Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN KEHAMILAN

TERHADAP NY R G1P0AO USIA KEHAMILAN 36 MINGGU 4 HARI


DENGAN PLASENTA PREVIA TOTALIS DIRUANG KEBIDANAN RSUD
JENDRAL AHMAD YANI KOTA METRO
TAHUN 2023

DISUSUN OLEH:

NADA ARSHITA MESSY SAPUTRI


NIM. 2115371053

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PRODI STR KEBIDANAN METRO
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN KEHAMILAN


TERHADAP NY R G1P0A0 USIA KEHAMILAN 36 MINGGU DENGAN
PLASENTA PREVIA DIRUANG KEBIDANAN
RSUD JENDRAL AHMAD YANI

Telah diperiksa dan disahkan pada :

Hari :
Tanggal :

Mengetahui dan mengesahkan

Pembimbing Institusi Pembimbing Lapangan

Dr. Ika Oktaviani, S.ST., M.Keb Yeny Rahma Sari,S.ST,.M.Tr.Keb


NIP. 197710212008012010 NIP.198003282003122004

Mengetahui,
Ketua Prodi DIV Kebidanan Metro

Dr. Ika Oktaviani, S.ST., M.Keb


NIP:197710212008012010

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas semua berkat dan
rahmatnya sehingga dapat terselesaikannya laporan penugasan yang berjudul:
Asuhan kebidanan kegawatdaruratan kehamilan terhadap Ny.R G 1P0A0 usia
kehamilan 36 minggu 4 hari dengan Plasenta previa totalis diruang Kebidanan
RSUD Jendral Ahmad Yani
Penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada
kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ketua Program Study DIV Kebidanan Metro Dr. Ika Oktaviani, S.ST., M.Keb
dan sebagai Pembimbing Institusi
2. Yeny Rahma Sari, S.ST,. M.Str.Keb. sebagai pembimbing lapangan, beserta
Kakak ruangan di ruang kebidanan dan Semua pihak yang telah membantu
terselesainya penyusunan laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu per
satu.
Semoga semua amal kebaikan dapat diterima dan dibalas oleh Tuhan yang
Maha Esa. Kritik dan saran untuk penyempurnaan studi kasus ini sangat di
harapkan oleh para pembaca. Demikianlah, atas perhatiannya saya ucapkan terima
kasih.

Metro, 05 November 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Tujuan....................................................................................................... 2
1. Tujuan Umum................................................................................... 2
2. Tujuan Khusus.................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................... 4


A. Tinjauan Umum Tentang Perdarahan Antepartum 4
2. Tipe – tipe Section Caesarea............................................................ 4
3. Indikasi.............................................................................................. 5
4. Patofisiologis Sectio Caesarea.......................................................... 5
5. Pathway Sectio caesarea.................................................................. 6
6. Komplikasi Sectio Caesarea............................................................ 7
7. Perawatan Post Sectio Caesarea..................................................... 7
B. Konsep Dasar Persalinan Induksi.......................................................... 10
1. Definisi Persalinan Induksi.............................................................. 10
2. Etiologi............................................................................................... 10
3. Fatofisiologi....................................................................................... 11
4. Indikasi.............................................................................................. 12
5. Syarat-syarat pemberian infus oksitosin........................................ 13
6. Penilaian Serviks ( Bishop Skor)..................................................... 13
7. Cara Induksi..................................................................................... 14
8. Komplikasi........................................................................................ 16
9. Manifestasi Klinis............................................................................. 16
C. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini........................................................ 17
1. Definisi ketuban pecah dini............................................................. 17
2. Etiologi............................................................................................... 17
3. Komplikasi........................................................................................ 19
4. Penatalaksanaan............................................................................... 20
5. Penanganan....................................................................................... 21

BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................ 22


A. Data Subjektif.......................................................................................... 22
B. Data Objekti.............................................................................................24
C. Analisis……………………………………………..…………………… 29
D. Penatalaksanaan……………………………………………………………. 29

BAB IV PENUTUP......................................................................................... 48
A. Kesimpulan............................................................................................... 48
B. Saran......................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 49

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indikator derajat kesehatan suatu bangsa dapat dilihat dari Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Kematian ibu adalah
kematian seseorang wanita terjadi saat hamil, bersalin atau 42 hari setelah
persalinan, sedangkan AKB adalah kematian yang terjadi pada bayi sebelum
mencapai usia satu tahun (0-11 bulan). Berdasarkan data World Health
Organization (WHO) memperkirakan 830 orang perempuan meninggal setiap
harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses persalinan dari seluruh
kematian ibu terjadi di negara berkembang yang disebabkan oleh kehamilan
seperti diabetes, malaria, hiv, obesitas (28%), perdarahan (30%), abortus
(8%), infeksi (11%), hipertensi (14%) dan penyebab lainnya (9%) sedangkan
untuk jumlah AKB sebesar 30,5 per 1.000 KH dengan penyebabnya yaitu
asfiksia (11%), sepsis (7%), kelainan bawaan (5%), pneumonia (3%), tetanus
(1%) dan penyebab lainnya (3%) (WHO, 2016).
Perdarahan antepartum adalah penyebab kematian ibu ditentukan
sebagai perdarahan dari saluran genital setelah 20 minggu kehamilan dan
sebelum persalinan. Secara keseluruhan 2-5% dari semua kehamilan adalah
terjadinya perdarahan antepartum. Ada dua penyebab dari perdarahan
antepartum yaitu plasenta previa, solusio plasenta dan penyebab lainnya.
(Shrestha, dkk. 2017) Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat
yang kejadianya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain
plasenta previa, solution plasenta, dan perdarahan yang belum jelas
sumbernya. Perdarahan antepartum yang terjadi pada kehamilan trimester
ketiga dan yang terjadi setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya
merupakan perdarahan yang berat. Jika tidak mendapatkan penanganan yang
cepat, akan menyebabkan syok yang fatal (Maulidan, 2013).
Perdarahan kehamilan lanjut adalah perdarahan yang terjadi pada
kehamilan di atas usia 20 minggu, pada umumnya disebabkan oleh plasenta
previa, solusio plasenta dan perdarahan yang belum jelas sumbernya. Plasenta

