Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA Ny.

M
DENGAN DIAGNOSA APENDISITIS AKUT DILAKUKAN
APPENDICTOMY DI INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSPAU dr. S. HARDJOLUKITO YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

Heri Susilo, S. Kep., Ns.


M. Syafriyadi Saputra, Amd. Kep.
Sahli Rois, S. Kep., Ns.

HIMPUNAN PERAWAT KAMAR BEDAH INDONESIA

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

2018
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Perioperatif Pada Ny. M Dengan Diagnosa Appendisitis Akut Dilakukan
Appendictomy Di Instalasi Bedah Sentral RSPAU Dr. S. Hardjolukito Yogyakarta”.

Penyusunan tugas ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan ucapan banyak terima kasih kepada:
1. Eko Teguh Bagiono, SST. selaku Ketua PD HIPKABI Yogyakarta.
2. Tri Subekti, S.Kep., Ns selaku Ketua Umum Pelatihan Keterampilan Dasar Bagi
Perawat Kamar Bedah Berbasis Kompetensi.
3. Kholis Setianto, AMd .Kep. dan Surya Krismantoro, AMd. Kep. selaku
Pembimbing Klinik yang memberikan bimbingan, masukan dan saran demi
kesempurnaan tugas ini.
4. Kepala Komite Keperawatan, Kepala Instalasi Bedah Sentral, Manajemen, dan
Seluruh perawat di Instalasi Bedah Sentral RSPAU Dr. S. Hardjolukito
Yogyakarta yang telah bersedia membantu dan membimbing selama pelatihan
ini berlangsung.
5. Rekan-rekan Kelompok 7 RSPAU Dr. S. Hardjolukito Yogyakarta Heri Susilo,
M. Syafriyadi Saputra dan Sahli Rois yang telah berjuang bersama.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini.

Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun guna untuk
mendapatkan hasil yang lebih bermanfaat untuk masa yang akan datang. Akhir kata,
besar harapan penulis semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi dunia keperawatan.

Yogyakarta, 30 Mei 2018

Penulis

i
ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN DEPAN............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN HIPKABI.............................................................. ii
PRAKATA............................................................................................................. iii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 3
C. Ruang Lingkup........................................................................................... 4
D. Tujuan Penulisan....................................................................................... 4
E. Manfaat Penulisan..................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis........................................................................................ 7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
A. Pengkajian.................................................................................................. 17
B. Asuhan Keperawatan Pre Operatif............................................................. 26
C. Asuhan Keperawatan Intra Operatif.......................................................... 31
D. Asuhan Keperawatan Post Operatif........................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN
iii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Activity Daily Living Pre Hospitality................................................ 21


Tabel 3.2 Activity Daily Living Post Hospitality............................................... 21
Tabel 3.3 Pemeriksaan Laboratorium............................................................... 24
Tabel 3.4 Sign In................................................................................................ 26
Tabel 3.5 Analisa Data Pre Operatif................................................................. 27
Tabel 3.6 Rencana Keperawatan Pre Operatif................................................. 29
Tabel 3.7 Pelaksanaan Dan Evaluasi Pre Operatif.......................................... 30
Tabel 3.8 Time Out.......................................................................................... 34
Tabel 3.9 Sign Out........................................................................................... 36
Tabel 3.10 Analisa Data Intra Operatif............................................................. 38
Tabel 3.11 Rencana Keperawatan Intra Operatif.............................................. 39
Tabel 3.12 Pelaksanaan Dan Evaluasi Intra Operatif........................................ 40
Tabel 3.13 Bromage Score................................................................................ 45
Tabel 3.14 Morse Score..................................................................................... 45
Tabel 3.15 Analisa Data Post Operatif.............................................................. 46
Tabel 3.16 Rencana Keperawatan Post Operatif............................................. 47
Tabel 3.17 Pelaksanaan Dan Evaluasi Post Operatif....................................... 48
iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Appendik............................................................................ 10


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Apendisitis merupakan penyakit yang biasa dikenal oleh masyarakat awam

sebagai penyakit usus buntu. Apendisitis akut merupakan kasus bedah emergensi

yang paling sering ditemukan pada anak-anak dan remaja (Anonim, 2011).

Apendisitis akut merupakan masalah pembedahan yang paling sering dan

apendektomi merupakan salah satu operasi darurat yang sering dilakukan

diseluruh dunia (Paudel et al., 2010). Faktor potensialnya adalah diet rendah

serat dan konsumsi gula yang tinggi, riwayat keluarga serta infeksi (Mazziotti et

al., 2008). Kejadian apendisitis 1,4 kali lebih tinggi pada pria dibandingkan

dengan wanita (Craig, 2010). Insidensi apendisitis lebih tinggi pada anak kecil

dan lansia (Smeltzer et al, 2002).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2004, diketahui bahwa

apendisitis diderita oleh 418 juta jiwa di seluruh dunia, 259 juta jiwa darinya

adalah laki-laki dan selebihnya adalah perempuan, dan mencapai total 118 juta

jiwa di kawasan Asia Tenggara. Apendisitis merupakan peradangan pada usus

buntu sehingga penyakit ini dapat menyebabkan nyeri dan beberapa keluhan lain

seperti mual, muntah, konstipasi atau diare, demam yang berkelanjutan dan sakit

perut sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.

Apendisitis bisa terjadi pada semua golongan usia, namun sering terjadi di

bawah usia 40 tahun, terutama antara 10 dan 20 tahun. Kejadian apendisitis

meningkat dengan bertambahnya umur dan memuncak pada remaja. Apendisitis

jarang terjadi pada anak dengan umur kurang dari 10 tahun dan sangat jarang

pada anak kurang dari 2 tahun (Philip, 2007).

1
2

Menurut Departmen Kesehatan RI pada tahun 2006, apendisitis merupakan

penyakit urutan keempat terbanyak di Indonesia pada tahun 2006. Jumlah pasien

rawat inap penyakit apendiks pada tahun tersebut mencapai 28.949 pasien,

berada di urutan keempat setelah dispepsia, duodenitis, dan penyakit cerna

lainnya. Pada rawat jalan, kasus penyakit apendiks menduduki urutan kelima

(34.386 pasien rawat jalan), setelah penyakit sistem pencernaan lain, dispepsia,

gastritis dan duodenitis.

Sedangkan, menurut Departemen Kesehatan RI pada tahun 2009, apendisitis

masuk dalam daftar 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit

di berbagai wilayah Indonesia dengan total kejadian 30,703 kasus dan 234 jiwa

yang meninggal akibat penyakit ini.

Kelompok usia yang umumnya mengalami appendiksitis yaitu pada usia

antara 10 - 30 tahun. Insiden laki - laki lebih tinggi dibandingkan perempuan

(Eylin, 2009). Laporan Departemen Kesehatan (Depkes) mengenai kejadian

laparatomi atas indikasi appendiksitis meningkat dari 162 pada tahun 2005

menjadi 983 kasus pada tahun 2006 dan 1.281 kasus pada tahun 2007.

Berdasarkan Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia

tahun 2009, tindakan bedah menempati urutan ke 11 dari 50 pertama penyakit di

rumah sakit se-Indonesia dengan persentase 12,8% yang diperkirakan 32%

diantaranya merupakan tindakan bedah laparatomi (Ajidah & Haskas, 2014).

Kejadian apendicitis di RSUD Banyudano pada 2 tahun terakhir antara

periode 2010 sampai 2012 sebanyak 169 penderita dengan rincian 74 pasien

wanita dan 95 pasien pria, data didapatkan berdasarkan catatan remak medic

RSUD Banyudono. sedangkan hasil pendataan selama Pelatihan Keterampilan

Dasar Bagi Perawat Kamar Bedah Berbasis Kompetensi di Instalasi Bedah


3

Sentral (IBS) di RSPAU dr. Harjolukito Yogyakarta pada periode 1 Januari – 10

Mei 2018, tercatat 25 pasien dengan diagnosa medis Appendiksitis.

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk kasus appendiksitis yakni dengan

tindakan operatif yaitu Apendiktomy.

Berdasarkan dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahas

kasus “Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis

Appendisitis Akut Dengan Tindakan Appendectomy Di Instalasi Bedah Sentral

RSPAU dr. Harjolukito Yogyakarta”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahas

kasus “Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis

Appendisitis Akut Dengan Tindakan Appendectomy Di Instalasi Bedah Sentral

RSPAU dr. Harjolukito Yogyakarta”.

Adapun rumusan masalah yang penulis angkat dalam makalah ini, antara lain :

1. Bagaimana pengkajian “Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Ny. M

Dengan Diagnosa Medis Appendisitis Akut Dengan Tindakan

Appendectomy Di Instalasi Bedah Sentral RSPAU dr. Harjolukito

Yogyakarta”.

