Anda di halaman 1dari 39

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS TENTANG KASUS ABORSI

PADA IBU DENGAN KELAINAN JANTUNG DALAM ASPEK


MEDIS, HUKUM DAN AGAMA

Oleh:
Kelompok UWK Jember (Kelompok A)
(Periode 18 Juni – 15 Juli 2018)

Indra Firismanda. D 16710248


Jolanda Angelin. Y 16710209
Brigita 16710220
Purna Bidari Intan. P. P 16710237
Fridolino Jimmy. D 16710238
Widyani Tsoraya 16710233
Gina Dianty 16710258

Pembimbing:
dr. H. Edy Suyanto, Sp. F, SH, MH. Kes

DEPARTEMEN KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
RSUD DR. SOETOMO
2018

i
PENGESAHAN
Referat dengan judul “PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS TENTANG
KASUS ABORSI PADA IBU DENGAN KELAINAN JANTUNG
DALAM ASPEK MEDIS, HUKUM DAN AGAMA” telah disetujui dan
disahkan oleh Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 9 Juli 2018
Tempat : Ruang Kuliah Dokter Muda Departemen Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya
Pembimbing : dr. H. Edy Suyanto, Sp. F, SH, MH. Kes

Penyusun : Kelompok UWK Jember (Kelompok A)


(Periode 18 Juni – 15 Juli 2018)

Indra Firismanda. D 16710248


Jolanda Angelin. Y 16710209
Brigita 16710220
Purna Bidari Intan. P. P 16710237
Fridolino Jimmy. D 16710238
Widyani Tsoraya 16710233
Gina Dianty 16710258

Surabaya,

Koordinator Pendidikan Dokter Dosen Pembimbing


Muda Ilmu Kedokteran Forensik
dan Medikolegal

dr. Nilly Sulistyorini, Sp.F dr. H. Edi Suyanto, Sp. F, SH, MH. Kes)
NIP. 1982041520091220202 NIP. NIP. 196104011990031003

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, karena


atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS TENTANG KASUS ABORSI PADA
IBU DENGAN KELAINAN JANTUNG DALAM ASPEK MEDIS, HUKUM
DAN AGAMA” Penulis menyusun referat ini untuk mengkaji motif ibu
membunuh anaknya sendiri dan mengkaji cara pembunuhan yang dilakukan ibu
ke anak dan sebagai salah satu syarat dalam menempuh Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kedokteran Forensik Universitas Airlangga di RSUD Dr. SoetomoSurabaya.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
dokter-dokter pembimbing di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, antara lain:
1. dr. H. Edi Suyanto, Sp.F, SH, MH. Kes selaku Ketua Depertemen
Kedokteran Forensik & Medikolegal RSUD dr.Soetomo Surabaya dan
Ketua SMF Kedokteran Forensik & Medikolegal dan selaku pembimbing
Referat.
2. dr. Nily Sulistyorini, Sp.F sebagai Koordinator Pendidikan Kedokteran
Forensik & Medikolegal RSUD dr. Soetomo Surabaya.

3. Seluruh staf pengajar dan pada dokter PPDS Depertemen Kedokteran


Forensik & Medikolegal RSUD dr. Soetomo Surabaya.
Penulis sadar pembuatan referat ini masih jauh dari sempurna. Saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata,kami mengharapkan
semoga referat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya,

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................. i

PENGESAHAN......................................................................................... ii

KATA PENGANTAR............................................................................... iii

DAFTAR ISI.............................................................................................. iv

BAB 1.PENDAHULUAN....................................................................... 1

1.1 LatarBelakang.................................................................. 1

1.2 Tujuan................................................................................ 2

1.2.1 Tujuan Umum............................................................. 2

1.2.2 TujuanKhusus............................................................ 2

1.3 Manfaat.............................................................................. 2

1.3.1 Manfaat teoritis........................................................... 2

1.3.2 Manfaat praktis........................................................... 2

BAB 2.PERMASALAHAN...................................................................... 3

BAB 3.PEMBAHASAN........................................................................... 4

3.1 Studi Kasus ........................................................................ 5

3.2 Definisi................................................................................ 5

3.2 Isidensi................................................................................. 6

3.3 Penyebab Terjadinya Abortus.......................................... 8

3.4 Macam – Macam Abortus................................................. 12

3.5 Kompilkasi.......................................................................... 19

3.6 Pemeriksaan Kedokteran Forensik................................... 20

iv
a. Ibu.................................................................................... 20

b. Janin................................................................................... 20

3.7 Penentuan Usia Janin........................................................... 22

3.8 Abortus Ditinjau Dari Segi Hukum, Medis dan Agama... 23

BAB 4.Penutup.......................................................................................... 33

4.1 Kesimpulan............................................................................. 33

4.2 Saran........................................................................................ 33

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 34

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Abortus menjadi masalah yang penting dalam masalah kesehatan
reproduksi karena berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas maternal.
Abortus adalah kejadian produk konsepsi yang keluar sebelum usia kehamilan
20 minggu. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara spontan tanpa
ada unsur kesengajaan. Abortus disengaja (induced abortion) adalah abortus
yang terjadi karena tindakan yang sengaja dilakukan untuk mengakhiri
kehamilan sebelum usia 20 minggu.1,3
Pada 1995, angka abortus di seluruh dunia adalah sekitar 35 per 1000
wanita yang berusia 15-44 tahun. Dari seluruh kehamilan (selain keguguran
dan lahir mati), 26% berakhir dengan abortus. Sekitar 44% abortus di dunia
adalah ilegal, 64% abortus legal dan hampir 95% abortus ilegal terjadi di
negara berkembang.1,2 Setiap tahun, sekitar 500.000 ibu meninggal karena
sebab - sebab yang berkaitan dengan kehamilan. Sebagian besar kematian
terjadi di negara berkembang dan sebagian disebabkan oleh abortus yang
tidak aman. Sekitar 25% kematian ibu di Asia, 30-50% kematian ibu di Afrika
dan Amerika Latin disebabkan oleh abortus yang disengaja.1
Diperkirakan tingkat abortus di Indonesia adalah sekitar 2 sampai
dengan 2,6 juta kasus per tahun, atau 43 abortus untuk setiap 100 kehamilan.
Diperkirakan pula bahwa 30% di antara abortus tersebut dilakukan oleh
penduduk usia 15-24 tahun.4
Abortus provokatus sendiri terbagi menjadi dua yaitu abortus provokatus
artifisial terapeutik dan abortus provokatus kriminalis. Abortus provokatus
artifisial terapeutik adalah pengguguran kandungan menggunakan alat-alat
medis dengan alasan kehamilan membahayakan dan dapat membawa maut
bagi ibu, misalnya karena ibu mempunyai penyakit berat tertentu. Abortus
terapeutik diizinkan menurut ketentuan profesional seorang dokter atas
indikasi untuk menyelamatkan sang ibu. Jika ditinjau dari aspek hukum dapat
digolongkan ke dalam Abortus buatan legal. Sedangkan abortus provokatus
kriminalis adalah pengguguran kandungan tanpa alasan medis yang sah dan
dilarang hukum karena jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke
1
dalam abortus buatan ilegal. Termasuk dalam abortus jenis ini adalah abortus
yang terjadi atas permintaan pihak perempuan, suami, atau pihak keluarga
kepada seorang dokter untuk menggugurkan kandungannya. 1
Aborsi di dunia dan di Indonesia khususnya tetap menimbulkan banyak
persepsi dan bermacam interpretasi, tidak saja dari sudut pandang kesehatan,
tetapi juga dari sudut pandang hukum dan agama. Aborsi merupakan masalah
kesehatan masyarakat karena memberi dampak pada kesakitan dan kematian
ibu. Sebagaimana diketahui penyebab kematian ibu yang utama adalah
perdarahan, infeksi dan eklampsia. Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun
terjadi 20 juta kasus aborsi tidak aman, 70 ribu perempuan meninggal akibat
aborsi tidak aman dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak
aman. 95% (19 dari 20 kasus aborsi tidak aman) dintaranya bahkan terjadi di
negara berkembang. Di Indonesia setiap tahunnya terjadi kurang lebih 2 juta
kasus aborsi, artinya 43 kasus/100 kelahiran hidup (sensus 2000). Angka
tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih
cukup besar (Wijono 2000). Suatu hal yang dapat kita tengarai, kematian
akibat infeksi aborsi ini justru banyak terjadi di negara-negara dimana aborsi
dilarang keras oleh undang-undang. 2

1.2 Tujuan

Tujuan dalam penulisan karya tulis ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan
khusus.
1.2.1 Tujuan umum

Tujuan umum dalam penulisan karya tulis ini adalah untuk mengetahui dan
memahami aborsi
1.2.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dalam penulisan karya tulis ini adalah

1. Mengetahui definisi aborsi

2. Mengetahui penyebab dilakukannya aborsi

3. Mengetahui pemeriksaan pada ibu dan janin

4. Mengetahui undang-undang yang mengatur tentang tindakan aborsi dari


2
segi hukum, medis dan agama
1.3 Manfaat

Manfaat penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut.

