Anda di halaman 1dari 31

POTENSI SPIRULINA PLATENSIS SEBAGAI SENYAWA

ANTIKANKER

MAKALAH STUDI BIOLOGI LAPANGAN

Oleh

CHRISTIAN FLO RYAN PRATAMA 183112620150084


EVI NURAENI 183112620150080
MARIA NENDYA 183112620150128
MUHAMMAD DHANI SHADIQIN 183112620150055

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2020
FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS NASIONAL

Makalah Studi Biologi Lapangan, Jakarta Oktober 2020

Chirstian Flo Ryan Pratama, Evi Nuraeni, Maria Nendya, Muhammad Dhani Shadiqin

POTENSI SPIRULINA PLATENSIS SEBAGAI SENYAWA ANTI KANKER

vi + 26 halaman, 11 gambar

Kanker merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian di dunia. Pada
tahun 2012 diperkirakan terdapat 14 juta kasus baru kanker dan 8,2 juta kematian akibat
kanker di dunia. Pengobatan kanker dengan cara kemoterapi dan radioterapi dapat
merusak jaringan normal lain. Antikanker yang diharapkan saat ini adalah yang memiliki
toksisitas selektif, artinya menghancurkan sel kanker tanpa merusak sel jaringan normal.
Eksplorasi bahan alam untuk pengobatan kanker perlu dilakukan. Salah satu sumber alam
yang dapat digunakan yaitu alga Spirulina platensis yang diketahui merupakan bagian
dari mikroalga yang kaya akan sumber nutrisi. Senyawa-senyawa aktif yang dimiliki
Spirulina platensis melalui uji fitokimia diantaranya alkaloid, flavonoid, steroid, dan
saponin. Kemampuan Spirulina platensis untuk membunuh sel kanker dapat dilihat
melalui deteksi apoptosis dengan pewarna Hoechst 33342 menunjukkan adanya aktivitas
apoptosis dari pancaran fluoresen yang dihasilkan. Ekstrak kasar Spirulina platensis
memiliki sifat sitotoksik pada sel kanker payudara namun aman terhadap sel payudara
normal yang dapat dilihat dari penghambatan bahan Spirulina platensis terhadap sel
kanker payudara (MCF-7) >50%. Alga Spirulina platensis terbukti memiliki beragam
senyawa metabolit yang berpotensi medisinal diantaranya pigmen fikosianin dan
senyawa Ile-Gln-Pro (isoleusin-glutamin-prolina) flavonoid, fenolik, alkaloid, saponin,
steroid, dan triterpenoid. Senyawa-senyawa tersebut mempunyai manfaat bagi tubuh
yaitu sebagai antioksidan (mencegah kanker dan radikal bebas), meningkatkan sistem
imunitas tubuh (daya tahan terhadap fluktuasi lingkungan dan serangan penyakit), serta
sebagai antimalaria, antihipertensi, dan antiinflamasi.

Kata kunci: Antikanker, Spirulina platensis, metabolit, senyawa aktif, apoptosis.

Daftar bacaan : 28 (2002-2020)


Judul Makalah : Potensi Spirulina platensis Sebagai Antikanker
Waktu Penelitian : Tanggal 14-19 September 2020
Nama Mahasiswa : Christian Flo Ryan Pratama (183112620150084) Evi

Nuraeni (183112620150080)

Maria Nendya (183112620150128)

Muhammad Dhani Shadiqin (183112620150055)

Menyetujui

Pembimbing Ketua Pelaksana

Dra. Sri Handayani, MSi Anisa Putri Sukmaningrum

Mengetahui

Dekan Fakultas Biologi Ketua HIMABIO

Dr. Tatang Mitra Setia, MSi Muhamad Arif Wibisono

Tanggal seminar : 24 Oktober 2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kemudahan dan
kelancaran yang diberikanNya kepada kami dalam menjalani kegiatan Studi Biologi
Lapangan (SBL) berdasarkan studi pustaka dari beberapa literatur. Selama perjalanan
penyusunan makalah ini, banyak sekali pengalaman berharga yang kami dapatkan mulai
dari bimbingan, bantuan, saran serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua dan keluarga atas segala doa dan dukungannya.

2. Ibu Dra. Sri Handayani, M. Si selaku Dosen Pembimbing atas segala bimbingan dan
arahan dalam penyelesaian penulisan makalah SBL.

3. Bapak Dr. Tatang Mitra Setia, M.Si. selaku Dekan Fakultas Biologi Universitas
Nasional.

4. Aulia Rachman Bimaputra selaku Pendamping dalam penulisan yang telah


memberikan waktu dan ide-ide serta ilmu yang sangat bermanfaat selama penulisan
makalah SBL.

5. Seluruh panitia yang telah menyelanggarakan kegiatan SBL.

6. Mahasiswa Biologi angkatan 2018 yang selalu berbagi ide dan saling membantu
dalam proses penulisan makalah SBL.

7. Semua pihak yang terlibat dalam proses penulisan makalah SBL ini yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan Makalah SBL ini masih sangat jauh dari
kata sempurna. Kami berharap semoga makalah SBL kami ini dapat bermanfaat bagi
pembaca di semua kalangan sebagai sarana informasi dan menambah ilmu.

Jakarta, 16 Oktober 2020

Tim Penulis

IV
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .............................................................................................. IV


DAFTAR ISI ............................................................................................................. V

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ VI

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

BAB II. Spirulina platensis ........................................................................................ 4

A. Klasifikasi Spirulina platensi .................................................................. 4

B. Morfologi Spirulina platensis ................................................................. 4

C. Habitat Spirulina platensis ...................................................................... 5

D. Siklus Hidup Spirulina platensis ............................................................. 5

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Kultivasi Spirulina platensis


.................................................................................................................. 6

BAB III. Spirulina platensis Sebagai Senyawa Antikanke ....................................... 8

A. Senyawa metabolit Spirulina platensis yang berpotensi medisinal ........ 8

B. Proses penentuan aktivitas senyawa antikanker

pada Spirulina platensis ................................................................................ 12

C. Potensi Spirulina platensis sebagai antikanker ..................................... 16

BAB IV. KESIMPULAN ......................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 23

V
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Tampilan mikroskopis Spirulina platensis ........................................................... 5
Gambar 2. Tampilan mikroskopis reproduksi Spirulina platensis ......................................... 6
Gambar 3. Kurva pertumbuhan parasit P. falciparum 3D7 yang dipaparkan artemisinin (a)
dan fikosianin ........................................................................................................... 9
Gambar 4. Morfologi P. falciparum 3D7 yang dipaparkan (a) artemisinin, (b) fikosianin, (c)
kontrol yang dilihat dengan mikroskop cahaya perbesaran 1000x ..................... 10
Gambar 5a. Kurva pertumbuhan Spirulina platensis ............................................................. 14
Gambar 5b. Perubahan warna pada media kultivasi Spirulina platensis ............................... 15
Gambar 6. Morfologi sel magnifikasi 400x ........................................................................... 18
Gambar 7. Sel MCF-7 yang mengalami apoptosis ................................................................ 19
Gambar 8. Tabel hasil uji fitokimia ekstrak kasar Spirulina platensis .................................. 20
Gambar 9. Tabel hasil uji fitokimia ekstrak etanol Spirulina platensis ................................. 20
Gambar 10. Reaksi lengkap pada Meyer dan Dragendorff .................................................... 21