2. Bagaimana menegakkan diagnosa keperawatan “Asuhan Keperawatan

Perioperatif Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis Appendisitis Akut

Dengan Tindakan Appendectomy Di Instalasi Bedah Sentral RSPAU dr.

Harjolukito Yogyakarta”.

3. Bagaimana merencanakan intervensi keperawatan “Asuhan Keperawatan

Perioperatif Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis Appendisitis Akut


4

Dengan Tindakan Appendectomy Di Instalasi Bedah Sentral RSPAU dr.

Harjolukito Yogyakarta”.

4. Bagaimana melaksanakan implementasi “Asuhan Keperawatan Perioperatif

Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis Appendisitis Akut Dengan Tindakan

Appendectomy Di Instalasi Bedah Sentral RSPAU dr. Harjolukito

Yogyakarta”.

5. Bagaimana melakukan evaluasi “Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada

Ny. M Dengan Diagnosa Medis Appendisitis Akut Dengan Tindakan

Appendectomy Di Instalasi Bedah Sentral RSPAU dr. Harjolukito

Yogyakarta”.

6. Bagaimana pendokumentasian “Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Ny.

M Dengan Diagnosa Medis Appendisitis Akut Dengan Tindakan

Appendectomy Di Instalasi Bedah Sentral RSPAU dr. Harjolukito

Yogyakarta”.

C. RUANG LINGKUP

Dalam penulisan asuhan keperawatan preoperatif ini kami akan

membahas “Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Ny. M Dengan Diagnosa

Medis Appendisitis Akut Dengan Tindakan Appendectomy Di Instalasi Bedah

Sentral RSPAU dr. Harjolukito Yogyakarta”.

D. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan umum

a. Untuk mengetahui “Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Ny. M

Dengan Diagnosa Medis Appendisitis Akut Dengan Tindakan


5

Appendectomy Di Instalasi Bedah Sentral RSPAU dr. Harjolukito

Yogyakarta”.

2. Tujuan khusus

b. Mampu melakukan “Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Ny. M

Dengan Diagnosa Medis Appendisitis Akut Dengan Tindakan

Appendectomy Di Instalasi Bedah Sentral RSPAU dr. Harjolukito

Yogyakarta”.

c. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada “Asuhan Keperawatan

Perioperatif Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis Appendisitis Akut

Dengan Tindakan Appendectomy Di Instalasi Bedah Sentral RSPAU dr.

Harjolukito Yogyakarta”.

d. Mampu membuat intervensi keperawatan pada “Asuhan Keperawatan

Perioperatif Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis Appendisitis Akut

Dengan Tindakan Appendectomy Di Instalasi Bedah Sentral RSPAU dr.

Harjolukito Yogyakarta”.

e. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada “Asuhan

Keperawatan Perioperatif Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis

Appendisitis Akut Dengan Tindakan Appendectomy Di Instalasi Bedah

Sentral RSPAU dr. Harjolukito Yogyakarta”.

f. Mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada “Asuhan

Keperawatan Perioperatif Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis

Appendisitis Akut Dengan Tindakan Appendectomy Di Instalasi Bedah

Sentral RSPAU dr. Harjolukito Yogyakarta”.

g. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada “Asuhan

Keperawatan Perioperatif Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis


6

Appendisitis Akut Dengan Tindakan Appendectomy Di Instalasi Bedah

Sentral RSPAU dr. Harjolukito Yogyakarta”.

E. MANFAAT PENULISAN

1. Bagi Individu

Hasil dari penulisan yang dilakukan diharapkan dapat digunakan sebagai

acuan untuk melakukan asuhan keperawatan dan dapat menambah wawasan

2. Bagi rumah sakit

Hasil dari penulisan yang dilakukan diharapkan dapat menambah khasanah

ilmu pengetahuan dibidang keperawatan medical bedah khususnya dikamar

operasi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Definisi Apendisitis

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau

umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecum).

Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan

tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya

berbahaya (Wim de Jong et al, 2005).

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan

merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat

mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering

menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun (Mansjoer, 2010). Apendisitis

adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran kanan bawah

rongga abdomen dan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat

(Smeltzer, 2005). Apendisitis adalah peradangan apendiks yang mengenai

semua lapisan dinding organ tersebut (Price, 2005).

2. Klasifikasi Apendiksitis

Klasifikasi apendisitis terbagi menjadi dua yaitu, apendisitis akut dan

apendisitis kronik (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).

Klasifikasi apendiksitis menurut (Rukmono, 2011) Apendiksitis dibagi

sebagai berikut :

a. Apendisitis akut

Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh

radang mendadak pada apendiks yang memberikan tanda setempat,

7
8

disertai maupun tidak disertai rangsang peritonieum lokal. Gejala

apendisitis akut ialah nyeri samar dan tumpul yang merupakan nyeri

viseral didaerah epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan ini sering

disertai mual, muntah dan umumnya nafsu makan menurun. Dalam

beberapa jam nyeri akan berpindah ke titik Mc.Burney. Nyeri dirasakan

lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik

setempat.

Apendisitis akut dibagi menjadi :

1) Apendisitis Akut Sederhana Proses peradangan baru terjadi di

mukosa dan sub mukosa disebabkan obstruksi. Sekresi mukosa

menumpuk dalam lumen 9 appendiks dan terjadi peningkatan

tekanan dalam lumen yang mengganggu aliran limfe, mukosa

appendiks menebal, edema, dan kemerahan. Gejala diawali dengan

rasa nyeri di daerah umbilikus, mual, muntah, anoreksia, malaise

dan demam ringan.

2) Apendisitis Akut Purulenta (Supurative Appendicitis) Tekanan

dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan

terbendungnya aliran vena pada dinding apendiks dan

menimbulkan trombosis. Keadaan ini memperberat iskemia dan

edema pada apendiks. Mikroorganisme yang ada di usus besar

berinvasi ke dalam dinding apendiks menimbulkan infeksi serosa

sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin.

Apendiks dan mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di

dalam lumen terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai dengan

rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik


9

Mc. Burney, defans muskuler dan nyeri pada gerak aktif dan pasif.

Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai

dengan tanda-tanda peritonitis umum.

3) Apendisitis Akut Gangrenosa Bila tekanan dalam lumen terus

bertambah, aliran darah arteri mulai terganggu sehingga terjadi

infark dan gangren. Selain didapatkan tanda-tanda supuratif,

apendiks mengalami gangren pada bagian tertentu. Dinding

apendiks berwarna ungu, hijau 10 keabuan atau merah kehitaman.

Pada apendisitis akut gangrenosa terdapat mikroperforasi dan

kenaikan cairan peritoneal yang purulen.

4) Apendisitis Infiltrat Apendisitis infiltrat adalah proses radang

apendiks yang penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum, usus

halus, sekum, kolon dan peritoneum sehingga membentuk

gumpalan massa flegmon yang melekat erat satu dengan yang

lainnya.

5) Apendisitis Abses Apendisitis abses terjadi bila massa lokal yang

terbentuk berisi nanah (pus), biasanya di fossa iliaka kanan, lateral

dari sekum, retrosekal, subsekal dan pelvikal.

6) Apendisitis Perforasi Apendisitis perforasi adalah pecahnya

apendiks yang sudah gangren yang menyebabkan pus masuk ke

dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis umum. Pada

dinding apendiks tampak daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan

nekrotik.

b. Apendisitis kronik Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan

jika ditemukan adanya riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2
10

minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik.

Kriteria mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh

dinding 11 apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks,

adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa dan adanya sel

inflamasi kronik. Insiden apendisitis kronik antara 1-5%. Apendisitis

kronik kadang-kadang dapat menjadi akut lagi dan disebut apendisitis

kronik dengan eksaserbasi akut yang tampak jelas sudah adanya

pembentukan jaringan ikat.