1
previa adalah plasenta yang menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir, faktor
risiko untuk terjadinya plasenta previa diantaranya: multiparitas, umur < 20
dan 35 tahun, riwayat seksio sesarea dan penyebab lainnya. sedangkan
komplikasi yang dapat terjadi yaitu perdarahan, anemia, syok hipovolemik.
bahkan kematian pada ibu dan janin (Prawirohardjo, 2014).
Didukung dengan penelitian Trianingsih, 2015 yang mengatakan
bahwa faktor-faktor penyebab dari plasenta previa yaitu umur <20 tahun dan
>35 tahun, paritas, riwayat kuret, operasi caesar dan riwayat plasenta previa
sebelumnya.
Gejala dari plasenta previa yaitu perdarahan yang keluar tanpa sebab,
tanpa rasa nyeri biasanya berulang, darah berwarna merah segar, terjadi pada
saat tidur atau saat melakukan aktivitas dan darah yang keluar bisa dikit
ataupun banyak. (Masruroh, 2016; Sukarni, 2013). Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014
Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual, bidan dalam melakukan
pelayanan antenatal terpadu berwenang melakukan pemberian pelayanan dan
konseling kesehatan termasuk stimulasidan gizi agar kehamilan berlangsung
sehat dan janinnya lahir sehat dan cerdas, deteksi dini masalah, penyakit dan
penyulit/komplikasi kehamilan, penyiapan persalinan yang bersih dan aman,
perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika
terjadi penyulit/komplikasi dan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan
tepat waktu bila diperlukan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Kehamilan pada Ny. R kehamilan 36 minggu 4 hari
dengan plasenta previa totalis.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan tugas ini adalah sebagai berikut:

2
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada Ibu dengan plasenta
previa totalis
b. Mahasiswa dapat mengalisa data dengan masalah ibu dengan plasenta
previa otalis
c. Mahasiswa dapat membuat rencana tindakan Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Kehamilan
d. Mahasiswa dapat memberikan tindakan Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Kehamilan
e. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi tindakan Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Kehamilan
f. Mahasiswa dapat melakukan pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Kehamilan

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

B. Tinjauan Umum tentang Perdarahan Antepartum


Salah satu masalah penting dalam bidang obstetri dan ginekologi
adalah masalah perdarahan. Walaupun angka kematian maternal telah
menurun secara dramatis dengan adanya pemeriksaan dan perawatan
kehamilan, maupun persalinan di rumah sakit, serta adanya fasilitas
transfusi darah yang lebih baik. Namun, kematian ibu yang disebabkan
oleh perdarahan masih tetap merupakan faktor utama dalam kematian
maternal.
Perdarahan dalam bidang obstetri hampir selalu berakibat fatal bagi
ibu maupun janin, terutama jika tindakan pertolongan terlambat dilakukan,
atau jika komponennya tidak dapat segera digunakan. Oleh karena itu,
tersedianya sarana dan perawatan sarana yang memungkinkan penggunaan
darah dengan segera, merupakan kebutuhan mutlak untuk pelayanan
obstetri yang layak. Perdarahan obstetri dapat terjadi setiap saat, baik
selama kehamilan, persalinan, maupun masa nifas. Oleh karena itu, setiap
perdarahan yang terjadi dalam masa kehamilan, persalinan, dan nifas harus
dianggap sebagai suatu keadaan akut dan serius, karena dapat
membahayakan ibu dan janin. Setiap wanita hamil dan nifas yang
mengalami perdarahan, harus segera dirawat dan ditentukan penyebabnya,
untuk selanjutnya dapat diberikan pertolongan yang sesuai dengan
diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi berdasarkan tanda atau
gejala yang ditemukan. (Khotman, 2016)

1. Definisi Perdarahan Antepartum


a. Definisi perdarahan antepartum menurut WHO adalah
perdarahan pervaginam yang terjadi setelah 29 minggu
kehamilan atau lebih. Perdarahan antepartum biasanya dibatasi
pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu

4
walaupun patologi yang sama dapat pula terjadi pada
kehamilan sebelum 22 minggu.
b. Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada kehamilan
setelah 22 minggu sampai sebelum bayi dilahirkan.
c. Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada
trimester III dan berkaitan dengan kehamilan.
2. Klasifikasi Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada
kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada
kelainan plasenta umpamanya kelainan servik biasanya tidak seberapa
berbahaya. Pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu
dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta. Perdarahan
antepartum yang bersumber pada kelainan plasenta yang secara klinis
biasanya tidak terlampau sulit untuk menentukannya.
Oleh karena itu klasifikasi klinis perdarahan antepartum yang
bersumber pada kelainan plasenta adalah sebagai berikut:
a. Plasenta previa, yaitu: Implantasi plasenta di bagian bawah sehingga
dapat menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan
saat pembentukan Segmen Bawah Rahim (SBR).
b. Solusio plasenta, yaitu: Perdarahan yang terjadi karena lepasnya
plasenta sebelum waktunya pada implantasi normal.
c. Pecahnya sinus marginalis: Perdarahan yang terjadi dari sinus
marginalis saat inpartu atau pembentukan SBR.
d. Perdarahan pada vasa previa: Perdarahan yang terjadi segera setelah
ketuban pecah karena pecahnya pembuluh darah yang berasal dari
insersio filamentosa dan melintasi pembukaan (Manuaba, 2004).
Perdarahan yang bersumber pada kelainan serviks dan vagina
biasanya dapat diketahui apabila dilakukan pemeriksaan dengan spekulum
yang seksama.

Kelainan-kelainan yang mungkin tampak ialah sebagai berikut:

5
a. Erosio porsionis uteri
b. Karsinoma porsionis uteri
c. Polipus servisis uteri
d. Varises vulva
e. Trauma (Wiknjosastro, 2005).
3. Frekuensi Perdarahan Antepartum
Frekuensi perdarahan antepartum kira-kira 3% dari seluruh
persalinan yang terbagi kira-kira rata antara plasenta previa, solusio
plasenta dan perdarahan yang belum jelas sumbernya (Wiknjosastro,
2005).