1
BAB I. PENDAHULUAN

Kanker merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian di


dunia. Pada tahun 2012 diperkirakan terdapat 14 juta kasus baru kanker dan 8,2 juta
kematian akibat kanker di dunia. Lima besar jenis kanker yang ditemukan pada laki-laki
di dunia pada 2012, yaitu kanker paru, prostat, kolorektum, kanker perut, dan kanker hati.
Sedangkan pada perempuan yang terbanyak adalah kanker payudara, kolorektum, paru-
paru, serviks, serta kanker perut. Sepertiga kematian akibat kanker berhubungan dengan
5 kebiasaan gaya hidup dan pola makan. Kelima faktor tersebut yaitu obesitas, diet rendah
sayur dan buah, kurang aktivitas fisik, penggunaan tembakau, dan penggunaan alkohol.
Diperkirakan akan terjadi peningkatan kasus baru kanker sebesar 70% dalam 20 tahun
mendatang. Seiring dengan bertambahnya waktu, telah terjadi pergeseran pola kejadian
kanker di dunia, di mana kejadian kanker telah bergeser ke negara dengan penghasilan
menengah ke bawah. Saat ini, kejadian kasus baru kanker di dunia mencapai 57% dan
65% kematian akibat kanker terjadi di negara dengan penghasilan menengah ke bawah
(Dewi, 2017).
Penderita kanker di Indonesia semakin bertambah dimana di tahun 2013 hanya
terdapat 1,4 per seribu penduduk saja, di tahun 2018 angka tersebut meningkat menjadi
1,79 per seribu penduduk yang mengidap kanker (Puri dan Winata, 2019). Pengobatan
kanker yang umum dilakukan yaitu dengan cara konvensional seperti operasi,
kemoterapi, dan radioterapi. Pengobatan kanker dengan cara operasi tidak dapat
mengangkat kanker seutuhnya. Menurut Khairani et al (2019) pengobatan kanker dengan
kemoterapi juga dapat menimbulkan efek samping yang sangat kuat diantaranya dapat
menimbulkan rambut rontok hingga kebotakan, gangguan pada sumsum tulang, tubuh
menjadi lemah, merasa lelah, sesak nafas, mudah mengalami perdarahan, dan mudah
terinfeksi, kulit membiru/menghitam, kering, serta gatal, pada mulut dan tenggorokan
terdapat sariawan, terasa kering, dan sulit menelan, adanya mual dan muntah, nyeri pada
perut saluran pencernaan, produksi hormon terganggu sehingga menurunkan nafsu seks
dan kesuburan. Berat ringannya efek samping kemoterapi tergantung pada banyak hal,
antara lain jenis obat kemoterapi, kondisi tubuh baik berat badan, usia, kondisi psikis

2
pasien. Efek samping dari kemoterapi akan dirasakan ketika sedang dilakukan
pengobatan atau beberapa waktu setelah pengobatan.
Pengobatan kanker dengan cara kemoterapi dan radioterapi dapat merusak
jaringan normal lain, sehingga jaringan yang sehat tidak dapat mentoleransi radiasi dan
juga dosis obat harus dijaga pada level yang rendah serta diperlukan biaya pengobatan
yang besar. Antikanker yang diharapkan saat ini adalah yang memiliki toksisitas selektif,
artinya menghancurkan sel kanker tanpa merusak sel jaringan normal. Berdasarkan uraian
di atas, eksplorasi bahan alam untuk pengobatan kanker perlu dilakukan. Salah satu
sumber alam yang dapat digunakan yaitu alga Spirulina platensis yang diketahui
merupakan bagian dari mikroalga yang kaya akan sumber nutrisi (Puri dan Winata, 2019).
Mikroalga atau alga adalah organisme perairan yang dapat melakukan fotosintesis
dan hidup dari nutrien anorganik dan menghasilkan zat-zat organik melalui proses
fotosintesis (Imelda et al, 2018). Mikroalga merupakan organisme uniseluler, mempunyai
struktur sangat sederhana, berukuran mikroskopik, sebagian hidup di perairan tawar dan
sebagian di perairan laut. Pertumbuhan mikroalga dipengaruhi berbagai faktor
lingkungan antara lain cahaya dan kandungan berbagai jenis nutrien (Noerdjito, 2019).
Mikroalga merupakan salah satu organisme perairan yang sangat bermanfaat, tidak
hanya digunakan sebagai bahan pangan saja, namun dapat digunakan sebagai pakan
maupun obat-obatan. Salah satu contoh mikroalga yang sudah banyak diteliti dan relatif
mudah untuk dibudidayakan yaitu Spirulina platensis (Afriani et al, 2018).
Alga Spirulina platensis di Indonesia banyak digunakan sebagai sumber pangan
karena memiliki kandungan yang kaya akan protein dan mikronutrien (Christwardana,
2013). Sebagai negara dengan daerah tropis, sudah seharusnya Indonesia memanfaatkan
dengan sebaik-baiknya kekayaan alam tersebut, Konsumsi masyarakat yang tinggi juga
dapat mendorong perkembangan industri mikroalga di Indonesia sebagai sumber pangan
(Christwardana dkk., 2018). Alga Spirulina platensis mengandung klorofil sehingga
organisme ini mampu melakukan fotosintesis dan membuat makanannya sendiri (Pratama
et al, 2020). Dalam Afriani et al (2018) alga Spirulina platensis merupakan mikroalga
berwarna hijau-biru yang digolongkan ke dalam Cyanobacteria, bersel satu, dan
berbentuk spiral.

