Anda di halaman 1dari 28

ASKEP HIPOTERMIA

DOSEN PENGAMPU : NI PUTU SUMARTINI M.Kep


DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :
1. INDRI WARDANI (P07120120014)
2. RR.OKTAVIA SAFITRI (P07120120031)
3. YOLA HELMALIA PUTRI (P07120120040)
4. YUDA MEGANTARA (P071201200
5. ZUHALDI AKBAR (P07120120044)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan atas kehairat Allah SWT atas limpahan
rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan konsep askep tentang
“ASKEP HIPOTERMIA” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan
kami juga berterima kasih dengan ibu ni putu sumartini M.Kep selaku dosen mata kuliah
KMB II yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap konsep askep
ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa
konsep ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
kritik dan saran dan demi kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang. Semoga
makalah ini dapat dipahami bagi para pembaca. Sekiranya konsep askep yang telah disusun
ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Mataram, 24 Januari 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................... ii

BAB 1 ............................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1

a. Latar Belakang....................................................................................................................... 1

b. Rumusan masalah .................................................................................................................. 2

c. Tujuan masalah ...................................................................................................................... 2

BAB II .............................................................................................................................................. 3

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................................... 3

1. Pengertian hipotermia ............................................................................................................ 3

2. Jenis-Jenis Hipoterm Hipotermi ............................................................................................. 4

3. Penyebab Hipoterm Hipotermi ............................................................................................... 5

4. Tanda dan gejala hipotermi .................................................................................................... 7

5. Mekanisme terjadinya terjadinya hipotermi ............................................................................ 8

6. Pencegahan dan pengobatan pengobatan hipotermi ................................................................ 9

7. Patofisiologi hipotermia ....................................................................................................... 11

8. Penatalaksanaan ................................................................................................................... 13

BAB III ........................................................................................................................................... 15

KONSEP ASKEP............................................................................................................................ 15

1. Pengkajian Keperawatan ...................................................................................................... 15

2. Diagnosa Keperawatan......................................................................................................... 18

3. Intervensi Keperawatan ........................................................................................................ 19

4. Implementasi Keperawatan .................................................................................................. 22

5. Evaluasi Keperawatan .......................................................................................................... 22

BAB VI ........................................................................................................................................... 23

PENUTUP ...................................................................................................................................... 23

ii
a. Kesimpulan.......................................................................................................................... 23

b. Saran ................................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 24

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan
suhu untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin.Hipotermia juga
dapat didefinisikan sebagai suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 °C.Tubuh manusia
mampu mengatur suhu pada zona termonetral, yaitu antara 36,5-37,5 °C. Di lu
termonetral, yaitu antara 36,5-37,5 °C. Di luar suhu tersebut, respon tubuh untuk
mengatur suhu tersebut, respon tubuh untuk mengatur suhu akan aktif
menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas dalam tubuh.
Kondisi ini sering terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh
ibunya, suhu tubuh fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan ibunya
sudah terputus dan neonatus harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui
aktifitas metabolismenya.Perubahan kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di
dalam tubuh ibunya, suhu tubuh fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan
dengan ibunya sudah terputus dan neonatus harus mempertahankan suhu tubuhnya
sendiri melalui aktifitas metabolismenya.
Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya. Semakin
kecil tubuh neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan tubuh dengan massanya.
Temperatur rektal biasanya biasanya lebih rendah 1-2 oF atau 0,556- 1,112 oC di
banding banding suhu inti tubuhnya. tubuhnya. Suhu membran timpani sangat akurat
karena telinga tengah mempunyai sumber vascular yang sama sebagaimana vaskular
yang menuju hipotalamus.
Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu
lingkungan. Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada
pediatrik, pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab itu
pada pediatrik ada lapisan yang penting yang dapat membantu untuk mempertahankan
suhu tubuhnya serta mencegah kehilangan panas tubuh yaitu rambut, kulit dan lapisan
lemak bawah kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan efisien
atau tidak bergantung pada ketebalannya. Sayangnya sebagian besar pediatrik tidak
mempunyai lapisan yang tebal pada ketiga unsur tersebut.
Transfer panas melalui lapisan pelindung tersebut dengan lingkungan
berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama panas inti tubuh disalurkan menuju

1
kulit. Tahap kedua panas tubuh hilang melalui radiasi, konduksi, konveksi atau
evaporasi.
Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu
lingkungan. Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada
pediatrik, pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab itu
pada pediatrik ada lapisan yang penting yang dapat membantu untuk mempertahankan
suhu tubuhnya serta mencegah kehilangan panas tubuh yaitu rambut, kulit dan lapisan
lemak bawah kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan efisien
atau tidak bergantung pada ketebalannya. Sayangnya sebagian besar pediatrik tidak
pediatrik tidak mempunyai lapisan yang mempunyai lapisan yang tebal pada tebal
pada ketiga unsur tersebut. ketiga unsur tersebut. Transfer panas melalui Transfer
panas melalui lapisan pelindung tersebut dengan lingkungan berlangsung dalam dua
tahap. Tahap pertama panas inti tubuh disalurkan disalurkan menuju kulit. Tahap
kedua panas tubuh hilang melalui melalui radiasi, radiasi, konduksi, konveksi atau
evaporasi.

b. Rumusan masalah
1. Apa pengertian hipotermia?
2. Bagaimana Jenis-jenis hipotermia?
3. Apa Penyebab hipotermia?
4. Bagaimana Tanda dan gejala hipotermia?
5. Bagaimana Mekanisme terjadinya hipotermia?
6. Bagaimana Pencegahan dan pengobatan hipotermia?
7. Bagaimana Patofisiologi hipotermia?
8. Bagaimana Penatalaksanaan hipotermia?

c. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui Pengertian hipotermia.
2. Untuk mengetahui Jenis-jenis hipotermia.
3. Untuk mengetahui Penyebab hipotermia.
4. Untuk mengetahui Tanda dan gejala hipotermia.
5. Untuk mengetahui Mekanisme terjadinya hipotermia.
6. Untuk mengetahui Pencegahan dan pengobatan hipotermia.
7. Untuk mengetahui Patofisiologi hipotermia.
8. Untuk mengetahui Penatalaksanaan hipotermia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian hipotermia
Hipotermia adalah kondisi di mana tu Hipotermia adalah kondisi di mana
tubuh kita mengal buh kita mengalami penurunanan suhu inti (suhu ami penurunanan
suhu inti (suhu organ dalam). Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya
pembengkakan di seluruubuh (Edema Generalisata), menghilangnya reflex tubuh
(areflexia), koma, hingga menghilangnya a), koma, hingga menghilangnya reaksi
pupil reaksi pupil mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < mata. Disebut
hipotermia berat bila suhu tubuh < 32 derajat celcius. Untuk mengukur suhu tubuh
derajat celcius. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer
ukuran rendah (low reading termometer) sampai 25 derajat celcius. Di samping
sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir
dengan kematian.
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Suhu normal
pada bayi neonatus adalah adalah 36,5-37,5 derajat Celsius (suhu ketiak). Hipotermi
merupakan salah satu penyebab penyebab tersering tersering dari kematian kematian
bayi baru lahir, terutama terutama dengan berat badan kurang dari 2,5 Kg Gejala awal
hipotermi apabila suhu kurang dari 36 derajat Celsius atau kedua kaki dan tangan
teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami
hipotermi hipotermi sedang (suhu 32 – 36 derajat Celsius). Disebut hipotermi berat
bila suhu < 32 derajat Celsius, diperlukan termometer ukuran rendah (low reading
thermometer) yang dapat mengukur sampai 25 derajat Celsius.
Hipotermi dibedakan atas :
1. Stres dingin (36 -36,5 Derajat Celcius)
2. Hipotermi sedang (32 -36 Derajat Celcius)
3. Hipotermi berat (dibawah 32 Derajat Celcius)
Bayi-bayi yang sangat rawan terhada Bayi-bayi yang sangat rawan terhadap
hipotermi yaitu hipotermi yaitu :
1. Bayi kurang bulan / premature
2. Berat bayi lahir randah
3. Bayi sakit

3
2. Jenis-Jenis Hipoterm Hipotermi
Beberapa jenis hipotermia, yaitu:
 Accidental hypothermia terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga
 Primary accidental hypothermia merupakan hasil dari paparan langsung terhadap
udara dingin pada orang yang sebelumnya sehat.
 Secondary accidental hypothermia merupakan komplikasi gangguan sistemik
(seluruh tubuh) yan serius. Kebanyakan terjadinya sih di usi ih di usim dingin
(salju) dan iklim dingin.
Berdasarkan kejadiannya, hipotermia dibagi atas:
Hipotermia sepintas, yaitu penurunan suhu tubuh 1 – 2 derajat Celsius sesudah
lahir. Suhu tubuh akan menjadi normal kembali sesudah bayi berumur 4-8 jam, bila
suhu lingkungan diatur sebaik-baiknya. Biasanya hal ini terdapat pada BBLR,
hipoksia (suatu keadaan dimana suplai oksigen tidak mencukupi untuk keperluan sel,
jaringan atau organ), ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi tidak segera
dibungkus sete dingin, bila bayi tidak segera dibungkus setelah lahir, terlalu cepat
dimandikan (kurang dari 4 hir, terlalu cepat dimandikan (kurang dari 4 jam sesudah
lahir), dan pemberian morfin pada ibu yang sedang bersalin.
Hipotermia akut terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6-
12 jam. Umumnya terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang tempat bersalin yang
dingin, inkubator yang tidak cukup panas, kelalaian terhadap bayi yang akan lahir,
yaitu diduga mati dalam kandungan tetapi ternyata hidup dan sebagainya. Gejalanya
adalah lemah, gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua kaki dingin.
Terapi yang dilakukan adalah dengan segera memasukkan bayi ke dalam inkubator
yang suhunya telah diatur menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang
supaya dapat diawasi dengan teliti.
Hipotermia sekunder. Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu
lingkungan yang dingin, tetapi oleh yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis,
sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan pernapa sindrom gangguan pernapasan
dengan hipoksia san dengan hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intra-kranial
tranfusi tukar, penyakit jantung bawaan yang berat, dan bayi dengan BBLR serta
hipoglikemia. Pengobatannya ialah dengan mengobati penyebabnya, misalnya
dengan pemberian antibiotik, larutan glukosa, oksigen, dan sebagainya.Pemeriksaan

4
suhu tubuh pada bayi yang sedang mendapat tranfusi tukar harus dilakukan beberapa
kali k dilakukan beberapa kali karena hipotermia harus dik arena hipotermia harus
diketahui secepatnya. Bila s etahui secepatnya. Bila suhu tubuh ba uhu tubuh bayi
sekitar 32 derajat Celsius, tranfusi tukar harus dihentikan untuk sementara waktu
sampai suhu tubuh menjadi normal kembali.
Cold injury, yaitu hipotermia yang timbul karena Cold injury, yaitu hipotermia
yang timbul karena terlalu lama dalam ruangan dingin rlalu lama dalam ruangan
dingin (lebih dari 12 jam). G (lebih dari 12 jam). Gejalanya ialah lemah, tidak m
ejalanya ialah lemah, tidak mau minum, badan dingin au minum, badan dingi , n suhu
berkisar antara suhu berkisar antara 29,5 – 35 derajat Celsius, tak banyak bergerak,
edema, serta kemerahan pada tangan, kaki, dan muka seolah-olah bayi dalam keadaan
sehat; pengerasan jaringan subkutis.
Bayi seperti ini sering mengalami komplikasi infeksi, hipoglikemia, dan
perdarahan. Pengobatannya ialah dengan memanaskan secara perlahan-lahan,
antibiotik, pemberian larutan glukosa 10 persen, dan kortikosteroid.

