Oleh:
Kelompok UWK Jember (Kelompok A)
(Periode 18 Juni – 15 Juli 2018)
Pembimbing:
dr. H. Edy Suyanto, Sp. F, SH, MH. Kes
i
PENGESAHAN
Referat dengan judul “PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS TENTANG
KASUS ABORSI PADA IBU DENGAN KELAINAN JANTUNG
DALAM ASPEK MEDIS, HUKUM DAN AGAMA” telah disetujui dan
disahkan oleh Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 9 Juli 2018
Tempat : Ruang Kuliah Dokter Muda Departemen Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya
Pembimbing : dr. H. Edy Suyanto, Sp. F, SH, MH. Kes
Surabaya,
dr. Nilly Sulistyorini, Sp.F dr. H. Edi Suyanto, Sp. F, SH, MH. Kes)
NIP. 1982041520091220202 NIP. NIP. 196104011990031003
ii
KATA PENGANTAR
Surabaya,
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
PENGESAHAN......................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. iv
BAB 1.PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.1 LatarBelakang.................................................................. 1
1.2 Tujuan................................................................................ 2
1.2.2 TujuanKhusus............................................................ 2
1.3 Manfaat.............................................................................. 2
BAB 2.PERMASALAHAN...................................................................... 3
BAB 3.PEMBAHASAN........................................................................... 4
3.2 Definisi................................................................................ 5
3.2 Isidensi................................................................................. 6
3.5 Kompilkasi.......................................................................... 19
iv
a. Ibu.................................................................................... 20
b. Janin................................................................................... 20
BAB 4.Penutup.......................................................................................... 33
4.1 Kesimpulan............................................................................. 33
4.2 Saran........................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 34
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dalam penulisan karya tulis ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan
khusus.
1.2.1 Tujuan umum
Tujuan umum dalam penulisan karya tulis ini adalah untuk mengetahui dan
memahami aborsi
1.2.2 Tujuan khusus
3
BAB II
PERMASALAHAN
Peranan dokter dalam menangani kasus aborsi pada ibu dengan kelianan jantung
ditinjau dari segi hukum, medis dan agama.
4
BAB III
PEMBAHASAN
6
menikah, 11% pada wanita yang belum menikah dengan perincian: 45% akan
menikah kemudian, 55% belum ada rencana menikah. Sedangkan golongan umur
mereka yang melakukan aborsi: 34% berusia antara 30-46 tahun, 51% berusia
antara 20-29 tahun dan sisanya 15% berusia di bawah 20 tahun.3
Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa sebagian
besar perempuan yang melakukan aborsi atau induksi haid di klinik atau rumah
sakit memiliki profil khusus: mereka cenderung sudah menikah dan
berpendidikan. Sebagai contoh, dalam sebuah penelitian yang dilakukan di tahun
2000, menunjukkan bahwa duapertiga dari klien yang melakukan aborsi sudah
menikah, dan hampir dua-pertiga sudah pernah duduk di bangku Sekolah
Menengah Atas. Padahal bertentangan dengan kenyataan tersebut, di Indonesia
hanya terdapat 38% dari perempuan pernah kawin yang pernah duduk di bangku
Sekolah Menengah. Dalam penelitian terbaru ditemukan bahwa, 54% klien aborsi
adalah lulusan Sekolah Menengah dan 21% dari mereka adalah lulusan akademi
atau universitas, dan 87% dari klien aborsi yang tinggal di daerah perkotaan sudah
menikah. Selanjutnya ditemukan bahwa hampir setiap klien yang melakukan
aborsi berusia lebih dari 20 tahun (58% berusia lebih tua dari 30 tahun), dan
hampir separuh dari perempuan-perempuan tersebut sudah memiliki paling sedikit
dua anak.5
3.4 Penyebab
Wanita normal yang mengalami kehamilan akan mengalami perubahan
fisiologik dan anatomi pada berbagai system organ yang berhubungan dengan
kehamilan akibat terjadi perobahan hormonal didalam tubuhnya, Perobahan yang
terjadi dapat mencakup system gastrointestinal, respirasi, kardiovaskuler,
urogenital, muskuloskeletal dan saraf Perobahan yang terjadi pada satu system
dapat saling memberi pengaruh pada system lainnya dan dalam menanggulangi
kelainan yang terjadi harus mempertimbangkan perobahan yang terjadi pada
masing-masing system, Perobahan ini terjadi akibat kebutuhan metabolic yang
disebabkan kebutuhan janin, plasenta dan rahim. Adaptasi normal yang dialami
seorang wanita yang mengalami kehamilan termasuk system kardiovaskuler akan
memberikan gejala dan tanda yang sukar dibedakan dari gejala penyakit jantung.