3. Anatomi dan Fisiologi Appendiks

Gambar 2.1 appendik dan appendisitis

Apendiks vermiformis adalah organ sempit, berbentuk tabung yang

mempunyai otot dan mengandung banyak jaringan limfoid di dalam

dindingnya. Apendiks melekat pada permukaan postereomedial caecum,

sekitar 1 inci (2,5cm) dibawah juncture ileocaecalis. Apendiks vermiformis

diliputi seluruhnya oleh peritoneum, yang melekat pada mesenterium

intestinum tenue oleh messenteriumnya sendiri yang pendek disebut

mesoapendiks. Mesoapendiks berisi arteria dan vena appendicularis dan

nervus. Apendiks vermiformis terletak di fosa illiaca dextra, dan dalam

hubunganya dengan dinding anterior abdomen, pangkalnya terletak


11

sepertiga ke atas di garis yang menghubungkan spina illiaca anterior

superior dan umbilicus (titik Mcburney). Di dalam abdomen, dasar apendiks

vermiformis mudah ditemukan dengan mencari taenia coli caecum dan

mengikutinya sampai apendiks vermiformis, dimana taenia ini bersatu

membentuk tunica muscularis longitudinalis yang lengkap. Apendiks

vermiformis mendapat pendarahan melalui arteria appendicularis yang

merupakan cabang dari arteria caecalis, sedangkan vena mengalirkan

darahnya ke vena caecalis posterior. Aliran linfe mengalirkan cairan limfe

mesoapendiks dan akhirnya bermuara ke nodi mesenterici superiors.

Apendiks disarafi oleh saraf simpatik dan nervus vagus dari plexus

mesentricus superior. Serabut saraf aferen yang menghantarkan rasa nyeri

visceral dari apendiks berjalan bersama saraf simpatik dan masuk ke

medulla spinalis setinggi vertebra thoracica X. (Snell, 2012)

Apendiks merupakan suatu jaringan limfoid. Jaringan limfoid adalah

jaringan yang memproduksi, menyimpan atau memproses limfosit

(Sherwood, 2009). Apendiks vermiformis menghasilkan lendir sebanyak 1-2

ml per hari yang secara normal di curahkan ke dalam lumen dan selanjutnya

mengalir ke sekum. Adanya hambatan aliran pada lendir di muara apendiks

vermiformis berperan dalam patogenesis apendisitis.2 GULT (gut

associated lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran pencernaan,

termasuk apendiks vermiformis menghasilkan IgA yaitu suatu

imunoglobulin sekretoar. IgA sangat efektif sebagai pelindung terhadap

infeksi. Tetapi karena jumlah jaringan limfe pada apendiks vermiformis

kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna


12

menyebabkan pengangkatan apendiks vermiformis tidak mempengaruhi

sistem imun tubuh. (Sjamsuhidayat, 2010)

4. Patofisiologi Apendisitis

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh

hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, struktur karena fibrosis akibat

peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan

mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Semakin lama mukus

tersebut semakin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai

keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan

yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan

edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi

apendisitis akut lokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila sekresi mukus

terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebakan

obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.

Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga

menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut apendisitis

supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding

apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis

gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis

perforasi. Bila semua proses diatas berjalan lambat, usus yang berdekatan akan

bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa likal yang disebur

infiltrate apendikularis. Pandangan pada apendiks tersebut dapat menjadi

menjadi abses atau menghilang. Perforasi mudah terjadi karena telah ada

gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2010).


13

5. Etiologi

Faktor predisposisi utama terjadinya apendisitis akut adalah obstruksi

lumen apendiks vermiformis. Fekalit adalah penyebab utama terjadinya

obstruksi apendiks vermiformis. Brunicardi, et, al (2009). Disamping

hiperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks vermiformis, dan cacing

askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Erosi mukosa apendiks

vermiformis akibat parasit E.histolytica merupakan penyebab lain yang

dapat menimbulkan apendisitis. Pada tahun 1970, Burkitt mengatakan peran

kebiasaan makan makanan rendah serat dan kandungan lemak serta gula

yang tinggi pada orang Barat, serta pengaruh konstipasi, berhubungan

dengan timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan

intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks

vermiformis dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon. Semua ini

akan mempermudah timbulnya apendisitis akut Sjamsuhidayat (2010).

6. Tanda dan Gejala

Menurut Wijaya.A.N dan Yessie (2013) tanda dan gejala apendisitis adalah:

a. Nyeri pindah ke kanan bawah (yang akan menetap dan di perberat bila

berjalan atau batuk) dan menunjukan tanda rangsangan peritoneum

lokal di titik Mc.Burney : nyeri tekan,nyeri lepas, defans muskuler.

b. Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung.

c. Nyeri pada kuadran kanan bawah saat kuadran kiri bawah ditekan

(Rovsing sign).

d. Nyeri kanan bawah bila tekanan disebelah kiri dilepas (Blumberg).

e. Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam,

berjalan, batuk, mengedan.


14

f. Nafsu makan menurun

g. Demam yang tidak terlalu tinggi

h. Biasanya terdapat konstipasi, tetapi kadang – kadang terjadi diare

Gejala –gejala permulaan pada apendisitis yaitu nyeri atau perasaan tidak

enak pada sekitar umbilicus siikuti oleh anoreksia, nausea dan muntah,

gejala ini umumnya berlangsung lebih dari 1 atau 2 hari. Dalam beberapa

jam nyeri bergeser ke kuadran kanan bawah dan mungkin terdapat nyeri

tekan sekirat Mc. Burney, kemudian timbul spasme otot dan nyeri lepas.

Biasanya sitemukan demam ringan dan leukosit meningkat bila rupture

apendiks terjadi nyeri sering sekali hilang secara framatis untuk sementara.

7. Penatalaksanaan

Menurut Brunner & Suddarth (2002) pembedahan diindikasikan

bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan cairan IV

diberikan sampai pembedahan dilakukan. Analgesik dapat diberikan setelah

diagnosa ditegakkan. Appendectomy (pembedahan untuk mengangkat

apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.

Appendectomy dapat dilakukan dibawah anastesi umum maupun spinal

dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang memberikan

metode baru yang sangat efektif.

Penatalaksaan medis menurut (Mansjoer, arif dkk, 2009) :

a. Sebelum Operasi

1) Observasi

Dalam 8 - 12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala

apendiksitis seringkali belum jelas, dalam keadaan ini observasi

ketat perlu dilakukan. Pasien diminta melakukan tirah baring dan


15

dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya

apendiksitis ataupun peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan

rectal serta pemeriksaan darah ( leukosit dan hitung jenis ) diulang

secara periodik, foto abdomen dan toraks tegak dilakukan untuk

mencari kemungkinan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan

kasus, diagnosa ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan

bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.

2) Antibiotik

Apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak perlu diberikan

antibiotik, kecuali apendisitis ganggrenosa atau apendisitis

perforasi. Penundaan tindak bedah sambil memberikan antibiotik

dapat mengakibatkan abses atau perforasi.

b Operasi

1) Apendiktomy

2) Apendiks dibuang, jika mengalami perforasi bebas, maka abdomen

dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.

3) Abses apendiks diobati dengan antibiotika melalui jalur IV,

massanya mungkin mengecil atau abses mungkin memerlukan

drainase dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi

dilakukan bila abses dilakukan operasi efektif sesudah 6 minggu

sampai 3 bulan.

4) Pasca operasi

Dilakukan observasi tanda – tanda vital untuk mengetahui

terjadinya perdarahan di dalam syok, hipertermia atau gangguan

pernafasan, angkat sonde lambung bila pasien telah sahar, sehingga


16

aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Baringkan pasien dalam

posisi fowler. Pasien diakatakan baik apabila dalam 12 jam tidak

ada gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila operasi lebih

besar misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa

diteruskan kembali normal. Kemudian berikan minum mulai 15 ml

/ jam. Keesokan harinya diberikan makanan saring dan hari

berikutnya diberikan makanan lunak.

Pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat tidur

selama 2x30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk

diluar kamar. Hari ketujuh jahitan dapat diangkat dan pasie boleh

pulang.

8. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan menurut Nanda
a. Pre Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
2) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan utama, perforasi/ ruptur pada apendiks, pembentukan
abses.
3) Ansietas berhubungan dengan prosedur operasi
b. Intra Operasi
1) Resiko perlukaan/injuri berhubungan dengan tindakan anestasi.
2) Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
3) Risiko perdarahan berhubungan dengan rusaknya vaskulerisasi
c. Post Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan prosedur pembedahan.
2) Gangguan mobilitasfisik berhubungan dengan prosedur anestesi
3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

A. PENGKAJIAN

1. Identitas

Nama : Ny. M

Tanggal lahir : 03 Juli 1985

Umur : 32 Tahun

Status : Menikah

Agama : Islam

Nomor RM : 07.08.97

Tanggal masuk Rs/Ok : 2 Mei 2018/ 3 Mei 2018

Tanggal pengkajian : 3 Mei 2018 Jam 11:30

Sumber informasi : Pasien dan Rekam medis

Dokter operator : dr. Swagata, Sp.B

Asisten operator : Anjar, AMK

Dokter anestesi : dr. Joko, Sp.An

Penata anestesi : Elfi, S.Kep., Ns

Instrumentator : Heri Susilo, S.Kep., Ns

Sirkuler : Syafriyadi, AMK

Dx. Medis: Appendisitis Akut

Jenis Operasi: Appendictomy

Jenis Anestesi: Spinal Anastesi

17
18

2. Pengkajian

a. Riwayat kesehatan

1) Keluhan Utama: Pasien mengatakan merasa nyeri pada perut sebelah

kanan dan kadang menjalar sampai dengan bagian perut lainnya.

2) Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien mengatakan merasa nyeri pada

perut sebelah kanan bawah. (P: Saat aktivitas, Q: Seperti ditusuk-

tusuk, R: Kanan bawah, S: 2, T: pada saat aktivitas)

3) Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien mengatakan mempunyai alergi

makanan seafood

4) Riwayat Penyakit Keluarga: Pasien mengatakan didalam keluarganya

tidak terdapat riwayat penyakit.

5) Riwayat Operasi: Pasien mengatakan belum pernah dioperasi

sebelumnya.

b. Pengkajian Psikososial

1) Konsep diri

a) Gambaran diri

Klien mengatakan bahwa tidak ada yang kurang terhadap

tubuhnya, klien menerima tubuhnya apa adanya.

b) Identitas diri

Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang wanita, anak

kedua dari dua bersaudara, namanya ny. “M” umur 32 tahun.

c) Peran

Sebelum sakit klien mengatakan dirinya sudah menikahdan ibu dari

dua orang anak, klien mengatakan bekerja sebagai PNS, Klien


19

mengatakan. Saat di rumah sakit pasien terganggu melakukan

tugasnya karena sakit

d) Ideal diri

Klien mengatakan ingin pulang ke rumah bertemu keluarganya.

Klien mengatakan ingin sembuh dan segera pulang.

e) Harga diri

Klien mengatakan tidak malu dengan kondisinya. Dan klien

merasa senang karena keluarganya masih memperhatikannya

sehingga sejak ia dirawat di RSPAU dr. Harjolukito Yogyakarta

sampai sekarang keluarganya masih menjenguknya dan memberi

dukungan kepadanya.

2) Hubungan Sosial

a) Di rumah (keluarga dan masyarakat)

Klien mengatakan sayang kepada semua keluarganya dan

mengikuti kegiatan di masyarakat.

b) Di Rumah sakit/lingkungan tempat tinggal saat ini

Selama di rumah sakit klien tidakbisa mengikuti kegiatan di

masyarakat dan menjalani program terapi.

c) Klien mengatakan tidak bergantung kepada siapapun, klien jarang

bergabung dengan teman-temannya jika dibangsal.

3) Spiritual / keagamaan

a) Nilai dan keyakinan

Klien mengatakan ia beragama islam.


20

b) Kegiatan ibadah

Selama di sakit pasien mengatakan juga mengerjakan sholat, tetapi

sambil tiduran.

c. Pola kebiasaan :

1) Pola Persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Pasien mengetahui kondisi sakitnya saat ini dan berusaha untuk

mendapat kesembuhan dengan berobat ke pelayanan kesehatan yaitu

puskesmas / rumah sakit dengan menggunakan kartu pelayanan

kesehatan yang dimiliki.

2) Pola nutrisi

Sebelum sakit :

a) Intake makanan : Pasien makan 3x sehari dengan porsi sedang,

menu sehari-hari nasi, lauk, sayur,dan buah.

b) Intake cairan : pasien minum sehari 7-8 gelas sehari, jenis

minuman air putih.

Saat sakit :

a) Intake makanan : Pasien makan 2x sehari dengan porsi dari

rumah sakit, nasi, sayur dan lauk.

b) Intake cairan : Pasien minum sehari 5-6 gelas sehari, jenis

minuman air putih dan teh.

3) Pola eliminasi

Sebelum sakit :

a) Pasien BAB 1x sehari, warna normal (kekuningan), konsistensi

lembek, bau khas (feses)

b) Pasien BAK 4-5x sehari, warna kuning jernih.


21

Saat sakit :

a) Saat pengkajian pasien belum BAB.

b) Pasien BAK normal selama di ruang perawatan.

4) Pola aktivitas dan latihan

Sebelum Masuk RS :

Tabel 3.1 Activity Daily Living Pre Hospitality


Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum √

Mandi √

Toileting √

Berpakaian √

Mobilisasi di tempat tidur √

Berpindah √

Ambulasi ROM √

Saat sakit :

Tabel 3.2Activity Daily Living Intra Hospitality


Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum √

Mandi √

Toileting √

Berpakaian √

Mobilisasi di tempat tidur √

Berpindah √

Ambulasi ROM √

Ket: 0: Mandiri, 1: Alat Bantu, 2: Dibantu Orang Lain, 3: Dibantu

orang lain dan alat, 4: tergantung total


22

5) Pola Tidur dan Istirahat

Sebelum masuk rumah sakit :

Pasien mengatakan sebelum sakit pola tidurnya teratur dari jam

20.00 sampai jam 04.00 WIB.

Saat di rumah sakit :

Pasien mengatakan selama dirumah sakit pola tidurnya terganggu.

Klien sulit tidur karena memikirkan operasi esok harinya

6) Pola Perceptual

Tidak ada kelainan panca indra, klien tidak menggunakan alat bantu

melihat atau pun dengar.

7) Pola Persepsi Diri

Pasien menerima dengan ikhlas atas kondisi kesehatan saat ini.

Pasien tidak merasa malu dengan kondisinya

8) Pola Seksualitas dan Reproduksi

Pasien memiliki 2 orang anak, 1 perempuan dan 1 laki-laki

9) Pola Peran dan Hubungan

Pasien adalah seorang suami dan ayah, hubungan dengan istri, anak

dan anggota keluarga yang lainnya baik, tidak ada masalah yang

serius

10) Pola Manajemen Koping

Pasien membicarakan segala masalah dengan istri dan anak. Pasien

tidak pernah menutupi masalah. Pasien merasa cemas dengan

kondisinya saat ini yang akan menjalani operasi, karena pasien

belum pernah menjalani operasi sebelumnya.


23

d. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum : Baik

2) Tingkat Kesadaran : Compos Mentis

3) Vital sign

a) Tekanan Darah : 105/60 mmHg

b) Respiration Rate : 20 x/mnt

c) Nadi : 82x/mnt

d) Suhu : 36,8 C

4) Kepala

Inpeksi: Tampak bersih, bentuk simetris, tidak tampak luka atau

benjolan, warna rambut beruban, pasien tampak tegang

5) Mata

Inpeksi: Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik dan tidak

menggunakan alat bantu melihat

6) Telinga

Inspeksi: Telinga bersih, tidak ada serosa dan tidak menggunakan

alat bantu dengar

7) Hidung

Inspeksi: bersih, tidak ada luka atau benjolan

8) Mulut

Inspeksi: Mulut dan gigi, kondisi bersih

9) Leher

Inspeksi: Tidak ada jejas, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, leher

dapat ekstensi dengan baik.


24

10) Thorax

Inspeksi: Tidak ada retraksi dinding dada, tidak menggunakan otot

bantu pernafasan, tidak ada jejas

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa atau

benjolan

Perkusi: Paru-paru sonor, tidak ada efusi

Auskultasi: Suara paru vesikuler, jantung reguler dan tidak terdapat

suara tambahan

11) Abdomen

Inspeksi: Tampak bersih, tidak ada lesi

Auskultasi: Peristaltik usus : 12 x/menit

Perkusi: Suara tympani

Palpasi: Nyeri tekan pada kanan bawah

12) Integumen

Akral dingin, turgor baik kembali < 2 detik, tidak edema, tidak ada

lesi

13) Genetalia

Inspeksi: bersih, tidak ada luka atau benjolan


25

e. Pemeriksan Penunjang

a. Laboratorium : 2 Mei 2018

Tabel 3.3 Pemeriksaan Laboratorium

No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan Metode


Hematologi
4000- mm3
1 Leukosit 10750 E. Impedance
11000
2 Basofil 0 0-1 % E. Impedance
3 Eusinofil 0 1-2 % E. Impedance
4 Neutrofil 72 50-70 % Spectrophotometry
5 Limfosit% 12 20-40 % Spectrophotometry
6 Monosit% 5 2-8 % E. Impedance
7 Eritrosit 5.72 4.5-5.8 Juta/mm3 E. Impedance
8 Hemoglobin 11.9 12-18 g/dl Spectrophotometry
9 Hematokrit 39,07 37-54 % Integration Volume
10 MCV 76 82-98 fL E. Impedance
11 MCH 23.0 27-34 Pg E. Impedance
12 MCHC 30.4 32-36 g/dL E. Impedance
13 Trombosit 201 150-400 Ribu/mm3 E. Impedance
14 RDW CV 12.2 11-16 % Standart
15 RDW SD 50.2 35-56 % Standart
16 Golongan Darah B - - -
17 Waktu perdarahan 1 mnt 56 dtk - Menit Standart
18 Waktu pembekuan 12 mnt 9dtk - Menit Standart
Kimia Klinik
19 Glukosa Sewaktu 126 70-140 mg/dL Standart
Serologi
Non
20 HbsAg Rapid
Reaktif
b. Radiologi