3. Penyebab Hipoterm Hipotermi


Berikut penyebab terjadinya penurunan suhu tubuh pada bayi :
a. Luas permukaan tubuh pada bayi baru Luas permukaan tubuh pada bayi baru lahir
(terutama lahir (terutama jika berat badannya rendah), relati jika berat badannya
rendah), relatif lebih f lebih besar dibandingkan dengan berat badann besar
dibandingkan dengan berat badannya sehingga ya sehingga panas tubuhnya cepat
hilang. panas tubuhnya cepat hilang.
b. Pada cuaca dingin, suhu tubuhnya cenderung menurun.Panas tubuh juga bisa
hilang melalui penguapan, yang bisa terjadi jika seorang bayi yang baru lahir
dibanjiri oleh cairan ketuban.
c. Jaringan lemak subkutan tipis.
d. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
e. Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
f. BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon BBL (Bayi Baru Lahir) tidak
mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan. ing (menggigil)
pada reaksi kedinginan. h. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan
bayi yang beresiko tinggi mengalami hipotermi.
Neonatus mudah sekali terkena hipotermi yang disebabkan oleh:

5
a. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna
b. Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas
c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
d. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakainnya agar dia tidak
kedinginan
Keadaan yang menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan, seperti
lingkungan dingin, basah, atau bayi yang telanjang,cold linen, selama perjalanan dan
beberapa keadaan seperti mandi, pengambilan sampel darah, pemberian infus, serta
pembedahan. Juga peningkatan aliran udara dan penguapan. Ketidaksanggupan
menahan panas, seperti pada permukaan tubuh yang relatif luas, kurang lemak,
ketidaksanggupan mengurangi permukaan tubuh, yaitu dengan memfleksikan tubuh
dan tonus otot yang lemah yang mengakibatkan hilangnya panas yang lebih besar
pada BBLR.Kurangnya metabolisme untuk menghasilkan panas, seperti defisiensib ro
wn fat, misalnya bayi preterm, kecil masa kelahiran, kerusakan sistem syaraf pusat
sehubungan rusakan sistem syaraf pusat sehubungan dengan anoksia, intra kranial
hemorrhage, hipoksia, dan hipoglikemia. Hipotermi dapat terjadi setiap saat apabila
suhu disekelilingi bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tidak di
terapkan secara tepat,terutama pada masa stabilisasi yaitu:6-12 jam pe i yaitu:6-12
jam pertama setelah lahir.
Hipotermia juga bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah yang
rendah), asidosis metabolik (keasaman darah yang tinggi) dan kematian.Tubuh
dengan cepat menggunakan energi agar tetap hangat, sehingga pada saat kedinginan
bayi memerlukan lebih banyak oksigen. Karena itu, hipotermia bisa menyebabkan
berkurangnya aliran oksigen ke jaringan.
jika suhu inti terancam terancam menurun, menurun, sebagai sebagai upaya
untuk mengatasinya mengatasinya adalah dengan mengatur mengatur produksi
produksi panas (tremor (tremor otot dan gerak tubuh). tubuh). Kedinginan
Kedinginan yang mengancam mengancam akan memicu “perubahan sikap”,
tergantung penyebab yang mendasarinya (misalnya dengan melindungi terhadap
angin dengan penambahan pakaian, meninggalkan kolam renang, berkemul, dll). Jika
reaksi “perubahan sikap” ini tidak muncul (tidak dilakukan) dapat terjadi hipotermia,
yakni penurunan penurunan suhu inti di bawah 35 drajatC. drajatC. Hal ini dapat
terjadi terjadi karena alasan fisik yang tidak memungkinkan keluar dari situasi
tersebut, atau bahaya hipotermia yang tidak disadari, atau akibat ganggua neurologist,

6
hormon, atau metabolic. Membenamkan diri di dalam air bersuhu 5 – 10 drajatC
selama 10 menit dapat menimbulkan hipotermia (tergantung ketebalan lemak).
Memakai pakaian basah ditempat dengan hembusan angin yang kuat bersuhu
lingkungan 0 drajatC dapat menyebabkan hipotermia dalam waktu kurang dari 1 jam.
Risiko hipotermia terutama terdapat pada orang yang sudah tua (rentang
pengaturan suhunya mulai terbatas) dan bayi (terutama bayi baru lahir) karena
perbandingan luas permukaan dengan massa tubuh relatif besar, produksi panas basal
yang kurang, dan lapisan lemak subkutan yang masih tipis. Orang dewasa muda yang
tidak berpakaian tetap dapat mempertahankan suhu inti meskipun suhu lingkungan
turun menjadi 27 drajatC karena produksi panas basalnya cukup. Pada neonatus,
hipotermia dapat terjadi pada suhu lingkungan.

4. Tanda dan gejala hipotermi


Gejalanya bisa berupa:
GEJALA HIPOTERMI pada bayi baru lahir
 Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh,bayi menjadi kurang aktif,tidak kuat
menghisap asi,dan menangis lemah
 Timbulnya sklerema atau kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian
punggung,tungkai dan tangan.
 Muka bayi berwarna merah terang
 tampak mengantuk
 kulitnya pucat dan dingin
 lemah, lesu ,menggigil.
 kaki dan tangan bayi teraba lebih dingin dibandingkan dengan bagian dada
 ujung jari tangan dan kaki kebiruan
 Bayi tidak mau minum/menyusui
 Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
 Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras
(sklerema).
Tanda-tanda klinis hipotermia:
 Hipotermia sedang
 Kaki teraba dingin
 Kemampuan menghisap lemah
 Tangisan lemah

7
 Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata
 Hipotermia berat
 Sama dengan hipotermia sedang
 Pernafasan lambat tidak teratur
 Bunyi jantung lambat
 Mungkin timbul hipoglikemi dan asidosisi metabolik
 Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
 Bagian tubuh lainnya pucat
 Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan
tangan sklerema)
Menurut tingkat keparahannya, Gejala Menurut tingkat keparahannya, Gejala Klinis
hipoter Klinis hipotermia dibagi menjadi 3 ,Mild atau ringan:
1) Sistem saraf pusat: amnesia, apati, terganggunya persepsi halusinasi
2) Cardiovaskular: denyut nadi cepat lalu berangsur melambat, meningkat4nya
tekana lambat, meningkat4nya tekanandarah, ndarah,
3) Penafasan: nafas cepat lalu berangsur melambat,
4) Saraf dan otot: gemetar, menurunnya kemampuan koo Saraf dan otot: gemetar,
menurunnya kemampuan koordinasi otot inasi otot Moderate,
Sedang:
1) Sistem saraf pusat: penurunan kesadaran secara berangsur, pelebaran pu ngsur,
pelebaran pupil
2) Cardiovaskular: penurunan denyut nadi secara berangsur
3) Pernafasan: hilangnya reflex jalan nafas(seperti batuk, bersin)
4) Saraf dan otot: menurunnya reflex, berkurangnya respon menggigil, mulai
munculnya kaku tubuh akibat udara dingin Severe, parah
 Sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti mengdip
 Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya
tekanan darah sistolik
 Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
 Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex pe reflex perifer