Keadaan ini yang menyebabkan beberapa kelainan yang tidak dapat ditoleransi
pada saat kehamilan. 5
Perobahan hemodinamik
Pada wanita hamil akan terjadi probahan hemodinamik karena
peningkatan volume darah sebesar 30-50% yang dimulai sejak trimester pertama
dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 32-34 minggu dan menetap sampai
aterm. Sebagian besar peningkatan volume darah ini menyebabkan meningkatnya
8
kapasitas rahim, mammae, ginjal, otot polos dan system vascular kulit dan tidak
memberi beban sirkulasi pada wanita hamil yang sehat. Peningkatan volume
plasma (30-50%) relatif lebih besar dibanding peningkatan sel darah (20-30%)
mengakibatkan terjadinya hemodilusi dan menurunya konsentrasi hemoglobin.
Peningkatan volume darah ini mempunyai 2 tujuan yaitu pertama mempermudah
pertukaran gas pernafasan, nutrien dan metabolit ibu dan janin dan kedua
mengurangi akibat kehilangan darah yang banyak saat kelahiran. Peningkatan
volume darah ini mengakibatkan cardiac output saat istirahat akan meningkat
sampai 40%. Peningkatan cardiac output yang terjadi mencapai puncaknya pada
usia kehamilan 20 minggu. Pada pertengahn sampai akhir kehamilan cardiac
output dipengaruhi oleh posisi tubuh. Sebagai akibat pembesaran uterus yang
mengurangi venous return dari ekstremitas bawah. Posisi tubuh wanita hamil turut
mempengaruhi cardiac output dimana bila dibandingkan dalam posisi lateral kiri,
pada saat posisi supinasi maka cardiac output akan menurun 0,6 l/menit dan pada
posisi tegak akan menurun sampai 1,2 l/menit. Umumnya perobahan ini hanya
sedikit atau tidak memberi gejala, dan pada beberapa wanita hamil lebih
menyukai posisi supinasi. Tetapi pada posisi supinasi yang dipertahankan akan
memberi gejala hipotensi yang disebut supine hypotensive syndrome of
pregnancy. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan memperbaiki posisi wanita hamil
miring pada salah satu sisi, Perobahan hemodinamik juga berhubungan dengan
perobahan atau variasi dari cardiac output. Cardiac output adalah hasil denyut
jantung dikali stroke volume. Pada tahap awal terjadi kenaikan stroke volume
sampai kehamilan 20 minggu. Kemudian setelah kehamilan 20 minggu stroke
volume mulai menurun secara perlahan karena obstruksi vena cava yang
disebabkan pembesaran uterus dan dilatasi venous bed. Denyut jantung akan
meningkat secara perlahan mulai dari awal kehamilan sampai akhir kehamilan dan
mencapai puncaknya kira-kira 25 persen diatas tanpa kehamilan pada saat
melahirkan. Cardiac output juga berhubungan langsung dengan tekanan darah
merata dan berhubungan terbalik dengan resistensi vascular sistemik. Pada awal
kehamilan terjadi penurunan tekanan darah dan kembali naik secara perlahan
mendekati tekanan darah tanpa kehamilan pada saat kehamilan aterm. Resistensi
vascular sistemik akan menurun secara drastic mencapai 2/3 nilai tanpa kehamilan
pada kehamilan sekitar 20 minggu. Dan secara perlahan mendekati nilai normal
pada akhir kehamilan. Cardiac output sama dengan oxygen consumption dibagi
9
perbedaan oksigen arteri-venous sistemik Oxygen consumption ibu hamil
meningkat 20 persen dalam 20 minggu pertama kehamilan dan terus meningkat
sekitar 30 persen diatas nilai tanpa kehamilan pada saat melahirkan. Peningkatan
ini terjadi karena kebutuhan metabolisme janin dan kebutuhan ibu hamil yang
meningkat. Cardiac output juga akan meningkat pada saat awal proses
melahirkan. Pada posisi supinasi meningkat sampai lebih dari 7 liter/menit. Setiap
kontraksi uterus cardiac output akan meningkat 34 persen akibat peningkatan
