Anda di halaman 1dari 24

N MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

ANSIETAS

Anggota : Gusti rengga dinata


Mishbakhul Huda
Nuraini
Zilvia permana
Zumrotul Mufida
Kelas : VI B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

TAHUN 2014
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
judul Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Ansietas dan selesai tepat pada waktunya tanpa
halangan suatu apapun.

Makalah ini disusun dengan harapan agar tiap mahasiswa mampu berfikir kritis, rasional
dan kreatif dalam menanggapi isu dan trend dalam dunia Kesehatan saat ini, serta mampu
memberikan pelayanan yang tepat dan profesional kepada pasien.

Dalam penyusunan makalah ini kami tidak luput dari berbagai pihak yang terkait. Oleh
karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada:

a) Direktur STIKES ICME Jombang, Drs.M.Zainal Arifin,M.Kes yang menyediakan


sarana dan prasarana dalam menyediakan bahan ajar atau sumber, sehingga kami
dapat memiliki sumber-sumber acuan dalam pengajaran makalah ini.

b) Pembimbing akademik 6-B S1 Keperawatan,

c) dosen pembimbing dari mata kuliah Keperawatan Jiwa yang telah memberikan
tugas kepada kami sehingga kami dapat mengerti dan memahamai bab yang kami
bahas.

Penyusun menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan, dalam
bahasa maupun materi. Sehingga kami berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi para
pembaca khususnya di bidang kesehatan.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang sifatnya membangun dalam rangka penyempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jombang, 1 april 2014


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Takut dan Cemas merupakan suatu perasaan yang bisa dialami oleh setiap orang dalam
kehidupannya setiap hari. Setiap orang akan mengalaminya pada waktu yang berbeda-beda.
Takut dan cemas sering berhubungan erat. Saat orang merasa takut akan sesuatu, orang tersebut
sering merasa cemas juga. Walaupun perasaan cemas dan takut keduanya berhubungan erat,
keduanya berbeda.
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala
somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomic (SSA).
Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi
emosi.
Rasa khawatir, gelisah, takut, waswas, tidak tenteram, panik dan sebagainya merupakan
gejala umum akibat cemas. Namun sampai sebatas mana situasi jiwa berupa cemas itu dapat
ditoleransi oleh seorang individu sebagai kesatuan utuh. Karena seringkali cemas
menimbulkan keluhan fisik berupa berdebar-debar, berkeringat, sakit kepala, bahkan gangguan
fungsi seksual dan beragam lainnya.
Begitu banyak manifestasi gejala akibat cemas. Begitu banyak pula penderita yang terkecoh,
menganggap fisiknya yang sakit, sehingga mereka gonta-ganti dokter sampai minta dilakukan
operasi dan bahkan ada yang minta bantuan dukun. Dengan begitu, bahwa cemas menjadikan
seseorang tidak rasional lagi. Karena itu, selagi Anda masih dapat berpikir rasional, kenalilah
gejala cemas yang sakit (anxietas) itu.
Kecemasan pada umumnya berhubungan dengan adanya situasi yang mengancam atau
membahayakan. Dengan berjalannya waktu, keadaan cemas tersebut biasanya akan dapat teratasi
sendiri. Namun, ada keadaan cemas yang berkepanjangan, bahkan tidak jelas lagi kaitannya
dengan suatu faktor penyebab atau pencetus tertentu. Hal ini merupakan pertanda gangguan
kejiwaan yang dapat menyebabkan hambatan dalam berbagai segi kemampuan dan fungsi sosial
bagi penderitanya. Tidaklah mudah untuk membedakan cemas yang wajar dan cemas yang sakit.
Karena keduanya merupakan respons yang umum dan normal dalam kehidupan sehari-hari.
Perkiraan prevalensi gangguan ansietas di masyarakat (per 1000 orang) adalah: gangguan
ansietas menyeluruh 30, gangguan panik 15, agoraphobia 20, fobia sosial 30, fobia sederhana 45,
dan gangguan obsesif-kompulsif (yang tidak berkomorbid dengan gangguan ansietas lain) 10.
(Narrow, et al., 2002)
Di pelayanan kesehatan primer prevalensinya adalah: gangguan ansietas menyeluruh 7,9%,
dan gangguan panic/agoraphobia 2,6%. Maramis, 2009)

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian dari Ansietas ?
1.2.2 Bagaimana tanda dan gejala ansietas ?
1.2.3 Berapakah tingkatan dalam ansietas / klasifikasi ?
1.2.4 Bagaimanakan cara menilai tingkat Ansietas ?
1.2.5 Apa factor predisposisi dan factor prepitasi dari ansietas ?
1.2.6 Bagaimana askep pada gangguan ansietas ?