5. Mekanisme terjadinya terjadinya hipotermi


Penurunan suhu tubuh pada bayi terjadi melalui :
 tidak segera diberi pakaian, tutup kepala, dan dibungkus,

8
 Berat bayi lahir rendah yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kg atau
bayi dengaan lingkar lengan kurang dari 9,5 cm atau bayi dengan tanda-tanda otot
lembek, kulit kerput.Bayi lahir sakit seperti asfiksia, infeksi sepsis dan sakit berat .
 Evaporasi (menguapnya cairan dari kulit bayi yang basah)ada asah)adalah cairan
atau air ketuban lah cairan atau air ketuban yang membasahi kulit bayi menguap.
misalnya: Ketika bayi baru lahir tidak segera dibersihkan, lalu terlalu cepat
dimandikan
 Radiasi (memancarnya panas tubuh bayi ke lingkungan sekitar yang lebih
dingin)adalah panas yang hilang dari obyek yang hangat (bayi) ke obyek yang
dingin atau pa obyek yang dingin atau panas tubuh nas tubuh bayi memancar ke
lingkungan sekitar bayi memancar ke lingkungan sekitar bayi yang lebi bayi yang
lebih dingin misalnya: diletakkan pada h dingin misalnya: diletakkan pada
ruangan yang dingin, tidak segera didekapkan pada ibunya, dipisahkan dari
ibunya, tidak segera disusui ibunya.
 Konduksi (pindahnya panas tubuh apabila kulit bayi langsung kontak dengan
permukaan yang lebih dingin)adalah pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi
langung kontak dengan permukaan yang lebih dingin misalnya: tidak segera diberi
pakaian, tutup kepala, dan dibungkus.
 Konveksi yaitu udara hilangnya panas tubuh bayi karna aliran udara sekeliling
bayi:misalnya bayi baru lahir diletakkan di dekat pintu,jendela terbuka.

6. Pencegahan dan pengobatan pengobatan hipotermi


Mengatasi bayi hipotermi dilakukan dengan cara :
Prinsip penanganan hipotermia adalah penstabilan suhu tubuh dengan
menggunakan selimut hangat (tapi hanya pada bagian dada, untuk mencegah turunnya
tekanan darah secara mendadak) atau menempatkan pasien di ruangan yang hangat.
Berikan juga minuman hangat(kalau pasien dalam kondisi sadar).
Pencegahan dan Penanganan Hipotermi Pemberian panas yang mendadak,
berbahaya karena dapat terjadi apnea sehingga direkomendasikan penghangatan 0,5-
1°C tiap jam (pada bayi < 1000 gram penghangatan maksimal 0,6 °C). (Indarso, F,
2001). Alat-alat Inkubator Untuk bayi < 1000 gram, sebaiknya diletakkan dalam
inkubator. Bayi-bayi tersebut dapat dikeluarkan dari inkubator apabila tubuhnya dapat
tahan terhadap suhu lingkungan 30°C. Radiant Warner Adalah alat yang digunakan
untuk bayi yang belum stabil atau untuk tindakan-tindakan. Dapat menggunakan

9
servo controle (dengan menggunakan probe untuk kulit) atau non servo controle
(dengan mengatur suhu yang dibutuhkan secara manual).
Pencegahan Hipotermia Pada Bayi:
 Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi. Jika bayi
harus dibiarkan telanjang untuk keperluan observasi maupun pengobatan, maka
bayi ditempatkan dibawah cahaya penghangat.Untuk mencegah hipotermia, semua
bayi yang baru lahir harus tetap berada dalam keadaan hangat.
 Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari hilangnya panas
tubuh akibat penguapan lalu dibungkus dengan selimut dan diberi penutup kepala.
 melaksanakan metode kanguru, yaitu bayi baru lahir dipakaikan popok dan tutup
kepala diletakkan di dada ibu agar tubuh bayi menjadi hangat karena terjadi
kontak kulit langsung.Bila tubuh bayi masih teraba dingin bisa ditambahkan
itambahkan selimut. selimut.
 bayi baru lahir mengenakan pakaian dan selimut yang disetrika atau dihangatkan
diatas tungku.
 menghangatkan bayi dengan lampu pijar 40 sampai 60 watt yang diletakkan pada
jarak setengah meter diatas bayi.
 meminta pertolongan kepada petugas kesehatan terdekat.
 dirujuk ke rumah sakit
 Terapi yang bisa diberikan untuk orang dengan kondisi hipotermia, yaitu jalan
nafas harus tetap terjaga juga ketersediaan oksigen yang cukup.
Gejala kedinginan yang lebih parah akan membuat gerakan tubuh menjadi
tidak terkoordinasi, berjalan sempoyongan dan tersandung-sandung. Pikiran menjadi
kacau, bingung, dan pembicaraannya mulai ngacau. Kulit tubuh terasa sangat dingin
bila disentuh, nafas menjadi pendek dan lamban. Denyut nadi pun menjadi lamban
pendek dan lamban. Denyut nadi pun menjadi lamban, seringkali menjadi kram
bahkan akhirnya seringkali menjadi kram bahkan akhirny pingsan. Untuk membantu
penderita sebaiknya jangan cepat-cepat menghangatkan ko cepat-cepat
menghangatkan korban dengan botol berisikan air panas atau membaringkan di dekat
api atau pemanas. Jangang menggosok-gosok tubuh penderita. Jika menggosok-gosok
tubuh penderita. Jika korban pingsa korban pingsan, baringkan dia dalam posisi
miring. n, baringkan dia dalam posisi miring. Periksa saluran pernafasan, pernafasan
dan den Periksa saluran pernafasan, pernafasan dan denyut nadi. Mulailah pernafasan
buatan dari mulut adi. Mulailah pernafasan buatan dari mulut dan menekan