Rontgen dada : Cor dan Pulmo dalam batas normal

USG : tampak pembesaran pada apendik


26

B. ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERATIF

1. Persiapan diruang penerimaan

a) Fisik : Tindakan operasi dengan spinal anestesi klien dipuasakan mulai


Pukul 03.00 WIB, tinggi badan : 158 cm, berat badan : 48 kg, tekanan
darah: 105/60 mmHg, nadi : 82x/mnt, respirasi : 20 x/mnt, suhu :
36,8C.
b) Injeksi pre operasi : Cefotaxime 1 gr jam 10.40 WIB

c) Psikis: Yakinkan klien untuk tenang dan selalu berdoa

d) Pemeriksaan penunjang : Laboratorium, USG abdomen dan Rontgen


dada
e) Persiapan Administrasi
1) Informed consent (surat persetujuan tindakan operasi).
2) Status dan kelengkapannya.
3) Inform consent tindakan anestesi dan tindakan bedah
2. SIGN IN Pukul 11.40 WIB
Tabel 3.4Sign In

No Tindakan Sudah Belum


1 Konfirmasi
- Identitas pasien √
- Gelang pasien sudah sesuai √
- Lokasi operasi √
- Prosedur operasi

- Informed Concent Operasi
- Informed concent anestesi √
2 Lokasi operasi sudah ditandai Sudah
Jelas
3 Mesin dan obat anestesi sudah di cek lengkap dan siap √
dipakai
4 Pulse oximeter sudah terpasang dan berfungsi √
Ya Tidak
5 Apakah pasien mempunyai:
- Riwayat alergi √
- Kesulitan bernafas atau resiko aspirasi atau √
menggunaka alat bantu nafas
- Resiko kehilangan darah > 500 ml (7 ml / kg BB

pada anak)
- Akses intravena √
27

3. Analisa Data Pre operatif

Tabel 3.5Analisa Data Pre operatif

No Data Etiologi Probelm


1 DS : Apendisitis Akut Ansietas
- Pasien khawatir dengan (00146)
tindakan operasinya karena Tindakan pembedahan
ini baru operasi pertamanya
- Pasien mengatakan takut Klien selalu menanyakan
- Istirahat pasien terganggu tentang tindakan operasi ( berapa
karena takut memikirkan lama waktu operasi, bagaimana
operasi yang akan prosedur operasi, bagaimana
dijalaninya. kondisi setelah operasi)
DO :
- Tekanan Darah : 109/65 Krisis situasional
mmHg
- Respiration Rate : 20 x/mnt Ansietas
- Nadi : 84x/mnt
- Suhu : 36,5 C
- Skor Hars : 15 (Sedang)
- Wajah pasien tampak tegang
- Akral dingin
2 DS: Kongesti Vena Nyeri akut
- Pasien mengatakan merasa (00132)
nyeri pada perut sebelah Merangsang pelepasan hormone
kanan dan kadang menjalar bradikinin dan sitokinin
sampai dengan bagian perut
lainnya (P: : Saat aktivitas, merangsang respon nyeri di
Q: seperti di tusuk-tusuk, R: hipotalamus
Kanan bawah, S: 2, T: pada
saat aktivitas) Nyeri akut
DO:
- Pasien terlihat menahan
sakit, saat berjalan berpidah
dari tempat tidur pada perut
kanan bawah (P: Saat
aktivitas, Q: Seperti ditusuk-
tusuk, R: Kanan bawah, S: 2,
T: pada saat aktivitas)
- Tekanan Darah : 109/65
mmHg
- Respiration Rate : 20 x/mnt
- Nadi: 82 x/mnt
- Suhu : 36,8 C
- USG : tampak
pembesaran pada appendik
28

4. Diagnosa Keperawatan

a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang tindakan

operasi

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik


29

5. Rencana Keperawatan Pre Operatif

Tabel 3.6 Rencana Keperawatan Pre Operatif

No Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan
1. Ansietas Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Penurunan Kecemasan(5820)
berhubungan 1x10 menit pasien menunjukan kecemasan a) Kaji penyebab kecemasan klien
dengan tindakan terkontrol dengan kriteria hasil: b) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyankinkan
pembedahan NOC: yaitu komunikasi terapeutik
Kontrol Kecemasan(1402) c) Dampingi pasien dengan berada disisinya sehingga akan
a) Tingkat ansietas klien menurun meningkatkan rasa aman dan mengurangi ketakutan
b) Pengetahuan klien terhadap penyebab Calming technique (5880)
ansietas meningkat d) Kontrol faktor lingkungan yang menyebabkan klien
c) Klien mampu menggunakan teknik relaksasi cemas.
untuk mengontrol cemas e) Mempertahankan kontak mata dengan pasien
Indikator Target f) Yakinkan pasien terhadap keselamatan diri dan
Wajah tegang 5 keamanannya
Verbalisasi cemas 4 Coping enhancement (5230)
Berkeringat 5 g) Tingkatkan pengetahuan klien mengenai proses operasi
h) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam pada klien
2. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pain management(1400)
berhubungan 1x10 menit diharapkan nyeri hilang/ berkurang a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
dengan agen injuri dengan kriteria hasil: (PQRST)
fisik a) Klien mampu mengontrol nyeri (tahu b) Kontrol lingkungan pasien yang dapat mempengaruhi
penyebab nyeri dan mampu menggunakan nyeri
teknik non farmakologik untuk mengurangi c) Ajarkan tentang teknik non farmakologik seperti teknik
nyeri) nafas dalam
b) Klien menyatakan tingkat nyeri berkurang d) Tingkatkan istirahat
e) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
30

6. Pelaksanaan dan Evaluasi

Tabel 3.7 Pelaksanaan dan Evaluasi

Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan

1 Ansietas Kamis, 3/5/2018 Jam 11.40 WIB Kamis, 3/5/2018 Jam 11.40 WIB
berhubungan
dengan prosedur 1. Menggali pengetahuan pasien tentang S: Pasien mengatakan lebih siap untuk menjalani operasi
operasi prosedur operasi
2. Membantu pasien untuk mengungkapkan O: Ekspresi wajah pasien tampak lebih rileks
perasaan, ketakutan terkait rencana operasi
A: Masalah teratasi
yang akan dijalani.
3. Mendengarkan dengan penuh perhatian P: Intervensi dihentikan
4. Menjelaskan prosedur yang pasien belum
memahami
5. Menemani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut
6. Kaji tingkat kecemasan
2. Nyeri akut Kamis, 3/5/2018 Jam 11.40 WIB Kamis, 3/5/2018 Jam 11.40 WIB
berhubungan
dengan agen 1. Menanyakan sejauh mana rasa nyeri S: Pasien mengatakan merasa nyeri pada perut sebelah kanan
injuri fisik dirasakan oleh pasien, dengan menanyakan bawah. (P: Saat aktivitas, Q: Seperti ditusuk-tusuk, R: Kanan
nyeri ringan, sedang atau berat, angka 1-10. bawah, S: 2, T: pada saat aktivitas)
2. Mengajarkan tekhnik relaksasi dengan
menarik napas dalam, menahan selama 3 O: Ekspresi wajah pasien tampak lebih rileks
detik kemudian menghembuskannya lewat
A: Masalah teratasi
hidung.
3. Memposisikan pasien dengan tangan yang P: Intervensi dihentikan
sakit mendekap dada.
4. Memasang selimut, agar pasien merasa
nyaman
31

C. ASUHAN KEPERAWATAN INTRA OPERATIF

1. Persiapan perawat

a) Perawat sirkuler bertugas untuk mengkonfirmasi identitas pasien,

mempersiapkan zat antiseptik lokasi insisi berupa povidon iodine 10%

dan alkohol 70%, memposisikan pasien di meja operasi, dan

mempersiapkan dokumentasi operasi.

b) Setelah persiapan perawat sirkuler selesai, maka perawat instrument

memakai Alat Perlindungan Diri (APD) berupa cap/topi, masker, google,

gound disposible, sepatu both, kemudian melakukan scrubing , gowning,

dan gloving khusus bedah, menata instrument steril sesuai kebutuhan di

atas meja mayo, melakukan skin antiseptic pada lokasi insisi dan draping.