1.3 Tujuan
Tujuan umum
1.3.1 Untuk mengetahu asuhan keperawatan dengan pasen ansietas
Tujuan khusus
1.3.2 Untuk Mengetahui pengertian dari ansietas
1.3.3 Untuk Mengetahui tanda dan gejala ansietas
1.3.4 Untuk Mengetahui tingkatan tingkatan/klasifikasi ansietas
1.3.5 Untuk Mengetahui cara menilai tingkatan ansietas
1.3.6 Untuk Mengetahui factor predisposisi dan prepitasi dari ansietas
BAB II
KONSEP TEORI

1. Definisi

Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi
(Videbeck,2008).
Ansietas atau kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik yang secara
subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal (Suliswati, 2005).
Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai berbagai gejala
sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau
penderitaan yang jelas bagi pasien (Mansjoer, 1999).
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ansietas adalah respons emosi
tanpa objek, berupa perasaan takut dan kekhawatiran yang tidak jelas dan berlebihan dan disertai
berbagai gejala sumatif yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau
penderitaan yang jelas bagi pasien.

2. Tanda dan Gejala Ansietas

Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas (Hawari,
2008), antara lain sebagai berikut :
Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.
3. Tingkatan Ansietas
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan, yang
bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami, dan seberapa baik individu
melakukan koping terhadap ansietas.

Menurut Peplau (dalam, Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh
individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.

Respon adaptif - Respon Maladaptif

___________________________________________________________________

antisipasi ringan sedang berat panik

a. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan
perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan
perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan
melindungi diri sendiri.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :
Respons fisik
Ketegangan otot ringan
Sadar akan lingkungan
Rileks atau sedikit gelisah
Penuh perhatian
Rajin
Respon kognitif
Lapang persepsi luas
Terlihat tenang, percaya diri
Perasaan gagal sedikit
Waspada dan memperhatikan banyak hal
Mempertimbangkan informasi
Tingkat pembelajaran optimal
Respons emosional
Perilaku otomatis
Sedikit tidak sadar
Aktivitas menyendiri
Terstimulasi
Tenang
b. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang benar-
benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi.

Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut :
Respon fisik :
Ketegangan otot sedang
Tanda-tanda vital meningkat
Pupil dilatasi, mulai berkeringat
Sering mondar-mandir, memukul tangan
Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
Respons kognitif
Lapang persepsi menurun
Tidak perhatian secara selektif
Fokus terhadap stimulus meningkat
Rentang perhatian menurun
Penyelesaian masalah menurun
Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
Respons emosional
Tidak nyaman
Mudah tersinggung
Kepercayaan diri goyah
Tidak sabar
Gembira
c. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan
respons takut dan distress.

Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :
Respons fisik
Ketegangan otot berat
Hiperventilasi
Kontak mata buruk
Pengeluaran keringat meningkat
Bicara cepat, nada suara tinggi
Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
Rahang menegang, mengertakan gigi
Mondar-mandir, berteriak
Meremas tangan, gemetar
Respons kognitif
Lapang persepsi terbatas
Proses berpikir terpecah-pecah
Sulit berpikir
Penyelesaian masalah buruk
Tidak mampu mempertimbangkan informasi
Hanya memerhatikan ancaman
Preokupasi dengan pikiran sendiri
Egosentris
Respons emosional
Sangat cemas
Agitasi
Takut
Bingung
Merasa tidak adekuat
Menarik diri
Penyangkalan
Ingin bebas

4. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005).
Adapun beberapa penyebabnya antara lain adalah :
Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis
yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik
antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan
kecemasan pada individu.
Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara
realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang
berdampak terhadap ego.
Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap
integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola
mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga
5. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan
timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan
menjadi dua bagian, yaitu :
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang
meliputi:
Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi
suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat
kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas
fisik juga dapat mengancam harga diri.
Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status
pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

6. Patofisiologi
Ansietas di tandai dengan gejala gejala seperti cemas khawatir, tegang serta
mengalamigangguan pola tidur yang di sebabkan karena beberapa factor yaitu bias
karena peristiwa traumatic, konflik emosional, frustas, maupun konsep diri yang
terganggu. Dari semua itu dapat menimbulkan 3 kriteria ansietas yaitu ansietas ringan
sedang berat, dari ansietas berat dapat mendimbulkan resiko menarik diri, perilaku
menyerang.

7. Pohon Masalah

Resiko menarik diri perilaku menyerang

Cemas / Ansietas ( core problem )

Kurang pengetahuan pengalaman yang kurang menyenangkan

8. Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik),
psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian
berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
Makan makan yang bergizi dan seimbang.
Tidur yang cukup.
Cukup olahraga.
b. Terapi psikofarmaka.
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-
obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka
yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi somatic.
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat
dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan
somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang
bersangkutan.
d. Psikoterapi
e. Terapi psikoreligius.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ANSIETAS

A. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
a) Teori Psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, ID
dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan
dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego
bahwa ada bahaya.
b) Teori Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari
hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan,
trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan
spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan
ansietas yang berat.
c) Teori Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang
pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya
dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas
pada kehidupan selanjutnya.
d) Kajian Keluarga
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam
suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara
gangguan ansietas dengan depresi.
e) Kajian Biologis
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor
ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam aminobutirik.
Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam
mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin.
Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata
sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi
stressor.
2. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor pencetus
dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang
akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari-
hari.
b) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga
diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
3. Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan perilaku
dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya
melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan
tingkat kecemasan.

Sistem Tubuh Respons


Kardiovaskuler Palpitasi.
Jantung berdebar.
Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.
Pernafasan Napas epat.
Pernapasan dangkal.
Rasa tertekan pada dada.
Pembengkakan pada tenggorokan.
Rasa tercekik.
Terengah-engah.
Neuromuskular Peningkatan reflek.
Reaksi kejutan.
Insomnia.
Ketakutan.
Gelisah.
Wajah tegang.
Kelemahan secara umum.
Gerakan lambat.
Gastrointestinal Kehilangan nafsu makan.
Menolak makan.
Perasaan dangkal.
Rasa tidak nyaman pada abdominal.
Rasa terbakar pada jantung.
Diare.
Perkemihan Tidak dapat menahan kencing.
Sering kencing.
Kulit Rasa terbakar pada mukosa.
Berkeringat banyak pada telapak tangan.
Gatal-gatal.
Perasaan panas atau dingin pada kulit.
Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.

Tabel 1. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.


Sistem Respons
Perilaku Gelisah.
Ketegangan fisik.
Tremor.
Gugup.
Bicara cepat.
Tidak ada koordinasi.
Kecenderungan untuk celaka.
Menarik diri.
Menghindar.
Terhambat melakukan aktifitas.
Kognitif Gangguan perhatian.
Konsentrasi hilang.
Pelupa.
Salah tafsir.
Adanya bloking pada pikiran.
Menurunnya lahan persepsi.
Kreatif dan produktif menurun.
Bingung.
Khawatir yang berlebihan.
Hilang menilai objektifitas.
Takut akan kehilangan kendali.
Takut yang berlebihan.
Afektif Mudah terganggu.
Tidak sabar.
Gelisah.
Tegang.
Nerveus.
Ketakutan.
Alarm.
Tremor.
Gugup.
Gelisah.

Tabel 2. Respon Perilaku Kognitif.


