Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOMIELITIS

DISUSUN OLEH :

TRIE MULIA HANUMSARI ( P07120120037 )

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2021/2022


LAPORAN PENDAHULUAN
OSTEOMIELITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Chairuddin (2013: 27) dalam buku Nurarif A.H, dkk menyatakan bahwa
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan medulla tulang, baik karena infeksi
piogenik atau non piogenik misalnya Micobacterium ruberkulosa.

Osteomielitis adalah infeksi pada tulang, dengan sebagian besar kasus


disebabkan oleh Staphylococcus aureus, penyebab lainnya antara lain infeksi
tuberlkulosis dan Salmonella pada peiyakit sel sabit (Pradip R.P, 2007: 472)

Istilah osteomielitis diartikan sebagai inflamasi pada sum-sum tulang. Secara


klinis osteomielitis merupakan infeksi pada tulang. Osteomielitis biasanya dimulai
pada rongga sumsum tulang, termasuk tulang kanselous, lalu menyebar ke tulang
kortikal dan periosteum. Diagnosis pasti dari osteomielitis hanya dapat dilakukan
dengan pemeriksaan histopatologi dan kultur mikrobiologi, termasuk actinomyces
dan nocardia, dan tes sensitivitas (Faisal, dkk.2020).

2. Etiologi
Osteomielitis disebebkan karena adanya infeksi yang disebabkan olch penyebaran
hematogen (melalui darah) biasanya terjadi ditempat dimana terdapat trauma atau terdapat
resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis tak jelas. Selain itu dapat juga
berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak, atau kontaminasi langsung tulang.
Infeksi ini dapat timbul akut dan kronik.
Smelizer, dkk (2015: 27) dalam buku Nurarif A.H, dkk menyatakan bahwa Adapun
faktor penyebab Osteomielitis adalah:
1. Bakteri
2. Menurut joyce dan Hawks (2005) dalam buku Nurarif Amin Huda, dkk
penyebab osteomielitis adalah Staphylococcus aureus (70%-80%), sclain
itu juga bisa disebabkan oleh. Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella,
Salmonella, dan Proteus.
3. Virus, jamur dan mikroorganismc lain.
Osteomielitis akut dan kronik:
1. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistcmik maupun
manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat.
2. Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak
ditangani dengan baik, dan akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas.

3. Patofisiologi
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organism
patogenik lainnya yang sering dijumpai pada osteomielitis meliputi proteus, pseudomonas,
dan Escherichia coli.
Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama
akut fulminan (stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau
infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulang
detelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran
hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan. (M. Clevo R,dkk, 2012:196)
Mikroorganisme memasuki tulang melalui jalur hematogen, penularan langsung dari
tempat infeksi, atau melalui luka tusuk, trauma, iskemia, dan benda asing memperbesar
kerentanan tulang terhadap masuknya mikroba. Fagosit berusaha mengatasi infeksi dan
dalam prosesnya akan melepaskan enzim yang melisisikan tulang. Nanah menyebar ke dalam
saluran pembuluh darah, meningkatkan tekanan dalam tulang dan mengannggu aliran darah.
Jika nanah menembus kosteks, aubperiosteum, atau jaringan lunak akan membentuk abses
dan periosteum yang terangkat mengedepankan tulang baru (involukrum) di sekitar
sekuesteum. Bakteri melepaskan diri dari pertahanan tubuh melalui perlekatan yang
mendasari dengan biofilm protektif
4. Pathway