2. Persiapan alat dan ruang

a) Menyiapkan ruang kamar operasi dan alat non steril

1) Mengatur meja operasi

2) Mengecek nyala dan mengatur lampu operasi

3) Menyiapkan linen, perlak dan under pad di atas meja operasi

4) Menyiapkan mesin Electronic Surgiacal Unit (ESU) dan grounding

pad.

5) Menyiapkan mesin Suction

6) Menyiapkan trolley mayo instrument

7) Menyiapkan dan memastikan instrument appendictomy dan linen

dalam keadaan steril

8) Menyiapkan tempat sampah medis, non medis dan tajam

9) Menyiapkan tempat jas dan duk kotor


32

b. Persiapan Instrument Operasi

Duk steril yang terdiri dari:

1) Jas operasi : 4 potong

2) Duk besar : 2 lembar

3) Duk sedang : 2 lembar

4) Duk lobang : 1 lembar

c. Persiapan Bahan Alat Habis Pakai (BAHP)

1) NaCl 0,9% 500ml : 1 buah

2) Povidon iodine 10% : 100cc

3) Alcohol 70% : 100 cc

4) Sufratul : 1 buah

5) Selang Suction : 1 buah

6) Couter Pen : 1 buah

7) Kassa steril : 20 lembar

8) Bisturi No.22 : 1 buah

9) Benang Plain 3/0 Cutting : 1 buah

10) Benang Silk No. 2/0 tapper : 1 buah

11) Benang Vicril No. 2/0 Tapper: 1 buah

12) Handscoon steril uk. 7,5 : 4 pasang

13) Dower kateter No. 16 : 1 buah

14) Urine bag : 1 buah

15) Spuit 10cc : 1 buah

16) Hypafix (plaster) : 10 cm

17) Underpad : 1 buah

18) Toples jaringan : 1 buah


33

19) Aquades 1flash : 25 cc

d. Persiapan Instrumen

1) Set untuk desinfeksi:

a) Bengkok (Kidney Tray) : 1 buah

b) Kom : 2 buah

c) Sponge Holding : 1 buah

2) Set bedah Appendictomy

a) Doek klem : 5 buah

b) Scape/ Handle mess No.4 : 1 buah

c) Pinset anatomis : 2 buah

d) Pinset Chirurgis : 2 buah

e) Klem Babcoch : 2 buah

f) Forceps rochester pean bengkok : 6 buah

g) Hemostatik Forceps Kocher : 4 buah

h) Metzenbaum scissors : 1 buah

i) Ligature scissors(Gunting benang) : 1 buah

j) Needle holder : 2 buah

k) Hak gigi tajam 3 : 2 buah

l) Lagen back : 2 buah


34

3. Persiapan pasien

a. Posisi pasien suppine

b. Tim anastesi melakukan Spinal Anestesi

c. Perawat sirkuler memasang dower kateter.

d. Pasang negative plate pada femur dextra.

4. Prosedur Operasi

a. Scrubbing, gowning dan gloving

b. Menyusun set instrument yang diperlukan, Melakukan skin aseptik area

operasi “Mc. Burney Operation” dengan:

1) Alcohol 70% sebanyak 3x

2) Povidone Iodine 10% sebanyak 3x

c. Drapping, pasang selang suction dan pasang couter pen.

d. Sirkulating nurse membacakan time out sebelum insisi.


35

TIME OUT pukul 12.00 WIB

Tabel 3.8 Time Out

No Tindakan Ya Tidak
1. Konfirmasi seluruh anggota tim, memperkenalkan nama √
dan perannya
Dokter operator : dr. Swagata, Sp.B
Asisten operator : Anjar, AMK
Dokter anestesi : dr. Joko, Sp.An
Penata anestesi : Elfi, S.Kep., Ns.
Scub Ners : Heri, S.Kep., Ns
Sirkuler : Syafriyadi, AMK

2. Dokter bedah melakukan konfirmasi klien, lokasi operasi √


dan prosedur: Pasien Ny. M dengan diagnosa Apendisitis
Akut akan dilakukan tindakan Appendictomy.
3. Antibiotik telah diberikan 30 menit sebelum operasi √
a. Nama antibiotik : Cefuroxim/Cefotaxim
b. Dosis Antibiotik 1gr / bolus pukul 10:40 WIB

4. Antisipasi Kejadian Kritis


Review Dokter Bedah
Stop Operasi
a. Langkah apa yang dilakukan bila ada kondisi kritis
atau kejadian tidak diharapkan? 60 menit
b. Lama operasi
Review Tim Anestesi
Tidak ada
a. Apakah ada yang khusus yang perlu diperhatikan
pada klien ini? Stop Operasi
b. Langkah apa yang dilakukan bila ada kondisi kritis
atau kejadian tidak diharapkan?
Review Tim perawat
Ya
a. Apakah peralatan sudah steril? Tidak
b. Adakah alat yang perlu diperhatikan khusus atau
dalam masalah?
36

5) Sebelum di insisi operator memimpin doa agar operasi lancar

6) Berikan tissue forceps (pinset chirurgis) terlebih dahulu kepada

operator untuk dilakukan pengecekan efek anastesi di bagian kulit dan

menandai sepertiga ke atas di garis imajiner yang menghubungkan

spina illiaca anterior superior dan umbilicus (titik Mc burney) area yang

akan diinsisi. Berikan mess no. 22 besrta handle messnya kepada

operator untuk dilakukan insisi Mc Burney sambil mengontrol

pendarahan saat insisi menggunakan pean dan cauter pen.

7) Berikan haak gigi 3 kepada asisten operator untuk membuka jaringan

dan berikan pinset chirurgis dan cauter pen untuk insisi bagian subcutis

dan facia serta klem dengan kocher, berikan langen back kepada asisten

operator serta berikan Metzenbaum scissors dan piset anatomis kepada

operator untuk membuka otot dan setelah terbuka operator membuka

bagian peritonium dan berikan 2 pean untuk klem lapisan peritonium.

8) Berikan pinset anatomis untuk melakukan exsplorasi appendik dengan

mencari taenia coli caecum dan mengikutinya sampai appendiks,

setelah appendik ditemukan kemudian berikan babcoch untuk klem

appendik dan klem batas appendik dengan pean kemudian bersihkan

appendik dari meso appendik yang mengelilingi appendik dengan

gunting jaringan, setelah terpisah dari meso appendik, jahit batas

appendik dengan benang silk no. 2/0 tapper. Setelah di fiksasi potong

appendik dengan mess dan olesi dengan kasa basah povidon iodine.

9) Setelah appendik terpotong, usus dimasukan lagi kedalam lepaskan

langen beck.
37

10) Selanjutnya sebelum menutup atau menjahit luka operasi perawat

sirkuler melakukan Sign out :

SIGN OUT Pukul 13.00 WIB

Tabel 3.9 Sign Out

No Tindakan Sudah Belum


1 a. Perawat melakukan konfirmasi secara verbal dengan √
tim prosedur bedah telah dicatat: Klien Ny.. M. Usia
32 tahun dengan diagnosa Appendisitis Akut telah
dilakukan tindakan Appendictomy dan telah diangkat
hemoroid.
b. Peralatan, kassa dan jarum telah dihitung dengan
benar
No Indikator Pre Operasi Post Operasi
1 Kassa 20 3 √
2 Bisturi 1 1
3 Jarum 3 3
4 Instrument 23 23
c. Spesimen telah diberi label: Spesimen Appendik

telah dimasukkan kedalam wadah berisi larutan
formalin 10% yang telah diberi label identitas untuk
diberikan kepaad keluarga. (tidak
d. Adakah masalah dengan peralatan selama operasi ada)
2 Dokter operator bedah, dokter anestesi dan perawat √
melakukan review masalah utama yang harus
diperhatikan untuk penyembuhan dan manajemen
pasien selanjutnya: Proses penyembuhan dan perawatan
klien setelah operasi mengikuti sesuai instruksi post
operasi
3 Hal yang harus diperhatikan √
a. Awasi KU dan vital sign
b. Kirim sample jaringan hemoroid ke laboratorium
untuk dilakukanpemeriksaan Patologi Aanatomi
c. Analgetik sesuai anestesi

11) Selanjutnya operator menjahit luka operasi. Untuk bagian peritonium

fascia dan subkutis dijahit menggunakan benang absorbsable vicril

no.2/0 tapper.
38

12) Berikan kassa berisi povidone iodine pada asisten untuk mengolesi

bagian subkutis, kemudian untuk cutis dijahit menggunakan benang

plain no. 3/0 cutting.