denyut jantung dan stroke volume, dan cardiac output dapat meltingkat sebesar 9
liter/menit. Pada saat melahirkan pemakaian anestesi epidural mengurangi cardiac
output menjadi 8 liter/menit dan penggunaan anestesi umum juga mengurangi
cardiac output. Setelah melahirkan cardiac output akan meningkat secara drastis
mencapai 10 liter/menit (7-8 liter / menit dengan seksio sesaria) dan mendekati
nilai normal saat sebelum hamil, setelah beberapa hari atau minggu setelah
melahirkan. Kenaikan cardiac output pada wanita hamil kembar dua atau tiga
sedikit lebih besar dibanding dengan wanita hamil tunggal. Adakalanya terjadi
sedikit peningkatan cardiac output sepanjang proses laktasi. Perubahan unsur
darah juga terjadi dalam kehamilan. Sel darah merah akan meningkat 20-30% dan
jumlah lekosit bervariasi selama kehamilan dan selalu berada dalam batas atas
nilai normal. Kadar fibronogen, factor VII, X dan XII meningkat, juga jumlah
trombosit meningkat tetapi tidak melebihi nilai batas atas nilai normal. Kehamilan
juga menyebabkan perobahan ukuran jantung dan perobahan posisi EKG. Ukuran
jantung berobah karena dilatasi ruang jantung dan hipertrofi. Pembesaran pada
katup tricuspid akan menimbulkan regurgitasi ringan dan menimbulkan bising
bising sistolik normal grade 1 atau 2. Pembesaran rahim keatas rongga abdomen
akan mendorong posisi diafragma naik keatas dan mengakibatkan posisi jantung
berubah kekiri dan keanterior dan apeks jantung bergeser keluar dan keatas.
Perubahan ini menyebabkan perubahan EKG sehingga didapati deviasi aksis
kekiri, sagging ST segment dan sering didapati gelombang T yang inversi atau
mendatar pada lead III.
A. Masalah Kardiovaskuler Pada Wanita Yang Berpenyakit Jantung Dengan
Kehamilan
Dahulu penyakit jantung pada wanita dengan kehamilan merupakan
penyebab morbiditas dan mortalitas. Dengan kemajuan diagnostik, pengobatan
medik dan surgical dalam penatalaksanaan penyakit jantung, secara nyata telah
10
menurunkan morbiditas dan mortalitas penderita penyakit jantung. Tindakan
surgical pada penderita penyakit jantung semasa kanak-kanak menyebabkan
sebagian besar wanita berpenyakit jantung dapat mengalami kehamilan dan
melahirkan. Meskipun demikian beberapa hal yang dihadapi wanita berpenyakit
jantung yang mengalami kehamilan masih menjadi masalah, karena dapat
mengancam jiwa si ibu dan mempengaruhi keadaan janin. Pada tabel dibawah ini
ditunjukkan beberapa masalah pada wanita hamil dengan penyakit jantung.
Pada saat kehamilan kesehatan ibu dan janin adalah sangat penting dan
saling mempengaruhi. Kondisi janin yang baik sangat diperlukan tetapi
keselamatan ibu menjadi prioritas utama. Idealnya pengobatan ibu dengan obat-
obatan, pemeriksaan diagnostik dan pembedahan perlu dihindarkan pada ibu
hamil, tetapi bila diperlukan dapat dilakukan.
Mengenal kelainan kardiovaskular pada wanita yang mengalami
kehamilan sangat sukar. Gejala penyakit jantung seperti kelelahan, dispnea,
ortopnea, edema tungkai dlan rasa tidak enak didada sering didapati pada wanita
normal dengan kehamilan. Pada tabel 1 dapat dilihat beberapa perobahan
kardiovaskular yang didapati wanita hamil normal. Tetapi dalam pemeriksaan
system kardiovaskuler perhatian perlu lebih ditingkatkan untuk mengenali
kelainan kardiovaskuler karena penyakit jantung. Perhatian perlu ditingkatkan bila
pada wanita hamil bila didapati dispnea atau ortopnea yang progressif dan
membatasi aktifitas, hemoptisis, sinkope saat exercise atau nyeri dada saat
exercise.