1.3.1 Manfaat teoritis

1. Menambah pengetahuan bagi dokter muda, karya tulis ini diharapkan


mampu menjadi referensi mengenai kasus aborsi.
2. Bagi Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSU dr.
Soetomo, karya tulis ini diharapkan dapat dijadikan tambahan referensi
dalam upaya pembelajaran mengenai aborsi.
1.3.2 Manfaaat Praktis

1. Membantu penyidik dalam menagani kasus ini dan pembuatan visum et


repertum

3
BAB II
PERMASALAHAN

Peranan dokter dalam menangani kasus aborsi pada ibu dengan kelianan jantung
ditinjau dari segi hukum, medis dan agama.

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Studi Kasus


Ada seorangcalon ibu yang sedang hamil muda tetapi mempunyai
penyakit jantung yang parah (kronik) yang dapat membahayakan baik calon ibu
maupun janin yang dikandungnya.Ketika dia datang memeriksakan dirinya pada
seorang Dokter.
Dokter pun sepakat kalau janin tersebut tetap dipertahankan menurut
dugaan kuat atau hampir bisa dipastikan nyawa ibu tidak akan selamat atau
mati.Dalam kondisi seperti ini,kehamilannya boleh dihentikan dengan cara
menggugurkan kandungannya.Di gugurkan jika janin tersebut belum berusia
enam bulan,tetapi kalau janin tersebut tetap dipertahankan dalam rahim
ibunya,maka nyawa ibu tersebut akan terancam.Di samping itu,jika janin tersebut
tidak digugurkan ibunya akan meninggal,janinnya pun samapadahal dengan janin
tersebut,nyawa ibunya akan tertolong.
Hal ini dilakukan untuk menyembuhkan dan menyelamatkan nyawa
ibunya.Sang calon ibu pun sangat takut dan bersedih dengan masalah yang dia
alami.Tetapi ini semua sudah atas pertimbangan medis yang matang dan tidak ada
jalan keluar lain lagi.
Secara medis, penghentian kehamilan tersebut bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa ibu tersebut.Sementara menurut hukum agama sendiri,hal
ini sangat bertentangan. Menggugurkan kandungansama dengan membunuh
jiwa.Secara umumpun pengguguran kandungan tersebut dinyatakan dalam
konteks pembunuhan atau penyerangan terhadap janin

3.2 Definisi Abortus


Istilah aborsi sesungguhnya tidak ditemukan pengutipannya dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Dalam KUHP hanya dikenal istilah
pengguguran kandungan. Istilah “aborsi” berasal dari kata aborsi bahasa latin,
artinya “kelahiran sebelum waktunya”. Sinonim dengan kata itu mengenal istilah
“kelahiran yang premature” atau miskraam (Belanda), keguguran.4
Aborsi berdasarkan definisi .3,4. Abortus adalah pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat bertahan hidup di luar kandungan. Sebagai
5
batasannya, aborsi didefinisikan sebagai pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia
kehamilan 20 minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gram.1
Menurut hukum, pengertian aborsi adalah lahirnya buah kandungan
sebelum waktunya oleh suatu perbuatan yang bersifat sebagai perbuatan pidana
kejahatan. Dalam pengertian ini, perhatian dititik beratkan pada kalimat “oleh
suatu perbuatan seseorang yang bersifat sebagai perbuatan pidana kejahatan.
Menurut literatur ilmu hukum, telah terdapat kesatuan pendapat sebagai doktrin
bahwa pengertian aborsi mempunyai arti yang umum tanpa dipersoalkan umur
janin yang mengakhiri kandungan sebelum waktunya karena perbuatan
seseorang.3
Dari aspek kedokteran forensik yang diartikan dengan keguguran
kandungan adalah pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium
perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai (38-40
minggu). Dari segi medikolegal maka istilah aborsi, keguguran, dan kelahiran
prematur mempunyai arti yang sama dan menunjukkan pengeluaran janin sebelum
usia kehamilan yang cukup.4

3.3 Isidensi Abortus


Menurut World Health Organization (WHO) diperkirakan 4,2 juta aborsi
dilakukan setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian sebagai berikut 2:
 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura
 antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia
 antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina
 antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand
 tidak dikemukakan perkiraan tentang aborsi di Kamboja, Laos dan
Myanmar.
Hasil survei yang diselenggarakan oleh suatu lembaga penelitian di New
York yang dimuat dalam International Family Planning Perspectives, Juni 1997,
memberikan gambaran lebih lanjut tentang aborsi di Asia Selatan dan Asia
Tenggara, termasuk Indonesia. Aborsi di Indonesia dilakukan baik di daerah
perkotaan maupun pedesaan.
Survei yang dilakukan di beberapa klinik di Jakarta, Medan, Surabaya dan
Denpasar menunjukkan bahwa aborsi dilakukan 89% pada wanita yang sudah

6
menikah, 11% pada wanita yang belum menikah dengan perincian: 45% akan
menikah kemudian, 55% belum ada rencana menikah. Sedangkan golongan umur
mereka yang melakukan aborsi: 34% berusia antara 30-46 tahun, 51% berusia
antara 20-29 tahun dan sisanya 15% berusia di bawah 20 tahun.3
Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa sebagian
besar perempuan yang melakukan aborsi atau induksi haid di klinik atau rumah
sakit memiliki profil khusus: mereka cenderung sudah menikah dan
berpendidikan. Sebagai contoh, dalam sebuah penelitian yang dilakukan di tahun
2000, menunjukkan bahwa duapertiga dari klien yang melakukan aborsi sudah
menikah, dan hampir dua-pertiga sudah pernah duduk di bangku Sekolah
Menengah Atas. Padahal bertentangan dengan kenyataan tersebut, di Indonesia
hanya terdapat 38% dari perempuan pernah kawin yang pernah duduk di bangku
Sekolah Menengah. Dalam penelitian terbaru ditemukan bahwa, 54% klien aborsi
adalah lulusan Sekolah Menengah dan 21% dari mereka adalah lulusan akademi
atau universitas, dan 87% dari klien aborsi yang tinggal di daerah perkotaan sudah
menikah. Selanjutnya ditemukan bahwa hampir setiap klien yang melakukan
aborsi berusia lebih dari 20 tahun (58% berusia lebih tua dari 30 tahun), dan
hampir separuh dari perempuan-perempuan tersebut sudah memiliki paling sedikit
dua anak.5

Gambar1. Distribusi Pelaku Aborsi berdasarkan Umur, Status Perkawinan,


Pendidikan, dan Riwayat Pemakaian Kontrasepsi
7
(dikutip dari kepustakaan 5)
Abortus merupakan kasus yang sangat sering terjadi. Sebuah data
menyebutkan bahwa hanya 62,5% kehamilan yang menghasilkan
kelahiran hidup, 21,9% aborsi legal, 13,8% abortus spontan, 1,3%
kehamilan ektopik, dan 0,5% kematian janin. Data lain menyebutkan
bahwa abortus spontan terjadi sekitar 15-40%. Abortus spontan sering
terjadi pada usia kehamilan yang lebih awal, sekitar 75% terjadi sebelum
usia kehamilan 16 minggu dan kurang lebih 60% terjadi sebelum 12
minggu.
Mortalitas yang diakibatkan oleh abortus spontan jarang terjadi
(0,7 per 100.000), factor risikonya meliputi: wanita usia lebih 35 tahun, ras
selain kulit putih, dan aborsi pada trimester kedua. Penyebab langsung dari
kematian meliputi: infeksi 59%, perdarahan 18%, emboli 13%, dan
komplikasi dari anesthesia 5%.3

