promising anticancer
agents. Medicinal Research Reviews. 23(4): 519-534.
Sirait PS, Setyaningsih I dan Tarman K. 2019. Aktivitas anti kanker ekstrak Spirulina
yang dikultur pada media Walne dan organik. Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia 22(1): 50-59.
Syahril M, Roshani O. Hasyimah N, Hafiz M, Sharida MD, Ahmed HY. 2011.
Screening of anticancer activities of crude extracts of unicellular green algae
25
(Chlorella vulgaris) filamentous blue green algae (Spirulina) on selected cancer
cell lines. International Conference on Applied Science, Mathematics and
Humanities: 82-87.
Suratno. 2016. Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Mikroalga Spirulina platensis Yang
Berpotensi Sebagai Antibakteri. Jurnal Surya Medika Volume 1 No. 2: 26-33.
26