Pemeriksaan fisik yang sering didapati pada wanita hamil seperti edema
11
dorsum pedis, basilar pulmonary rales, suara jantung ketiga, bising sistolik dan
pulsasi vena leher bisa didapati. Tetapi jika didapati sianosis atau clubbing, bising
sistolik yang kuat (≥ 3/6), kardiomegali, fixed split suara jantung kedua, atau
tanda-tanda hipertensi pulmonal (suara P2 mengeras) merupakan hal yang
abnormal pada wanita hamil dan perhatian perlu ditingkatkan. Bising diastolic
yang didapati pada wanita hamil menunjukkan tanda-tanda penyakit jantung.5
o Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai
perdarahan.
13
retroplasenta. Diperhatikan ukuran biometri janin/ kantong gestasi apakah
sesuai dengan umur kehamilan berdasarkan HPHT, gerak janin dan denyut
jantung janin.
o Nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim kuat.
o Tes hCG biasanya negatif namun dapat positif karena produksi hCG oleh
korion, dan bukan oleh fetus
o Serviks menutup.
o Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.
o Gejala kehamilan tidak ada.
o Uji kehamilan biasanya positif sampai 7-10 hari setelah abortus.
Abortus Inkompletus : pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus1.
Gejala Klinis :
o Didapati amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas
14
o Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan biasanya disertai stolsel (darah
beku).
o Sudah ada keluar fetus atau jaringan
o Pada pemeriksaan dalam (V.T.) untuk abortus yang baru terjadi didapati
serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa jaringan pada kanalis
servikalis atau kavum uteri, serta uterus yang berukuran lebih kecil dari
seharusnya.
“Missed Abortion” : berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun
keseluruhan hasil konsepsi tertahan dalam uterus 2 bulan atau lebih. Fetus yang
meninggal ini dapat1 :
o Menjadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu akan
mengalami degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.
Gejala Klinis
o Ditandai dengan kehamilan yang normal dengan amenorrhea, dapat
disertai mual dan muntah
15
o Pada pemeriksaan USG didapatkan : uterus yang mengecil, kantong
gestasi yang mengecil dan bentuknya tidak beraturan disertai gambaran
fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Abortus Habitualis : abortus yang terjadi 3 kali berturut – turut atau lebih oleh
sebab apapun. Penderita abortus habitualis pada umumnya tidak sulit untuk hamil
kembali, tetapi kehamilannya berakhir dengan keguguran secara berturut-turut.
Bishop melaporkan kejadian abortus habitualis terjadi 0,41% dari seluruh
kehamilan. 1
Penyebab paling sering pada abortus ini dahulu ditetapkan karena reaksi
immunologi yaitu TLX ( lymphocyte trophoblast cross reactive), tetapi dekade
belakangan ini diketahui penyebab yang tersering dijumpai adalah inkompetensia
serviks yaitu keadaan dimana serviks uterus tidak dapat menerima beban untuk
tetap bertahan menutup setelah kehamilan melewati trimester pertama, di mana os
serviks akan membuka tanpa disertai tanda-tanda inpartu lainnya seperti perut
tegang dan mules-mules, akhirnya terjadi pengeluaran janin. Penyebab lain yang
sering ditemukan berupa kelainan anatomis, disfungsi tiroid, kesalahan korpus
luteum, kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan
progesteron sesudah korpus luteum atrofis. 1,2
Pemeriksaan :
o Histerosalfingografi, untuk mengetahui adanya mioma uterus submukosa
atau anomali congenital.
o BMR dan kadar jodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau
tidak gangguan glandula thyroidea.
o Psiko analisis
Abortus Infeksious : suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi
genital. Diagnosis1,2:
o Tanda – tanda infeksi yakni kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,5 derajat
Celcius, kenaikan leukosit dan discharge berbau pervaginam, uterus besar
dan lembek disertai nyeri tekan.
B. Abortus Provokatus
Abortus Provokatus adalah abortus yang sengaja dibuat atau merupakan
suatu upaya yang disengaja, baik dilakukan oleh ibunya sendiri atau dibantu oleh
orang lain, untuk menghentikan proses kehamilan sebelum berumur 20 minggu,
dimana janin (hasil konsepsi) yang dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia
luar. 2,3
Abortus provokatus dapat dibedakan menjadi:
Abortus provokatus Medisinalis/Therapeutikus
o Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum,
psikologi).
o Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga
terdekat.
17
o Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/ peralatan yang
memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah.
3.6 Komplikasi
a. Perdarahan.
b. Perforasi.