4. Pengawasan Antenatal
Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan ibu dan
janin minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut:
kehamilan trimester pertama (< 14 minggu) satu kali kunjungan,
kehamilan trimester kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan dan
kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua
kali kunjungan.
Walaupun demikian, disarankan kepada ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya dengan jadwal sebagai berikut: sampai
dengan kehamilan 28 minggu, periksa empat minggu sekali, kehamilan
28-36 minggu perlu pemeriksaan dua minggu sekali, kehamilan 36-40
minggu satu minggu sekali.
Bila ada masalah atau gangguan kehamilannya, ibu dianjurkan agar
segera menemui petugas kesehatan profesional (bidan atau dokter) untuk
penanganan lebih lanjut.
Pengawasan antenatal sebagai cara untuk mengetahui atau
menanggulangi kasus-kasus dengan perdarahan antepartum memegang
peranan yang terbatas. Walaupun demikian, beberapa pemeriksaan dan
perhatian yang biasa dilakukan pada pengawasan antenatal dapat
mengurangi kesulitan yang mungkin terjadi. Pemeriksaan dan perhatian
yang dimaksud ialah penentuan golongan darah ibu dan golongan darah

6
calon donornya, pengobatan anemia pada kehamilan, seleksi ibu untuk
bersalin di rumah sakit, memperhatikan kemungkinan adanya plasenta
previa, dan mencegah, serta mengobati penyakit hipertensi menahun dan
pre-eklampsia.
Penentuan golongan darah ibu dan golongan darah calon donornya
akan sangat memudahkan untuk mendapatkan darah yang cocok apabila
sewaktu-waktu diperlukan. Tidak pada semua tempat di tanah air kita
terdapat bank donor darah. Walaupun rumah sakit yang terdekat letaknya
jauh, para ibu hamil yang dicurigai akan mengalami perdarahan
antepartum, hendaknya diusahakan sedapat mungkin untuk mengawaskan
kehamilannya dan bersalin di rumah sakit tersebut (Wiknjosastro, 2005)

5. Penanganan Umum Pada Perdarahan Antepartum


a. Siapkan fasilitas tindakan gawat darurat karena perdarahan antepartum
merupakan komplikasi yang dapat membahayakan keselamatan ibu.
b. Setiap tingkat fasilitas pelayanan harus dapat mengenali, melakukan
stabilisasi, merujuk dan menatalaksana komplikasi pada ibu dan anak
sesuai dengan jenjang kemampuan yang ada.
c. Setiap kasus perdarahan antepartum memerlukan rawat inap dan
penatalaksanaan segera.
d. Lakukan restorasi cairan dan darah sesuai dengan keperluan untuk
memenuhi defisit dan tingkat gawat darurat yang terjadi.
e. Tegakkan diagnosis, kerja secara cepat dan akurat karena hal ini sangat
mempengaruhi hasil penatalaksanaan perdarahan antepartum.
f. Tindakan konservatif dilakukan selama kondisi masih memungkinkan dan
mengacu pada upaya untuk memperbesar kemungkinan hidup bayi yang
dikandung. (Saifuddin, 2006).

C. Tinjauan Umum Tentang Plasenta


1. Definisi Plasenta
Plasenta previa adalah tertutupnya serviks secara parsial atau
komplit oleh plasenta. Plasenta previa merupakan salah satu faktor risiko

7
terjadinya perdarahan post partum yang dapat meningkatkan morbiditas
dan mortalitas ibu dan neonatus. Ibu dengan plasenta previa sebaiknya
menghindari kelahiran bayi pervaginam. (Putri, 2019)
Plasenta merupakan organ yang luar biasa. Plasenta berasal dari
lapisan trofoblas pada ovum yang dibuahi, lalu terhubung dengan sirkulasi
ibu untuk melakukan fungsi-fungsi yang belum dapat dilakukan oleh janin
itu sendiri selama kehidupan intrauterin. Keberhasilan janin untuk hidup
tergantung atas keutuhan dan efisiensi plasenta. Plasenta berbentuk bundar
atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm dan tebal lebih
kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Tali pusat berhubungan
dengan plasenta biasanya di tengah, keadaan ini disebut insersio sentralis.
Bila hubungan ini agak ke pinggir, disebut insersio lateralis dan bila di
pinggir plasenta, disebut insersio marginalis. Kadang-kadang tali pusat
berada di luar plasenta dan hubungan dengan plasenta melalui selaput
janin, jika demikian disebut insersio velamentosa (Wiknjosastro, 2005).

2. Perkembangan plasenta
Awalnya ovum tampak dilapisi oleh rambut halus, yang berisi
penonjolan dari lapisan trofoblastik. Berproliferasi dan membentuk
cabang- cabang dalam 3 minggu setelah pembuahan, membentuk vili
korionik. Vili-vili paling banyak terdapat pada daerah yang kaya akan
suplai darah yaitu di desidua basal. Bagian dari trofoblas ini disebut korion
frondosum dan akhirnya akan berkembang menjadi plasenta.
Vili di bawah desidua kapsular, kurang mendapat makanan,
perlahan-lahan berdegenerasi dan membentuk korion leave (korion tanpa
rambut) yang merupakan asal dari membran korion. Vili melarutkan
dinding pembuluh darah maternal saat memasuki desidua, membuka
dinding untuk membentuk semacam kolam tempat berkumpulnya darah
maternal, tempat vili mengapung. Pembukaan pada pembuluh darah
diketahui sebagai sinus dan area di sekitar vili adalah ruang darah.
Sirkulasi darah maternal itu lambat, memampukan vili menyerap

8
makanan dan oksigen serta mengekskresi sisa buangan. Vili-vili ini
dinamakan sebagai vili nutritif. Beberapa vili lebih menempel pada
desidua dan dinamakan vili pengikat. Setiap vili korionik merupakan
susunan bercabang yang berasal dari satu badan. Pusatnya terdiri atas
mesoderm dan pembuluh darah janin, lalu bercabang ke arteri umbulikus
dan vena. Bagian yang dilpisi oleh lapisan tunggal sel sitotrofoblas dan
lapisan eksternal vili adalah sinstiotrofoblas. Hal ini berarti empat lapisan
jaringan maternal tersebut memisahkan darah maternal dari darah janin
serta memungkinkan dua sirkulasi tidak bercampur kecuali ada kerusakan
pada vili. Plasenta terbentuk secara lengkap dan dapat berfungsi secara
sempurna mulai minggu ke-10 setelah pembuahan. Awalnya susunan
masih longgar tetapi semakin matur menjadi semakin padat.
Di antara minggu ke-12 dan minggu ke-20 usia gestasi, berat
plasenta lebih dari janin karena perkembangan organ-organ janin belum
sempurna untuk mengatasi proses metabolisme nutrisi. Pada kehamilan
usia selanjutnya beberapa organ janin seperti hati, sudah mulai berfungsi,
sehingga sitotrofoblas dan sintiotrofoblas berdegenerasi secara perlahan-
lahan dan hal ini memungkinkan lebih mudah terjadi pertukaran oksigen
dan karbondioksida (Salmah, 2006).