10
dada.Pindahkan ke tempat kering yang teduh. Ganti pakaian basah dengan pakaian
kering yang hangat, selimuti untuk mencegah kedinginan. Jika tersedia, gunakan
bahan tahan angin, seperti alumunium foil atau plastik untuk perlindungan lebih
lanjut.
Panas tubuh dari orang lain juga bagus untuk diberikan, diberikan, suruh
seseorang seseorang melepas melepas pakaian, pakaian, dan berbagi berbagi pakai
selimut selimut dengan si korban. korban. Jika penderita penderita sadar, berikan
berikan minuman minuman hangat jangan memberikan minuman alkohol. Segeralah
cari bantuan medis. Bila kita melakukan kegiatan luar ruangan (pendakian gunung
khususnya) pada musim hujan atau di daerah dengan curah hujan tinggi, harus
membawa jas hujan, pakaian hangat (jaket tahan air dan tahan angin) dan pakaian
ganti yang berlebih dua tiga stel, serta kaus tangan dan topi ninja juga sangat penting.
Melakukan tujuh rantai hangat, yaitu:
1) menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering, bersih, penerangan cukup.
2) Mengeringkan tubuh bayi segera ssetelah lahir dengan handuk kering dan bersih
3) Menjaga bayi tetap hangat dengan mendekap bayi di dada
4) ibunya dan keduanya di selimuti.
5) memberi ASI sedini mungkin dalam waktu 30 me memberi ASI sedini mungkin
dalam waktu 30 menit set nit setelah melahirkan agar bayi elah melahirkan agar
bayi memperoleh kalori.
6) mempertahankan kehangatan pada bayi.
7) memberi perawatan bayi baru lahir yang memada 8. melatih semua orang yang
terlibat d melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan alam pertolongan
persalinan / perawatan bayi baru persalinan / perawatan bayi baru lahir.
Menunda memandikan bayi baru lahir :
 pada bayi normal tunda memandikannya sampai 24 jam.
 pada bayi berat badan lahir rendah tunda memandikannya lebih lama lagi.
 Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang ialah metode
dekap, yaitu bayi diletakkan telungkup dalam dekapan ibunya dan keduanya
diselimuti agar bayi senantiasa hangat.

7. Patofisiologi hipotermia
Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada sentral
pengatur panas di pengatur panas di hipothalamus. Saraf yang dari hi hipothalamus.

11
Saraf yang dari hipothalamus sewaktu pothalamus sewaktu mencapaib ro wn fat
mencapaib ro wn fat memacu pelepasan noradrenalin lokal memacu pelepasan
noradrenalin lokal sehingga trigli sehingga trigliserida dioksidasi menjadi gliserol d
serida dioksidasi menjadi gliserol dan asam an asam lemak. Blood gliserol lemak.
Blood gliserol level meningkat, tetapi asam level meningkat, tetapi asam lemak secara
lokal dik lemak secara lokal dikonsumsi untuk onsumsi untuk menghasilkan panas.
Daerah brown fat menjadi panas, kemudian didistribusikan ke beberapa bagian tubuh
melalui aliran darah.
Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen tambahan dan glukosa
untuk metabolisme yang digunakan untuk menjaga tubuh tetap hangat.Methabolicther
mogenesis yang efektif memerlukan integritas dari sistem syaraf sentral,kecukupan
darib r own fat, dan tersedianya glukosa serta oksigen. Perubahan fisiologis akibat
hipotermia yang terjadi pada sistem syaraf pusat antara lain:
 depresi linier dari metabolisme otak, amnesia, apatis, disartria, pertimbangan yang
terganggu adaptasi yang salah, EEG yang abnormal,depressi kesadaran yang
progresif,dilatasi progresif,dilatasi pupil, dan halusinasi. halusinasi. Dalam
keadaan keadaan berat dapat terjadi terjadi kehilangan kehilangan autoregulasi
otak, aliran darah otak menurun, koma, refleks okuli yang hilang, dan
penurunanyangprogressif dari aktivitas EEG penurunanyangprogressif dari
aktivitas EEG.
Pada jantung dapat terjadi takikardi, kemudian bradikardi yang progressif,
kontriksi pembuluh darah, peningkatan cardiacout put, dan tekanan darah.
Selanjutnya,peningkatan aritmia atrium dan ventrikel, perubahan EKG dan sistole
yang memanjang;
 penurunan penurunan tekanan tekanan darah yang progressif, progressif, denyut
jantung, jantung, dan cardiacout cardiacout put disritmia disritmia serta asistole.
Pada pernapasan dapat terjadi takipnea, bronkhorea, bronkhospasma, hipoventilasi
konsumsi oksigen yang menurun sampai 50%, kongesti paru dan edema,
konsumsi oksigen yang menurun sampai 75%, dan apnoe. Pada ginjal dan sistem
endokrin, dapat terjadicold diuresis, peningkatan peningkatan katekolamin,
katekolamin, steroid steroid adrenal, adrenal, T3 dan T4 dan menggigil;
menggigil; peningkatan peningkatan aliran darah ginjal sampai 50%, autoregulasi

12
ginjal yang intak, dan hilangnya aktivitas insulin. Pada keadaan berat, dapat
terjadi oliguri yang berat, poikilotermia, dan penurunan.
Akibat-akibat yang di timbulkan oleh Akibat-akibat yang di timbulkan oleh
hipotermi: hipotermi:
1) HipoglikemiAs HipoglikemiAsidosis metabolik, karena vasokonstrtik idosis
metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer de si perifer dengan metabolisme
anaerob. ngan metabolisme anaerob.
2) Kebutuhan oksigen yang meningkat.
3) Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.
4) Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal yang
menyertai hipotermi berat.
5) Shock.
6) Apnea.
7) Perdarahan Intra Ventricular
Kedinginan yang terlalu lama dapat menyebabkan tubuh beku, pembuluh
darah dapat mengerut dan dapat mengerut dan memutus aliran darah ke telinga,
memutus aliran darah ke telinga, hidung, jari dan k hidung, jari dan kaki. Dalam
kondisi yang aki. Dalam kondisi yang parah mungkin korban menderita ganggren
(kemuyuh) dan perlu diamputasi. Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya
pembengkakan di seluruubuh (Edema Generalisata), menghilangnya reflex tubuh
(areflexia), koma, hingga menghilangnya reaksi pup a reaksi pupil mata. Disebut
hipotermia il mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk
mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low
reading termometer) sampai 250C. ampai 250C. Di samping sebagai suatu Di
samping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang
berakhir dengan kematian.