13) Tahap selanjutnya setelah dijahit cuci dengan NaCl dan cuci area

sekitarnya, keringkan dengan kassa kering

14) Berikan kassa steril berisi povidoneiodine 10% dioleskan pada jahitan

luka insisi, tutup dengan supratul dan tutup lagi bagian luar dengan 4

kassa kering

15) Operasi selesai

16) Lepas drapping dan plester luka operasi dengan hypafix (plaster).

17) Pindahkan pasien ke brankart dan antar ke recovery room, bersihkan

instrument.
39

5. Analisa Data

Tabel 3.10 Analisa Data

Data Etiologi Masalah keperawatan


DS : - Tindakan pembedahan Domain 11 :
DO : (Appendictomy) keamanain/perlindungan
- Tindakan Kelas 2 : cedera fisik
pembedahan Spinal anestesi Dx : Resiko Cedera
(Appendictomy) (00035)
- Posisi pembedahan
Hilangnya fungsi motorik
(Supine)
- Penggunaan ekstremitas bawah
Elektonik Surgical
Unit (ESU) Posisi supine, penggunakan
ESU

RESIKO CEDERA
DS : - Tindakan pembedahan Domain 11 :
DO : (Appendictomy) keamanan/perlindungan
- Tindakan Kelas 1 : infeksi
pembedahan Terputusnya kontiunitas Dx : Resiko Infeksi
(Appendictomy) jaringan (00004)
- Tindakan insisi
(Pengambilan
sebgaian organ Terbukanya jaringan
tubuh)
- Lingkungan kamar Port de entry mikroorganisme
operasi yg tidak dari lingkungan luar ke dalam
semua steril klien

RESIKO INFEKSI

6. Prioritas Diagnosa Keperawatan Intra Operatif:

a. Resiko Cedera

b. Resiko Infeksi
40

7. Rencana Keperawatan Intraoperatif

Tabel 3.11Rencana Keperawatan Intraoperatif

No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


Keperawatan

1 Resiko Cedera Setelah dilakukan perawatan selama 1x60 menit Manajemen Lingkungan : Keselamatan (6486)
tidak menunjukkan tanda cedera :
a. Gunakan peralatan perlindungan (Kunci bed
NOC:Resiko Cedera Peletakan Perioperatif operasi)
Faktor Resiko: b. Identifikasi hal-hal yang membahayakan di
Tindakan lingkungan
Pembedahan c. Sediakan alat untuk beradaptasi (sanggahan
Indicator Target tangan dan sanggahan kaki)
d. posisikan klien yang sedang dalam pengaruh
Kesiapan sebelum prosedur 5 anestesi
e. Posiskan klien sesuai posisi operasi (supine)
Keparahan cedera fisik 5 f. Monitor posisi klien saat intraoperatif
g. Dokumentasikan posisi dan alat yang digunakan
h. Memastikan tidak ada aliran listrik yang dapat
menciderai klien
Keterangan :
i. Memastikan penerangan atau pencahayaan lampu
1 : tidak adekuat
operasi sesuai
2 : sedikit adekuat
3 : cukup adekuat
4 : sebagaian besar adekuat
5: sepenuhnya adekuat
41

2 Resiko Infeksi Setelah dilakukan perawatan selama 1x60 menit tidak Kontrol Infeksi : Intraoperatif (6545)
menunjukkan tanda proses infeksi dengan kriteria : a. Monitor dan jaga suhu ruangan antara 20° dan 24°
Faktor Resiko: NOC : Kontrol Risiko : Proses Infeksi (1924) b. Monitor dan jaga kelembaban relative antara 20% dan
Eksternal 60%
c. Monitor dan jaga aliran udara yang berlapis
a. Hambatan Fisik Indicator Targe
d. Batasi dan control lalulalang pegawai
(penggunaan alat t
e. Verivikasi bahwa antibiotic profilaksis telah diberikan
bedah, posisi Memonitor factor dilingkungan yang 5
dengan tepat
supine) berhubungan dengan resiko infeksi (192409)
f. Lakukan tindakan-tindakan pencegahan
b. Gangguan Mengetahui konsekuensi terkait infeksi 5 universal/universal precaution
mekanisme (192402) g. Pastikan bahwa personil yang akan melakukan
pertahanan primer Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi 5 tindakan operasi mengenakain pakaian yang sesuai
(kerusakan (192405) h. Bantu drapping/menutup dengan kain steril dan
integritas kulit)
minimalkan tekanan pada body prominence
Keterangan : i. Verifikasi keutuhan kemasan steril
1 : tidak adekuat j. Verifikasi indicator kemasan steril
2 : sedikit adekuat k. Buka persediaan peralatan steril dengan menggunakan
3 : cukup adekuat teknik aseptic
4 : sebagaian besar adekuat l. Sediakan sikat, gown, dan sarung tangan sesuai
kebijakan institusi
5: sepenuhnya adekuat
m. Melakukan scrubing, gowning dan gloving
n. Bantu pemakain gown dan sarung tangan anggota tim
o. Pisahkan alat-alat yang steril dan non-steril
p. jaga ruangan tetap rapi dan teratur untuk membatasi
kontaminasi
q. Lakukan dressing pada area operasi
r. Lepas kain steril setelah selesai tindakan
s. Bersihkan dan sterilkan instrument dengan baik
t. Koordinasikan pembershan dan persiapan ruang
operasi untuk pasien berikutnya
42

8. Implementasi dan Evaluasi

Tabel 3.12 Implementasi dan Evaluasi

No Diagnosa Implementasi Evaluasi

Keperawatan

1. Resiko Cedera Kamis, 3/5/2018 Pukul 13.20 WIB Kamis, 3/5/2018 Pukul 13.20 WIB

a. Mengunci dengan tepat dan benar bed operasi S:-


b. Memposisikan klien dalam posisi supine setelah
terjadi efek anestesi O:
c. Mengidentifikasi hal-hal yang membahayakan di
lingkungan - Tidak ada luka selain di daerah yang pada
d. Menyediakan alat untuk beradaptasi (safety belt pada titik Mc Burney yang dilakukan
dada,, patella) pembedahan
e. Memposisikan klien yang sedang dalam pengaruh - Klien dalam posisi supine
anestesi - Pasien tidak mengalami cidera
f. Memposiskan klien sesuai posisi operasi (supine) - Terpasang penyangga kaki dan tangan
g. Memonitor posisi klien saat intraoperatif - TD : 117 /76 mmHg
h. Mendokumentasikan posisi dan alat yang digunakan - N : 86 x/mnt
i. Memastikan tidak ada aliran listrik yang dapat - S : 36,2 C
menciderai klien - SpO2 : 99%
A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi
43

2 Resiko Infeksi Kamis, 3/5/2018 Pukul 13.20 WIB Kamis, 3/5/2018 Pukul 13.20 WIB
a. Memonitor dan jaga suhu ruangan antara 20° dan 24° S:-
b. Memonitor dan jaga kelembaban relative antara 20% O:
dan 60% - Tim pembedahan melakukan strategi
c. Memonitor dan jaga aliran udara yang berlapis pencegahan infeksi yang meliputi ;
d. Membatasi dan control lalulalang pegawai  Pemakaian Alat Perlindungan Diri (Cap,
e. Memverivikasi bahwa antibiotic profilaksis telah Kacamata bedah, Masker, Gown, dan
diberikan dengan tepat sepatu boath)
f. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan  Melakukan scrubing
universal/universal precaution  Melakukan gowning
g. Memastikan bahwa personil yang akan melakukan  Melakukan gloving
tindakan operasi mengenakain pakaian yang sesuai  Melakukan draping (memberi batas tegas
h. Membantu drapping/menutup dengan kain steril dan area operasi)
minimalkan tekanan pada body prominence - Luka pembedahan tertutup (povidon
i. Memverifikasi keutuhan kemasan steril iodin+supratul+ kassa)
j. Memverifikasi indicator kemasan steril - Tidak terjadi tanda-tanda infeksi
k. Membuka persediaan peralatan steril dengan A : Masalah teratasi
menggunakan teknik aseptic P : Hentikan intervensi
l. Menyediakan sikat, jubbah, dan sarung tangan sesuai
kebijakan institusi
m. Melakukan scrubing, gowning dan gloving
n. Membantu pemakain jubbah dan sarung tangan
anggota tim
o. Memisahkan alat-alat yang steril dan non-steril
p. Menjaga ruangan tetap rapi dan teratur untuk
membatasi kontaminasi
q. Membersihkan luka sebelum dilakukan dressing
r. Melakukan dressing pada area operasi
s. Melepas kain steril setelah selesai tindakan
t. Membersihkan dan sterilkan instrument dengan baik
u. Mengkoordinasikan pembershan dan persiapan ruang
operasi untuk pasien berikutnya
44

D. ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERATIF

1. Identitas Pasien

a. Nama pasien : Ny. M

b. Tempat, Tanggal Lahir : Bantul, 03 Juli 1985

c. Rekam Medis : 07.08.97

d. Status perkawinan : Menikah

e. Agama : Islam

f. Diagnosa : Appendiksitis Akut

g. Tindakan opeasi : Appendictomy

h. Ruang : Recovery Room RSPAU dr. Harjolukito Yogyakarta

i. Jam/Tanggal : 13.00 WIB / 3 Mei 2018

j. Dokter DPJP : dr. Swagata, Sp. B.