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus
kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi
harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan
apakah ada perlukan alat-alat lain. Pasien biasanya datang dengan syok
hemoragik.
c. Syok.
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat. Vasovagal syncope yang diakibatkan stimulasi canalis
sevikalis sewaktu dilatasi juga boleh terjadi namum pasien sembuh dengan segera.
19
d. Infeksi.
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci,
streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T.
paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada
lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium
sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi
terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi
menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium.
e. Efek anesthesia.
2. Korban mati
Pemeriksaan post mortemkorban aborsi bertujuan:
a) Mencari bukti dan tanda kehamilan
b) Mancari bukti aborsi dan kemungkinann adanya tindakan criminal
dengan obat-obatan maupun instrument
c) Menentukan kaitan antara sebab kematian dengan tindakan abortus
d) Menilai setiap penyakit wajar yang ditemukan
a. Pemeriksaan ibu
Pemotretan sebelum memulai pemeriksaan
1) Identifikasi umum meliputi tinggi badan, berat badan, usia.
Pakaian : carilah tanda-tanda kontak dengan suatu cairan, terutama
pada pakaian dalam
2) Catat suhu badan, warna dan distribusi lebam jenazah
3) Periksa dengan palpasi uterus untuk menentukan secara pasti
adanya kehamilan
4) Carilah tanda adanya emboli udara, gelembung sabun, cairan pada:
i. Arteria coronaria
ii. Ventrikel kanan
iii. Arteria pulmonalis
iv. Arteria dan vena di permukaan otak
v. Vena-vena pada pelvis
21
5) Vagina dan uterus diinsisi pada dinding anterior untuk
menghindari jejas kekerasan yang biasanya terjadi pada dinding
posterior misalnya perforasi uterus.
Cara pemeriksaan: uterus direndalam dalam larutan formalin 10%
selama 24jam, kemudian direndam dalam alcohol 95% selama 24
jam, iris tipis untuk melihat saluran perforasi. Periksa juga tanda-
tanda kekerasan pada cervix (abrasi, laserasi)
6) Ambil sampel semua organ untuk pemeriksaan histopatologi
7) Buat swab dinding uterus untuk pemeriksaan mikrobiologi
8) Ambil sampel untuk pemeriksaan toksikologis, meliputi:
i. Isi vagina
ii. Isi uterus
iii. Darah dari vena cava inferior dan kedua ventrikel
iv. Urine
v. Isi lambung
vi. Rambut pubis
9) Periksa golongan darah
b. Pemeriksaan janin
1. Usia janin
2. Golongan darah
22
7 7 x 5 = 35
8 8 x 5 = 40
9 9 x 5 = 45
10 10 x 5 = 50
c. Inti penulangan:
1) Calcaneus : 5-6 bulan
2) Talus : 7 bulan
3) Femur : 8-9 bulan
4) Tibia : 9-10 bulan
Cara-cara yang dipakai untuk melakukan abortus atas indikasi medik adalah :
1. Vaginal
a. Ketuban pecah
b. Dilatasi cervix
c. Injeksi 10 unit oxytosin intra uterin
24
2. Abdominal : sectio caecaria
Ketiga, dilarang membunuh anak (termasuk janin yang masih dalam kandungan),
hanya karena takut miskin. Sebagaimana firman Allah SWT :
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang
memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh
mereka adalah dosa yang besar.” (Qs Al Isra’ : 31)
Keempat, setiap janin yang terbentuk adalah merupakan kehendak Allah SWT,
sebagaimana firman Allah SWT:
“Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama
umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi.”
(QS Al Hajj : 5)
Kelima, larangan membunuh jiwa tanpa hak, sebagaimana firman Allah SWT :
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan
alasan yang benar “ ( Qs Al Isra’ : 33 )
Di dalam teks-teks al Qur’an dan Hadist tidak didapati secara khusus hukum aborsi,
tetapi yang ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa hak, sebagaimana
firman Allah SWT :
“ Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka
balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka
kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang besar ( Qs An
Nisa’ : 93 )
26
Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud bahwasanya Rasulullah SAW
bersabda :
“ Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di dalam perut
ibunya selama empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari kedua, terbentuklah
segumlah darah beku. Ketika genap empat puluh hari ketiga , berubahlah menjadi
segumpal daging. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan roh, serta
memerintahkan untuk menulis empat perkara, yaitu penentuan rizki, waktu kematian,
amal, serta nasibnya, baik yang celaka, maupun yang bahagia. “ ( Bukhari
danMuslim )
27
(Maria Ulfa Anshor, 2006). Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya
(empat bulan) , telah dianggap benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani
ataupun disholati. Sehingga bisa dikatakan bahwa menggugurkan kandungan dalam
fase ini tidak dikatagorikan pembunuhan, tapi hanya dianggap merusak sesuatu yang
bermanfaat.
Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-batas tertentu, yaitu jika
di dalamnya ada kemaslahatan, atau dalam istilah medis adalah salah satu bentuk
Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu jika bertujuan untuk kepentingan medis dan
terapi serta bukan dalam katagori Abortus Profocatus Criminalis, yaitu yang
dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar hukum yang berlaku,
sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
2. Menggugurkan Janin Setelah Peniupan Roh
Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah
peniupan roh hukumnya haram. Peniupan roh terjadi ketika janin sudah berumur
empat bulan dalam perut ibu, Ketentuan ini berdasarkan hadist Ibnu Mas’ud di atas.
Janin yang sudah ditiupkan roh dalam dirinya, secara otomatis pada saat itu, dia telah
menjadi seorang manusia, sehingga haram untuk dibunuh. Hukum ini berlaku jika
pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada sebab yang darurat.
Namun jika ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin nantinya akan
membahayakan ibunya jika lahir nanti, maka dalam hal ini, para ulama berbeda
pendapat:
a. Pendapat Pertama :
Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya
tetap haram, walaupun diperkirakan bahwa janin tersebut akan membahayakan
keselamatan ibu yang mengandungnya. Pendapat ini dianut oleh Mayoritas Ulama.
Dalilnya adalah firman Allah SWT :
“ Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),
melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. “ (Q.S. Al Israa’: 33)
Kelompok ini juga mengatakan bahwa kematian ibu masih diragukan, sedang
keberadaan janin merupakan sesuatu yangpasti dan yakin, maka sesuai dengan kaidah
fiqhiyah : “ Bahwa sesuatu yang yakin tidak boleh dihilanngkan dengan sesuatu yang
masih ragu.”, yaitu tidak boleh membunuh janin yang sudah ditiup rohnya yang
merupakan sesuatu yang pasti , hanya karena kawatir dengan kematian ibunya yang
merupakan sesuatu yang masih diragukan..
Selain itu, mereka memberikan permitsalan bahwa jika sebuah perahu akan
28
tenggelam, sedangkan keselamatan semua perahu tersebut bisa terjadi jika sebagian
penumpangnya dilempar ke laut, maka hal itu juga tidak dibolehkan.
b. Pendapat Kedua :
Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah ditiupkan roh kepadanya,
jika hal itu merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ibu dari kematian.
Karena menjaga kehidupan ibu lebih diutamakan dari pada menjaga kehidupan janin,
karena kehidupan ibu lebih dahulu dan ada secara yakin, sedangkan kehidupan janin
belum yakin dan keberadaannya terakhir.
Prediksi tentang keselamatan ibu dan janin bisa dikembalikan kepada ilmu
kedokteran, walaupun dalam hal ini tidak mutlak benarnya.
Penetapan hukum pelarangan aborsi, terdapat sedikit perbedaan dari keempat
mazhab besar fiqih Islam, yaitu sebagai berikut:
1. Mazhab Hanafi berpendapat bahwa aborsi bisa dilakukan hanya bila
membahayakan dan mengancam keselamatan si ibu dan hanya dapat dilakukan
sebelum masa empat bulan kehamilan.
2. Mazhab Maliki melarang aborsi apabila telah terjadi pembuahan.
3. Mazhab Syafii berpaham apabila setelah terjadinya fertilisasi zygote, tidak boleh
diganggu. Jika diganggu, dianggap sebagai kejahatan.
4. Mazhab Hambali berpendapat karena adanya pendarahan yang menimbulkan
kematian, hal ini menunjukkan bahwa aborsi adalah dosa.
Dari pandangan mazhab manapun, jelas menyatakan bahwa aborsi dalam
pandangan agama Islam tidak diperkenankan dan merupakan dosa besar karena
dianggap membunuh nyawa manusia yang tidak bersalah. Pelakunya bisa diminta
pertanggungjawaban atas tindakannya itu.