5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala Ostemielitis dalam Ambarwati, 2017:
1. Osteomielitis Akut
a) Infeksi dibawa oleh darah
1) Biasanya awitannya mendadak
2) Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikimia (misalnya: menggigil,
demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise, pembesaran kelenjar limfe
regional).
b) Infeksi menyebar dari rongga sum-sum ke korteks tulang Bagian yang
terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
c) Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi
langsung
1) Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri, dan nyeri tekan
2) Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
3) Lab: anemia, leukositosis.
2. Osteomielitis Kronis
Gejala klinis osteomielitis kronis biasanya asimtomatik namun bias saja timbul nyeri
dengan intensitas yang berbeda – beda dan tidak berhubungan dengan perluasan penyakit.
Namun durasi nyeri secara umum berhubungan dengan perluasan penyakit. Jarang ditandai
oleh terbentuknya eksudat. Pembengkakan pada rahang merupakan gejala yang umum terjadi
dan jarang terjadi kehilangan gigi.
a. Osteomielitis Kronis Supuratif
Gejala klinis osteomielitis kronis supuratif meliputi rasa sakit, malaise,
demam, anoreksia. Setelah 10 - 14 hari setelah terjadinya osteomielitis
supuratif, gigi-gigi yang terlibat mulai mengalami mobiliti dan sensitif
terhadap perkusi, pus keluar di sekitar sulkus 10 10 gingiva atau melalui fistel
mukosa dan kutancus, biasanya dijumpai halitosis, pembesaran dimensi tulang
akibat peningkatan aktivitas periosteal, terbentuknya abses, eritema, lunak
apabila dipalpasi. Trismus kadang dapat terjadi sedangkan limphadenopati
sering ditemukan. Temperatur tubuh dapat mencapai 38 – 390C dan pasien
biasanya merasa dehidrasi.
b. Osteomielitis Kronis Nonsupuratif
Istilah osteomielitis nonsupuratif menggambarkan bagian yang lebih
heterogenik dari osteomielitis kronis. Gejala klinis yang biasanya dijumpai
adalah rasa sakit yang ringan dan melambatnya petumbuhan rahang. Gambaran
klinis yang dijumpai adalah adanya sequester yang makin membesar dan
biasanya tidak dijumpai adanya fistel.
c. Garres Osteomielitis
Gambaran klinis yang dijumpai adalah bentuknya lebih terlokalisir, keras,
pembengkakan tulang mandibula yang tidak halus pada bagian bawah dan
samping pada tulang mandibula dan disertai dengan karies pada molar satu.
Gejala klinis yang dijumpai adalah limphadenopati, hipepireksia dan biasanya
tidak sertai dengan leukositosis
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Osteomielitis Akut Pemeriksaan sinar-X awalnya menunjukan pembengkakan
jaringan lunak, dan setelah dua minggu tedapat daerah dekalsifikasi ireguler,
nekrosis tulang, pengangkatan periosteum, dan pembentukan tulang bahu.
a. Pemeriksaan MRI
b. Pemeriksaan darah: leukosit meningkat dan peningkatan laju endap darah.
c. Kultur darah dan kultur abses untuk menentukan jenis antibiotika yang
sesuai.
2. Osteomielitis Konik
a. Pemeriksaan sinar-X, besar, kavitas ireguler, peningkatan periosteum,
sequestra, atau pembentukan tulang padat.
b. Anemia biasanya dikaitkan dengan infeksi kronik.
c. Pemeriksaan laju sedimentasi dan jumlah sel darah putih (biasanya normal)
(Amin H.N, dkk, 2015: 28).

B. Konsep Askep
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data-data.
1) Identitas pasien
Mencakup (Nama, Tgl masuk RS, TTL, Sumber Informasi, Umur, Agama,
Jenis Kelamin, Status Pernikahan, Pendidikan, Suku, Pekerjaan, Lama
Bekerja, Alamat).
2) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien
pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama
(Riwayat alergi, Kebiasaan, Obat- obatan, Pola nutrisi, eliminasi, istirahat
tidur, aktivitas fisik, pola kerja
3) Riwayat Kesehatan Keluarga (genogram)
4) Riwayat Lingkungan Meliputi kebersihan lingkungan, bahaya, polusi.
5) Aspek Psikososial
Yang dapat dikaji adalah pola piker dasn persepsi, persepsi diri, suasana hati,
hubungan/ komunikasi, kebiasaan seksual, pertahanan koping, system nilai
kepercayaan.
6) Pengkajian / Pemeriksaan Fisik Dapat berupa pemeriksaan vital sign,
kesadaran, keadaan umum serta pemeriksaan head to toe.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan buku Asuhan Keperawatan NANDA NIC – NOC Edisi Revisi Jilid 3
Tahun 2015 dan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) 14 14 Edisi I
Cetakan III dapat ditegakkan diagnose keperawatan pada osteomielitis sebagai
berikut:
1. Nyeri akut b.d agen idera biologis (abses tulang).
a. Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari
3 bulan.
b. Penyebab:
1) Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis.Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangka berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tonus otot
menurun, ketidakmampuan mengabsorbsi makanan.
a. Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
b. Penyebab:
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
4) Peningkatan kebutuhan metabolism
5) Faktor ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi)
6) Faktor psikologis (mis. stres, keengganan untuk makan)
3. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan beban
berat badan.
a. Definisi: keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri
b. Penyebab:
1) Kerusakan integritas struktur tulang
2) Perubahan metabolism
3) Ketidakbugaran kendali otot
4) Penurunan kendali otot
5) Penurunan masa otot
6) Penurunan kekuatan otot
7) Keterlambatan perkembangan
8) Kelakuan sendi
9) Kontraktur
10) Malnutrisi
11) Gangguan musculoskeletal
12) Gangguan neuromuscular
13) Indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia
14) Efek agen farmakologis
15) Program pembatasan gerak
16) Nyeri
17) Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
18) Kecemasan
19) Gangguan kognitif
20) Keenganan melakukan pergerakan
21) Gangguan sensoripersepsi
4. Kerusasakan integritas kulit b.d penurunan sirkulasi udara kepermukaan kulit
(tirah baring lama), tonjolan tulang.
a. Definisi: kerusakan kulit (dermis dan/epidermis) atau jaringan
(membrane mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago,
kapsul sendi dan/atau ligament)
b. Penyebab:
1) Perubahan sirkulasi
2) Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
3) Kekurangan/kelebihan volume cairan
4) Penurunan mobilitas
5) Bahan kimia iritatif
6) Suhu lingkungan yang ekstrem
7) Faktor mekanis (mis. Penekanan pada tonjolang tulang, gesekan)
atau faktor elektris (elektrodiametri, energy listrik bertegangan
tinggi)
8) Efek samping terapi radiasi
9) Kelembaban
10) Proses penuaan
11) Neuropati perifer
12) Perubahan pigmentasi
13) Perubahan hormonal
14) Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan atau
melindungi integritas jaringan