2. Keadaan umum:

Kesadaran Compos Mentis Klien terpasang dower kateter no 16. Pasien

kulit teraba dingin

3. Keluhan umum:

Pasien mengatakan kakinya belum bisa digerakkan dan badannya terasa

dingin

4. Tanda- Tanda Vital:

1. Tekanan Darah : 112/ 75 mmHg

2. Nadi : 87 x/menit

3. Pernafasan : 20 x/menit

4. Suhu : 36OC
45

5. Bromage Score

Tabel 3.13 Bromage Score


Bromage Score Skor Evaluasi
Keterangan 15’ 15’ 15’
Tidak mampu menggerakan jari kaki 3 √
Mampu menggerakkan jari kaki 2 √
Mampu memfleksikan lutut 1 √
Mampu menggerakan kaki secara bebas 0 √
Jumlah 3 2 0

6. Morse Score

Tabel 3.14 Morse Score


Item Skala Skor
Resiko jatuh dalam bulan – Ya 25 0
bulan ini atau 3 bulan terakhir Tidak 0
Diagnosa Sekunder Ya 15 0
Tidak 0
Alat Bantu Pergerakan Bed rest/ Dibantu perawat 0 0
Berpegangan pada benda – 30
benda disekitar
Kruk / tongkat 15
Terapi Intravena Ya 20 20
Tidak 0
Gaya Berjalan Normal/Bedrest/Immobile 0 0
Lemah tidak bertenaga 10
Gangguan atau tidak normal 20
Status Mental Orientasi baik 0 0
Orientasi tidak realistik 15
Total 20
Keterangan
0-24 (Tidak Beresiko)
25-50 (Resiko Rendah)
≥51 (Resiko Tinggi)
46

7. Analisa data
Tabel 3.15 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS: Lingkungan Domain 11:
bersuhu rendah Keamanan/
- Pasien mengatakan belum bisa Perlindungan
menggerakkan kakinya Kelas 6:
- Pasien mengatakan badannya Termoregulasi
terasa dingin Hipotermi
DO: (00006)
O
- Suhu 36 C
- Pasien tampak menggigil dan kulit
teraba dingin
- Klien selesai dilakukan tindakan
Appendictomy
- Pasien post spinal anastesi
- RR : 20 X/menit
- Morse Score 20
- Bromage Score 3

8. Prioritas Diagnosa Keperawatan:

a. Hipotermi berhubungan dengan lingkungan bersuhu rendah


9. Rencana Asuhan Keperawatan

Tabel 3.16 Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


Hipotermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit Perawatan Hipotermi (3800)
dengan lingkungan diharapkan klien pulih setelah prosedur: 1. Monitor tanda-tanda vital pasien
bersuhu rendah NOC: Kontrol Resiko Hipotermi (1923) 2. Posisikan pasien semi fowler
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal 3. Kolaborasikan pemberian cairan
2. Status kenyamanan : Fisik (Pasien merasa tidak kedinginan) 4. Manajemen lingkungan
3. Kontrol resiko hipotermi pemberian penghangat pasif
(misalnya; selimut, penutup
Indikator Awal Target kepala, dan pakaian hangat)
Memonitor lingkungan terkait faktor yang 4 5 5. Manajemen lingkungan
menurunkan panas tubuh (192321) pemberian penghangat aktif
Memonitor status perubahan status kesehatan 4 5 (misalnya; blanket warmer)
(193322) 6. Tempatkan pasien pada posisi
Melakukan tindakan untuk mengontrol suhu 4 5 supine, meminimalkan perubahan
tubuh (192313) orthostatic
7. Monitor warna dan suhu kulit

47
10. Implementasi dan Evaluasi
Tabel 3.17 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi


Hipotermi berhubungan dengan 13.55 WIB 13.55 WIB
lingkungan bersuhu rendah 1. Memonitor tanda-tanda vital S:
pasien - Pasien mengatakan jari kaki sudah mulai bisa digerakkan
2. Memposisikan pasien supine - Pasien mengatakan badannya sudah mulai hangat
3. Berkolaborasi pemberian cairan O:
4. Manajemen lingkungan - Suhu 36,7OC
pemberian penghangat pasif dan - Pasien terpasang blanket warmer
aktif (memberikan pasien - Posisikan pasien supine
blanket warmer) - Kulit mulai hangat
5. Melakukukan pengecekan - Terapi cairan RL 20tpm
warna dan suhu kulit. - RR : 20 X/menit
- Tekanan Darah : 120/ 80 mmHg
- Nadi : 87 x/menit
- Pernafasan : 20 x/menit
- Bromage Score 2
A:
Masalah hipotermi teratasi
P:
Intervensi dihentikan selesai, hubungi perawat bangsal untuk
mengambil pasien

11. Persiapan serah terima dengan ruang perawatan Pukul 14.00 WIB
a. Menyiapkan dan menghubungi bangsal untuk mendapatkan perawatan selanjutnya
b. Melakukan serah terima klien dari RR (recovery room) ke bangsal
Melakukan serah terima patologi anatomi (PA) jaringan appendik
DAFTAR PUSTAKA

Ajidah & yusran Haskas. (2014). Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Peristaltik

Usus pada Pasien Pasca Operasi Laparatomi di Ruang Rawat Inap RSUP

dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Jurnal Kesehatan STIKes Nani

Hasanuddin Makassar. vol.3 no. 6 Tahun 2014 ISSN:2302- 1721

Anonim. 2011. Memahami Berbagai Macam penyakit. Dialihbahasakan oleh

Paramita. Jakarta : PT Indeks.

Brunicardi F , Dana Andersen , Timothy Billiar , David Dunn, John Hunter ,

Jeffrey Matthews, et al. 2009. Scwartz’s principles of surgery, 9th ed.

USA : McGraw-Hill Professional

Craig S., 2010. Acute Appendicitis. Diunduh dari :

http://emedicine.medscape.com/article/773895-overview diakses tanggal

10 Mei 2018

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006, Profil Kesehatan 2005. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009, Profil Kesehatan 2008. Jakarta

Eylin, 2009. Karakteristik Pasien dan Diagnosis Histologi pada Kasus Apendisitis

Berdasarkan Data Registrasi di Departemen Patologi Anatomi Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia RSCM pada Tahun 2003 – 2007.

Jakarta:Universitas Indonesia

Mansjoer A. dkk, (2010), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media

Aesculapius

Mazziotti, M. V., et al., 2008. Appendicitis: Surgery Perspective. Diunduh dari :

http://emedicine.medscape.com/article/773896-overview diakses tanggal

10 Mei 2018

49
Paudel GR., et al., 2010, Conservative Treatment in Acute Appendicitis,

Departmen of Surgery, Departemant of Dermatology and Clinical

Epidemiology Unit, B. P. Kairala Institute of Health Sciences, Dharan,

Nepal. Vol. 50, No. 4, Issue 180

Philip J.Deakin, 2007, Essential Surgery, Problem, Diagnosis & Management, 4

th ed. Chapter 28, United Kingdom States.Am J Epidemiol

Price, A. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Proses-Proses Penyakit, Edisi IV.

Jakarta: EGC.

Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta: EGC

Sjamsuhidayat R, W De Jong, 2010. Buku ajar ilmu bedah, edisi 3. Jakarta :

EGC;.

Smeltzer, Suzanne, C. Bare Brenda, G. 2004. Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah Brunner & Suddarth, Edisi VIII. Jakarta: EGC.

Rukmono, 2011. Bagian Patologik Anatomik, Fakultas KedokteranUniversitas

Indonesia, Jakarta

Snell, R. S. 2012. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Dialih bahasakan oleh

Sugarto L. Jakarta:EGC.

Sherwood, L., 2009. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi VI. Jakarta :

EGC

Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan

Medikal BedahBrunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh

Agung Waluyo (dkk), EGC, Jakarta. Papaziogas, 2009

World Health Organization, 2009, WHO Guidelines for Safe Surgery: Safe

Surgery Saves Lives, WHO Press, Geneva

Anda mungkin juga menyukai