3. Sirkulasi Melaluli Plasenta

Darah janin mengandung sedikit oksigen, dipompa oleh jantung


janin menuju ke plasenta melalui arteri umbilikus dan diangkut sepanjang
cabang ke pembuluh darah kapiler vili korionik. Setelah membuang
karbon dioksida dan menyerap oksigen, darah kembali ke janin melalui
vena umbilikus.
Darah maternal diangkut ke dasar plasenta dalam desidua oleh
arteri spiral dan mengalir ke dalam ruang darah di sekitar vili. Diyakini
bahwa arah aliran mirip mata air, darah mengalir ke atas dan membasahi

9
vilus saat disirkulasikan disekelilingnya dan mengalir kembali ke dalam
cabang-cabang vena uterin (Salmah, 2006).
4. Fungsi Plasenta Matur
Plasenta matur memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Respirasi Selama kehidupan intrauterin tidak terjadi pertukaran gas
pulmonal sehingga janin harus mendapat oksigen dan
mengekskresi karbon dioksida melalui plasenta. Oksigen dari
hemoglobin ibu masuk ke dalam darah janin dengan cara difusi,
dan dengan cara yang sama, janin melepaskan karbon dioksida ke
dalam darah maternal.
b. Nutrisi Janin membutuhkan zat gizi sama seperti orang lain, dan
memperolehnya dengan cara perpindahan aktif melewati plasenta.
Asam amino dibutuhkan untuk pembentukan tubuh, sejumlah besar
glukosa untuk energi dan pertumbuhan, kalsium dan fosfor untuk
tulang dan gigi, serta zat besi dan mineral lainnya untuk
pembentukan darah. Makanan janin diperoleh dari makanan yang
dimakan ibu dan sudah dipecah ke dalam bentuk yang lebih
sederhana, selama waktu yang diperlukan untuk mencapai plasenta.
Plasenta mampu memilih zat-zat yang dibutuhkan oleh janin
bahkan dalam hal ini mengurangi suplai ibu itu sendiri. Plasenta
juga mampu memecah zat makanan yang kompleks menjadi
campuran yang dapat digunakan oleh janin. Protein di transfer
melalui plasenta sebagai asam amino, karbohidrat sebagai glukosa,
dan lemak sebagai asam lemak. Air, vitamin dan mineral juga
lewat ke janin. Lemak dan vitamin yang larut dalam lemak (A, D,
dan E) sedikit sulit menembus plasenta dan biasanya terjadi pada
tahapan kehamilan selanjutnya. Beberapa zat, termasuk asam
amino, dijumpai kadarnya lebih tinggi dalam darah janin daripada
dalam darah ibu.
c. Penyimpanan Plasenta melakukan metabolisme glukosa,
menyimpannya dalam bentuk glikogen dan mengubahnya kembali

10
menjadi glukosa sesuai kebutuhan. Plasenta juga dapat menyimpan
zat besi dan vitamin yang larut dalam lemak.
d. Ekskresi Zat utama yang diekskresi dari janin adalah karbon
dioksida. Bilirubin juga diekskresi karena sel darah merah diganti
relatif sering. Terdapat sedikit pemecahan jaringan yang terpisah,
serta jumlah urea dan asam urat yang diekskresi sangat sedikit.
e. Perlindungan Plasenta memberikan perlindungan yang terbatas
terhadap infeksi. Kecuali treponema yang merupakan bakteri sifilis
dan basilus tuberkel, hanya sedikit bakteri yang dapat
menembusnya. Meskipun demikian virus dengan bebas dapat
menembusnya dan menyebabkan anomali kongenital, seperti pada
kasus virus rubella. Diasumsikan bahwa obat-obatan juga akan
masuk sampai ke janin walaupun ada pengecualian, contohnya
heparin. Beberapa obat diketahui menyebabkan kerusakan,
walaupun banyak juga yang memberikan keuntungan positif.
Pada masa akhir kehamilan, imunoglobin G (IgG), ditransfer kepada janin
dan akan memberi imunitas kepada bayi selama 3 bulan pertama setelah
kelahiran. Penting diketahui bahwa hanya antibodi yang dimiliki sendiri
oleh ibu yang dapat masuk ke dalam plasenta (Salmah, 2006).

D. Tinjauan Kasus Tentang Plasenta Previa


Plasenta merupakan organ ekstrakorporal yang menghubungkan
ibu dan janin serta memiliki fungsi yang unik dan kompleks. Gambaran
sonografis plasenta penting dievaluasi sebagai bagian dari asuhan
antenatal. Kelainan plasenta akan mempengaruhi kesejahteraan janin,
kesehatan ibu serta manajemen kehamilan, persalinan, dan nifas. Adanya
kelainan implantasi plasenta pada kehamilan awal harus disikapi dengan
bijaksana karena letak tersebut masih mungkin berubah dengan
terbentuknya segmen bawah uterus (SBU) mulai kehamilan 28 minggu
(Endjun, 2007).
Plasenta merupakan suatu organ yang terbentuk pada dinding
sebelah dalam uterus segera setelah terjadi pembuahan. Zat-zat makanan

11
dan oksigen akan di distribusikan dari ibu ke janinnya melalui plasenta
serta membawa sisa-sisa metabolisme ke luar dari tubuh janin. Normalnya,
plasenta melekat pada dinding atas uterus. Bagaimanapun, kurang dari 1 %
kelahiran, plasenta terbentuk pada bagian bawah uterus dan sebagiannya
menutupi serviks. Penutupan jalan lahir (serviks) disebut sebagai plasenta
previa.
Plasenta biasanya melekat pada dinding belakang atau depan
rahim dekat fundus. Jonjot-jonjot menyerbu ke dalam dinding rahim hanya
sampai lapisan atas dari stratum spongiosum. Kalau implantasinya rendah,
yaitu di segmen bawah rahim dan menutup sebagian atau seluruh ostium
uteri internum maka disebut sebagai plasenta previa (prae: depan, vias:
jalan), jadi artinya di depan jalan lahir atau menutup jalan lahir

1. Devinisi Plasenta Previa


Plasenta previa adalah plasenta yang implantasinya tidak normal
sehingga menttipt seluruh atau sebagian ostium interum. Plasenta adalah
organ yang terbentuk di rahim pada masa keharulan organ ini berfungsi
menyalurkan oksigen dan nutrisi dari ibu kepada janin. Serta membuang
limbah dan janin Plasenta previa adalah komplikasi obsteri yang terjadi
pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Hal itu dapat menyebabkan
kematian yang serius baik bagi janin dan ibu. Ini adalah salah satu
penyebab utama perdarahan vaginu pada trimester kedun dan ketiga
(Amirah. 2010).
2. Klasifikasi Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal, plasenta terletak di bagian
atas uterus. Klasifikasi plasenta previa tidak didasarkan pada keadaan
anatomik melainkan fisiologik. Sehingga klasifikasinya akan berubah
setiap waktu. Umpamanya, plasenta previa totalis pada pembukaan 4 cm
mungkin akan berubah menjadi plasenta previa parsialis pada pembukaan
8 cm.