5. Ketidakefektifan termoregulasi b.d proses penyakit (proses inflamasi,


kerusakan integritas kulit).
a. Definisi: Kegagalan mempertahankan sushu tubuh dalam rentang
normal.
b. Penyebab:
1) Stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus
2) Fluktuasi suhu lingkungan
3) Proses penyakit (mis.infeksi)
4) Proses penuaan
5) Dehidrasi
6) Ketidaksesuaian pakaian untuk suhu lingkungan
7) Peningkatan kebutuhan oksigen
8) Perubahan laju metabolism
9) Suhu lingkungan ekstrim
10) Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan
11) Berat bdan esktrim
12) Efek agen farmakologis (mis.sedasi)
6. Gangguan citra tubuh b.d perubahan bentuk tulang, proses penyakit
(deformitas dan bau pada luka).
a. Definisi: Perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi
fisik individu.
b. Penyebab:
1) Perubahan struktur/bentuk tubuh (mis. amputasi, trauma, luka
bakar, obesitas, jerawat)
2) Perubahan fungsi tubuh (mis. proses penyakit, kehamilan,
kelumpuhan)
3) Perubahan fungsi kognitif
4) Ketidaksesuaian budaya, keyakinan atau sistem nilai
5) Transisi perkembangan
6) Gangguan psikososial
7) Efek tindakan/pengobatan (mis. pembedahan, kemoterapi,
terapi radiasi)
7. Resiko infeksi b.d port de entery kuman.
a) Definisi: Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
b) Faktor risiko:
1) Penyakit kronis (mis. Diabetes melitus)
2) Efek prosedur invasive
3) Malnutrisi
4) Peningkatan paparan organisme Patogen lingkungan
5) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer:
a) Gangguan perasristaltik
b) Kerusakan integritas kulit
c) Perubahan sekresi p
d) Penurunan kerja siliaris
e) Ketuban pecah lama
f) Ketuban pecah sebelum waktunya
g) Merokok
h) Statis cairan tubuh
6) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:
a) Penurunan hemoglobin
b) Imununosepresi
c) Leukopenia
d) Supresi respon inflamasi
e) Vaksinasi tidak adekuat

3. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan buku Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 1
Cetakan II dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi I Cetakan III
dapat dijabarkan intervensi keperawatan pada osteomielitis yaitu sebagai berikut:
NO DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWA HASIL KEPERAWATAN
TAN
1 Nyeri akut b.d PERBAIKI (Manajemen Nyeri)
agen idera Tujuan: Observasi
biologis Setelah dilakukan tindakan  Identifikasi lokasi,
(absestulang). keperawatan 3x24 jam tingkat
karakteristik, durasi,
nyeri menurun
Kriteriahasil: frekuensi, kuaiitas, intensitas
a. Pasien mengatakan nyeri
nyeri
berkurang
 Identifikasi skala nyeri
b. Tidak meringis
c. Sikap protektif berkurang  Identifikasi respons nyeri non
d. Gelisah berkurang verbal
e. Tidak mengeluh sulit tidur  Identifikasi pengetahuan dan
akibat nyeri keyakinan tentang nyeri
f. Frekuensi nadi baik  Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan
 Fasilitasi Istirahat dan tidur
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2 Ketidakseimba Tujuan: (ManajemenNutrisi)
ngan Setelah dilakukan tindakan Observasi
nutrisi kurang
keperawatan 3x24 jam  Identifikasi status nutrisi
dari kebutuhan
tubuhb.dtonus status nutrisibaik  Identifikasi makanan disukai
otot menurun,
Kriteria hasil:  Identifikasi kebutuhan
ketidakmampu
an a. Porsi makanan kalori danjenis nutrien
mengabsorbsi
dihabiskan  Monitor asupan makanan
makanan.
Berat badan (IMT) dalam  Monitor berat badan
batas normal Terapeutik
 Lakukan oral hygiene
sebelummakan, jika pentu
 Sajikan makanan secara
menarikdan suhu yang
sesuai
 Berikan makanan tinggi seratuntuk
 Berikan makanan tinggi
kaloridan tinggi protein
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. pereda
nyeri, antlemetik), jika perlu
3 Hambatan Tujuan: (DukunganAmbulasi)
mobilitas fisik Observasi
Setelah dilakukan tindakan
b.d nyeri, alat  Identifikasi adanya
imobilisasi dan keperawatan3x24 jam
nyeri ataukeluhan fisik
keterbatasan
mobilitas fisik pasien dapat
beban berat lainnya
badan. meningkat
 Identifikasi
Kriteria hasil:
toleransi fisik
a. Mampu
melakukan
menggerakan ekstermitas
ambulasi
b. Kekuatan otot
 Monitor ferekuensi jantung
meningkat dan
Dapat melakukan rentang gerak  tekanan darah sebelum
memulaiambulasi
(ROM)
Monitor kondisi umum
selama melakukan
ambulasi
Terapeutik
 Fasilitasi aktivitas
ambulasidengan alat
bantu (mis.
Tongkat,kruk)
 Fasilitasi melakukan
mobilisasifisik, jika perlu
 Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
 Anjurkan melakukan
ambulasidini
Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan (mis.
Berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari
tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)
4 kerusasakan Tujuan: (PerawatanIntegritasKulit)
Observasi
integritas Setelah dilakukan tindakan
 Identifikasi penyebab
kulit b.d keperawatan1 x24 jam gangguan
 integritas kulit (mis.
penurunan integritas
Perubahan sirkulasi,
sirkulasi kulit dan jaringan dapat
perubahan status
udara meningkat
nutrisi, penurunan
kepermukaa
Kriteria hasil:
kelembaban, suhu
n kulit
a. Elastisitas kulit
lingkungan ekstrem,
(tirah baring
dalam rentang
lama), tonjolan penurunan mobilitas)
tulang. normal
Terapeutik
b. Hidrasi tetap
 Ubah posisi tiap 2 jam
terjaga
jika tirah baring
Tidak terjadi kerusakan perfusi
 Lakukan pemijatan
jaringan
pada area penonjolan
tulang, jika perlu
 Bersihkan perineal dengan
air hangat, terutama
selama periode diare
 Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan
hipoalergik padakulit
sensitive
 Hindari produk berbahan
dasaralcohol pada kulit
kering
Edukasi
 Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. Lotion,
serum)
 Anjurkan minum air
yang cukup
5 Ketidakefektif Tujuan: Edukasi Pengukuran
an Setelah dilakukan tindakan
SuhuTubuh)
termoregulasi
keperawatan1 x24 jam
b.d proses Observasi
penyakit ketidakefektifan termoregulasi
Identifikasi kesiapan dan
(proses
dapat teratasi
inflamasi, kemampuanmenerima
kerusakan Kriteria hasil:
informasi
integritaskulit).
a. Pasien tidak
menggigil Terapeutik
Sediakan materi dan media
b. Suhu tubuh dalambatas pendidikan kesehatan
normal  Jadwalkan pendidikan
Suhu kulit normal kesehatansesuai
kesepakatan
 Berikan kesempatan
untuk bertanya
 Dokumentasikn
hasil pengukuran
suhu