3
Alga Spirulina platensis memiliki bentuk spiral seperti filamen, dengan ukuran
diameter sebesar 3-12 μm serta mengandung pigmen warna cenderung hijau-biru.
Spirulina platensis dapat hidup di air tawar, air laut, media tanah bahkan di media
dengan alkalinitas tinggi yaitu dengan pH 8,5-11. Pertumbuhan Spirulina platensis juga
dipengaruhi oleh suhu, dimana suhu optimal dari alga ini yaitu 35ᵒ-40ᵒC. Ketersediaan
Spirulina platensis di Indonesia cukup berlimpah karena mudahnya pembudidayaan alga
tersebut. Spirulina platensis telah dikonsumsi manusia dan sangat jarang ditemukan kasus
alergi terhadap alga tersebut. Selain itu, alga ini juga memiliki berbagai efek
menguntungkan seperti hepatoprotektif, antivirus, antialergi, kardioprotektif,
neuroprotektif, dan mampu menangani berbagai keluhan dermatovenerologi, serta
bertindak sebagai senyawa antikanker (Pratama et al., 2020).
Alga Spirulina platensis mengandung beberapa komponen kimia yang beragam
dan bernutrisi. Komponen-komponen tersebut yaitu protein sebanyak 55-70%, lipid 4-
6%, karbohidrat 17-25%, asam lemak tidak jenuh majemuk seperti asam linoleat (LA)
dan γ-linoenat (GLA). Spirulina platensis juga mengandung vitamin diantaranya asam
nikotinat, riboflavin, thiamin, sianokobalamin, mineral, asam amino dan bahan aktif
lainnya seperti karotenoid, pigmen klorofil, dan fikosianin. Komposisi kimia yang
terkandung pada Spirulina platensis tergantung pada media yang digunakan. Ekstrak
kasar Spirulina platensis hasil kultivasi dengan media Zarrouk mampu menghambat
berbagai jenis sel kanker, salah satunya yaitu sel kanker payudara (MCF-7) (Sirait et al,
2019).
Berdasarkan potensi senyawa anti kanker yang dimiliki oleh Spirulina platensis,
untuk itu dalam tulisan ini penulis akan membahas mengenai beberapa senyawa metabolit
yang berpotensi medisinal yang dimiliki Spirulina platensis, proses penentuan aktivitas
senyawa antikanker pada Spirulina platensis, potensi senyawa anti kanker Spirulina
platensis terhadap sel kanker.

4
BAB II. SPIRULINA PLATENSIS

A. Klasifikasi Spirulina platensis


Alga Spirulina platensis secara taksonomi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut (Mufarrichah, 2019) :
Kerajaan : Eubacteria
Divisi : Cyanophyta
Kelas : Cyanophyceae
Bangsa : Nostocales
Suku : Oscilatoriaceae
Marga : Spirulina
Spesies : Spirulina platensis
Cyanophyta berasal dari bahasa yunani yakni “Cyano”, “kyanos” yang
artinya biru, sedangkan kata “phyta” berarti tumbuhan. Nama Cyanophyta
didasarkan pada pigmen yang ada pada sel Cyanophyta, yaitu klorofil-a dan pigmen
lain seperti xantofil, b-karotin dan fikobilin (yang paling dikenal pigmen biru c-
fikosianindan pigmen merah c-fikoeritrin). Artospira paltensis adalah sinonim dari
Spirulina platensis merupakan mikroalga golongan Cyanophyta atau disebut juga
alga hijau biru, karena memiliki zat warna Cyanofisin (hijau kebiruan), sehingga
dimasukkan ke dalam kelas Cyanophyceae (Mufarrichah, 2019).

B. Morfologi Spirulina platensis


Spirulina platensis diklasifikasikan sebagai divisi Cyanophyta berfilamen
dengan ciri morfologi susunan trikomanya silindris multiseluler dimana heliks kiri
terbuka disepanjang untainya. Spirulina platensis memiliki bentuk seperti benang
dengan rangkaian selnya berbentuk silindris dan dinding sel tipis. Spirulina platensis
memiliki filamen yang dapat bergerak bebas. Sel apikalnya berbentuk bulat dan
meruncing dan memiliki kapitasi serta kaliptrasi. Trikoma yang tersusun dari silinder
memiliki lebar sekitar 6-12 µm. Spirulina platensis memiliki ukuran panjang sekitar
5
200-300 µm dan diameter heliks yang bervariasi antara 30-70 µm. Secara
mikroskopis Spirulina platensis dapat dilihat di Gambar 1 (Vonshak, 2002).

Gambar 1. Tampilan mikroskopis Spirulina platensis (Nege et al, 2020)

C. Habitat Spirulina platensis


Mikroalga merupakan golongan mikroorganisme yang membutuhkan
cahaya matahari untuk berfotosintesis dalam pertumbuhannya (Gultom, 2018). Alga
ini tergolong dalam fitoplankton kosmopolit dengan habitat air tawar, air payau dan
air laut. Spirulina platensis merupakan Cyanobacteria yang bersifat kosmopolit
yaitu dapat hidup hampir di semua tempat dan dapat hidup pada habitat yang ektrim
serta dapat hidup pada tingkat salinitas yang tinggi (Ekantari et al, 2017). Spirulina
platensis dapat tumbuh pada suhu optimam yang berkisar antara 25ºC-35 ºC.
Menurut Prambodo et al (2016) Spirulina platensis dapat tumbuh dengan baik
dengan rentang pH (derajat keasaman) sekitar 7,2-9,5. Salinitas yang optimal bagi
pertumbuhan Spirulina platensis yaitu antara 15 – 20 ppt.

D. Siklus Hidup Spirulina platensis

Spirulina platensis merupakan organisme yang berkembang biak secara


vegegatif yaitu melalui pembelahan diri sederhana tanpa melalui tahapan seksual.
Siklus hidupnya terdiri dari 3 tahapan utama, yaitu: fragmentasi trikoma, proses
pembesaran dan pendewasaan sel-sel hormogonia dan pemanjangan trikoma (Albab,
2018). Siklus reproduksi berlangsung melalui pembentukan hormogonium yang
6
dimulai ketika Spirulina platensis dewasa memiliki satu atau beberapa sel yang
terdapat di tengah-tengah trikoma, mengalami kematian dan membentuk badan yang
disebut cakram pemisah berbentuk bikonkaf (Gambar 2). Sel-sel mati yang disebut
nekridia itu akan putus, kemudian mengalami fragmentasi atau pembelahan sel
mitoses, menjadi koloni sel yang terdiri atas 2-4 sel membentuk rantai-rantai
pendek yang disebut hormogonia dan memisahkan diri dari filamen induk untuk
menjadi trikoma baru. Sel-sel hormogonia akan meningkat melalui pembelahan
biner, kemudian bertambah panjang dan menjadi bentuk heliks. Tahap akhir proses
pendewasaan sel ditandai dengan terbentuknya granula pada sitoplasma dan
perubahan warna sel menjadi hijau kebiruan (Putri, 2018).

Gambar 2. Tampilan mikroskopis reproduksi Spirulina platensis (Nege et al, 2020)

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Kultivasi Spirulina platensis


Spirulina platensis dapat digunakan di berbagai bidang industri baik itu
industri bahan kimia, energi, teksstil sampai dengan pangan sehingga permintaan Spirulina

platensis dari tahun ke tahun semakin meningkat. Berbagai penelitian dan


pengembangan telah dilakukan untuk memproduksi biomassa Spirulina platensis
meliputi teknik kultur dalam berbagai skala produksi dan optimasi kondisi
lingkungan kultur (Farisi dan Maseha, 2015). Alga Spirulina platensis sendiri
merupakan organisme yang dapat tumbuh di lingkungan basa.
7
Spirulina platensis dapat dikultivikasi tanpa menggunakan pestisida atau herbisida.
Kultivasi Spriulina platensis dalam jangka panjang merupakan metode terbaik untuk
menghasilkan makanan sehat tanpa merusak lingkungan jika dibandingkan dengan
tanaman lainnya (Lebeharia, 2016).
Terdapat faktor-faktor yang memengaruhi kultivasi Spirulina platensis
diantaranya adalah cahaya, nutrien, dan suhu (Afriani et al., 2018). Dikarenakan
Spirulina platensis merupakan mikroalga yang melakukan fotosintesis untuk tumbuh
dan berkembang, maka cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan Spirulina platensis. Berdasarkan penelitian Anggorowati (2018),
pertumbuhan Spirulina platensis dengan pencahayaan yang berbeda akan
menghasilkan kepadatan sel yang berbeda pula, dengan pencahayaan matahari
memperoleh kepadatan tertinggi.
Kultur Spirulina platensis dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Seperti yang
dilaporkan oleh Albab faktor lingkungan tersebut diantaranya komposisi media dan
temperatur (16 – 38 oC), kondisi lingkungan terkontrol terhadap cahaya, suhu, dan
pH untuk dapat menimalisir kontaminasi patogen dan juga dapat mengontrol
produksi biomassa dari Spirulina platensis. Afriani et al (2018) menyebutkan
bahwa nutrien dalam media kultivasi memegang peranan penting terhadap
pertumbuhan Spirulina platensis. Kultivasi Spirulina platensis selama ini
menggunakan media Walne TMRL, dan Zarrouk, media-media tersebut digunakan
sebagai media pertumbuhan sel mikroalga. Dengan terdapatnya nutrien dalam
media-media tersebut Spirulina platensis akan mengalami peningkatan
pertumbuhan yang baik.

8
BAB III.
SPIRULINA PLATENSIS SEBAGAI SENYAWA ANTIKANKER

A. Senyawa metabolit Spirulina platensis yang berpotensi medisinal


Spirulina platensis merupakan alga yang memiliki komponen-komponen yang
memiliki potensi medisinal seperti sebagai antikanker, antioksidan, antimalaria,
antihipertensi, dan antiinflamasi. Potensi Spirulina platensis tersebut dapat dijelaskan
dibawah ini:
Spirulina platensis sebagai Antikanker
Berdasarkan uji fitokimia Spirulina platensis mengandung senyawa aktif
seperti alkaloid, flavonoid, steroid, dan saponin. Alkaloid terdiri dari piperidinone,
piperidine, hexadecanenitrile yang dapat membantu dalam menghambat
pertumbuhan sel kanker. Flavonoid termasuk ke dalam senyawa polifenol, metabolit
sekunder dari tanaman dan memiliki aktivitas sebagai antikanker. Flavonoid
mengandung kuersetin yang berasal dari subkelas flavonol. Mekanisme flavonoid
sebagai antikanker menurut Ren et al. (2003) yaitu penghambatan aktivitas DNA
topoisomerase I/II (enzim pemotong DNA), penurunan ekspresi gen Bcl-2 (protein
pro apoptosis) dan Bcl-xl (protein anti apoptosis), serta aktivasi endonuklease (Sirait
et al., 2019).

Steroid yang terkandung dalam Spirulina platensis dapat digunakan sebagai


agen antikanker karena memiliki enzim penghambat diantaranya aromatase dan
sulfatase inhibitor untuk kanker payudara. Mekanisme kerja senyawa ini adalah
merusak permeabilitas membran mitokondria pada sel kanker. Permeabilitas
membran yang dimaksud adalah kemampuan membran untuk mentrasportasikan zat
yang dibutuhkan sel dari lingkungan ekstraselulernya kebagian dalam sel. Sehingga
karena permeabilitasnya telah rusak maka sel akan mengalami kematian. Senyawa
saponin secara struktural memiliki satu atau lebih gugus glikosida hidrofilik dan
dapat terlibat dalam replikasi DNA serta mencegah poliferasi sel kanker (Sirait et
al, 2019).

9
Spirulina platensis sebagai Antimalaria
Spirulina platensis mengandung pigmen fikosianin yang dapat meningkatkan
daya tahan tubuh untuk melawan infeksi virus, bakteri, maupun parasit. Pigmen
fikosianin yang terdapat dalam Spirulina platensis diketahui dapat berfungsi sebagai
antimalaria yang dapat menghambat pertumbuhan parasit. Plasmodium falciparum
(protozoa parasit) dengan nilai IC50 (50% inhibitory concentration) 8,4-12,0 µg/mL.
Spirulina platensis mengandung 20% fikosianin yang stabil pada pH 4,5-8,0 dengan
suhu konstan 60oC dan peka terhadap cahaya, pigmen ini larut dalam air dan pelarut
polar lainnya. Perbedaan pelarut dan metode ekstraksi akan menghasilkan kuantitas
dan kualitas fikosianin yang berbeda. Fikosianin merupakan senyawa protein yang
termasuk kedalam kelompok fikobilliprotein berwarna biru digunakan sebagai
penyimpan cadangan nitrogen pada Cyanophyta. Aktivitas antimalaria diperlukan
untuk mengetahui penghambatan pertumbuhan P. falciparum 3D7 (sensitive
cloroquine) yang dilakukan dengan cara menghitung nilai IC50 (50% inhibitory
concentration) pada artemisisnin dan fikosianin. Nilai IC50 penghambatan
pertumbuhan parasit P. falciparum 3D7 yang dipaparkan artemisinin dan fikosianin
dapat dilihat pada Gambar 3 (Wulandari et al., 2016).

Gambar 3. kurva pertumbuhan parasit P. falciparum 3D7 yang dipaparkan artemisinin (a)
dan fikosianin (b).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol positif artemisinin dapat


menghambat pertumbuhan P. falciparum dengan IC50 0,0003 µg/mL, sedangkan
10
IC50 fikosianin yaitu 158,489 µg/mL. Aktivitas antimalaria fikosianin lebih lemah
dibandingkan dengan artemisinin sebagai kontrol positif hal ini disebabkan senyawa
artemisinin dapat menyebabkan kematian parasit, gangguan pada stadium
perkembangan morfologi parasit yang menyebabkan kerusakan sel P. falciparum
3D7 (Gambar 4), sedangkan fikosianin tidak mampu menghambat pertumbuhan P.
falciparum seperti halnya artemisinin. Parasit kontrol (tidak dipaparkan dengan
senyawa apapun) dan parasit yang dipaparkan fikosianin tumbuh menjadi tropozoit
dewasa, memiliki organel sel yang sempurna dan tidak terjadi kerusakan sel,
sedangkan parasit yang dipaparkan artemisinin (kontrol positif) mengalami bentuk
krisis terlihat dari inti yang menebal dan berwarna gelap (Gambar 4). Kerusakan sel
pada parasit yang dipaparkan artemisinin menunjukkan bahwa senyawa artemisinin
dapat menghambat pertumbuhan parasit P. falciparum 3D7 (Wulandari et al., 2016).

Gambar 4. Morfologi P. falciparum 3D7 yang dipaparkan (a) artemisinin, (b) fikosianin, (c)
kontrol yang dilihat dengan mikroskop cahaya perbesaran 1000x. *Tanda panah
menunjukkan kerusakan sel parasit.

Mekanisme senyawa artemisin dalam menghambat pertumbuhan P.


falciparum yaitu dengan cara pembentukan radikal oksigen sebagai penyusun radikal
bebas karbon (carbon center radical) yang akan mengalkilasi molekul heme.
Pembentukan Ikatan antara heme dan artemisinin dapat menghambat proses
polimerisasi heme, sehingga heme bersifat toksik dan menyebabkan kematian pada
parasit malaria (Wulandari et al., 2016).

11
Spirulina platensis sebagai Antioksidan
Penggunaan antioksidan sintetis yang dapat membahayakan kesehatan tubuh
manusia tersebut mendorong penelitian untuk mencari senyawa alami baru sebagai
antioksidan alami yang lebih aman bagi kesehatan manusia. Salah satunya dengan
memanfaatkan produk alam dari mikroalga yang diduga mengandung senyawa
bioaktif sebagai antioksidan alami. Spirulina platensis segar berpotensi sebagai
sumber antioksidan alami dan perbedaan tingkat kepolaran pelarut dengan
menggunakan metode ekstraksi refluks dibantu sonikasi berpengaruh pada aktivitas
antioksidannya. Perbedaan tingkat kepolaran dari pelarut yang digunakan diduga
akan menghasilkan ekstrak dengan senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai
antioksidan alami yang berbeda juga. Senyawa-senyawa yang mempunyai potensi
sebagai antioksidan adalah flavonoid, fenolik, alkaloid, saponin, steroid dan
triterpenoid.
Flavonoid termasuk fenolik alam yang potensial sebagai antioksidan dan
mempunyai bioaktivitas sebagai obat. Senyawa-senyawa ini ditemukan pada batang,
daun, bunga, dan buah. Flavonoid dalam tubuh manusia berfungsi sebagai
antioksidan sehingga sangat kuat untuk pencegahan kanker. Manfaat flavonoid
antara lain adalah untuk melindungi struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin
C, anti-inflamasi, mencegah keropos tulang dan sebagai antibiotik. Flavonoid dapat
berperan langsung sebagai antibiotik dengan mengganggu fungsi dari
mikroorganisme misalnya bakteri atau virus. Fungsi flavonoid sebagai anti virus
telah banyak dipublikasikan termasuk untuk virus HIV/AIDS dan virus (Firdiyani et
al., 2015).
Spirulina platensis sebagai Antihipertensi
Spirulina platensis terbukti memiliki aktivitas sebagai antihipertensi karena
adanya senyawa Ile-Gln-Pro (isoleusin-glutamin-prolina) yang merupakan fraksi
peptida dari Alcalase Digestions Spirulina platensis yang dimurnikan. Senyawa
tersebut dilaporkan memiliki aktivitas sebagai antihipertensi melalui mekanisme
penghambatan enzim pengonversi angiotensin I (ACE). Penghambat enzim

12
pengonversi angiotensin I (ACE) yaitu Ile-Gln-Pro dengan nilai IC50 5,77 (0,09 μM)
yang dimurnikan dari Alcalase Digestions. Spirulina platensis dengan pemberian
oral pada dosis 10 mg/kg menunjukkan adanya penurunan yang signifikan dari
tekanan darah sistolik tertimbang (SBP) dan tekanan darah diastolik (DBP) pada
tikus hipertensi spontan (SHR) pada 4, 6, dan 8 jam setelah pengobatan. Hasil isolasi
peptida antihipertensi dari Alcalase Digest Spirulina platensis ersebut menunjukkan
bahwa ACE inhibitor peptida dari Spirulina platensis mungkin memiliki potensi
untuk digunakan dalam pencegahan dan pengobatan hipertensi (Yasir et al., 2019).

Spirulina platensis sebagai Antiinflamasi


Spirulina platensis juga dikaitkan dengan aktivitas antiinflamasi. Hal tersebut
disebabkan karena adanya hubungan antara diabetes dan peradangan.
Mengkonsumsi suplementasi Spirulina platensis selama 4 minggu dapat
menurunkan kadar glukosa darah, kadar TG, serta TD sistolik. Namun, tidak
berpengaruh pada kadar kolesterol HDL dan TD diastolic. Spirulina platensis
mengandung fikosianin spektrum alami campuran karoten dan pigmen xantofil
(pigmen yang menyebabkan warna kuning pada tumbuhan), dengan fikosianin dari
Spirulina plantesis dapat menghambat nefropati diabetes terhadap stress oksidatif.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemberian streptozozin sebagai penginduksi
yang dilanjutkan dengan spirulina pada dosis 720 mg/hari menyebabkan penurunan
kadar glukosa darah yang paling tinggi dibandingkan tanpa pemberian Spirulina
plantesis. Spirulina platenesis telah terbukti memiliki aktivitas antidiabetes sehingga
kedepannya mikroalga ini menjadi alternatif pengobatan yang potensial (Yasir et al.,
2019).

B. Proses penentuan aktivitas senyawa antikanker pada Spirulina platensis


Dalam menentukan aktivitas antikanker dan selektivitas ekstrak kasar alga
Spirulina platensis, menurut Sirait et al (2019) dapat dilakukan dengan mengkultur
alga Spirulina platensis. Menurut Notonegoro et al (2018) komposisi kimia yang
terkandung dalam Spirulina platensis hasil kultivasi sangat bergantung pada media
yang digunakan. Selama ini media yang dapat digunakan adalah media Zarrouk

13
ataupun media Walne. Media Zarrouk merupakan salah satu media cair yang
digunakan dalam kultivasi Spirulina platensis dimana media ini mengandung kadar
nitrogen total 0,0428%, fosfor 0,089%, karbon 0,243% dan kalsium 0,0042%
(Tinambunan et al., 2017). Media Walne merupakan media umum yang digunakan
dalam proses kultur mikroalga. Media Walne mengandung N(NaNO3) sebanyak
100,009 g/l dan P(NaH2PO4.2H2O) sebanyak 20 g/l (Trikuti et al., 2016). Proses
penentuan aktivitas senyawa antikanker pada Spirulina platensis ini meliputi tahap
kultivasi dan pemanenan Spirulina platensis, ekstraksi komponen aktif, analisis
komponen bioaktif, uji anti kanker, deteksi apoptosis, serta analisis data. Beberapa
tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kultivasi dan Pemanenan Spirulina platensis
Sebelum melakukan kultivasi pada alga Spirulina platensis, peralatan yang
digunakan terlebih dahulu disterilkan guna meminimalkan kontaminan yang dapat
menghambat produktivitas Spirulina platensis. Wadah yang digunakan berupa botol
kultur dengan volume 1500 ml sebanyak 15 buah yang sudah steril dan peralatan lain
seperti selang, batu aerasi, gelas ukur, pipet tetes dapat disterilkan terlebih dahulu
dengan menggunakan alkohol 70%. Alga Spirulina platensis terlebih dahulu dikultur
dalam media cair Zarrouk untuk dijadikan stok kultur. Kemudian tok kultur yang
diperoleh digunakan sebagai inokulum awal sebanyak 2000 ml. Kepadatan Spirulina
platensis untuk inokulum adalah sebesar ±2,4 g.Stok Spirulina platensis tersebut
diambil sebanyak 100 ml untuk dijadikan inokulum dan dimasukkan ke dalam 900
ml air media. Setiap perlakuan masing-masing dilakukan 3 (tiga) kali pengulangan.
Setelah itu dilakukan pengukuran kepadatan Spirulina platensis. Agitasi dilakukan
dengan bantuan aerasi dan dilakukan pengocokan manual 2 kali sehari, pagi dan sore
selama 2 menit (Tinambunan et al., 2017).
Pemanenan Spirulina platensis dilakukan dengan cara penyaringan
menggunakan nylon mesh ukuran 20 m untuk memisahkan biomassa Spirulina
platensis dan filtratnya. Biomassa tersebut dikeringkan menggunakan oven dengan
suhu 40 oC selama 24 jam untuk mendapatkan biomassa kering Spirulina platensis.
Hasil pemanenan dapat dilakukan pada hari ke 11 sebab pada kurva hari ke 11
mencapai fase stasioner. Fase stasioner berarti bahwa laju reproduksi dari Spirulina

14
platensis sama dengan laju kematiaanya. Sehingga pada fase ini, Spirulina platensis
mengalami pertumbuhan yang seimbang begitu pula dengan nutrisinya. Kurva
pertumbuhan Spirulina platensis dapat dilihat pada Gambar 3 (Notonegoro et al.,
2018). Spirulina platensis yang dapat dipanen yaitu alga dengan nilai OD (Optical
Density) berkisar 0,5-1,0 dimana pada nilai tersebut ketersediaan unsur nitrogen
dalam medium yang cukup besar sehingga biosintesis dan metobolisme sel cepat
terjadi. Peningkatan tersebut berkorelasi dengan meningkatnya metabolit sekunder
dan komponen senyawa aktif yang dihasilkan (Gambar 5a)

Gambar 5a. Kurva pertumbuhan Spirulina platensis (Notonegoro et al., 2018)

Gambar 5b. Perubahan warna pada media kultivasi Spirulina platensis (Notonegoro et al.,
2018)
15
Ekstraksi Spirulina platensis
Tahapan ini dilakukan menggunakan pelarut polar (etanol 96%) dengan
konsentrasi 1:20 (b/v) kemudian biomassa Spirulina platensis dimaserasi dengan
pelarut tersebut selama 3 x 24 jam pada suhu ruang, selanjutnya sampel diuapkan
menggunakan vacuum evaporator dengan suhu 40oC sampai didapatkan ekstrak
kasar kering (Sirait et al., 2019).

Identifikasi senyawa aktif


Identifikasi senyawa aktif pada biomassa kering dari Spirulina platensis
dilakukan dengan cara uji fitokimia. Uji fitokimia biasanya digunakan untuk melihat
ada atau tidaknya senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan
untuk fungsi normal tubuh. Uji fitokimia ini dilakukan untuk dapat melihat
keberadaan senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, steroid, fenol hidrukuinon dan
saponin (Notonegoro et al., 2018).

16
Uji antikanker
Pengujian ini menggunakan sel normal payudara (MCF-12a) dan sel kanker
(MCF-7). Aktivitas antikanker diuji menggunakan metode MTT assay (mikrokultur
tetrazolium). Prinsip dari metode ini yaitu mengukur aktivitas dehidrogenase
mitokondria pada sel-sel hidup yang memiliki kemampuan untuk mengkonversi
MTT menjadi formazan ditandai dengan warna violet. Kemudian persentasi
penghambatan sel (IC50) dari sel normal payudara (MCF-12a) dan sel kanker
(MCF-7) dapat dihitung. Dari nilai IC50 yang diperoleh dapat diketahui nilai SI
(Selectivity Index) yang menunjukkan selektivitas sampel terhadap sel yang diuji
(Sirait et al., 2019).

Deteksi apoptosis
Sel kanker payudara (MCF-7) yang dikultur dilakukan pewarnaan sel
menggunakan Hoechst 33342 mengacu pada sebuah penelitian di tahun 2007.
Pengamatan apoptosis sel dilakukan menggunakan mikroskop fluoresens UV-2A
dengan panjang gelombang eksitasi 330-380 nm. Apoptosis merupakan kematian sel
secara terprogram pada kondisi fisiologis maupun patologis. Sel apoptosis dapat
dideteksi secara mikroskopi dengan bantuan pewarna flouresen Hoechest dimana sel
yang mengalami apoptosis akan memancarkan cahaya fluoresen (Sirait et al., 2019).

Analisis Data
Analisis data ini dilakukan dengan melakukan perhitungan nilai IC50
menggunakan analisis regresi linier untuk mengetahui besarnya konsentrasi suatu
bahan yang dapat menghambat aktivitas sel kanker sebanyak 50%. Penghitungan
nilai selectivity index (SI) dengan menghitung IC50 sel normal dibagi dengan IC50 sel
kanker. Ekstrak Spirulina platensis dapat dikatakan mempunyai selektivitas yang
tinggi apabila nilai SI ≥ 3 dan dikatakan kurang selektif apabila nilai SI < 3 (Sirait et
al., 2019).

17
C. Potensi Spirulina platensis sebagai antikanker
Alga Spirulina platensis dimasa yang akan datang terlihat cukup berpotensi
dan menjanjikan sebagai obat antikanker berbahan dasar alam. Penelitian oleh
Syahril et al (2011) melaporkan bahwa ekstrak kasar etanol p.a 96% Spirulina
platensis mampu menghambat pertumbuhan sel kanker payudara (MCF-7) pada
konsentarsi 85 μg/mL. Skrining antikanker oleh Canan (2012) menunjukkan bahwa
ekstrak kasar dan fikosianin dari Spirulina platensis hasil kultivasi dengan media
Zarrouk mampu menghambat berbagai jenis sel kanker, salah satunya sel MCF-7
(Puri dan Winata, 2019).
Penelitian Sirait et al (2019) menunjukkan ekstrak Spirulina platensis
memiliki potensi sebagai antikanker terhadap sel kanker payudara. Hal ini
ditunjukkan dari hasil aktivitas antikanker Spirulina platensis yang dikultur pada
media Walne menunjukkan bahwa senyawa antikanker yang terdapat pada
Spirulina platensis yang dikultur di media tersebut memiliki sifat sitotoksik pada sel
kanker payudara namun aman terhadap sel payudara normal. Hal ini ditunjukkan
dengan hasil penghambatan bahan ekstrak kasar Spirulina platensis hasil kultur
Walne terhadap sel kanker payudara >50% dan Doksorubisin (sampel kontrol
positif) menghambat sel kanker payudara (MCF-7) yaitu sebesar 92,26%. Menurut
Wikanta et al (2010), penghambatan pertumbuhan sel yang lebih besar dari 50%-
100% menunjukkan sifat penghambatan pertumbuhan sel yang sedang sampai kuat
sehingga dapat dikatakan bioaktivitas ekstrak terhadap sel tumor aktif.
Pengamatan perubahan yang terjadi pada sel kanker dapat diamati secara
morfologis. Pada penelitian Sirait et al (2019), morfologi sel kanker payudara yang
akitif ditandai dengan bentuk epitel dan berwarna terang, sedangkan sel mati ditandai
dengan bentuk bulat dan berwarna gelap (tidak bercahaya) (Gambar 6). Hal ini juga
didukung oleh Puspitasari dan Ulfa (2009) yang menyatakan bahwa morfologi sel
hidup tampak bersinar cemerlang dan batas membran dengan media akan terlihat
jelas, sedangkan sel mati tampak bulat, gelap, tidak bercahaya dan membran selnya
terlihat pecah atau agak samar.

18
Gambar 6. Morfologi sel magnifikasi 400x. (a) tanpa penambahan sampel (control
negative), (b) penambahan sampel, (c) penambahan doxorubicin (control
positif). Sel hidup ditunjukkan dengan symbol panah biru dan sel mati
ditunjukkan dengan panah merah (Sirait et al (2019))

Penelitian yang dilakukan oleh Sirait et al (2019) membuktikan bahwa


Spirulina platenisis mampu melakukan apoptosis terhadap sel kanker payudara
(MCF-7). Sel apoptosis dapat dideteksi secara mikroskopi dengan bantuan
pewarna flouresen Hoechest menunjukkan bahwa ekstrak Spirulina platensis
mampu mengapoptosis sel kanker payudara (MCF-7) yang dibuktikan dari
pancaran cahaya fluoresen yang dihasilkan. Pewarna Hoechest (benza-midin)
berikatan dengan pasangan basa A-T sehingga menghasilkan cahaya fluoresen
pada sel apoptosis (Gambar 7). Pengamatan secara immuno-sitokimia dengan
pewarnaan inti/DNA juga menunjukkan bahwa sel MCF-7 mengalami perubahan
morfologi secara seluler. Perubahan morfologi seluler akibat mekanisme
apoptosis ini dapat terjadi dalam beberapa tahapan yaitu penyusutan densitas sel,
kondensasi danfragmentasi kromatin sel serta fragmentasi inti sel.

19
Gambar 7. Sel MCF-7 yang mengalami apoptosis (Sirait et al., 2019)

Apoptosis merupakan bentuk yang paling umum dari kematian sel secara
fisiologis. Ketika suatu sel mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi,
sel tersebut akan menginduksi respon apoptosis sel yang sangat spesifik. Apoptosis
memegang peranan penting dalam keberlangsungan hidup organisme dan merupakan
komponen penting dari berbagai proses seperti pergantian sel normal, perkembangan
dan berfungsinya sistem imun, atrofi hormon-dependent, perkembangan embrionik,
eliminasi sel sakit, dan menjaga homeostasis sel. Gangguan pada proses apoptosis
dapat menyebabkan penyakit seperti kanker, neurodegeneratif, dan juga gangguan
autoimun (Puri dan Winata, 2019).

Gambar 8. Hasil uji fitokimia ekstrak kasar Spirulina platensis (Sirait et al., 2019).

20
Berbeda dengan hasil penelitian di atas pada penelitian Suratno (2016) flavonoid
tidak ditemukan. Kesamaan hasil ditunjukkan dari terdapatnya alkaloid dan juga saponin
dalam uji fitokimia terhadap ekstrak etanol Spirulina platensis pada penelitian tersebut
(Gambar 9).

Gambar 9. hasil uji fitokimia ekstrak etanol Spirulina platensis (Suratno, 2016).

Uji alkaloid dapat dilakukan dengan melarutkan dalam beberapa tetes asam sulfat
2 N kemudian diuji dengan 2 pereaksi alkaloid yaitu pereaksi Dragendorff dan pereaksi
Meyer. Hasil uji positif diperoleh bila terbentuk endapan merah hingga jingga dengan
pereaksi Dragendorff dan endapan putih kekuningan dengan pereaksi Meyer (Gambar 10)
(Suratno, 2016).

21
Gambar 10. Reaksi lengkap pada Meyer dan Dragendorff (Suratno, 2016).

Saponin merupakan senyawa yang mengandung gugus hidrofilik dan juga gugus
hidrofobik. Bila suatu ekstrak positif mengandung golongan saponin, maka terbentuk
buih/busa yang disebabkan adanya gugus hidrofilik yang berikatan dengan air sedangkan
gugus hidrofobik akan berikatan dengan udara. Penambahan HCl 2 N bertujuan untuk
menambah kepolaran sehingga gugus hidrofilik akan berikatan lebih stabil dan buih yang
terbentuk menjadi stabil. Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak etanol mikroalga Spirulina
platensis menunjukkan hasil positif yang berarti bahwa ekstrak ini mengandung saponin
(Suratno, 2016).

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Spirulina platensis


memiliki senyawa aktif alkaloid, flavonoid, steroid, dan saponin serta memiliki sifat
sitotoksik pada sel kanker payudara namun aman terhadap sel payudara normal yang
dapat dilihat dari penghambatan bahan Spirulina platensis terhadap sel kanker payudara
(MCF-7) >50%. Pengamatan morfologis ekstrak Spirulina platensis terhadap sel kanker
payudara (MCF-7) dengan magnifikasi 400x menunjukkan adanya kematian sel yang
ditandai oleh bentuk bulat dan warna gelap yang dihasilkan. Spirulina platensis mampu
membunuh sel kanker payudara (MCF-7) yang dibuktikan dari deteksi apoptosis dengan
pewarna Hoechst 33342 menunjukkan adanya aktivitas apoptosis dari pancaran fluoresen
yang dihasilkan ekstrak kasar Spirulina platensis.

22
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan penulusuran pustaka yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Alga Spirulina platensis terbukti memiliki beragam senyawa metabolit yang
berpotensi medisinal diantaranya pigmen fikosianin dan senyawa Ile-Gln-Pro
(isoleusin-glutamin-prolina), flavonoid, fenolik, alkaloid, saponin, steroid, dan
triterpenoid. Senyawa-senyawa tersebut mempunyai manfaat bagi tubuh yaitu
sebagai antioksidan (mencegah kanker dan radikal bebas), meningkatkan sistem
imunitas tubuh (daya tahan terhadap fluktuasi lingkungan dan serangan penyakit),
serta sebagai antimalaria, antihipertensi, dan antiinflamasi.
2. Senyawa aktif yang terkandung dalam Spirulina platensis yaitu alkaloid, flavonoid,
steroid, dan saponin.
3. Spirulina platensis memiliki sifat sitotoksik pada sel kanker payudara namun aman
terhadap sel payudara normal yang dapat dilihat dari penghambatan bahan ekstrak
Spirulina platensis terhadap sel kanker payudara (MCF-7) >50%
4. Alga Spirulina platensis mampu membunuh sel kanker yang dibuktikan dari deteksi
apoptosis dengan pewarna Hoechst 33342 menunjukkan adanya aktivitas apoptosis
ekstrak kasar Spirulina platensis terhadap sel kanker payudara (MCF-7).

B. Saran
Adapun saran dalam penulisan studi pustaka ini yaitu jumlah sumber pustaka
yang digunakan mengenai potensi alga Spirulina platensis sebagai antikanker
alangkah baiknya diperbanyak. Sehingga data yang didapat menjadi lebih lengkap
dan kandungan senyawa antikanker yang diteliti lebih akurat.
Berdasarkan hasil penulisan terkait potensi antikanker yang terkandung pada
Spirulina platensis, perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai potensi-
potensi lain beserta karakterisasi senyawa yang terdapat dalam Spirulina platensis.

23
DAFTAR PUSTAKA

Anggorowati D. 2018. Kultivasi Mikroalga Spirulina platensis dengan Variasi


Pencahayaan Menggunakan Lampu TL dan Matahari: 381-386.

Canan. 2012. Screening anticancer activities of Spirulina platensis extracts on various


cancer cell lines. akademikpersonel. kocaeli.edu.tr/. 17 Oktober 2020

Dewi M. 2017. Sebaran Kanker di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar 2007. Indonesian
Journal of Cancer Vol. 11, No. 1: 1-8.
Ekantari N, et al. 2017. Pengaruh Media Budidaya Menggunakan Air Laut dan Air
Tawar terhadap Sifat Kimia dan Fungsional Biomassa Kering Spirulina
platensis. Vis Vitalis Jurnal AGRITECH37(2): 173-182.
Farisi, M., & Maseha, R. F. 2015. Pengaruh CO2 dan Salinitas Terhadap Pertumbuhan
Mikroalga Spirulina platensis dan Botryococcus braunii Sebagai Pakan Alami
Ikan Bandeng (chanos chanos) (Doctoral Dissertation, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember).

Firdiyani F, Agustini TW,dan Ma’ru WF. 2015. Ekstraksi Senyawa Bioaktif Sebagai
Antioksidan Alami Spirulina platensis Segar Dengan Pelarut Yang
Berbeda. Jphpi 18(1): 29-37.
Gultom, S.O. 2018. Microalgae: Future Renewable Energy Sources.Vis Vitalis jurnal
kelautan 11(1): 95-103.
Imelda S, et al. 2018. Kultivasi Mikroalga Isolat Lokal Pada Medium Ekstrak Tauge.
Journal of science and technology 7(2) : 148 – 157.

Khairani S, Keban S, dan Afrianty M. 2019. Evaluasi Efek Samping Obat Kemoterapi
terhadap Quality of Life (QoL) Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit X
Jakarta. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 17(1): 9-13.

Laguna HB, Marante F, dan Mioso R.2015. Extraction ofNutraceuticalsfrom Spirulina


(Blue-Green Alga): ABioorganic Chemistry Practice UsingThin-Layer
Chromatography.Biochemistry and Molecular BiologyEducation 43(5): 366–
369.

24
Lebeharia, S. M. 2016 Pertumbuhan dan kualitas biomassa spirulina platensis yang
diproduksi pada media zarouk (Bachelor's thesis, Jakarta: Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah).

Mufarrichah DI. 2019. Analisis Sifat Fisika, Kimia, dan Organoleptik Pada Mi Instan
Fortifikasi Spirulina Platensis Terenkapsulasi Kappa Karagenan sebagai Sumber
Serat Pangan. Skripsi. Perikanan dan ilmu kelautan. Manajemen Sumberdaya
Perairan. Universitas Brawijaya. Malang.

Noerdjito DR. 2019. Interaksi Mikroalga Bakteri dan Peranannya dalam Produksi
Senyawa Dalam Kultur Mikroalga. Jurnal Oseana 44(2): 25 - 34.

Nege AS, Masithah ED, dan Khotib J. 2020. Trends in the Uses of Spirulina Microalga:
A mini-review. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 12(1): 149-166.

Notonegoro H, Setyaningsih I, dan Tarman K. 2018. Kandungan Senyawa aktif


Spirulina platensis yang ditumbuhkan Pada Media Walne Dengan Konsentrasi
NaNO3 Berbeda. Jurnal Kelautan dan Perikanan 13(2): 111-122.

Prambodo MS, Hariyati R, dan Soeprobowati TR. 2016. Spirulina platensis Geitler
sebagai Fikoremediator Logam Berat Pb Skala Laboratorium. Jurnal
Bioma 18(1): 64-69.
Pratama GMCT, et al. 2020. Potensi Ekstrak Spirulina platensis sebagai Tabir Surya
terhadap Paparan Ultraviolet B. Journal of Medicine and Health 02(6): 205-
217.
Puri AD dan Winata IP. 2019. Pengaruh Pemberian Ekstrak Spirulina Terhadap
Antikanker. Jurnal Penelitian Perawat Profesional 01(1):103 - 108.
Putri, D. L. 2018. Optimasi pH Pertumbuhan Mikroalga Spirulina Sp. Menggunakan Air
Laut yang Diperkaya Media Walne. Sikripsi. Program Studi Pendidikan Biologi.
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Ren W, Qiao Z, Wang H, Zhu L, dan Zhang L. 2003. Flavonoids: promising anticancer
agents. Medicinal Research Reviews. 23(4): 519-534.
Sirait PS, Setyaningsih I dan Tarman K. 2019. Aktivitas anti kanker ekstrak Spirulina
yang dikultur pada media Walne dan organik. Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia 22(1): 50-59.
Syahril M, Roshani O. Hasyimah N, Hafiz M, Sharida MD, Ahmed HY. 2011.
Screening of anticancer activities of crude extracts of unicellular green algae

25
(Chlorella vulgaris) filamentous blue green algae (Spirulina) on selected cancer
cell lines. International Conference on Applied Science, Mathematics and
Humanities: 82-87.

Suratno. 2016. Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Mikroalga Spirulina platensis Yang
Berpotensi Sebagai Antibakteri. Jurnal Surya Medika Volume 1 No. 2: 26-33.

Tinambunan J, Wijayanti M, Jubaedah D. 2017. Pertumbuhan Populasi Spirulina


platensis Dalam Media Limbah Cair Bahan Olahan Kecap Dan Media Zarrouk.
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia 05(2):209-219.
Trikuti IK, Anggreni AAMD,dan Gunam IBW.2016. Pengaruh Jenis Media terhadap
Konsentrasi Biomassa dan Kandungan Protein Mikroalga Chaetoceros
calcitrans. Jurnal Rekayasa Dan Manajemen Agroindustri 04(2): 13-22.
Vonshak A. 2002. Spirulina platensis (Arthrospira) Physiology, Cell Biology and
Biotechnology. Taylor and Francis.
Widyantoro, hendro dkk. 2018. Modifikasi Media Spirulina platensis sebagai Upaya
Pemanfaatan Air Limbah Budidaya Ikan Lele. Jurnal Akuakultur Rawa
Indonesia. 06(2): 2303-2960.
Yasir AS, Wiranti MW, dan Wulantika NW. 2019. Ulasan Pustaka: Potensi Spirulina
platensis Terhadap Aktivitas Antioksidan, Antidiabetes Dan Antihipertensi.
Jurnal Farmasi Malahayati 02(2): 164-174.

26

Anda mungkin juga menyukai