3.4 Penyebab
Wanita normal yang mengalami kehamilan akan mengalami perubahan
fisiologik dan anatomi pada berbagai system organ yang berhubungan dengan
kehamilan akibat terjadi perobahan hormonal didalam tubuhnya, Perobahan yang
terjadi dapat mencakup system gastrointestinal, respirasi, kardiovaskuler,
urogenital, muskuloskeletal dan saraf Perobahan yang terjadi pada satu system
dapat saling memberi pengaruh pada system lainnya dan dalam menanggulangi
kelainan yang terjadi harus mempertimbangkan perobahan yang terjadi pada
masing-masing system, Perobahan ini terjadi akibat kebutuhan metabolic yang
disebabkan kebutuhan janin, plasenta dan rahim. Adaptasi normal yang dialami
seorang wanita yang mengalami kehamilan termasuk system kardiovaskuler akan
memberikan gejala dan tanda yang sukar dibedakan dari gejala penyakit jantung.
Keadaan ini yang menyebabkan beberapa kelainan yang tidak dapat ditoleransi
pada saat kehamilan. 5
Perobahan hemodinamik
Pada wanita hamil akan terjadi probahan hemodinamik karena
peningkatan volume darah sebesar 30-50% yang dimulai sejak trimester pertama
dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 32-34 minggu dan menetap sampai
aterm. Sebagian besar peningkatan volume darah ini menyebabkan meningkatnya
8
kapasitas rahim, mammae, ginjal, otot polos dan system vascular kulit dan tidak
memberi beban sirkulasi pada wanita hamil yang sehat. Peningkatan volume
plasma (30-50%) relatif lebih besar dibanding peningkatan sel darah (20-30%)
mengakibatkan terjadinya hemodilusi dan menurunya konsentrasi hemoglobin.
Peningkatan volume darah ini mempunyai 2 tujuan yaitu pertama mempermudah
pertukaran gas pernafasan, nutrien dan metabolit ibu dan janin dan kedua
mengurangi akibat kehilangan darah yang banyak saat kelahiran. Peningkatan
volume darah ini mengakibatkan cardiac output saat istirahat akan meningkat
sampai 40%. Peningkatan cardiac output yang terjadi mencapai puncaknya pada
usia kehamilan 20 minggu. Pada pertengahn sampai akhir kehamilan cardiac
output dipengaruhi oleh posisi tubuh. Sebagai akibat pembesaran uterus yang
mengurangi venous return dari ekstremitas bawah. Posisi tubuh wanita hamil turut
mempengaruhi cardiac output dimana bila dibandingkan dalam posisi lateral kiri,
pada saat posisi supinasi maka cardiac output akan menurun 0,6 l/menit dan pada
posisi tegak akan menurun sampai 1,2 l/menit. Umumnya perobahan ini hanya
sedikit atau tidak memberi gejala, dan pada beberapa wanita hamil lebih
menyukai posisi supinasi. Tetapi pada posisi supinasi yang dipertahankan akan
memberi gejala hipotensi yang disebut supine hypotensive syndrome of
pregnancy. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan memperbaiki posisi wanita hamil
miring pada salah satu sisi, Perobahan hemodinamik juga berhubungan dengan
perobahan atau variasi dari cardiac output. Cardiac output adalah hasil denyut
jantung dikali stroke volume. Pada tahap awal terjadi kenaikan stroke volume
sampai kehamilan 20 minggu. Kemudian setelah kehamilan 20 minggu stroke
volume mulai menurun secara perlahan karena obstruksi vena cava yang
disebabkan pembesaran uterus dan dilatasi venous bed. Denyut jantung akan
meningkat secara perlahan mulai dari awal kehamilan sampai akhir kehamilan dan
mencapai puncaknya kira-kira 25 persen diatas tanpa kehamilan pada saat
melahirkan. Cardiac output juga berhubungan langsung dengan tekanan darah
merata dan berhubungan terbalik dengan resistensi vascular sistemik. Pada awal
kehamilan terjadi penurunan tekanan darah dan kembali naik secara perlahan
mendekati tekanan darah tanpa kehamilan pada saat kehamilan aterm. Resistensi
vascular sistemik akan menurun secara drastic mencapai 2/3 nilai tanpa kehamilan
pada kehamilan sekitar 20 minggu. Dan secara perlahan mendekati nilai normal
pada akhir kehamilan. Cardiac output sama dengan oxygen consumption dibagi
9
perbedaan oksigen arteri-venous sistemik Oxygen consumption ibu hamil
meningkat 20 persen dalam 20 minggu pertama kehamilan dan terus meningkat
sekitar 30 persen diatas nilai tanpa kehamilan pada saat melahirkan. Peningkatan
ini terjadi karena kebutuhan metabolisme janin dan kebutuhan ibu hamil yang
meningkat. Cardiac output juga akan meningkat pada saat awal proses
melahirkan. Pada posisi supinasi meningkat sampai lebih dari 7 liter/menit. Setiap
kontraksi uterus cardiac output akan meningkat 34 persen akibat peningkatan
denyut jantung dan stroke volume, dan cardiac output dapat meltingkat sebesar 9
liter/menit. Pada saat melahirkan pemakaian anestesi epidural mengurangi cardiac
output menjadi 8 liter/menit dan penggunaan anestesi umum juga mengurangi
cardiac output. Setelah melahirkan cardiac output akan meningkat secara drastis
mencapai 10 liter/menit (7-8 liter / menit dengan seksio sesaria) dan mendekati
nilai normal saat sebelum hamil, setelah beberapa hari atau minggu setelah
melahirkan. Kenaikan cardiac output pada wanita hamil kembar dua atau tiga
sedikit lebih besar dibanding dengan wanita hamil tunggal. Adakalanya terjadi
sedikit peningkatan cardiac output sepanjang proses laktasi. Perubahan unsur
darah juga terjadi dalam kehamilan. Sel darah merah akan meningkat 20-30% dan
jumlah lekosit bervariasi selama kehamilan dan selalu berada dalam batas atas
nilai normal. Kadar fibronogen, factor VII, X dan XII meningkat, juga jumlah
trombosit meningkat tetapi tidak melebihi nilai batas atas nilai normal. Kehamilan
juga menyebabkan perobahan ukuran jantung dan perobahan posisi EKG. Ukuran
jantung berobah karena dilatasi ruang jantung dan hipertrofi. Pembesaran pada
katup tricuspid akan menimbulkan regurgitasi ringan dan menimbulkan bising
bising sistolik normal grade 1 atau 2. Pembesaran rahim keatas rongga abdomen
akan mendorong posisi diafragma naik keatas dan mengakibatkan posisi jantung
berubah kekiri dan keanterior dan apeks jantung bergeser keluar dan keatas.
Perubahan ini menyebabkan perubahan EKG sehingga didapati deviasi aksis
kekiri, sagging ST segment dan sering didapati gelombang T yang inversi atau
mendatar pada lead III.
A. Masalah Kardiovaskuler Pada Wanita Yang Berpenyakit Jantung Dengan
Kehamilan
Dahulu penyakit jantung pada wanita dengan kehamilan merupakan
penyebab morbiditas dan mortalitas. Dengan kemajuan diagnostik, pengobatan
medik dan surgical dalam penatalaksanaan penyakit jantung, secara nyata telah
10
menurunkan morbiditas dan mortalitas penderita penyakit jantung. Tindakan
surgical pada penderita penyakit jantung semasa kanak-kanak menyebabkan
sebagian besar wanita berpenyakit jantung dapat mengalami kehamilan dan
melahirkan. Meskipun demikian beberapa hal yang dihadapi wanita berpenyakit
jantung yang mengalami kehamilan masih menjadi masalah, karena dapat
mengancam jiwa si ibu dan mempengaruhi keadaan janin. Pada tabel dibawah ini
ditunjukkan beberapa masalah pada wanita hamil dengan penyakit jantung.

Tabel 1. Kelainan kardiovaskular resiko tinggi terhadap ibu dan janin


Dianjurkan menghindarkan kehamilan atau menghentikan kehamilan
Hipertensi pulmonnal
Dilated cardiomyopathy dengan gagal jantung kongestif
Sindroma marten dengan dilatasi aorta
PJB sianotik
Kehamilan yang memerlukan konsultasi dan follow up ketat
Katup protesa
Koarktasio aorta
Sindroma martan
Dilated cardiomyopathy yang asimtomatik
Lesi obstruktif

Pada saat kehamilan kesehatan ibu dan janin adalah sangat penting dan
saling mempengaruhi. Kondisi janin yang baik sangat diperlukan tetapi
keselamatan ibu menjadi prioritas utama. Idealnya pengobatan ibu dengan obat-
obatan, pemeriksaan diagnostik dan pembedahan perlu dihindarkan pada ibu
hamil, tetapi bila diperlukan dapat dilakukan.
Mengenal kelainan kardiovaskular pada wanita yang mengalami
kehamilan sangat sukar. Gejala penyakit jantung seperti kelelahan, dispnea,
ortopnea, edema tungkai dlan rasa tidak enak didada sering didapati pada wanita
normal dengan kehamilan. Pada tabel 1 dapat dilihat beberapa perobahan
kardiovaskular yang didapati wanita hamil normal. Tetapi dalam pemeriksaan
system kardiovaskuler perhatian perlu lebih ditingkatkan untuk mengenali
kelainan kardiovaskuler karena penyakit jantung. Perhatian perlu ditingkatkan bila
pada wanita hamil bila didapati dispnea atau ortopnea yang progressif dan
membatasi aktifitas, hemoptisis, sinkope saat exercise atau nyeri dada saat
exercise.
Pemeriksaan fisik yang sering didapati pada wanita hamil seperti edema
11
dorsum pedis, basilar pulmonary rales, suara jantung ketiga, bising sistolik dan
pulsasi vena leher bisa didapati. Tetapi jika didapati sianosis atau clubbing, bising
sistolik yang kuat (≥ 3/6), kardiomegali, fixed split suara jantung kedua, atau
tanda-tanda hipertensi pulmonal (suara P2 mengeras) merupakan hal yang
abnormal pada wanita hamil dan perhatian perlu ditingkatkan. Bising diastolic
yang didapati pada wanita hamil menunjukkan tanda-tanda penyakit jantung.5

3.5 Macam – macam abortus


Definisi terminasi kehamilan ( Abortus ) atau terminasi kehamilan yang
diberikan baik ahli kedokteran maupun hukum cukup beragam pada saat ini,
walaupun intinya adalah sama. Dalam pengertian medis, terminasi kehamilan
adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk menghentikan kehamilan dengan
kematian dan pengeluaran janin baik menggunakan alat-alatan atau obat-obatan
pada usia kurang dari 20 minggu dengan berat janin kurang dari 500 gram, yaitu
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan secara mandiri. Sementara Black’s
Law Dictionary menyebutkan “abortion is the spontaneous or artificially induced
expulsion of an embryo or fetus. As used in legal context refers to induced
abortion”. Dengan demikian keguguran yang berupa keluarnya embrio atau fetus
semata-mata bukan karena terjadi secara alami (spontan) tapi juga karena
disengaja atau terjadi karena adanya campur tangan (provokasi) manusia.
Ensiklopedia Indonesia memberikan penjelasan bahwa terminasi kehamilan
diartikan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau
sebelum janin mencapai berat 1.000 gram. Untuk lebih memperjelas maka berikut
ini dikemukakan definisi para ahli tentang terminasi kehamilan, yaitu:
a. Eastman: terminasi kehamilan adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana
fetus belum sanggup berdiri sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus
itu beratnya terletak antara 400–1000 gr atau kehamilan kurang dari 28 minggu;
b. Jeffcoat: terminasi kehamilanyaitu pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum 28 minggu,
yaitu fetus belum viable;
c. Holmer: terminasi kehamilan yaitu terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-
16 dimana proses plasentasi belum selesai.
Manakala dari sudut pandang sisi hukum menyebutkan, definisi terminasi
kehamilan adalah lahirnya buah kandungan sebelum waktunya oleh suatu
perbuatan seseorang yang bersifat sebagai perbuatan pidana kejahatan. Dalam
12
pengertian ini, perhatian dititik beratkan pada kalimat “oleh suatu perbuatan
seseorang yang bersifat sebagai suatu perbuatan pidana kejahatan”, sehingga tidak
termasuk terminasi kehamilan yang terjadi sendirinya tanpa adanya pengaruh dari
luar yang disebut abortus spontaneous. Dalam literatur ilmu hukum telah
mendapat kesatuan pendapat sebagai doktrin bahwa pengertian aborsi mempunyai
arit yang umum tanpa dipersoalkan umur janin yang mengakhiri kandungan
sebelum waktunya karena perbuatan seseorang.
A. Abortus spontan
Merupakan mekanisme alamiah yang menyebabkan terhentinya proses
kehamilan tanpa tindakan. Penyebabnya dapat oleh karena penyakit yang diderita
si ibu ataupun sebab-sebab lain yang pada umumnya berhubungan dengan
kelainan pada sistem reproduksi, diantaranya1:
 Abortus Imminens ( Threatened abortion, Abortus mengancam ) : ialah
peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Proses awal dari suatu keguguran, yang ditandai dengan1 :

o Perdarahan pervaginam, sementara ostium uteri eksternum masih tertutup


dan janin masih dalam intrauterine timbul pada pertengahan trimester
pertama.

o TFU sesuai dengan usia gestasi berdasarkan HPHT.

o Perdarahan biasanya sedikit, hal ini dapat terjadi beberapa hari.

o Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai
perdarahan.

o Tidak ditemukan kelainan pada serviks dan serviks tertutup

o Kadar hormon hCG pada urin menentukan prognosis dari abortus


imminens, jika pemeriksaan (+) sebelum dan setelah diencerkan 1/10,
prognosis mengarah ke ad bonam dan bila (-) saat diencerkan 1/10, maka
prognosis mengarah ke ad malam.

o Pemeriksaan USG diperlukan untuk mengetahui keadaan plasenta apakah


sudah terjadi pelepasan atau belum, dan apakah ada hematoma

13
retroplasenta. Diperhatikan ukuran biometri janin/ kantong gestasi apakah
sesuai dengan umur kehamilan berdasarkan HPHT, gerak janin dan denyut
jantung janin.

 Abortus Insipiens : peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan


sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat dan
mendatar, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus, tinggi fundus uteri sesuai
dengan usia gestasi berdasarkan HPHT. Ditandai dengan adanya1 :

o Nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim kuat.

o Robeknya selaput amnion dan adanya pembukaan serviks

o Terjadi kontraksi uterus untuk mengeluarkan hasil konsepsi

o Perdarahan per vaginam masif, kadang – kadang keluar gumpalan darah.

o Tes hCG biasanya negatif namun dapat positif karena produksi hCG oleh
korion, dan bukan oleh fetus

o Pada pemeriksaan USG didapati pembesaran uterus yang masih sesuai


dengan umur kehamilan, gerak janin dan gerak jantung janin masih jelas
walau mungkin sudah mulai tidak normal, perhatikan apakah adanya
perdarahan retroplasenta dan ovum yang mati.

 Abortus Kompletus : proses abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi (desidua


dan fetus) telah keluar melalui jalan lahir sehingga rongga rahim kosong pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.Tanda
dan Gejala1 :

o Serviks menutup.
o Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.
o Gejala kehamilan tidak ada.
o Uji kehamilan biasanya positif sampai 7-10 hari setelah abortus.
 Abortus Inkompletus : pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus1.

Gejala Klinis :
o Didapati amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas
14
o Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan biasanya disertai stolsel (darah
beku).
o Sudah ada keluar fetus atau jaringan
o Pada pemeriksaan dalam (V.T.) untuk abortus yang baru terjadi didapati
serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa jaringan pada kanalis
servikalis atau kavum uteri, serta uterus yang berukuran lebih kecil dari
seharusnya.
 “Missed Abortion” : berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun
keseluruhan hasil konsepsi tertahan dalam uterus 2 bulan atau lebih. Fetus yang
meninggal ini dapat1 :

o Keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati.

o Diresorbsi kembali sehingga hilang

o Mengering dan menipis yang disebut : fetus papyraceus

o Menjadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu akan
mengalami degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.

Gejala Klinis
o Ditandai dengan kehamilan yang normal dengan amenorrhea, dapat
disertai mual dan muntah

o Perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya

o Pertumbuhan uterus mengecil dengan fundus yang tidak bertambah tinggi


jika kehamilannya berkisar antara 14 sampai 20 minggu.

o Mamae menjadi mengecil sebagai tanda-tanda kehamilan sekunder yang


menghilang.

o Gejala-gejala kehamilan menghilang diiringi reaksi kehamilan menjadi


negative pada 2-3 minggu setelah fetus mati.

o Pada pemeriksaan dalam serviks tertutup dan ada darah sedikit

o Pasien merasa perutnya dingin dan kosong.

15
o Pada pemeriksaan USG didapatkan : uterus yang mengecil, kantong
gestasi yang mengecil dan bentuknya tidak beraturan disertai gambaran
fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan.

o Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4 minggu harus diperhatikan


kemungkinan terjadinya gangguan pembekuan darah oleh karena
hipofibrinogemia sehingga perlu diperiksa koagulasi sebelum tindakan
evakuasi dan kuretase.

 Abortus Habitualis : abortus yang terjadi 3 kali berturut – turut atau lebih oleh
sebab apapun. Penderita abortus habitualis pada umumnya tidak sulit untuk hamil
kembali, tetapi kehamilannya berakhir dengan keguguran secara berturut-turut.
Bishop melaporkan kejadian abortus habitualis terjadi 0,41% dari seluruh
kehamilan. 1

Penyebab paling sering pada abortus ini dahulu ditetapkan karena reaksi
immunologi yaitu TLX ( lymphocyte trophoblast cross reactive), tetapi dekade
belakangan ini diketahui penyebab yang tersering dijumpai adalah inkompetensia
serviks yaitu keadaan dimana serviks uterus tidak dapat menerima beban untuk
tetap bertahan menutup setelah kehamilan melewati trimester pertama, di mana os
serviks akan membuka tanpa disertai tanda-tanda inpartu lainnya seperti perut
tegang dan mules-mules, akhirnya terjadi pengeluaran janin. Penyebab lain yang
sering ditemukan berupa kelainan anatomis, disfungsi tiroid, kesalahan korpus
luteum, kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan
progesteron sesudah korpus luteum atrofis. 1,2
Pemeriksaan :
o Histerosalfingografi, untuk mengetahui adanya mioma uterus submukosa
atau anomali congenital.
o BMR dan kadar jodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau
tidak gangguan glandula thyroidea.
o Psiko analisis
 Abortus Infeksious : suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi
genital. Diagnosis1,2:

o Adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong


di luar rumah sakit.
16
o Pemeriksaan : Kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan, dan
sebagainya.

o Tanda – tanda infeksi yakni kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,5 derajat
Celcius, kenaikan leukosit dan discharge berbau pervaginam, uterus besar
dan lembek disertai nyeri tekan.

 “Septic Abortion” : abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau


toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Diagnosis “septic abortion”
ditegakan jika didapatkan tanda – tanda sepsis, seperti nadi cepat dan lemah, syok
dan penurunan kesadaran.1,4

B. Abortus Provokatus
Abortus Provokatus adalah abortus yang sengaja dibuat atau merupakan
suatu upaya yang disengaja, baik dilakukan oleh ibunya sendiri atau dibantu oleh
orang lain, untuk menghentikan proses kehamilan sebelum berumur 20 minggu,
dimana janin (hasil konsepsi) yang dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia
luar. 2,3
Abortus provokatus dapat dibedakan menjadi:
 Abortus provokatus Medisinalis/Therapeutikus

Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi


menyelamatkan nyawa Ibu. Syarat-syaratnya adalah4,5:
o Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan
untuk melakukannya (yaitu seorang dokter kebidanan dan penyakit
kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.

o Mengkonsultasikan dengan sedikitnya dua orang ahli, yaitu ahli


obstetric/gynekologi dan ahli penyakit dalam atau ahli jantung yang
berpengalaman.

o Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum,
psikologi).

o Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga
terdekat.

17
o Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/ peralatan yang
memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah.

o Prosedur tidak dirahasiakan.

o Dokumen medik harus lengkap.

 Abortus Provokatus Kriminalis

Abortus yang sengaja dilakukan dengan tanpa adanya indikasi medik


(ilegal) dan dilarang oleh hukum. Biasanya pengguguran dilakukan dengan
menggunakan alat-alat atau obat-obatan tertentu, atau dengan kekerasan mekanik
lokal.2,3
Kekerasan dapat dilakukan dari luar maupun dari dalam. Kekerasan dari
luar dapat dilakukan sendiri oleh si ibu atau oleh orang lain, seperti melakukan
gerakan fisik berlebihan, jatuh, pemijatan/pengurutan perut bagian bawah,
kekerasan langsung pada perut atau uterus, pengaliran listrik pada serviks dan
sebagainya. 2,3,4
Kekerasan dari dalam yaitu dengan melakukan manipulasi vagina atau
uterus. Manipulasi vagina dan serviks uteri, misalnya dengan penyemprotan air
sabun atau air panas pada porsio, aplikasi asam arsenik, kalium permanganat
pekat, atau jodium tinktur; pemasangan laminaria stift atau kateter ke dalam
serviks; atau manipulasi serviks dengan jari tangan. Manipulasi uterus, dengan
melakukan pemecahan selaput amnion atau dengan penyuntikan ke dalam uterus.
2,3,4

Pemecahan selaput amnion dapat dilakukan dengan memasukkan alat apa


saja yang cukup panjang dan kecil melalui serviks. Penyuntikan atau
penyemprotan cairan biasanya dilakukan dengan menggunakan Higginson tipe
syringe, sedangkan cairannya adalah air sabun, desinfektan atau air biasa/air
panas. Penyemprotan ini dapat mengakibatkan emboli udara. 2,3,4
Obat / zat tertentu Pernah dilaporkan penggunaan bahan tumbuhan yang
mengandung minyak eter tertentu yang dapat merangsang saluran cerna hingga
terjadi kolik abdomen, jamu perangsang kontraksi uterus dan hormon wanita yang
merangsang kontraksi uterus melalui hiperemi mukosa uterus. Hasil yang dicapai
sangat bergantung pada jumlah (takaran), sensitivitas individu dankeadaan
kandungannya (usia gestasi). 2,3,4
18
Bahan-bahan tadi ada yang biasa terdapat dalam jamu peluntur, nanas
muda, bubuk beras dicampur lada hitam, dan lain-lain. Ada juga yang agak
beracun seperti garam logam berat, laksans dan lain-lain; atau bahan yang
beracun, seperti strichnin, prostigmin, pilokarpin, dikumarol, kina dan lain-lain.
Kombinasi kina atau menolisin dengan ekstrak hipofisis (oksitosin) ternyata
sangat efektif. Akhir-akhir ini dikenal juga sitostatika (aminopterin) sebagai
abortivum. 2,3,4

3.6 Komplikasi

a. Perdarahan.

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil


konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan
dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan. Perdarahan yang berlebihan
sewaktu atau sesudah abortus bisa disebabkan oleh atoni uterus, laserasi cervikal,
perforasi uterus, kehamilan serviks, dan juga koagulopati.

b. Perforasi.

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus
kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi
harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan
apakah ada perlukan alat-alat lain. Pasien biasanya datang dengan syok
hemoragik.

c. Syok.

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat. Vasovagal syncope yang diakibatkan stimulasi canalis
sevikalis sewaktu dilatasi juga boleh terjadi namum pasien sembuh dengan segera.

19
d. Infeksi.

Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci,
streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T.
paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada
lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium
sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi
terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi
menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium.

Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap


infeksi paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci
anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium
perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae,
Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial
berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.

e. Efek anesthesia.

Pada penggunaan general anestesia, komplikasi atoni uterus bisa terjadi


yang berakibatkan perdarahan. Pada kasus therapeutic abortus, paracervical blok
sering digunakan sebagai metode anestesia. Sering suntikan intravaskular yang
tidak disengaja pada paraservikal blok akan mengakibatkan komplikasi fatal
seperti konvulsi, cardiopulmonary arrest dan kematian.

f. Disseminated Intravascular Coagulopathy (DIC)

Pasien dengan postabortus yang berat terutamanya setelah midtrimester


perlu curiga DIC. Insidens adalah lebih dari 200 kasus per 100,000 aborsi.

3.7 Pemeriksaan Kedokteran Forensik


1. Korban hidup
a. Ibu
1) Tanda-tanda kehamilan
i. Striae gravidarum
20
ii. Uterus yang membesar
iii. Hiperpigmentasi areola mammae
iv. Tes kehamilan (+)
2) Tanda-tanda partus
i. Lochia
ii. Keadaan ostium uteri
3) Golongan darah
b. Janin
1) Usia janin
2) Golongan darah

2. Korban mati
Pemeriksaan post mortemkorban aborsi bertujuan:
a) Mencari bukti dan tanda kehamilan
b) Mancari bukti aborsi dan kemungkinann adanya tindakan criminal
dengan obat-obatan maupun instrument
c) Menentukan kaitan antara sebab kematian dengan tindakan abortus
d) Menilai setiap penyakit wajar yang ditemukan

a. Pemeriksaan ibu
Pemotretan sebelum memulai pemeriksaan
1) Identifikasi umum meliputi tinggi badan, berat badan, usia.
Pakaian : carilah tanda-tanda kontak dengan suatu cairan, terutama
pada pakaian dalam
2) Catat suhu badan, warna dan distribusi lebam jenazah
3) Periksa dengan palpasi uterus untuk menentukan secara pasti
adanya kehamilan
4) Carilah tanda adanya emboli udara, gelembung sabun, cairan pada:
i. Arteria coronaria
ii. Ventrikel kanan
iii. Arteria pulmonalis
iv. Arteria dan vena di permukaan otak
v. Vena-vena pada pelvis

21
5) Vagina dan uterus diinsisi pada dinding anterior untuk
menghindari jejas kekerasan yang biasanya terjadi pada dinding
posterior misalnya perforasi uterus.
Cara pemeriksaan: uterus direndalam dalam larutan formalin 10%
selama 24jam, kemudian direndam dalam alcohol 95% selama 24
jam, iris tipis untuk melihat saluran perforasi. Periksa juga tanda-
tanda kekerasan pada cervix (abrasi, laserasi)
6) Ambil sampel semua organ untuk pemeriksaan histopatologi
7) Buat swab dinding uterus untuk pemeriksaan mikrobiologi
8) Ambil sampel untuk pemeriksaan toksikologis, meliputi:
i. Isi vagina
ii. Isi uterus
iii. Darah dari vena cava inferior dan kedua ventrikel
iv. Urine
v. Isi lambung
vi. Rambut pubis
9) Periksa golongan darah

b. Pemeriksaan janin
1. Usia janin
2. Golongan darah

3.8 Penenetuam Usia Janin


a. Berdasarkan panjang badan (Rumus Hasse)
Usia (bulan) Panjang Badan (cm)
(Puncak kepala-tumit)
1 1x1=1
2 2x2=4
3 3x3=9
4 4 x 4 = 16
5 5 x 5 = 25
6 6 x 5 = 30

22
7 7 x 5 = 35
8 8 x 5 = 40
9 9 x 5 = 45
10 10 x 5 = 50

b. Berdasarkan ciri-ciri pertumbuhan bagian tubuh


Usia kehamilan Ciri-ciri pertumbuhan
(bulan)
2 Hidung, telinga, jari mulai terbentuk (belum sempurna),
kepala menempel dada
3 Daun telinga jela, kelopak mata masih melekat, leher
mulai terbentuk, belum ada diferensiasi genitalia
4 Genitalia eksterna terbentuk dan dapat dikenali, kulit
merah dan sangat tipis
5 Kulit lebih tebal, tumbuh bulu lanugo
6 Kelopak mata terpisah, terbentuk alis dan bulu mata,
kulit tampak keriput
7 Pertumbuhannya lengkap dan sempurna

c. Inti penulangan:
1) Calcaneus : 5-6 bulan
2) Talus : 7 bulan
3) Femur : 8-9 bulan
4) Tibia : 9-10 bulan

3.9 Abortus Ditinjau Dari Segi Hukum, Agama, dan Medis


 Medis
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Sarwono, 2014).
Berdasarkan klasifikasi abortus yang telah dibahas sebelumnya, yaitu
abortus provokatus medisinalis disebut medisinalis bila didasarkan pada
pertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu. Di sini pertimbangan dilakukan
oleh minimal 3 dokter spesialis yaitu spesialis Kebidanan dan Kandungan,
23
spesialis Penyakit Dalam, dan Spesialis Jiwa. Bila perlu dapat ditambah
pertimbangan oleh tokoh agama terkait. Setelah dilakukan terminasi kehamilan ,
harus diperhatikan agar ibu dan suaminya tidak terkena trauma psikis dikemudian
hari (Sarwono, 2014).

Abortus Provocatus atas indikasi medik


Walaupun beberapa ahli telah banyak berdebat tentang kemungkinan
perluasan indikasi medik, namun sampai saat ini di Indonesia yang dimaksud
dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu.
Jadi, tidak dibenarkan melakukan abortus atas indikasi :
a. Ekonomi
b. Ethis : akibat perkosaan dan akibat hubungan di luar nikah
c. Sosial : khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat

Dalam melakukan tindakan abortus atas indikasi medik, seorang dokter


perlu mengambil tindakan-tindakan pengamanan dengan mengadakan konsultasi
pada seorang ahli kandungan yang berpengalaman dengan syarat :
1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan
untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit
kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.
2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, dan
psikologi).
3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga
terdekat.
4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai,
yang ditunjuk oleh pemerintah.
5. Prosedur tidak dirahasiakan.
6. Dokumen medik harus lengkap

Cara-cara yang dipakai untuk melakukan abortus atas indikasi medik adalah :
1. Vaginal
a. Ketuban pecah
b. Dilatasi cervix
c. Injeksi 10 unit oxytosin intra uterin

24
2. Abdominal : sectio caecaria

Beberapa indikasi medik yang dapat dipertimbangkan :


1. Faktor kehamilan sendiri
a. Ectopic pregnancy yang terganggu
b. Kehamilan yang sudah mati
c. Mola hydatidosa
d. Kelainan plasenta
2. Penyakit di luar kehamilannya
a. Ca cervix
b. Ca mamae yang aktif
3. Penyakit sistemik si ibu
a. Toxaemia gravidarum
b. Penyakit ginjal
c. Diabetes berat

(Algozi, Agus Moch, 2013)


 Agama

Pada hakikatnya , semua agama tidak memperbolehkan abortus yang


disengaja (Provocatus kriminalis) , Tetapi pada makalah ini lebih dibahas dari
segi agama Islam.
Abortus dalam Prespektif Islam
Sayyid Sabiq dalam bukunya Fikih Sunnah jilid X: hal 10 mengatakan, bahwa
hal yang paling perlu mendapat perhatian diantara hak-hak manusia adalah hak hidup.
Karena hal ini adalah hak yang suci, tidak dibenarkan secara hukum dilanggar
kemuliaannya dan tidak boleh dianggap remeh eksistensinya.
Sebelum menjelaskan secara mendetail tentang hukum Aborsi, lebih dahulu perlu
dijelaskan tentang pandangan umum ajaran Islam tentang nyawa, janin dan
pembunuhan, yaitu sebagai berikut;
Pertama, manusia adalah ciptaan Allah yang mulia, tidak boleh dihinakan baik
dengan merubah ciptaan tersebut, maupun menguranginya dengan cara memotong
sebagian anggota tubuhnya, maupun dengan cara memperjual belikannya, maupun
dengan cara menghilangkannya sama sekali yaitu dengan membunuhnya, sebagaiman
firman Allah swt :
“Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia “ ( Qs.al-Isra’:70)
25
Kedua, membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang.
Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang.
“Oleh Karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa
yang membunuh seorang manusia, bukan Karena orang itu (membunuh) orang lain,
atau bukan Karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan dia Telah
membunuh manusia seluruhnya dan Barang siapa yang membunuh seorang manusia,
maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang
memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya.” (Qs. AlMaidah:32)

Ketiga, dilarang membunuh anak (termasuk janin yang masih dalam kandungan),
hanya karena takut miskin. Sebagaimana firman Allah SWT :
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang
memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh
mereka adalah dosa yang besar.” (Qs Al Isra’ : 31)

Keempat, setiap janin yang terbentuk adalah merupakan kehendak Allah SWT,
sebagaimana firman Allah SWT:
“Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama
umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi.”
(QS Al Hajj : 5)

Kelima, larangan membunuh jiwa tanpa hak, sebagaimana firman Allah SWT :
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan
alasan yang benar “ ( Qs Al Isra’ : 33 )

Di dalam teks-teks al Qur’an dan Hadist tidak didapati secara khusus hukum aborsi,
tetapi yang ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa hak, sebagaimana
firman Allah SWT :
“ Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka
balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka
kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang besar ( Qs An
Nisa’ : 93 )

26
Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud bahwasanya Rasulullah SAW
bersabda :
“ Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di dalam perut
ibunya selama empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari kedua, terbentuklah
segumlah darah beku. Ketika genap empat puluh hari ketiga , berubahlah menjadi
segumpal daging. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan roh, serta
memerintahkan untuk menulis empat perkara, yaitu penentuan rizki, waktu kematian,
amal, serta nasibnya, baik yang celaka, maupun yang bahagia. “ ( Bukhari
danMuslim )

Untuk mempermudah pemahaman, pembahasan ini bisa dibagi


menjadi dua bagian sebagai berikut :
1. Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh
Dalam hal ini, para ulama berselisih tentang hukumnya dan terbagi menjadi
tiga pendapat:
a. Pendapat Pertama
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh. Bahkan
sebagian dari ulama membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan obat.
Pendapat ini dianut oleh para ulama dari madzhab Hanafi, Syafi’i, dan Hambali.
Tetapi kebolehan ini disyaratkan adanya ijin dari kedua orang tuanya. Mereka
berdalil dengan hadist Ibnu Mas’ud di atas yang menunjukkan bahwa sebelum empat
bulan, roh belum ditiup ke janin dan penciptaan belum sempurna, serta dianggap
benda mati, sehingga boleh digugurkan.
b. Pendapat kedua :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh. Dan jika
sampai pada waktu peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram. Dalilnya bahwa
waktu peniupan ruh tidak diketahui secara pasti, maka tidak boleh menggugurkan
janin jika telah mendekati waktu peniupan ruh , demi untuk kehati-hatian . Pendapat
ini dianut oleh sebagian ulama madzhab Hanafi dan Imam Romli salah seorang ulama
dari madzhab Syafi’i .
c. Pendapat ketiga :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram. Dalilnya
bahwa air mani sudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan ovum
wanita sehingga siap menerima kehidupan, maka merusak wujud ini adalah tindakan
kejahatan. Pendapat ini dianut oleh Ahmad Dardir , Imam Ghozali dan Ibnu Jauzi

27
(Maria Ulfa Anshor, 2006). Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya
(empat bulan) , telah dianggap benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani
ataupun disholati. Sehingga bisa dikatakan bahwa menggugurkan kandungan dalam
fase ini tidak dikatagorikan pembunuhan, tapi hanya dianggap merusak sesuatu yang
bermanfaat.
Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-batas tertentu, yaitu jika
di dalamnya ada kemaslahatan, atau dalam istilah medis adalah salah satu bentuk
Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu jika bertujuan untuk kepentingan medis dan
terapi serta bukan dalam katagori Abortus Profocatus Criminalis, yaitu yang
dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar hukum yang berlaku,
sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
2. Menggugurkan Janin Setelah Peniupan Roh
Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah
peniupan roh hukumnya haram. Peniupan roh terjadi ketika janin sudah berumur
empat bulan dalam perut ibu, Ketentuan ini berdasarkan hadist Ibnu Mas’ud di atas.
Janin yang sudah ditiupkan roh dalam dirinya, secara otomatis pada saat itu, dia telah
menjadi seorang manusia, sehingga haram untuk dibunuh. Hukum ini berlaku jika
pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada sebab yang darurat.
Namun jika ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin nantinya akan
membahayakan ibunya jika lahir nanti, maka dalam hal ini, para ulama berbeda
pendapat:
a. Pendapat Pertama :
Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya
tetap haram, walaupun diperkirakan bahwa janin tersebut akan membahayakan
keselamatan ibu yang mengandungnya. Pendapat ini dianut oleh Mayoritas Ulama.
Dalilnya adalah firman Allah SWT :
“ Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),
melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. “ (Q.S. Al Israa’: 33)
Kelompok ini juga mengatakan bahwa kematian ibu masih diragukan, sedang
keberadaan janin merupakan sesuatu yangpasti dan yakin, maka sesuai dengan kaidah
fiqhiyah : “ Bahwa sesuatu yang yakin tidak boleh dihilanngkan dengan sesuatu yang
masih ragu.”, yaitu tidak boleh membunuh janin yang sudah ditiup rohnya yang
merupakan sesuatu yang pasti , hanya karena kawatir dengan kematian ibunya yang
merupakan sesuatu yang masih diragukan..
Selain itu, mereka memberikan permitsalan bahwa jika sebuah perahu akan

28
tenggelam, sedangkan keselamatan semua perahu tersebut bisa terjadi jika sebagian
penumpangnya dilempar ke laut, maka hal itu juga tidak dibolehkan.
b. Pendapat Kedua :
Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah ditiupkan roh kepadanya,
jika hal itu merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ibu dari kematian.
Karena menjaga kehidupan ibu lebih diutamakan dari pada menjaga kehidupan janin,
karena kehidupan ibu lebih dahulu dan ada secara yakin, sedangkan kehidupan janin
belum yakin dan keberadaannya terakhir.
Prediksi tentang keselamatan ibu dan janin bisa dikembalikan kepada ilmu
kedokteran, walaupun dalam hal ini tidak mutlak benarnya.
Penetapan hukum pelarangan aborsi, terdapat sedikit perbedaan dari keempat
mazhab besar fiqih Islam, yaitu sebagai berikut:
1. Mazhab Hanafi berpendapat bahwa aborsi bisa dilakukan hanya bila
membahayakan dan mengancam keselamatan si ibu dan hanya dapat dilakukan
sebelum masa empat bulan kehamilan.
2. Mazhab Maliki melarang aborsi apabila telah terjadi pembuahan.
3. Mazhab Syafii berpaham apabila setelah terjadinya fertilisasi zygote, tidak boleh
diganggu. Jika diganggu, dianggap sebagai kejahatan.
4. Mazhab Hambali berpendapat karena adanya pendarahan yang menimbulkan
kematian, hal ini menunjukkan bahwa aborsi adalah dosa.
Dari pandangan mazhab manapun, jelas menyatakan bahwa aborsi dalam
pandangan agama Islam tidak diperkenankan dan merupakan dosa besar karena
dianggap membunuh nyawa manusia yang tidak bersalah. Pelakunya bisa diminta
pertanggungjawaban atas tindakannya itu.
Hukum Islam yang telah tercatat ini menandakan bahwa janin dianggap
sebagai manusia. Menyakiti atau membunuhnya termasuk dosa besar dan haram.
Aborsi hanya boleh dilakukan apabila kehamilan tersebut dapat mengancam dan
membahayakan jiwa si ibu, yang dianut mazhab Hanafi, dengan syarat usia
kandungan belum mencapai 4 bulan. Meskipun demikian, Majelis Ulama Indonesia
telah mengeluarkan fatwa bahwa wanita korban pemerkosaan dibolehkan melakukan
aborsi (tindakan pengguguran janin), dengan syarat masa kehamilan belum mencapai
40 hari. Hal tersebut diperbolehkan karena korban perkosaan adalah orang yang
teraniaya dan kehamilan bukan kehendaknya untuk melakukan hubungan tersebut,
melainkan tindakan paksaan orang lain.
Agama Islam memberi aturan bagi umat muslim dalam rangka kehidupan dan

29
peradaban yang lebih baik. Tak terkecuali dalam hal pengguguran kandungan yang
disengaja atau aborsi. Hukum aborsi menurut Islam jelas keharamannya karena janin
bayi yang berada dalam rahim seorang ibu telah mempunyai nyawa. Penghilangan
terhadap nyawa seseorang adalah pembunuhan.
Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama sepakat
bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu aborsi kriminal yang menggugurkan
kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpa suatu alasan syar’i hukumnya
adalah haram dan termasuk katagori membunuh jiwa yang diharamkan Allah SWT.
Menurut Al Maliki dalam kitab Adabul Islam Fi Nidzami Usrah (1401 H:169)
perdebatan mengenai boleh tidaknya menggugurkan kandungan sebagaimana
diuraikan di atas, khususnya dari madzhab empat menyepakati bahwa aborsi yang
dilakukan setelah bernyawa (ba’da nafkhi al-ruh) merupakan tindakan yang
diharamkan.

 Hukum

Aborsi menurut kitab Undang-undang Hukurn Pidana merupakan suatu


tindakan kriminal, konsekuensinya aborsi dengan alasan apapun tidak dibenarkan.
Pasal-pasal KUHP yang rnengatur ha1 ini adalah pasal: 229,341,342,343,346,
347, 348, dan 349. Isi pokok pasal KUHP Bab IX tentang aborsi yaitu:' Wanita
yang sengaja menggugurkan dan mematikan kandungan atau menyuruh orang lain
melakukannya diancam hukuman penjara selama 4 tahun (KUHP pasal 346).
Mereka yang rnelakukan dan mernbantu pelaksanaan tindakan aborsi akan
diancam hukuman penjara menurut peraturan yang ada. Bila dilakukan tanpa
persetujuan si wanita itu sendiri maka pelaku diancam hukurnan penjara paling
lama 12 tahun (KUHP pasal 347ayat l), dan bila tindakan tersebut mengakibatkan
kematian, maka diancarn hukuman penjara paling lama 15 tahun ( KUHP pasal
347 ayat 2). Tindakan aborsi yang dilakukan dengan persetujuan wanita, diancam
hukuman penjara paling lama 5 tahun 6 bulan (KUHP pasal 348 ayat I), bila
sampai rnenyebabkan kernatian wanita, diancarn pidana penjara paling lama 7
tahun (KUHP pasal 348 ayat 2). Dokter, bidan dan apoteker yang membantu
melakukan tindakan aborsi seperti yang disebut di atas diancam pidana sesuai
peraturan tersebut di atas dapat ditambah sepertiganya dan dapat dicabut hak-
haknya dalam rnelakukan pekedaannya ( KUHP pasal 349).

30
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014,
Bab IV.

a. Bagian Kedua Indikasi Kedaruratan Medis:

Pasal 32 (1) Indikasi kedaruratan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal


31 ayat (1) huruf a meliputi: a. kehamilan yang mengancam nyawa dan kesehatan
ibu; dan/atau b. kehamilan yang mengancam nyawa dan kesehatan janin,
termasuk yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun
yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar
kandungan. (2) Penanganan indikasi kedaruratan medis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan standar.

Pasal 33 (1) Penentuan adanya indikasi kedaruratan medis sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 32 dilakukan oleh tim kelayakan aborsi. (2) Tim
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri dari 2 (dua) orang
tenaga kesehatan yang diketuai oleh dokter yang memiliki kompetensi dan
kewenangan. (3) Dalam menentukan indikasi kedaruratan medis, tim sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar. (4)
Berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tim
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membuat surat keterangan kelayakan aborsi.

b. Bagian Keempat Penyelenggaraan Aborsi

Pasal 35 (1) Aborsi berdasarkan indikasi kedaruratan medis dan kehamilan


akibat perkosaan harus dilakukan dengan aman, bermutu, dan bertanggung jawab.
(2) Praktik aborsi yang aman, bermutu, dan bertanggung jawab sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. dilakukan oleh dokter sesuai dengan standar;
b. dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Menteri; c. atas permintaan atau persetujuan perempuan hamil
yang bersangkutan; d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; e. tidak
diskriminatif; dan f. tidak mengutamakan imbalan materi. (3) Dalam hal
perempuan hamil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c tidak dapat
memberikan persetujuan, persetujuan aborsi dapat diberikan oleh keluarga yang

31
bersangkutan. (4) Dalam hal suami tidak dapat dihubungi, izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf d diberikan oleh keluarga yang bersangkutan.

Pasal 36 (1) Dokter yang melakukan aborsi berdasarkan indikasi kedaruratan


medis dan kehamilan akibat perkosaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
ayat (2) huruf a harus mendapatkan pelatihan oleh penyelenggara pelatihan yang
terakreditasi.

Pasal 39 (1) Setiap pelaksanaan aborsi wajib dilaporkan kepada kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota dengan tembusan kepala dinas kesehatan provinsi. (2)
Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan.

Dalam Undang-Undang (UU) Kesehatan nomor 36 tahun 2009 pasal 75

Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang
menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun
yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan.

32
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
- Batasan pembunuhan janin (abortus) medis adalah ancaman atau pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Anak baru mungkin
hidup di luar kandungan jika beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur
kehamilan 28 minggu. Ada yang mengambil batas aborsi bila berat anak kurang
dari 500 gram, setara dengan umur kehamilan 22 minggu. Berdasarkan variasi
berbagai batasan yang ada tentang usia / berat lahir janin viable (yang mampu
hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan aborsi sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau usia
kehamilan 20 minggu.
- Penyebab abortus Hipertensi pulmonnal, Dilated cardiomyopathy dengan gagal
jantung kongestif, Sindroma marten dengan dilatasi aorta, PJB sianotik, Katup
protesa, Koarktasio aorta, Sindroma marfan, Dilated cardiomyopathy yang
asimtomatik
- Undang undang yang mengatur tentang kasus abortus Pasal-pasal KUHP yang
rnengatur ha1 ini adalah pasal: 229,341,342,343,346, 347, 348, dan 349.
4.2 Saran
- Sebagai dokter diharapkan bisa menangani kasus abortus dengan benar dengan
cara membantu penyidik
- Sebagai pembaca diharapkan dapat mengetahui dan mematuhi undang undang
abortus yang telah tertera pada KUHP.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Nojomi M, Akbarian A, Ashory-Moghadam S. Burden of abortion: induced and


spontaneous. Arch Iranian Med. 2006; 9: 39-45.
2. Henshaw SK, Singh S, Haas T. The incidence of abortion worldwide. Int Fam Plan
Perspect. 1999; 25: S30-S38.
3. Winkjosastro, H. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
4. Kuntari T, Wilopo S. A, Emilia Ova. (2010). Determinan Abortus di Indonesia.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 4.
5. Prawirohardjo, Sarwono. 2002.Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
6. Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 246.
7. Varney, Helen, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC, 604-605.
8. Walsh, Linda V. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC, 447-449.
9. Anwar, bahri. 2016. Wanita kehamilan dan penyakit jantung. Bagian kardiologi dan
kedokteran vaskular. Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara
10. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Penerbit Universitas
Indonesia, 2001, hal. 9-10
11. Soewandi, (2010). Hukum Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta

12. Bagian Kedokteran forensik fakultas kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dalam
Kapita selekta kedokteran. (2014). Ed IV. Jilid II. Jakarta: Media Aeskulapius. Hal
897.
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014. Hal 10-13
14. R.Sugandhi.1980. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dengan Penjelasannya.
Surabaya: Usaha Nasional.
15. Undang-Undang (UU) Kesehatan nomor 36 tahun 2009 Pasal 75
16. Listiyana, Anik. 2012. Aborsi dalam Tinajuan Etika Kesehatan, Perspektif Islam dan
Hukum di Indonesia
17. Prawihardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Edisi keempat Cetakan kedua. Jakarta:
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo

34

Anda mungkin juga menyukai