12
Plasenta previa diklasifikasikan oleh Amiraly (2010) menjadi
beberapa jenis:
a. Plasenta previa totalis bila seluruh pembukaan tertutup oleh
jaringan plasenta.
b. Plasenta previa parsialis bila sebagian pembukaan tertutup oleh
jaringan plasenta.
c. Plasenta previa marginalis bila pinggir plasenta berada tepat
pada pinggir pembukaan.
d. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang letaknya abnormal
di segmen bawah uterus akan tetapi belum sampai menutupi
pembukaan jalan lahir. Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau
4 cm di atas pinggir pembukaan sehingga tidak akan teraba
pada pembukaan jalan lahir

3. Frekuensi Plasenta Previa


Angka kematian maternal karena plasenta previa berkisar 0,03%.
Bayi yang lahir dengan plasenta previa cenderung memiliki berat badan
yang rendah dibandingkan bayi yang lahir tanpa plasenta previa. Risiko
kematian neonatal juga tinggi pada bayi dengan plasenta previa,
dibandingkan dengan bayi tanpa plasenta previa
(http://medlinux.blogspot.com). Plasenta Previa terjadi pada kira-kira 1 di
antara 200 persalinan (Norwitz, 2008). Dari semua kejadian plasenta
previa, frekuensi plasenta previa totalis (complete) sebesar 20-45%,
plasenta previa parsialis sekitar 30% dan plasenta previa marginalis
sebesar 25-50% (Khotman, 2016).

4. Penyebab Plasenta Previa


Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti namun
ada beberapa faktor yang didura dapat membuat bu hamil lebih
berisiko menderita kondisi ini, yaitu
a. Berusia 35 tahun atau lebih. Dapat merapakan faktor risiko
plasensi previa karena sklerosis pembuluh darah arteli kecil

13
dan arteriole miometrium menyebabkan aliran darah ke
endometrium tidak merata sehingga plasenta tambah lebih
lebar dengan luas permukaan yang lebih besar, untuk
mendapatkan aliran darah yang adekuat (Amirah,2010).
b. Merokok saat hamil atau menyalah gunakan kokain.
c. Memiliki bentuk rahim yang tidak normal
d. Bukan kehamilan pertama.
e. Kehamilan sebelumnya juga mengalami plasenta previa.
f. Posisi janin tidak normal, misalnya sungsang atau lintang
g. Hamil bayi kemar
h. Mengalami keguguran

5. Patofisiologis Plasenta Previa


Patofisiologi plasenta previa (placenta previa adalah gangguan
implantasi karena vaskularisast endometrium yang abnormal akibat adanya
atrofi akibat trauma dan inflamasi. Hal ini menyebabkan plasenta
berimplantasi pada segmen bawah rahim dan seiring perkembangan
kehamilan, plasenta dapat menutup jalan lahir.
Plasenta terbentuk dari jaringan maternal yang bagian desidus
basalis yang berubah. Seiring dengan perkembangan kehamilan, isthmus
uteri akan melebar menjadi segmen bawah rahim. Apabila plasenta
berimplantasi pada segmen bawah rahim, pergeseran ini akan
mengakibatkan laseras akibat pelepasan tapak plasenta. Demikian pula
pada waktu serviks mendatar (effacement) dan melebar (dilatation)
(Bakker,2018).
Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding
uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena
permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak
tempat untuk berimplantasi. Di tempat-tempat tertentu pada implantasi
plasenta terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah
kembali. Pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang
vena yang luas untuk menampung darah yang berasal dari ruang interviller

14
di atas. Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari
300 ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit
pada kehamilan 40 minggu. Perubahan-perubahan terjadi pula pada selama
kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari
vili tidak berubah akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-sel berkurang
dan hanya ditemukan sebagai kelompok-kelompok sel-sel: stroma jonjot
menjadi lebih padat.
mengandung fagosit-fagosit dan pembuluh-pembuluh darahnya
lebih besar dan lebih mendekati lapisan tropoblast.
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya
terjadi pada trimester tiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih
mengalami perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan.
Implantasi plasenta di segmen bawah rahim dapat disebabkan oleh :
a. Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi
b. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta
untuk mampu memberikan nutrisi janin
c. Villi korealis pada korion leave yang persisten
Sebuah penyebab utama perdarahan trimester ketiga, plasenta
previa memiliki tanda yang khas, yaitu pendarahan tanpa rasa sakit.
Pendarahan diperkirakan terjadi dalam hubungan dengan
perkembangan segmen bawah uterus pada trimester ketiga. Dengan
bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih
melebar lagi dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh
pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan
pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat
disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada
saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna merah
segar berlainan dengan darah yang disebabkan solusio plasenta
yang berwama kehitaman. Sumber perdarahannya ialah sinus
uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding
uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan

15
serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot
uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta
yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini
perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta
previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah
yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai
(Amirah,2010).
6. Diagnosis Plasenta Previa
Ibu hamil diduga mengalami plasenta previa jika terjadi perdarahan
di trimester kedua atau ketiga kehamilan. Namun untuk memastikannya,
dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan berikut:
a. USG transvaginal
Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan alat khusus ke dalam
vagina untuk melihat kondisi vagina dan rahim. Pemeriksaan ini
adalah metode paling akurat untuk menentukan letak plasenta
b. USG panggul
Prosedur ini sama dengan USG transvaginal tetapi alat hanya
ditempelkan pada dinding perut, guna melihat kondisi di dalam rahim.
c. MRI (pencitraan resonansi magnetik)
Prosedur ini digunakan untuk membantu dokter melihat dengan jelas
posisi plasenta. Jika ibu hamil mengalami plasenta previa, dokter
kandungan akan terus memantau posisi plasenta atau ari-ari dengan
USG secara berkala, sampai tiba hari persalinan

7. Komplikasi Plasenta Previa


a. Prolaps tali pusat
b. Prolaps plasenta
c. Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau
perlu dibersihkan dengan kerokan
d. Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
e. Perdarahan postpartum

16
f. Infeksi karena perdarahan yang banyak
g. Bayi prematur atau lahir mati.