Edukasi
 Jelaskan prosedur
pengukuran suhutubuh

6 Gangguan citra Tujuan: (Promosi Citra


tubuh
Setelah dilakukan tindakan Tubuh) Observasi
b.d perubahan
bentuktulang, keperawatan1 x24 jam  Identifikasi perubahan citra
proses
presepsi tentang citra tubuh tubuhyang mengakibatkan
penyakit
(deformitas dapat meningkat isolasi sosial
dan bau pada
 Monitor frekuensi
luka) Kriteria hasil:
pernyataankritik
a. Menerima keadaan terjadap diri sendiri
bentuk tubuh  Monitor apakah
b. Melihat bagian pasien bisa melihat
tubuh bagian tubuh yang
c. Menyentuh bagian berubah
tubuh Terapeutik
 Diskusikan perubahan
tubuh dan fungsinya
 Diskusikan kondisi stress
yang mempengaruhi citra
tubuh (mis. luka, penyakit,
pembedahan)
 Diskusikan persepsi pasien
dan keluarga tentang
perubahan citra
tubuh

Edukasi
 Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri
terhadap citratubuh

 Anjurkan
menggunakan alat
bantu (mis. pakaian,
wig, kosmetik)
7 Resiko infeksi Tujuan: (Pencegahan
b.d portde
Setelah dilakukan tindakan Infeksi)
entery kuman.
keperawatan1 x24 jam Observasi
resiko infeksi dapat teratasi  Monitor tanda dan
Kriteria hasil: gejala infeksilokal dan
a. Tingkat tersiko sistematik Terapeutik
infeksi menurun  Batasi jumlah pengunjang
b. Kemerahan pada luka  Berikan perawatan kulit
berkurang pada areaedema
c. Nyeri berkurang  Cuci tangan sebelum dan
Bengkak berkuran
sesudahkontak dengan
pasien dan
lingkunganpasien
 Pertahankan teknik
aseptik padapasien
berisiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah proses keperawatan yang dimulai setelah perawat
menyusun rencana keperawatan. Sebelum mengimplementasikan intervensi
keperawatan, gunakan pemikiran kritis untuk menentukan ketepatan intervensi
terhadap situasi klinis. Persiapan proses implementasi akan memastikan asuhan
keperawatan yang efisien, aman, dan efektif. Lima kegiatan persiapan tersebut adalah
pengkajian ulang, meninjau dan merevisi rencana asuhan keperawatan yang ada,
mengorganisasikan sumber daya dan pemberian asuhan, mengantisipasi dan
mencegah komplikasi, serta mengimplementasikan intervensi keperawatan. (Potter &
Perry, 2010)

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan untuk menentukan apakah
intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien. Selama evaluasi,
lakukan berfikir kritis dalam membuat keputusan dan mengarahkan asuhan
keperawatan dalam upaya memenuhi kebutuhan klien. Pencapaian tujuan
keperawatan dilakukan dengan membandingkan antara respon klien dengan hasil
yang diharapkan. (Potter & Perry,2010)
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Cetakan I.Jakarta:EGC.


Hal.390.
Budiono dan Sumirah, B.P.2015. Konsep Dasar Keperawatan. Cetakan I.
JakartaBumi Medika.Hal.140.
Christensen, P.J, dkk. 2009.Proses Keperawatan.Cetakan L. Jakarta: EGC.Hal. 345.
Digiulo, M, dkk. 2014. Medical Surgical Nursing (edisi 1). Terjemahan
Oleh:Dwi,
P.Yogyakarta:Rapha Publishing.Hal.279.
Muttaqin, A.2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal.Cetakan I. Jakarta: EGC. Hal.5. Nurafif, A.H,
dkk.2015.
Nurarif, S.Kep., Ns,A., & Kusuma, S.Kel.,Ns,H.(2015). Aplikasi Asuhan
Keperawatan Brdasarkan Nanda Nic – Noc Edisi Revisi Jilid 3.
Yogyakarta: Mediaction
Pearce, E.C.2006 Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis.Cetakan ke 44. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. Hal.93-96.
Rendy, M.C dan Margareth TH.2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Dan
Penyakit Dalam.Cetakan I. Yogyakarta:Nurha Medika.Hal. 196.
Setiadi
.2012.Konsep dan Penulisan Dokumentasi.Edisi I. Yogyakarta:Graha Ilmu. