Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Asuhan Keperawatan Osteomielitis

Dosen Pengampu Mata Kuliah


Ni Putu Sumartini, M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 7


Nama Anggota Kelompok :

1. Firda Aulia Hasanah NIM. P07120120010


2. Indah Rizqi Nurwakhidah NIM. P07120120013
3. Mahesa Septianda Putri NIM. P07120120017
4. Ni Kadek Anggreni NIM. P07120120020
5. Trie Mulia Hanumsari NIM. P07120120037

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepadat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia – Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah
ini dengan tepat waktu yang berjudul “Asuhan Keperawatan Osteomielitis”
Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II, yaitu Ibu Putu Sumartini, M.Kep. atas ilmu yang telah diberikan
sehingga sangat membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Terimakasih pula
kami ucapkan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam proses pembuatan makalah
sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Besar harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai informasi
ataupun pengetahuan bagi pembaca dan dapat membantu mahasiswa dalam belajar
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.

Mataram, 24 Februari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii----------------

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................... 2
C. Tujuan....................................................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN
Konsep Teori Osteomielitis
D. Pengertian................................................................................................................. 3
E. Etiologi...................................................................................................................... 4
F. Anatomi dan Fisiologi Tulang.................................................................................. 4
G. Patofisiologi ............................................................................................................. 7
H. Pathway..................................................................................................................... 8
I. Manifestasi Klinis..................................................................................................... 9
J. Pemeriksaan Penunjang............................................................................................ 10
K. Pencegahan............................................................................................................... 11
L. Pengobatan................................................................................................................ 11
M. Komplikasi ............................................................................................................... 112
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan........................................................................................... 13
B. Diagnosa Keperawatan.............................................................................................. 13
C. Intervensi Keperawatan............................................................................................. 18
D. Implementasi Keperawatan....................................................................................... 25
E. Evaluasi Keperawatan............................................................................................... 25

3
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................... 26
B. Saran.......................................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 27

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem utama
sistem muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang,
sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur ini. Beragamnya jaringan dan organ system
muskuloskeletal dapat menimbulkan berbagai macam gangguan. Beberapa
gangguan tersebut timbul pada sistem itu sendiri, sedangkan gangguan yang
berasal dari bagian lain tubuh tetapi menimbulkan efek pada sistem
muskuloskeletal. Tanda utama gangguan sistem muskuloskeletal adalah nyeri
dan rasa tidak nyaman, yang dapat bervariasi dari tingkat yang paling ringan
sampai yang sangat berat (Price, Wilson, 2005 dalam Rista, dkk, 2017).
Salah satu gangguan tersebut adalah osteomielitis. Osteomielitis
adalah radang tulang yang disebabkan oleh organisme piogenik, walaupun
berbagai agen infeksi lain juga dapat menyebabkannya, gangguan ini dapat
tetap terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum,
korteks, jaringan kanselosa, dan periosteum (Dorland, 2002 dalam Rista, dkk,
2017).
Osteomielitis merupakan inflamasi pada tulang yang disebabkan
infeksi piogenik atau non-piogenik seperti Micobacterium tuberkulosa atau
Staphylococcus aureus. Infeksi dapat terbatas pada sebagian kecil tempat pada
tulang atau melibatkan beberapa daerah seperti sum-sum, perioesteum, dan
jaringan lunak disekitar tulang. Kunci keberhasilan penatalaksanaan
osteomielitis adalah diagnosis dini dan operasi yang tepat serta pemilihan
jenis antibiotik yang tepat. Secara umum, dibutuhkan pendekatan
multidisipliner yang melibatkan ahli orthopaedi, spesialis penyakit infeksi,

5
dan ahli bedah plastik pada kasus berat dengan hilangnya jaringan lunak.
(Rista, dkk, 2017).
Osteomielitis dapat terjadi pada semua usia tetapi sering terjadi pada
anak – anak dan orang tua, juga pada orang dewasa muda dengan kondisi
kesehatan yang serius. Diagnosa osteomielitis ditegakkan berdasarkan
gambaran klinis penyakit dan juga gambaran radiologic.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori osteomielitis?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan osteomielitis?

C. Tujuan
1. Menjelaskan konsep penyakit osteomielitis.
3. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan osteomielitis.
1.

6
BAB II
PEMBAHASAN

Konsep Teori Osteomielitis

A. Pengertian
Chairuddin (2013: 27) dalam buku Nurarif A.H, dkk menyatakan
bahwa Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan medulla tulang, baik
karena infeksi piogenik atau non piogenik misalrya Micobacterium
ruberkulosa.
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang, dengan sebagian besar kasus
disebabkan oleh Staphylococcus aureus, penyebab lainnya antara lain infeksi
tuberlkulosis dan Salmonella pada peiyakit sel sabit (Pradip R.P, 2007: 472)
Istilah osteomielitis diartikan sebagai inflamasi pada sum-sum tulang.
Secara klinis osteomielitis merupakan infeksi pada tulang. Osteomielitis
biasanya dimulai pada rongga sumsum tulang, termasuk tulang kanselous, lalu
menyebar ke tulang kortikal dan periosteum. Diagnosis pasti dari osteomielitis
hanya dapat dilak ukan dengan pemeriksaan histopatologi dan kultur
mikrobiologi, termasuk actinomyces dan nocardia, dan tes sensitivitas (Faisal,
dkk.2020).

7
B. Etiologi
Osteomielitis disebebkan karena adanya infeksi yang disebabkan olch
penyebaran hematogen (melalui darah) biasanya terjadi ditempat dimana
terdapat trauma atau terdapat resistensi rendeh, kemungkinan akibat trauma
subklinis tak jelas. Selain itu dapat juga berhubungan dengan penyebaran
infeksi jaringan lunak, atau kontaminasi langsung tulang. Infeksi ini dapat
timbul akut dan kronik.
Smelizer, dkk (2015: 27) dalam buku Nurarif A.H, dkk menyatakan
bahwa Adapun faktor penyebab Osteomielitis adalah:
1. Bakteri
2. Menurut joyce dan Hawks (2005) dalam buku Nurarif Amin Huda, dkk
penyebab osteomielitis adalah Staphylococcus aureus (70%-80%), sclain
itu juga bisa disebabkan oleh. Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella,
Salmonella, dan Proteus.
3. Virus, jamur dan mikroorganismc lain.
Osteomielitis akut dan kronik:
1. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistcmik maupun
manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat.
2. Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak
ditangani dengan baik, dan akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas.

C. Anatomi Dan Fisiologi Tulang


1. Anatomi Tulang
Tulang tediri dari materi intra sel, baik berupa sel yang hidup
ataupun sel yang tidak hidup. Bahan-bahan tersebut berasal dari embrio
hialin tulang rawan melalui osteogenesis kemudian menjadi tulang, proses
ini oleh sel-sel yang disebut osteoblas. Kualitas kerasnya tulang
merupakan hasil deposit kalsium.

8
Fungsi tulang adalah sebagai berikut, yaitu:
a. Menahan jaringan tubuh dan memberi bentuk kepada kerangka tubuh
b. Melindungi organ-organ tubuh (contoh tengkorak melindungi otak)
c. Untuk pergerakkan (otot melekat pada tulang untuk berkontraksi dan
bergerak)
d. Merupakan gudang untuk menyimpan mineral (contoh kalsium).
2. Fisiologi Tulang
Tulang adalah suatu jaringan yang tersusun dari tiga jenis sel :
osteoblas, osteosit, dan osteoklas
a. Osteoblas
Membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
proteoglikin sebagai martiks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu
proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan
jaringan osteoid, osteoblas menyekresikan sejumlah besar fosfatase
alkali yang memegang peranan penting dalam mengedepankan
kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang
b. Osteosit

Adalah sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan


untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat

c. Osteoklas

Adalah sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral


dan matriks tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan
osteosit, osteoklas mengikis tulang.

1) Dalam keadaan normal, tulang mengalami pembentukan dan


absorbs pada suatu tingkat yang konstan, kecuali pada masa
pertumbuhan kanak-kanak yang lebih banyak terjadi pembentukan
dari pada absorbi tulang. Proses ini penting untuk fungsi normal

9
tulang, keadaan ini membuat tulang dapat berespon terhadap
tekanan yang meningkat dan mencegah terjadi patah tulang
2) Bentuk tulang dapat disesuaikan untuk menanggung kekuatan
matriks yang semakin meningkat. Perubahan tersebut juga
membantu mempertahankan kekuatan tulang pada proses penuaan.
Matriks organic yang sudah tua berdegenerasi sehingga membuat
tulang relative menjadi lemah dan rapuh. Pembentukan yang baru
memerlukan matriks organic baru sehingga memberi tambahan
kekuatan pada tulang (Arif M, 2008:9)
3) Femur atau tulang paha adalah tulang terpanjang dari tubuh.
Tulang itu bersendi dengan asetabulum dalam formasi persendian
panggul dan dari sini menjulur medial ke lutut dan membuat sendi
dengan tibia. Tulangnya berupa tulang pipa dan mempunyai
sebuah batang dan dua ujung.
4) Ujung atas memperlihatkan sebuah kepala yang menduduki dua
pertiga daerah itu dipuncaknya ada lekukan seperti bentuk kulit
telur dengan permukaan kasar, untuk kaitan ligamentum teres.
Dibawah kepala ada leher yang panjang dan gepeng. Pada dataran
di tempat leher menjadi batang, disebelah dalam terdapat trokanter
mayor dan di sebelah luar terdapat trokanter minor
5) Pada dasar leher tulang ada dua garis yang menghubungkan
trokanter mayor dan minor, yaitu garis intertrokanter, dan Krista
intertrokanter di sebelah belakang, yang terakhir ditandai sebuah
tuberkel tulang, yaitu tuberkel kuadratum di pertengahan
panjangnya.
6) Batang femur berbentuk silinder, halus, dan bundar di depan dan
disisi-sisinya melengkung ke depan dan di belakang ada belebas
yang sangat jelas, disebut linea aspera, tempat kaitan sejumlah
otot, diantaranya aduktor paha. Femur membentuk persendian

10
dengan tiga tulang, tulang koksa, tulang tibia, dan patella tetapi
tidak bersendi dengan tulang fibula (Evelyn P.C,2016:93-96)

D. Patofisiologi
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi
tulang. Organism patogenik lainnya yang sering dijumpai pada osteomielitis
meliputi proteus, pseudomonas, dan Escherichia coli.
Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam
3 bulan pertama akut fulminan (stadium 1) dan sering berhubungan dengan
penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat
(stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulang detelah pembedahan.
Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen
dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan. (M. Clevo R,dkk,
2012:196)
Mikroorganisme memasuki tulang melalui jalur hematogen, penularan
langsung dari tempat infeksi, atau melalui luka tusuk, trauma, iskemia, dan
benda asing memperbesar kerentanan tulang terhadap masuknya mikroba.
Fagosit berusaha mengatasi infeksi dan dalam prosesnya akan melepaskan
enzim yang melisisikan tulang. Nahan menyebar ke dalam saluran pembuluh

11
darah, meningkatkan tekanan dalam tulang dan mengannggu aliran darah. Jika
nanah menembus kosteks, aubperiosteum, atau jaringan lunak akan
membentuk abses dan periosteum yang terangkat mengedepankan tulang baru
(involukrum) di sekitar sekuesteum. Bakteri melepaskan diri dari pertahanan
tubuh melalui perlekatan yang mendasari dengan biofilm protektif.

E. Pathway

F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala Ostemielitis dalam Ambarwati, 2017:
1. Osteomielitis Akut
a. Infeksi dibawa oleh darah
1) Biasanya awitannya mendadak

12
2) Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikimia (misalnya:
menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise,
pembesaran kelenjar limfe regional).
b. Infeksi menyebar dari rongga sum-sum ke korteks tulang
Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat
nyeri tekan.
c. Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung
1) Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri, dan nyeri tekan
2) Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
3) Lab: anemia, leukositosis.
2. Osteomielitis Kronis
Gejala klinis osteomielitis kronis biasanya asimtomatik namun
bias saja timbul nyeri dengan intensitas yang berbeda – beda dan tidak
berhubungan dengan perluasan penyakit. Namun durasi nyeri secara
umum berhubungan dengan perluasan penyakit. Jarang ditandai oleh
terbentuknya eksudat. Pembengkakan pada rahang merupakan gejala yang
umum terjadi dan jarang terjadi kehilangan gigi.
a. Osteomielitis Kronis Supuratif
Gejala klinis osteomielitis kronis supuratif meliputi rasa sakit,
malaise, demam, anoreksia. Setelah 10 - 14 hari setelah terjadinya
osteomielitis supuratif, gigi-gigi yang terlibat mulai mengalami
mobiliti dan sensitif terhadap perkusi, pus keluar di sekitar sulkus
gingiva atau melalui fistel mukosa dan kutancus, biasanya dijumpai
halitosis, pembesaran dimensi tulang akibat peningkatan aktivitas
periosteal, terbentuknya abses, eritema, lunak apabila dipalpasi.
Trismus kadang dapat terjadi sedangkan limphadenopati sering
ditemukan. Temperatur tubuh dapat mencapai 38 – 390C dan pasien
biasanya merasa dehidrasi.

13
b. Osteomielitis Kronis Nonsupuratif
Istilah osteomielitis nonsupuratif menggambarkan bagian yang
lebih heterogenik dari osteomielitis kronis. Gejala klinis yang biasanya
dijumpai adalah rasa sakit yang ringan dan melambatnya petumbuhan
rahang. Gambaran klinis yang dijumpai adalah adanya sequester yang
makin membesar dan biasanya tidak dijumpai adanya fistel.
c. Garres Osteomielitis
Gambaran klinis yang dijumpai adalah bentuknya lebih
terlokalisir, keras, pembengkakan tulang mandibula yang tidak halus
pada bagian bawah dan samping pada tulang mandibula dan disertai
dengan karies pada molar satu. Gejala klinis yang dijumpai adalah
limphadenopati, hipepireksia dan biasanya tidak sertai dengan
leukositosis

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Osteomielitis Akut
Pemeriksaan sinar-X awalnya menunjukan pembengkakan jaringan
lunak, dan setelah dua minggu tedapat daerah dekalsifikasi ireguler,
nekrosis tulang, pengangkatan periosteum, dan pembentukan tulang bahu.

a. Pemeriksaan MRI
b. Pemeriksaan darah: leukosit meningkat dan peningkatan laju endap
darah.
c. Kultur darah dan kultur abses untuk menentukan jenis antibiotika yang
sesuai.
2. Osteomielitis Konik
a. Pemeriksaan sinar-X, besar, kavitas ireguler, peningkatan periosteum,
sequestra, atau pembentukan tulang padat.

14
b. Anemia biasanya dikaitkan dengan infeksi kronik.
c. Pemeriksaan laju sedimentasi dan jumlah sel darah putih (biasanya
normal) (Amin H.N, dkk, 2015: 28).

H. Pencegahan
Pencegahan osteomielitis adalah sasaran utamanya. Penanganan
infeksi fokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penangan
infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan
teliti dan perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat
menurunkan insiden osteomielitis pasca operasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang
memadai saat pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi
akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pasca operasi aseptik akan
menurunkan insiden infeksi superfisial dan potensial terjadinya osteomielitis.

I. Pengobatan
Memindahkan jaringan tulang nekrotik dan pengeringan nanah lokal
sering diperlukan untuk mempercepat penyembuhan. Biasanya, pasien
memerlukan antibiotik selama beberapa minggu untuk mengobati infeksi
dengan baik.
1. Debridement (memotong jaringan ) area untuk memindahkan jaringan
yang membusuk
2. Mengeringkan lokasi yang terkena infeksi
3. Memberikan antibiotik kedalam tubuh selama 4 sampai 6 minggu atau
secara oral selama 6 sampai 8 minggu :
Nafcilin, vancomycin, penicilin G, piperacilin, ticarcilin / celavulanate,
ampicilin / sulbactam, pipercilin / tazobactam, celindamycin, cefazolin,
linezolid, cetadizime, ciprofloxacin.
4. Memberikan analgesik untuk menghilangkan ketidak nyamanan:

15
Ibuprofen, naproxen, acetaminophen, oxycodone, hydrocodone (Mary D,
dkk, 2014: 279).

J. Komplikasi
1. Abses jaringan lunak
2. Fistula
3. Penyatuan epifisis premature
4. Deformitas
5. Artritis piogenik yang menyebabkan ankilosis tulang misalnya penyatuan
panggul (Peradip R. P, 2007: 219).

Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dan dasar utama dari
proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data-data.
1. Identitas pasien
Mencakup (Nama, Tgl masuk RS, TTL, Sumber Informasi, Umur,
Agama, Jenis Kelamin, Status Pernikahan, Pendidikan, Suku, Pekerjaan,
Lama Bekerja, Alamat).
2. Keluhan utama

16
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu
oleh klien pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat
keluhan utama (Riwayat alergi, Kebiasaan, Obat- obatan, Pola nutrisi,
eliminasi, istirahat tidur, aktivitas fisik, pola kerja
3. Riwayat Kesehatan Keluarga (genogram)
4. Riwayat Lingkungan
Meliputi kebersihan lingkungan, bahaya, polusi.
5. Aspek Psikososial
Yang dapat dikaji adalah pola piker dasn persepsi, persepsi diri,
suasana hati, hubungan/ komunikasi, kebiasaan seksual, pertahanan koping,
system nilai kepercayaan.
6. Pengkajian / Pemeriksaan Fisik
Dapat berupa pemeriksaan vital sign, kesadaran, keadaan umum serta
pemeriksaan head to toe.

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan buku Asuhan Keperawatan NANDA NIC – NOC Edisi
Revisi Jilid 3 Tahun 2015 dan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Edisi I Cetakan III dapat ditegakkan diagnose keperawatan pada osteomielitis
sebagai berikut:
1. Nyeri akut b.d agen idera biologis (abses tulang).
a. Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari
3 bulan.
b. Penyebab:
1) Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)

17
3) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangka berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tonus otot
menurun, ketidakmampuan mengabsorbsi makanan.
a. Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
b. Penyebab:
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5) Faktor ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi)
6) Faktor psikologis (mis. stres, keengganan untuk makan)
3. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan beban
berat badan.
a. Definisi: keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri

b. Penyebab:
1) Kerusakan integritas struktur tulang
2) Perubahan metabolism
3) Ketidakbugaran kendali otot
4) Penurunan kendali otot
5) Penurunan masa otot
6) Penurunan kekuatan otot
7) Keterlambatan perkembangan
8) Kelakuan sendi
9) Kontraktur

18
10) Malnutrisi
11) Gangguan musculoskeletal
12) Gangguan neuromuscular
13) Indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia
14) Efek agen farmakologis
15) Program pembatasan gerak
16) Nyeri
17) Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
18) Kecemasan
19) Gangguan kognitif
20) Keenganan melakukan pergerakan
21) Gangguan sensoripersepsi
4. kerusasakan integritas kulit b.d penurunan sirkulasi udara kepermukaan kulit
(tirah baring lama), tonjolan tulang.
a. Definisi: kerusakan kulit (dermis dan/epidermis) atau jaringan
(membrane mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul
sendi dan/atau ligament)

b. Penyebab:
1) Perubahan sirkulasi
2) Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
3) Kekurangan/kelebihan volume cairan
4) Penurunan mobilitas
5) Bahan kimia iritatif
6) Suhu lingkungan yang ekstrem
7) Faktor mekanis (mis. Penekanan pada tonjolang tulang, gesekan) atau
faktor elektris (elektrodiametri, energy listrik bertegangan tinggi)
8) Efek samping terapi radiasi

19
9) Kelembaban
10) Proses penuaan
11) Neuropati perifer
12) Perubahan pigmentasi
13) Perubahan hormonal
14) Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/melindungi
integritas jaringan.
5. Ketidakefektifan termoregulasi b.d proses penyakit (proses inflamasi,
kerusakan integritas kulit).
a. Definisi: Kegagalan mempertahankan sushu tubuh dalam rentang normal.
b. Penyebab:
1) Stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus
2) Fluktuasi suhu lingkungan
3) Proses penyakit (mis.infeksi)
4) Proses penuaan
5) Dehidrasi
6) Ketidaksesuaian pakaian untuk suhu lingkungan
7) Peningkatan kebutuhan oksigen
8) Perubahan laju metabolism
9) Suhu lingkungan ekstrim
10) Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan
11) Berat bdan esktrim
12) Efek agen farmakologis (mis.sedasi)
6. Gangguan citra tubuh b.d perubahan bentuk tulang, proses penyakit
(deformitas dan bau pada luka).
a. Definisi: Perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi fisik
individu.
b. Penyebab:

20
1) Perubahan struktur/bentuk tubuh (mis. amputasi, trauma, luka bakar,
obesitas, jerawat)
2) Perubahan fungsi tubuh (mis. proses penyakit, kehamilan,
kelumpuhan)
3) Perubahan fungsi kognitif
4) Ketidaksesuaian budaya, keyakinan atau sistem nilai
5) Transisi perkembangan
6) Gangguan psikososial
7) Efek tindakan/pengobatan (mis. pembedahan, kemoterapi, terapi
radiasi)
7. Resiko infeksi b.d port de entery kuman.
a. Definisi: Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
b. Faktor risiko:
1) Penyakit kronis (mis. Diabetes melitus)
2) Efek prosedur invasif
3) Malnutrisi
4) Peningkatan paparan organisme Patogen lingkungan
5) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer:
a) Gangguan perasristaltik
b) Kerusakan integritas kulit
c) Perubahan sekresi pH
d) Penurunan kerja siliaris
e) Ketuban pecah lama
f) Keruban pecah sebelum waktunya
g) Merokok
h) Statis cairan tubuh
6) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:
a) Penurunan hemoglobin
b) Imununosepresi

21
c) Leukopenia
d) Supresi respon inflamasi
e) Vaksinasi tidak adekuat

C. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan buku Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 1
Cetakan II dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi I Cetakan
III dapat dijabarkan intervensi keperawatan pada osteomielitis yaitu sebagai
berikut:
NO DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
1 Nyeri akut b.d agen PERBAIKI (Manajemen Nyeri)
idera biologis (abses Tujuan: Observasi
tulang). Setelah dilakukan  Identifikasi lokasi, karakteristik,
tindakan keperawatan durasi, frekuensi, kuaiitas,
3x24 jam tingkat nyeri intensitas nyeri
menurun  Identifikasi skala nyeri
Kriteria hasil:  Identifikasi respons nyeri non
a. Pasien mengatakan verbal
nyeri berkurang  Identifikasi pengetahuan dan
b. Tidak meringis keyaninan tentang nyeri
c. sikap protektif  Monitor efek samping
berkurang penggunaan analgetik
d. gelisah berkurang Terapeutik
e. tidak mengeluh  Berikan teknik nonfarmakologis
sulit tidur akibat untuk mengurangi rasa nyeri
nyeri (mis. TENS, hipnosis akupresur,
f. frekuensi nadi baik terapi musik, biofeedback, terapi

22
pijat, aromaterapi, teknik imajinas
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan
 Fasilitasi Istirahat dan tidur
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2 Ketidakseimbangan Tujuan: (Manajemen Nutrisi)
nutrisi kurang dari Setelah dilakukan Observasi
kebutuhan tubuh tindakan keperawatan  Identifikasi status nutrisi
b.dtonus otot 3x24 jam status nutrisi  Identifikasi makanan disukai
menurun, baik  Identifikasi kebutuhan kalori dan
ketidakmampuan Kriteria hasil: jenis nutrien
mengabsorbsi a. Porsi makanan  Monitor asupan makanan
makanan. dihabiskan  Monitor berat badan
b. Berat badan (IMT)
Terapeutik
dalam batas normal
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika pentu
 Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai

23
 Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. pereda nyeri,
antlemetik), jika perlu
3 Hambatan mobilitas Tujuan: (Dukungan Ambulasi)
fisik b.d nyeri, alat Setelah dilakukan Observasi
imobilisasi dan tindakan keperawatan  Identifikasi adanya nyeri atau
keterbatasan beban 3x24 jam mobilitas keluhan fisik lainnya
berat badan. fisik pasien dapat  Identifikasi toleransi fisik
meningkat melakukan ambulasi
Kriteria hasil:  Monitor ferekuensi jantung dan
a. Mampu tekanan darah sebelum memulai
menggerakan ambulasi
ekstermitas  Monitor kondisi umum selama
b. Kekuatan otot melakukan ambulasi
meningkat Terapeutik
c. Dapat melakukan  Fasilitasi aktivitas ambulasi
rentang gerak dengan alat bantu (mis.
(ROM) Tongkat,kruk)
 Fasilitasi melakukan mobilisasi
fisik, jika perlu
 Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi

24
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
 Anjurkan melakukan ambulasi
dini
 Ajarkan ambulasi sederhana yang
harus dilakukan (mis. Berjalan
dari tempat tidur ke kursi roda,
berjalan dari tempat tidur ke
kamar mandi, berjalan sesuai
toleransi)

4 kerusasakan integritas Tujuan: (Perawatan Integritas Kulit)


kulit b.d penurunan Setelah dilakukan Observasi
sirkulasi udara tindakan keperawatan Identifikasi penyebab gangguan
kepermukaan kulit 1 x24 jam integritas integritas kulit (mis. Perubahan
(tirah baring lama), kulit dan jaringan dapat sirkulasi, perubahan status nutrisi,
tonjolan tulang. meningkat penurunan kelembaban, suhu
Kriteria hasil: lingkungan ekstrem, penurunan
a. Elastisitas kulit mobilitas)
dalam rentang Terapeutik
normal  Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
b. Hidrasi tetap baring
terjaga  Lakukan pemijatan pada area
c. Tidak terjadi penonjolan tulang, jika perlu
kerusakan perfusi  Bersihkan perineal dengan air
jaringan hangat, terutama selama periode
diare
 Gunakan produk berbahan

25
ringan/alami dan hipoalergik pada
kulit sensitive
 Hindari produk berbahan dasar
alcohol pada kulit kering
Edukasi
 Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. Lotion, serum)
 Anjurkan minum air yang cukup

5 Ketidakefektifan Tujuan: (Edukasi Pengukuran Suhu


termoregulasi b.d Setelah dilakukan Tubuh)
proses penyakit tindakan keperawatan Observasi
(proses inflamasi, 1 x24 jam Identifikasi kesiapan dan kemampuan
kerusakan integritas ketidakefektifan menerima informasi
kulit). termoregulasi dapat
Terapeutik
teratasi
 Sediakan materi dan media
Kriteria hasil:
pendidikan kesehatan
a. Pasien tidak
 Jadwalkan pendidikan kesehatan
menggigil
sesuai kesepakatan
b. Suhu tubuh dalam
 Berikan kesempatan untuk
batas normal
bertanya
c. Suhu kulit normal
 Dokumentasikan hasil
pengukuran suhu

Edukasi
Jelaskan prosedur pengukuran suhu
tubuh

26
6 Gangguan citra tubuh Tujuan: (Promosi Citra Tubuh)
b.d perubahan bentuk Setelah dilakukan Observasi
tulang, proses tindakan keperawatan  Identifikasi perubahan citra tubuh
penyakit (deformitas 1 x24 jam presepsi yang mengakibatkan isolasi sosial
dan bau pada luka). tentang citra tubuh  Monitor frekuensi pernyataan
dapat meningkat kritik terjadap diri sendiri
Kriteria hasil:  Monitor apakah pasien bisa
a. Menerima keadaan melihat bagian tubuh yang
bentuk tubuh berubah
b. Melihat bagian Terapeutik
tubuh  Diskusikan perubahan tubuh dan
c. Menyentuh bagian fungsinya
tubuh  Diskusikan kondisi stress yang
mempengaruhi citra tubuh (mis.
luka, penyakit, pembedahan)
 Diskusikan persepsi pasien dan
keluarga tentang perubahan citra
tubuh

Edukasi
 Anjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra
tubuh
 Anjurkan menggunakan alat
bantu (mis. pakaian, wig,
kosmetik)