4. Sumber Koping
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber koping
tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok, kemampuan
penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang
mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping
yang berhasil.
5. Mekanisme Koping
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan faktor
utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang
mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan
kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme
koping yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal,
memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri
pada orang lain (Suliswati, 2005).
Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik membutuhkan
banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat dilakukan ada
dua jenis, yaitu :
1) Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin
dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi
kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk
mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.
a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk
memindahkan seseorang dari sumber stress.
c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan
personal seseorang.
2) Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu
sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk
melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya
mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk
menilai penggunaan makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau
maladaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut :
a. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan
klien.
b. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya
terhadap disorganisasi kepribadian.
c. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan
klien.
d. Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.
6. diagnose keperawatan
a) Anxietas berhubungan dengan Koping individu tidak efektif
7. Intervensi keperawatan
Ansietas : suatu kereashan,perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudah atau drad yang
di sertai dengan respon autonomis.
Batasan karakteristik :
- Gerakan berlebihan
- Kegelisahan
- Cemas
- Gemetar
- Ketakutan
- Marah
Hasil yang disarankan NOC :
- Control agresi : kemampuan untuk menahan perilaku kekerasan,kekacauan, perilaku
destruktif pada orang lain
- Control ansietas ; kemampuan untuk menghilangkan atau mengurangi perasaan
khawatir dan tegang dari suatu sumber yang tidak dapat di identifikasi
- Koping : tindakan untuk mengatasi streesor yang membebani
Tujuan dan Kh :
- Ansietas berkurang, di buktikan dengan : menunjukkan control agresi, ansietas,
koping , dll
- Menunjukkan control ansietas
Intervensi NIC
- Kaji dan dokumentasi tingkat kecemasan pasien
- Kembangkan rencanan pengajaran dengan tujuan yang realistis, termasuk kebutuhan
untuk pengulangan , dukungan , dan pujian
- Berikan pengobatan untuk mengurangi ansietas, sesuai dengan kebutuhan
- Beri doronganan kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk
mengeksternalisasikan ansietas
- Sediakan pengaliahan memalui televisi,radio, permainan untuk mengurangi ansietas
- Kurangi rangsangan berlebihan, dengan menyediakan lingkungan yang tenang
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan
tak berdaya dan tidak pasti, tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara subyektif dan
dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas merupakan suatu sensasi distress psikologis
(buku keperawatan jiwa edisi 5 hal 144). Kecemasan adalah perasaan individu dan pengalaman
subjektif yang tidak diamati secara langsung dan perasaan tanpa objek yang spesifik dipacu oleh
ketidak tahuan dan didahului oleh pengalaman yang baru (Stuart dkk,1998)
Ada berbagai macam tingkat ansietas yaitu ingkat ansietas Ansietas ringan, ansietas
sedang, ansietas berat, ansietas panic selain itu gangguan terkait ansietas pun sangat beragam
diantaranya agoraphobia, gangguan ansietas umum dan gangguan obsesif kompulsif

Saran
Dalam mengatasi ansieta tidak hanya terapi farmakologis yang diberikan akan tetapi efek
terepeutik dari perawat sangat membantu dalam proses kesembuhan klien dengan ansietas. Agar
efek dari ansietas dapat konstruktif individu hasrus dapat menggunakan koping yang efektif
sehingga efek destruktif dari ansietas dapat dihindari.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J., !998. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 6. Alih Bahasa : Yasmin Asih.
Editor Monica Aster, Jakarta : EGC.

Keliat, Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih, Jakarta :
EGC

,2000. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih, Jakarta : EGC.

Townsend, M. C., 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri. Edisi 3.
Alih Bahas Novi Helena. Rditor Monica Ester, Jakarta : EGC.

Rasmun, 2001, Kepwrawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga. Edisi
Pertama, Jakarta : CV, Sagung Seto.

Struart, G.W., S undeen, S.J., 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3, Jakarta
DIALOG ANSIETAS
1. Perawat 2 : zumrotul mufidah
2. Orang ansietas : misbahul huda
3. Keluarga (ibu) : Silvia
4. Perawat 1 : Nur Aini
5. Dokter : Gusti Rengga dinata

pasien mengalami ansietas di karenakan kebingungan dan cemas terlalu memikirkan


apakah bisa menjadi anggota caleg apa tidak

Di rumah : ( terlihat menyendiri dan merasa gelisah )

Ibu : ( mendatangi anaknya (sie ansietas) ): nak kok saya lihat akhir akhir ini kok terlihat
gelisah, apakah ada sesuatu yang kamu fikirkan

Pasien : ohtidak bu..hanya sedikit khawatir dan cemas, mengenai pemilihan caleg yang di
adakan 1 minggu lagi

Ibu : jangan terlalu berfikir nakurusan menang atau kalah kita pasrahkan kepada yang
di atas saja nak

Pasien : ( terlihat mondar mandir, wajahnya pucat)

Ibu : kamu ini kenapa nak?? Akhir akhir ini kok sering mondar mandir, serta wajahmu
terlihat pucat apakah kamu itu sakit nak?

Pasien : kamu ini kenapa toh buk?? Setiap hari menanyakan keadaan saya terus, saya itu
tidak apa apa, saya lo baik baik saja ibu tidak usah mengkhawatirkan saya

Ibu : ( mempunyai inisiatif untuk menanyakan ketetangga sebelah kebetulan tetangganya


seorang perawat)

Akirnya si ibu memutuskan untuk pergi kerumah ibu perawat tetangga.

Ke rumah perawat
ibu : permisi

Perawat: iyaada apa bu?? Silahkan masukAda yang bisa saya bantu bu?

Ibu: iya bu perawat, disini saya pengen minta bantuan apakah ibu perawat tidak keberatan

Perawat: iya..tentu saja tidak keberatan ada apa bu??


Ibu: begini lo bu akhir akhir ini saya terlihat gelisah (cemas) wajahnya pucat, serta mondar
mandir tidak jelas seperti orang bingung itu kenapa ya??

Perawat: oowhitu tanda gejala ansietas buadapun factor-faktor penyebabnya adalah


stressor, mungkin anak ibu menghadapi masalah. Dan gejala-gejala yang timbul salah satunya
gemeteran, gelisah, sering mondar mandir tidak jelas dll

Ibu: iya bu perawat mungkin anak saya terlalu memikirkan pemilihan calon legislative. Munkin
dia takut tidak jadi menang, apakah ada solusi untuk anak saya bu??

Perawat: iya..ini, ibu bisa mendampingi anak ibu, alihkan perhatian kalau anak ibu terlihat
gelisah sering mondar mandir. Dengan mengajak komunikasi atau membuatkan makanan
kesukaannya kalau memang tidak bisa dengan saja anak ibu ke rumah sakit jiwa

Ibu: terimakasih atas sarannya (pulang ke rumah)

Di rumah

Pasien: (masih terlihat mondar mandir dan gelisah)

Ibu: ( mencoba mengalihkan perhatian)

Naksedang apa kamu?? Ini saya belikan jagung manis,

Pasien: iya..terimakasihtolong taruh meja saja

Keesokan harinya (.kukuruyuk)

Pasien: ( terlihat marah marah sendiri, gelisah, mondar mandir tidak jelas )

Ibu: kamu ini kenapa toh nak?? Kok marah marah sendiri?? Kamu ada apa?

Pasien: ibu ini kenapa kok dari kemaren Tanya terus!!! Saya itu lagi bingung, saya itu takut
kalau gagal dalam pemilihan caleg, jadi ibu diam saja. Gak usah banyak bicara (sambil banting
piring)

Lama kelamaan ibu merasa takut dan memutuskan membawa anaknya membawa ke RSJ

Ibu: permisi ibu perawat perawat

Perawat 2: iya ibu..ada apa, apakah ada yang bisa saya bantu?? Dan cemas, dan sekarang tambah
parah sering marah marah sendiri, seruing mondar mandir gak jelas

Perawat: iya bu..kami akan berusaha mengobati anak ibu supaya bisa sembuh.

Ibu: terimakasih bu
Proses keperwatan pada saat dirumah sakit jiwa

Pasien : terlihat mondar mandir, gelisah, cemas, satu wajah pucat

Perawat 2 : selamat siang bapak. Bagaimana keadaan siang hari ini ?

Pasien : ( mondar mandir dan gelisah)

Saya ini tidak apa-apa. ibu ini kenapa? Kok Tanya muluh,,

Perawat : bapak disini saya perawat ,,, akan merawat bapak kedepannya kalau bapak butuh apa-
apa. Bapak tinggal bilang saja kepada saya.

Pasien : ya ,,, (gelisah)

Diruang perawat

Dokter : bagaimana keadaan pasien ?

Perawat : ya,, begitulah dok,,, pasien sangat takut kalau kalah dalam calon legeslatif sehingga
merasa cemas berlebihan.

Dokter : boleh saya melihat data-data pasien tersebut? Dan tolong antar saya ke pasien

Perawat : baik dok,, ini data-data pasien,,, mari saya antar ke pasien 5 menit kemudian

Dokter : ini tolong diberikan obat dan ini resepnya dan tolong kasih kependekatan-
pendekatannya

Perawat : baik dok,,

Di ruang perawat.

Perawat: bu. Ini pasien yang bernama huda keadaannya cemas yang berlebih / ansietas berat.
Ibu maunya dirawat jalan atau dirawat disini

Ibu: kalau dirawat dirumah bagaimana ya bu?

Perawat: kalau ibu pengen dirawat dirumah itu harus dengan pejagaan yang ekstra. Takutnya
kalau si pasien (bapak huda) melakukan hal yang tidak diinginkan

Ibu: iya saya mengerti , saya berusaha merawat bapak huda

Perawat: dan ini obatnya ibu, untuk bapak huda dimunum rutin 3x1 sehari, disisi lain ibu harus
mengalihkan perhatian dengan mengajaknya bicara atau hal-hal yang lainnya.

Ibu: iya bu terima kasih

Anda mungkin juga menyukai