Komplikasi pada ibu (Prawirodiharjo, 2014):


a. Terjadinya perdarahan hingga menimbulkan anemia sampai
syok.
b. Serviks dan segmen bawah rahim rapuh dan berpotensi
mengalami robek disertai dengan perdarahan yang banyak.
c. Gangguan pada posisi bayi
d. Terjadi kelahiran premature dan gawat janin. Pada kehamilan
< 37 minggu dapat dilakukan amniosentesis untuk mengetahui
kematangan paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk
mempercepat pematangan paru janin sebagai upaya antisipasi.
e. Kematian
f. Infeksi atau sepsis
g. Emboli udara
h. Kelainan koagulopati sampai syok
8. Pemantauan Ibu dan Janin
a. Tanda vital Pantau dengan ketat tanda vital ibu, takikardia
biasanya tanda pertama gangguan janin karena kehilangan
darah.
b. Infus intravena Untuk mengganti cairan, pastikan cairan IV
berjalan lancar, dokter mungkin mempertimbangkan pemberian
produk darah.
c. Pengukuran kehilangan darah Gantilah dan amankan balutan
yang basah dengan bijaksana namun pastikan privasi ibu saat
melakukannya, jagalah perbandingan yang selalu diperbaharui
dan perkiraan kehilangan darah terukur pada kartu cairan.
d. Kemungkinan diperlukan anestesi Pastikan bahwa dokter telah
di beri informasi dan dapat mengkaji situasi ibu tentang
kemungkinan memerlukan anestesi.

17
e. Pantau denyut jantung janin Perubahan DJJ mendadak atau
abnormal (seperti peningkatan/ takikardia) bisa menunjukkan
adanya gangguan yang disebabkan oleh kehilangan darah berat.
Lakukan respon segera terhadap pola abnormal
(Prawirodiharjo, 2014).

BAB III
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN KEHAMILAN
TERHADAP NY. R G1P0A0 USIA KEHAMILAN 36 MINGGU 4 HARI
DENGAN PLASENTA PREVIA DIRUANG KEBIDANAN RSUD
JENDRALAHMAD YANI
KOTA METRO

Tanggal/ Pukul Pasien Masuk : 02 November 2023/02.10 WIB


Tanggal/ Pukul Pengkajian : 02 November 2023/02.30 WIB

18
Nomor MR : 37127
Tempat Pengkajian :Ruang Kebidanan RSUD Jend Ahmad Yani
Kota Metro
Pengkaji : Nada Arshita Messy Saputri

I. PENGKAJIAN
a. Data Subjektif
1) Biodata
Nama ibu :Ny R Nama Suami : Tn
Umur :31 tahun Status : Suami
Agama :Islam Umur : 33 tahun
Pendidikan :D4 Agama : Islam
Pekerjaan :PNS Pendidikan : S1
Alamat :Jl. Pala Pekerjaan : PNS
RT 39/RW18 Alamat : Jl. Pala
RT39/RW18
Iringmulyo Iringmulyo
No Hp :085273153180 No Hp :08523153180
Gol. Darah :B

2) Keluhan Utama
Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah disertai mulas-mulas dan lemas

3) Riwayat Menstruasi
Menarche umur :15 Tahun
HPHT : 19 febuari 2023
Tp : 26 November 2023
Uk : 36 minggu 4 hari
Siklus : 28 hari
Masalah : Tak ada masalah
Lama Menstruasi : 7 Hari

19
4) Riwayat Pernikahan
Usia menikah pertama kali : 23 Tahun
Status pernikahan : Sah
Pernikahan ke :1
Lama pernikahan : 3 Tahun

5) Riwayat Kesehatan yang Lalu


Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit seperti hipertensi,
jantung, asma dan DM

6) Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah disertai mulas-mulas dan lemas
sejak puku 15.00 WIB

7) Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
menurun seperti jantung, DM, asma, kanker dan thalasemia ataupun
riwayat penyakit menular.

8) Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang Lalu


Tahun Tempat Jenis BB Mati/
No UK Penolong Penyulit
Partus Partus Partus lahir hidup
- - - - - - - -

9) Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Sekarang


a) Kehamilan
Trimester I :
Ibu mengatakan merasa mual, pusing dan mudah lelah.
Trimester II :
Ibu mengatakan tidak ada keluhan
Trimester II :
Ibu mengatakan nyeri punggung dan sering buang air kecil
b) Persalinan

20
Kala I :-
Kala II :-
Kala III :-
Kala IV :-
3) Nifas :-

10) Riwayat KB dan Rencana KB


Riwayat KB : Ibu mengatakansebelumnya belum pernah
menggunkanalat kontrasepsi apapun
Rencana Kb : Ibu mengatakan ingin menggunakan alat kontasepsi IUD

11) Pola Kebiasaan Sehari-hari


a) Pola nutrisi :
Makan : 3x sehari dengan porsi sedang
Minum : 10-12 gelas setiap harinya
b) Pola liminasi :
BAB : 2x sehari
BAK : 10-12x perhari
c) Personal hygiene : Mandi 2x sehari
d) Pola aktivitas : Ibu mengatakan melakukan aktivits seperti biasa
e) Polaistirahat/ tidur : Ibu mengatakan tidur siang kurang lebih 1-2 jam,
tidur malam 6-7 jam

12) Keadaan psikologis :


Ibu mengatakan merasakan khawatir karena terdapat lilitan tali pusat pada
janin nya

b. Data Objektif
1) pemeriksaan Umum
a) Kesadaran umum : Composmentis
b) Keadaan umum : sedang
c) Tanda tanda vital

21
Tekanan darah :135 /80 mmHg
MAP : 82 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6 oC
Spo2 :98%
d) BB sebelum hamil : 73 kg
e) BB saat hamil : 80 kg
f) TB :163 cm
g) LILA : 25,4cm
h) IMT : 30,1g/ m2

2) Pemeriksaan Fisik
a) Wajah : Tidak ada oedema, tidak ada lesi, sedikit pucat
normal (tidak ditemukan kelainan)
b) Mata : Konjungtiva bewarna merah muda, sclera bewarna
putih, tidak ikterik (kuning)
c) Mulut : Bibir pucat
d) Leher : Tidak ada pembesaran atau pembengkakan pada
vena jugularis, tidak ada pemebesaran atau
pembengkakan pada kelenjar tyroid
e) Dada : Payudara simetris, putting susu menonjol, areola
hiperpigmentasi, tidak ada nyeri tekan & benjolan

f) Perut : Tidak ada jaringan parut, terdapat striae dan linea


nigra
TFU : 3 jari bawah PX
Mc.Donald : 29cm
Leopold I : Pada fundus tebasa bulat, lunak, tidak melenting
(bokong)
Leopold II : Pada abdomen kiri teraba keras, memanjang, datar
(punggung). Pada abdomen kanan teraba keras, tak
beraturan (ekstremitas).

22
Leopold III : Pada perut bagian bawah teraba bulat, keras, dan
melenting (kepala).
Leopold IV :-
DJJ : 135x/menit, PMI pada kuadran kiri (PUKI), kuat,
teratur
g) EkstremitasAtas : simetris, tidak ada oedema, telapak tangan
tidak pucat, bewarna merah muda, akral hangat
h) Genetalia : tidak ada oedema, tidak ada keputihan ,tidak ada
varises
Vulva : Tidak ada nyeri tekan & benjolan
i) Ekstremitas Bawah: tidak ada oedema, tidak ada keterbatasan
gerak, tidak ada kelainan bentuk, akral
hangat, refleks patella (+)

c. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
Hematologi
Lekosit 10,63 103/µL 5-10
Eritrosit 4,17 103/ µL 3,08-5,05
Hemoglobin 11,2 g/dl 12-16
Hematokrit 36,4 % 17-48
MCV 87,3 Fl 80-92
MHC 26,9 Pg 27-31
MCHC 30,8 g/dL 32-36
Trombosit 371 103/µL 150-450
RDW 15,3 % 12,4-14,4
MPV 7,60 fL 7,3-9
Kimia klinik
Glukosa Darah Sewaktu 75,0 mg/dL <140
Imunologi
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif

23
Rapid Antigen Negatif
Pemeriksaan Lainnya

USG Terdapat plasenta yang menutupi


seluruh ostium uteri internum

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH AKTUAL


1. Diagnosa kebidanan
Ny. R usia 31 tahun, G1P0A0 UK 36 minggu 4 hari, janin tunggal, hidup,
intrauterine, presentasi kepala dengan plasentan previa totalis
a. Data subyektif : Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah disertai
mulas-mulas dan lemas
b. Data objektif :
KU : Baik
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,6 ‫ﹾ‬C
TFU : 29cm
DJJ : 135x/menit

2. Masalah : Plasenta previa totalis

3. Kebutuhan : Pemenuhan kebutuhan cairan


Memberikan teraoi obat dexametason 2 ampul
Kolaborasi dengan dokter obgyn

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


1. Diagnosa potensial :
Ibu : Perdarahan antepartum
Janin : Potensial fetal distress

24
2. Masalah potensial :
Ibu : Perdarahan antepartum
Bayi : Asfiksia, Hipoksia

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


1. Pemenuhan kebutuhan cairan
2. Posisikan ibu

V. PERENCANAAN
Tanggal / Pukul : 02 November 2023 / 03.40 WIB
1. Jelaskan hasil pemeriksaan TTV dan DJJ
2. Beritahu ibu & keluarga tentang kondisi ibu dan janin
3. Berikan posisi nyaman untuk ibu
4. Berikan pemenuhan kebutuhan cairan
5. Ajarkan ibu teknik nafas dalam saat perut bagian bawah terasa nyeri dan
mulas-mulas
6. Kolaborasi dengan dr. SpOg untuk terapi selanjutnya

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal / Pukul : 02 November 2023 / 03.40 WIB
a Menjelaskan hasil pemeriksaan TTV dan DJJ
Mengukur tanda-tanda vital
TD : 130/90 mmHg DJJ: 135x/menit
N : 80x/menit
Rr : 20x/menit
S : 36,60 C
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang kondisi ibu dan janin
2. Memberikan pemenuhan kebutuhan oksigenasi, yaitu 3 liter/menit
3. Memberikan posisi ternyaman untuk ibu
4. Memberikan pemenuhan kebutuhan cairan RL dengan kecepatan
20x/menit
5. Mengajarkan ibu teknik nafas dalam saat perut bagian bawah terasa sakit

25
dan mulas-mulas
6. Melakukan kolaborasi dengan dr. SpOg untuk terapi selanjutnya

VII.EVALUASI
Tanggal / Pukul : 02 November 2023 / 03.50 WIB
1. Ibu dan keluarga mengerti dari hasil yang telah dijelaskan
Tanda-tanda vital
TD : 130/90 mmHg DJJ: 135x/menit
N : 80x/menit
Rr : 20x/menit
S : 36,60 C
2. Ibu didiagnosa dengan plasenta previa totalis dan keadaan janin dipantau
dengan DJJ dalam keadaan normal, yaitu 135x/menit.
3. Posisi ternyaman bagi ibu adalah miring kiri agar bayi mendapat oksigen
yang cukup
4. Pemenuhan kebutuhan cairan yang diberikan adalah RL dengan kecepatan
20x/menit.
5. Ibu dapat melakukan teknik nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri saat
perut bagianbawah terasa nyeri disertai mulas-mulas
6. Kolaborasi dengan dr. SpOg untuk terapi selanjutnya, yaitu rencana
pemberian terapi obat dexametason 2 ampul
CATATAN PERKEMBANGAN I
Tanggal/Pukul : 02 November 2023/10.15 WIB

S : Ibu mengatakan masih merasakan nyeri perut bagian bawah disertai mulas-
mulas dan merasakan lemas

O : Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital : Tekanan darah :132/70 mmHg
Suhu : 36,3‫ﹾ‬C

26
Nadi : 80x/menit
Rr : 20x/menit
SPO2 : 98%
Mc.Donald : 29cm
Leopold I : Pada fundus terasa bulat, lunak, tidak melenting (bokong)
Leopold II : Pada abdomen kiri teraba keras, memanjang, datar
(punggung). Pada abdomen kanan teraba keras, tak
beraturan (ekstremitas).
Leopold III : Pada perut bagian bawah teraba bulat, keras, dan
melenting (kepala).
Leopold IV :-
DJJ : 140x/menit, PMI pada kuadran kiri bawah (PUKI), kuat,
teratur