8. Penatalaksanaan
 Bayi yang mengalami hipotermia biasanya muda Bayi yang mengalami
hipotermia biasanya mudah sekal h sekali meninggal. Tindakan yang i meninggal.
Tindakan yang harus segera dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di
dalam incubator atau melalui penyinaran lampu.
 Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang adalah
menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup di dada

13
ibu agar terjadi kontak kulit secara langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar
bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam satu pakaian (
merupakan teknologi tepat guna baru) disebut dengan metode kanguru. Sebaiknya
ibu menggunakan pakaian longgar berkancing depan.
 Bila tubuh bayi masih Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau dingin,
gunakan selimut atau kain hangat yang diset kain hangat yang disetrika terlebih
rika terlebih dahulu, yang digunakan untuk menutupi tubuh ibu dan bayi.
Lakukanlah brulang kali sampai tubuh bayi hangat.
 Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga bayi harus diberi ASI
sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak menghisap, diberi infuse glukosa
10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari.

14
BAB III
KONSEP ASKEP

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh perawat
dalam menggali permasalahan yang dialami klien meliputi usaha pengumpulan data
tentang status kesehatan seorang klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat,
dan berkesinambungan (Muttaqin, 2011). Tahap pengkajian dari proses keperawatan
merupakan proses dinamis yang terorganisasi, dan meliputi empat aktivitas dasar atau
elemen dari pengkajian yaitu pengumpulan data secara sistematis, memvalidasi data,
memilah, dan mengatur data, dan mendokumentasikan data dalam format (Wartonah,
2015).
Pengkajian keperawatan pada bayi BBLR meliputi :
a. Biodata (Maryunani,2013)
1) Identitas bayi : nama, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, lingkar kepala,
lingkardada.
2) Identitas orang tua : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,alamat.
b. Keluhan utama :
Berat badan < 2500 gr, tinggi badan < 45 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar kepala <
33 cm,hipotermia.
c. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang biasa ditemukan
menggunakan pendekatan PQRST, dimana P atau paliatif/provokative merupakan hal
atau faktor yang mencetuskan terjadinya penyakit, hal yang memperberat atau
meperingan, Q atau qualitas dari suatu keluhan atau penyakit yang dirasakan, R atau
region adalah daerah atau tempat dimana keluhan dirasakan, S atau severity adalah
derajat keganasan atau intensitas dari keluhan tersebut, T atau time adalah waktu
dimana keluhan dirasakan, time juga menunjukan lamanya atau kekerapan.
d. Riwayat penyakit keluarga
Dikaji mengenai adanya penyakit pada keluarga yang berhubungan dengan
asma pada anak, riwayat penyakit keturunan atau bawaan seperti asma, diabetes
melitus, dan lain-lain.
e. Riwayat penyakit dahulu
1) Masalah yang berkaitan dengan ibu (Pantiawati,2010)

15
Penyakit yang berkaitan dengan ibu seperti hipertensi, toksemia, plasenta
previa, absorpsio plasenta, inkompeten servikal, kehamilan kembar, malnutrisi dan
diabetes millitus. Status sosial ekonomi yang rendah, dan tiadanya perawatan sebelum
kelahiran/ prenatal care. Riwayat kelahiran prematur atau absorpsi, penggunaan obat-
obatan, alkohol, rokok dan kafein. Riwayat ibu : umur di bawah 16 tahun atau di atas
35 tahun dan latar belakang pendidikan rendah, kehamilan kembar, status sosial
ekonomi yang rendah, tidak adanya perawatan sebelum kelahiran, dan rendahnya gizi,
konsultasi yang pernah dilakukan, kelahiran prematur sebelumnya dan jarak
kehamilan yang berdekatan, infeksi seperti TORCH atau penyakit hubungan seksual
lain, keadaan seperti toksemia, abrupsio plasenta, plasenta previa, dan prolapsus tali
pusat, konsumsi kafein, rokok, alkohol, dan obat-obatan, golongan darah, faktorRh.
2) Bayi pada saat kelahiran (Pantiawati,2010)
Umur kehamilan biasanya antara 24 sampai 37 minggu, rendahnya berat
badan pada saat kelahiran, SGA, atau terlalu besar di bandingkan umur kehamilan,
berat biasanya kurang dari 2500 gram, kurus , lapisan lemak subkutan sedikit atau
tidak ada, kepala relative lebih besar dibandingkan badan, 3 cm lebih besar dibanding
lebar dada, kelainan fisik yang mungkinterlihat, nilai APGAR.
Pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4
sampai 6 kegawatan sedang, dan 7 sampai 10 normal.
f. Pengkajian per sistem tubuh
1) Pernafasan (Maryunani,2013)
Observasi bentuk dada (barrel, cembung), kesimetrian, adanya insisi, selang
dada, atau penyimpangan lain. Observasi otot aksesori : pernafasan cuping hidung
atau substansial, interkostal, atau retraksi subklavikular. Tentukan frekuensi dan
keteraturan pernafasan. Auskultasi bunyi pernafasan : stridor, krekels, mengi, ronki
basah, area yang tidak ada bunyinya, mengorok, penurunan udara masuk,
keseimbangan bunyi nafas. Jumlah pernafasan rata-rata 40-60 per menit dibagi
dengan periode apneu. Pernafasan tidak teratur dengan flaring nasal (nasal melebar)
dengkuran, retraksi (interkostal, supra sternal, substernal). Terdengar suara gemersik
pada auskultasi paru-paru. Takipneu sementara dapat dilihat, khususnya setelah
kelahiran cesaria atau persentasi bokong. Pola nafas diafragmatik dan abdominal
dengan gerakan sinkron dari dada dan abdomen, perhatikan adanya sekret yang
mengganggu pernafasan, mengorok, pernafasan cupinghidung.
2) Kardiovaskuler (Maryunani,2013)

16
Tentukan frekuensi, irama jantung, tekanan darah. Auskultasi bunyi jantung,
termasuk adanya mur-mur. Observasi warna kulit bayi : sianosis, pucat, pletora,
ikterik, mottling. Kaji warna kuku, membran mukosa, bibir. Gambarkan nadi perifer,
pengisian kapiler (<2-3 detik), perfusi perifer mottling. Denyut jantung rata-rata 120-
160 per menit pada bagian apekal dengan ritme yang teratur. Pada saat kelahiran :
kebisingan jantung terdengar pada setengah bagian interkostal yang menunjukkan
aliran dari kanan ke kiri karena hipertensi atau etektasis paru.
3) Hematologi (Maryunani,2013)
Kaji adanya tanda-tanda perdarahan dan observasi gejala Disseminated
Intravascular Coagulation/ (kondisi terjadinya pembekuan darah pada pembuluh darah
kecil tubuh).
4) Gastrointestinal (Maryunani, 2013)
Penonjolan abdomen dan pengeluaran mekonium terjadi dalam waktu 12 jam.
Reflek menelan dan mengisap lemah. Ada atau tidaknya anus, ketidaknormalan
kogenital lain.
5) Genitourinaria (Maryunani,2013)
a) Genitalia / reproduksi : bayi perempuan klitoris menonjol, labia mayora belum
berkembang. Bayi laki-laki skrotum yang menonjol dengan rugae kecil. Testis
belum turundiskrotum.
b) Urinaria : berkemih setelah 8 jam kelahiran, ketidakmampuan untuk melarutkan
ekskresi kedalamurine.
6) Neurologis- Muskuloskeletal (Maryunani,2013)
a) Neurologis:
Reflek dan gerakan pada tes neurologis tampak tidak resisten, gerak
kembalinya hanya berkembang sebagian. Saat bayi menelan, menghisap, dan batuk
sangat lemah atau tidak efektif. Tidak ada atau menurunnya tanda neurologis. Mata
mungkin tertutup atau mengatup apabila umur kehamilan belum mencapai25-
26minggu. Suhu tubuh tidak stabil,biasanya hipotermi. Gemetar, kejang dan mata
berputar-putar biasanya bersifat sementara tetapi mungkin juga ini mengindikasikan
adanya kelainan neurologis.
b) Muskuloskeletal
Organ telinga dengan tulang kartilago yang belum tumbuh sempurna, lembut
dan lunak. Tulang tengkorak dan tulang rusak lunak. Gerakan lemah dan tidak agresif.
7) Suhu (Maryunani,2013)

17
Tentukan suhu kulit dan aksila dan suhu lingkungan. Suhu tubuh pada BBLR
harus dipertahankan, karena cenderung mengalami hipotermia.
8) Kulit (Maryunani, 2013)
Kulit yang tampak mengkilat dan kering sering dimiliki oleh BBLR. Kulit
berwarna merah, merah muda, kekuning-kuningan. Sianosis atau campuran bermacam
warna. Sedikit vernik kaseosa. Rambut lanugo disekitar / disekujur tubuh. Kurus, kulit
tampak transparan, halus dan mengkilap. Edema yang menyeluruh, atau dibagian
tertentu yang terjadi saat kelahiran. Kuku pendek, belum melewati ujung jari, rambut
jarang mungkin tidak ada sama sekali. Pteki atau ekimosis.
9) Aktivitas- Istirahat (Maryunani,2013)
Hari pertama bayi BBLR tidur sehari rata-rata 20 jam dan akan sadar 2-3 jam
dengan tangis masih lemah, tidak aktif, tremor.
10) Ginjal (Pantiawati,2010)
Bayi BBLR akan berkemih setelah 8 jam kelahirannya, ketidakmampuan
dalam melarutkan ekskresi ke dalam urine.
11) Temuan sikap (Pantiawati,2010)
Tangis yang lemah, tidak aktif dan tremor.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).Diagnosis
keperawatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu diagnosis negatif dan diagnosis positif.
Diagnosis negatif menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sakit atau berisiko
mengalami sakit sehingga penegakan diagnosis ini akan mengarahkan pemberian
Perencanaan keperawatan yang bersifat penyembuhan, pemulihan, dan pencegahan.
Diagnosis ini terdiri atas diagnosis aktual dan diagnosis risiko. Sedangkan diagnosis
positif menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sehat dan mencapai kondisi yang
lebih sehat atau optimal (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,2017).
Diagnosis keperawatan dibagi menjadi lima kategori, yaitu fisiologis,
psikologis, perilaku, relasional, dan lingkungan. Lima kategori tersebut dapat dibagi
lagi menjadi 14 subkategori. Dalam hal ini peneliti mengambil diagnosis risiko
hipotermi yang termasuk ke dalam kategori lingkungan dan subkategori keamanan
dan proteksi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosis risiko menggambarkan

18
respons klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya yang dapat
menyebabkan klien berisiko atau mengalami masalah kesehatan. tidak ditemukan
tanda/gejala mayor dan minor pada klien, namun memiliki faktor risiko mengalami
masalah kesehatan. Perumusan diagnosis keperawatan risiko terdiri dari komponen
problem (P) dan etiologi (E), yang penulisan yaitu masalah dibuktikan dengan faktor
risiko. Rumusan diagnosis keperawatan pada penelitian ini ialah risiko hipotermia
dibuktikan dengan berat badan lahir rendah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Risiko hipotermia adalah berisiko mengalami kegagalan termoregulasi yang
dapat mengakibatkan suhu tubuh dibawah rentang normal (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2017). Suhu normal bayi baru lahir adalah 360- 36,40 celcius (suhu aksila), dan
36,50-370 celsius (suhu rektal) (Maryunani, 2008). Faktor risiko yang dapat
menyebabkan risiko hipotermia, yaitu : berat badan ekstrem, kurangnya lapisan lemak
subkutan, suhu lingkungan rendah, prematuritas, bayi baru lahir, berat badan lahir
rendah. Kondisi yang terkait dalam risiko hipotermia, yaitu berat badan ekstrem,
dehidrasi, kurang mobilitas fisik (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari klien, dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat (Deswani,
2011).
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Intervensi
keperawatan terdiri dari beberapa komponen, yaitu label, definisi, dan tindakan.
Komponen label merupakan nama dari Perencanaan keperawatan yang merupakan
kata kunci untuk memperoleh informasi terkait Perencanaan keperawatan tersebut.
Komponen definisi menjelaskan tentang makna dari label Perencanaan keperawatan,
pada penilisannya akan diawali dengan kata kerja berupa perilaku yang dilakukan
perawat,bukan perilaku pasien. Komponen tindakan merupakan rangkaian perilaku
atau yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan Perencanaan
keperawatan. Tindakan pada Perencanaan keperawatan terdiri atas observasi,
terapiutik, edukasi, dan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Berikut ini
adalah Perencanaan keperawatan yang diberikan pada pasien BBLR dengan risiko
hipotermia .