7 Resiko infeksi b.d port Tujuan: (Pencegahan Infeksi)


de entery kuman. Setelah dilakukan Observasi

27
tindakan keperawatan Monitor tanda dan gejala infeksi
1 x24 jam resiko lokal dan sistematik
infeksi dapat teratasi Terapeutik
Kriteria hasil:  Batasi jumlah pengunjang
a. Tingkat tersiko  Berikan perawatan kulit pada area
infeksi menurun edema
b. Kemerahan pada  Cuci tangan sebelum dan sesudah
luka berkurang kontak dengan pasien dan
c. Nyeri berkurang lingkunganpasien
d. Bengkak berkurang  Pertahankan teknik aseptik pada
pasien berisiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah proses keperawatan yang dimulai setelah perawat
menyusun rencana keperawatan. Sebelum mengimplementasikan intervensi
keperawatan, gunakan pemikiran kritis untuk menentukan ketepatan intervensi
terhadap situasi klinis. Persiapan proses implementasi akan memastikan asuhan
keperawatan yang efisien, aman, dan efektif. Lima kegiatan persiapan tersebut
adalah pengkajian ulang, meninjau dan merevisi rencana asuhan keperawatan
yang ada, mengorganisasikan sumber daya dan pemberian asuhan,
mengantisipasi dan mencegah komplikasi, serta mengimplementasikan intervensi
keperawatan. (Potter & Perry, 2010)

28
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan untuk menentukan
apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien. Selama
evaluasi, lakukan berfikir kritis dalam membuat keputusan dan mengarahkan
asuhan keperawatan dalam upaya memenuhi kebutuhan klien. Pencapaian tujuan
keperawatan dilakukan dengan membandingkan antara respon klien dengan hasil
yang diharapkan. (Potter & Perry,2010)

29
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Istilah osteomielitis diartikan sebagai inflamasi pada sum-sum tulang.
Secara klinis osteomielitis merupakan infeksi pada tulang. Osteomielitis biasanya
dimulai pada rongga sumsum tulang, termasuk tulang kanselous, lalu menyebar
ke tulang kortikal dan periosteum. Diagnosis pasti dari osteomielitis hanya dapat
dilak ukan dengan pemeriksaan histopatologi dan kultur mikrobiologi, termasuk
actinomyces dan nocardia, dan tes sensitivitas (Faisal, dkk.2020).
Diagnose keperawatan pada osteomielitis sebagai berikut:
1. Nyeri akut b.d agen idera biologis (abses tulang).
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tonus otot
menurun, ketidakmampuan mengabsorbsi makanan.
3. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan beban
berat badan.
4. kerusasakan integritas kulit b.d penurunan sirkulasi udara kepermukaan kulit
(tirah baring lama), tonjolan tulang.
5. Ketidakefektifan termoregulasi b.d proses penyakit (proses inflamasi,
kerusakan integritas kulit).
6. Gangguan citra tubuh b.d perubahan bentuk tulang, proses penyakit
(deformitas dan bau pada luka).
7. Resiko infeksi b.d port de entery kuman.

B. Saran
Diharapkan perawat mampu membantu pasien melakukan tindakan untuk
memperbaiki masalah osteomielitis pada pasien seperti mengatasi nyeri akut, dll.

30
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Cetakan I.Jakarta:EGC.


Hal.390.
Budiono dan Sumirah, B.P.2015. Konsep Dasar Keperawatan. Cetakan I.
JakartaBumi Medika.Hal.140.
Christensen, P.J, dkk. 2009.Proses Keperawatan.Cetakan L. Jakarta: EGC.Hal. 345.
Digiulo, M, dkk. 2014. Medical Surgical Nursing (edisi 1). Terjemahan Oleh:Dwi,
P.Yogyakarta:Rapha Publishing.Hal.279.
Muttaqin, A.2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal.Cetakan I. Jakarta: EGC. Hal.5. Nurafif, A.H, dkk.2015.
Nurarif, S.Kep., Ns,A., & Kusuma, S.Kel.,Ns,H.(2015). Aplikasi Asuhan
Keperawatan Brdasarkan Nanda Nic – Noc Edisi Revisi Jilid 3. Yogyakarta:
Mediaction
Pearce, E.C.2006 Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis.Cetakan ke 44. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. Hal.93-96.
Rendy, M.C dan Margareth TH.2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Dan
Penyakit Dalam.Cetakan I. Yogyakarta:Nurha Medika.Hal. 196.
Setiadi .2012.Konsep dan Penulisan Dokumentasi.Edisi I. Yogyakarta:Graha
Ilmu. Hal.45.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
W Patel, P.R.2007.Lecture Notes: "Radiology” (edisi 2). Terjemahan Oleh: Virdhia,
U.Yogyakarta:Erlangga. Hal.472.

31

Anda mungkin juga menyukai