A : Ny. R usia 31 tahun, G1P0A0 UK 36 minggu 4 hari, janin tunggal, hidup,


intrauterine, presentasi kepala dengan plasenta previa totalis

P : 03 November 2023 / 10.30 WIB


1. Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan TTV dan DJJ
2. Beritahu ibu & keluarga tentang kondisi ibu dan janin
3. Berikan posisi nyaman untuk ibu
4. Berikan ibu obat dexametason 2 ampul

CATATAN PERKEMBANGAN II
Tanggal/Pukul : 04 November 2023/13.25 WIB

S : Ibu mengatakan sudah sedikit tidak merasakan sakit perut bagian bawah yang
diseratai mulas-mulas dan tidak mersasa lemas

O : Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital : Tekanan darah :136/72 mmHg

27
Suhu : 36,7‫ﹾ‬C
Nadi : 80x/menit
Rr : 20x/menit
SPO2 : 98%
DJJ :139x/menit
A : Ny. R usia 31 tahun, G1P0A0 dengan plasenta previa totalis

P : 03 November 2023 / 13.25 WIB


1. Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan TTV
2. Posisikan ibu dengan nyaman
3. Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anbacim,asam
tranexamat, metronidazole dan oxytocin.

CATATAN PERKEMBANGAN III


Tanggal/Pukul : 04 November 2023/13.30 WIB

S : Ibu mengatakan sudah Tidak merasakan nyeri perut bagian bawah diserati
mulas-mulas dan dapat menggerakkan kaki, miring kanan dan kiri, duduk
dan berjalan

O : Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Composmentis

28
Tanda-tanda vital : Tekanan darah :126/75 mmHg
Suhu : 36,7‫ﹾ‬C
Nadi : 80x/menit
Rr : 20x/menit
SPO2 : 98%

A : Ny. R usia 31 tahun G1P0A0 dengan plasenta previa totalis

P : 04 November 2023 / 13.30 WIB


1. Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan TTV
2. Berikan obat sesuai dosis dokter
3. Ibu sudah diperbolehkan pulang
4. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang kembali 1 minggu yang akan datang

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada bab ini penyusun mengambil suatu kesimpulan dari laporan kasus
yang berjudul Asuhan kebidanan kegawatdaruratan persalinan terhadap ny.R
G1P0A0 usia kehamilan 36 minggu 4 hari dengan plasenta previa totalis
diruang kebidanan rsud jendral ahmad yani metro Tahun 2023

29
1. Data Subjektif ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah disertai
mulas-mulas dan lemas usia kehamilan sejak pukul 15.00 WIB
2. Pada data Objektif berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan
penunjang, didapat bahwa plasenta menutupi seluruh ostiom uteri
internum. Genetalia Vulva dan vagina tidak ada kelainan.
Tujuan dari asuhan yang diberikan yaitu membantu ibu mengatasi masalah
yang dialami dan memberikan dukungan emosional.

B. Saran

1. Untuk Prodi Kebidanan Metro


Diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan teori dengan
sungguh sungguh dalam memberikan asuhan di lahan praktik sesuai dengan
standar pelayanan kebidanan sehingga dapat menjadi sumber daya manusia
yang berkualitas dan bermutu
2. Untuk Ruang Kebidanan RSUD Jend Ahmad Yani
Disarankan pada lahan dan tenaga kesehatan yang lainnya untuk tetap
mempertahankan serta meningkatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan standar, sehingga dapat meningkatkan angka kesehatan bagi ibu
dan janin.

30
DAFTAR PUSTAKA

Amirah. 2010. Hubungan Antara Paritas Ibu Dengan Kejadian Plasenta Previa Di
Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta

asruroh. Buku Ajar Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Yogyakarta: Parama


Publishing: 2016.

Bakker R. Placenta previa. Medscape. 2018.

Khoman, Jhon Slamet. Perdarahan Hamil Tua dan Perdarahan Postpartum.


http://www.kalbe.co.id, diakses tanggal 4 mei 2016.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2004. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan
Ginekologi. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Maulidan FA, Daud SR, Rahadiyanto KY. 2013. Karakteristik Plasenta Previa Data
Rekam Medik pada Ibu Melahirkan di RSUD Palembang Bari 2013; Sep 4(1):
48-56,

Nafida. Perdarahan Antepartum. http://belajarbersama-nafida.blogspot.com,


diakses tanggal 24 Maret 2010.

Organisasi Kesehatan Dunia (2010). Kematian Ibu. (Diunduh 12 Februari 2018).

Prawirohardjo, Sarwono. 2014, Timu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Putri, N. . (2019). Plasenta Previa Sebagai Faktor Protektif Kejadian Preeklamsia Pada Ibu
Hamil. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 8(2), 79–84.

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: KDT; 2014.

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo..

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Tentang


Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa
Sesudah Melahirkan. Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi. Serta Pelayanan
Kesehatan Seksual

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Edisi 1. Cetakan 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Cetakan 7. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

.
LEMBAR KONSULTASI

NAMA : Nada Arshita Messy Saputri


NIM : 2115371053
PROGRAM : Sarjana Terapan Kebidanan Metro
JUDUL : Asuhan kebidanan kegawatdaruratan persalinan
terhadap ny R G1P0A0 usia kehamilan 36 minggu 4
hari dengan plasenta previa totalis diruang
kebidanan rsud jendral ahmad yani metro Tahun
2023
PEMBIMBING INSTITUSI : Dr. Ika Oktaviani, S.ST., M.Keb
PEMBIMBING LAHAN : Yeny Rahma Sari,S.ST,.M.Tr.Keb

Paraf Paraf
Hari, Materi Saran
No. Pembimbing Pembimbing
tanggal Konsultasi Pembimbing
Lahan Institusi
1.

Yeny Rahma Dr. Ika


Sari,S.ST,.M.T Oktaviani,
r.Keb S.ST.,
M.Keb
2.

Dr. Ika
Yeny Rahma Oktaviani,
Sari,S.ST,.M.T S.ST.,
r.Keb M.Keb
3.

Dr. Ika
Yeny Rahma Oktaviani,
Sari,S.ST,.M.T S.ST.,
r.Keb M.Keb
4.

Dr. Ika
Yeny Rahma Oktaviani,
Sari,S.ST,.M.T S.ST.,
r.Keb M.Keb
5.
Yeny Rahma Dr. Ika
Sari,S.ST,.M.T Oktaviani,
r.Keb S.ST.,
M.Keb

Anda mungkin juga menyukai