19
Tabel 1
Perencanaan Keperawatan pada Risiko Hipotermia
No Diagnosa Tinjauan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Risiko hipotermia Setelah diberikan tindakan Manajemen hipotermia
dibuktikan dengan keperawatan selama 3 x 1) Monitor suhu
berat badan lahir 24 jam maka diharapkan 2) Identifikasi penyebab
rendah risiko hipotermia tidak hipotermia (misalnya:
terjadi, dengan kriteria terpapar suhu lingkungan
hasil: rendah, pakaian tipis,
1) Mengigil menurun kerusakan hipotalamus,
2) Kulit merah penurunan laju metabolisme,
menurun kekurangan lemak subkutan)
3) Akrosianosis 3) Monitor tanda dan gejala
menurun akibat hipotermia
4) Dasar kuku (hipotermia ringan :
sianotik menurun takipnea, disartria,
5) Suhu tubuh cukup menggigil, hipertensi,
membaik diuresis; hipotermia sedang :
6) Suhu kulit cukup aritmia, hipotensi, apatis,
membaik koagulopati, refleks
menurun; hipotermia berat :
oliguria, refleks menghilang,
edema paru, asam basa
abnormal)
4) Sediakan lingkungan yang
hangat (atur suhu
ruangan,inkubator)
5) Ganti pakaian dan/ atau
linen yang basah
6) Lakukan penghangatan pasif
(selimut, menutup kepala,
pakaian tebal)

20
7) Lakukan penghangatan aktif
eksternal (kompres hangat,
botol hangat, selimut hangat,
perawatan metode
kangguru)
8) Lakukan penghangatan aktif
internal (infus cairan hangat,
oksigen hangat)

Regulasi temperatur
1. Monitor suhu bayi
sampai stabil (36,5oC-
37,50 C)
2. Monitor warna dan suhu
kulit
3. Bedong bayi segera
setelah lahir untuk
mencegah kehilangan
panas
4. Masukkan bayi BBLR
ke dalam plastik segera
setelah lahir
5. Gunakan topi bayi untuk
mencegah kehilangan
panas pada bayi baru
lahir
6. Pertahankan kelembaban
inkubator 50% atau lebih
untuk mengurangi
kehilangan panas karena
posisi evaporasi
7. Atur suhu inkubator
sesuai kebutuhan

21
8. Hindari meletakkan bayi
di dekat jendela terbuka
atau di aliran pendingin
ruangan atau kipas
angin.
Sumber : Tim Pokja SLKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, 2018 & Standar Perencanaan Keperawatan
Indonesia, PPNI Tim Pokja SIKI DPP,2018

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan (Wartonah, 2015). Implementasi pada proses keperawatan berorientasi
pada tindakan, berpusat pada klien, dan diarahkan pada hasil. Setelah menyusun
rencana asuhan berdasarkan fase pengkajian dan diagnosis, perawat
mengimplementasikan Perencanaan dan mengevaluasi hasil yang diharapkan.
Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang
diperlukan untuk melaksanakan Perencanaan (Kozier, B., Erb, G., Berman, A., &
Snyder,2010).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk dapat
menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan (Wartonah, 2015). Evaluasi
berfokus pada klien, baik itu individu maupun kelompok. Evaluasi dapat berupa
evaluasi tujuan/ hasil, proses, dan struktur. Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu
menggambarkan hasil observasi dan analisis perawat terhadap respon klien segera
setelah tindakan. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan
mendapatkan informasi efektivitas pengambilan keputusan. Perawat akan
menggunakan pendokumentasian dari pengkajian dan kriteria hasil yang diharapkan
sebagi dasar untuk menulis evaluasi sumatif (Deswani, 2011). Evaluasi asuhan
keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (Dinarti, Aryani, Nurhaeni,
Chairani,2013)

22
BAB VI
PENUTUP

a. Kesimpulan
Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan
suhu untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin.Hipotermia juga
dapat didefinisikan sebagai suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 °C.Tubuh manusia
mampu mengatur suhu pada zona termonetral, yaitu antara 36,5-37,5 °C. Di lu
termonetral, yaitu antara 36,5-37,5 °C. Di luar suhu tersebut, respon tubuh untuk
mengatur suhu tersebut, respon tubuh untuk mengatur suhu akan aktif
menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas dalam tubuh.

b. Saran
Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan oleh itu kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Warih BP, Abubakar M. 1992. Fisiologi pada Fisiologi pada Neonatus. Surabaya.
Survival Stresses – Hipothermia penebar maut – Alap2 S-00166 TMS-7 Yogya – 1988
Berhaman, Kliegman, & Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Kesehatan Anak Nelson. Jakarta.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak . Jakarta. Buku Kedokteran ECG.
Ackly, B. J., Ladwng, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing Diagnosis Handbook, An
Evidence-Based Guide to Planning Care. 11th Ed. St. Louis: Elsevier.
Carpernito-Moyet, L. J. (2013). Nursing Diagnosis Application to Clinical Practice. 14thEd.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2013). Nursing Diagnosis Manual
Planning, Individualizing and Documenting Client Care. 4th Ed. Philadelphia:F. A.
Davis Company.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2014). Nursing Diagnosis Definitions and
Classification 2015-2017. 10th Ed. Oxford: Wiley Blackwell.
Newfield, S. A., Hinz, M. D.., Tilley, D, S., Sridaromont, K. L., Maramba, P. J. (2012)
Cox’s Clinical Applications of Nursing Diagnosis Adult, Child, Women’s,Mental
Health, Gerontic, and Home Health Consideratiions. 6 th Ed.Philadelphia: F .A.
Davis Company.

24

Anda mungkin juga menyukai