Hukum Islam yang telah tercatat ini menandakan bahwa janin dianggap
sebagai manusia. Menyakiti atau membunuhnya termasuk dosa besar dan haram.
Aborsi hanya boleh dilakukan apabila kehamilan tersebut dapat mengancam dan
membahayakan jiwa si ibu, yang dianut mazhab Hanafi, dengan syarat usia
kandungan belum mencapai 4 bulan. Meskipun demikian, Majelis Ulama Indonesia
telah mengeluarkan fatwa bahwa wanita korban pemerkosaan dibolehkan melakukan
aborsi (tindakan pengguguran janin), dengan syarat masa kehamilan belum mencapai
40 hari. Hal tersebut diperbolehkan karena korban perkosaan adalah orang yang
teraniaya dan kehamilan bukan kehendaknya untuk melakukan hubungan tersebut,
melainkan tindakan paksaan orang lain.
Agama Islam memberi aturan bagi umat muslim dalam rangka kehidupan dan
29
peradaban yang lebih baik. Tak terkecuali dalam hal pengguguran kandungan yang
disengaja atau aborsi. Hukum aborsi menurut Islam jelas keharamannya karena janin
bayi yang berada dalam rahim seorang ibu telah mempunyai nyawa. Penghilangan
terhadap nyawa seseorang adalah pembunuhan.
Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama sepakat
bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu aborsi kriminal yang menggugurkan
kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpa suatu alasan syar’i hukumnya
adalah haram dan termasuk katagori membunuh jiwa yang diharamkan Allah SWT.
Menurut Al Maliki dalam kitab Adabul Islam Fi Nidzami Usrah (1401 H:169)
perdebatan mengenai boleh tidaknya menggugurkan kandungan sebagaimana
diuraikan di atas, khususnya dari madzhab empat menyepakati bahwa aborsi yang
dilakukan setelah bernyawa (ba’da nafkhi al-ruh) merupakan tindakan yang
diharamkan.
Hukum
30
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014,
Bab IV.
31
bersangkutan. (4) Dalam hal suami tidak dapat dihubungi, izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf d diberikan oleh keluarga yang bersangkutan.
Pasal 39 (1) Setiap pelaksanaan aborsi wajib dilaporkan kepada kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota dengan tembusan kepala dinas kesehatan provinsi. (2)
Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan.
Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang
menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun
yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan.
32
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
- Batasan pembunuhan janin (abortus) medis adalah ancaman atau pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Anak baru mungkin
hidup di luar kandungan jika beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur
kehamilan 28 minggu. Ada yang mengambil batas aborsi bila berat anak kurang
dari 500 gram, setara dengan umur kehamilan 22 minggu. Berdasarkan variasi
berbagai batasan yang ada tentang usia / berat lahir janin viable (yang mampu
hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan aborsi sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau usia
kehamilan 20 minggu.
- Penyebab abortus Hipertensi pulmonnal, Dilated cardiomyopathy dengan gagal
jantung kongestif, Sindroma marten dengan dilatasi aorta, PJB sianotik, Katup
protesa, Koarktasio aorta, Sindroma marfan, Dilated cardiomyopathy yang
asimtomatik
- Undang undang yang mengatur tentang kasus abortus Pasal-pasal KUHP yang
rnengatur ha1 ini adalah pasal: 229,341,342,343,346, 347, 348, dan 349.
4.2 Saran
- Sebagai dokter diharapkan bisa menangani kasus abortus dengan benar dengan
cara membantu penyidik
- Sebagai pembaca diharapkan dapat mengetahui dan mematuhi undang undang
abortus yang telah tertera pada KUHP.
33
DAFTAR PUSTAKA
12. Bagian Kedokteran forensik fakultas kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dalam
Kapita selekta kedokteran. (2014). Ed IV. Jilid II. Jakarta: Media Aeskulapius. Hal
897.
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014. Hal 10-13
14. R.Sugandhi.1980. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dengan Penjelasannya.
Surabaya: Usaha Nasional.
15. Undang-Undang (UU) Kesehatan nomor 36 tahun 2009 Pasal 75
16. Listiyana, Anik. 2012. Aborsi dalam Tinajuan Etika Kesehatan, Perspektif Islam dan
Hukum di Indonesia
17. Prawihardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Edisi keempat Cetakan kedua. Jakarta:
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo
34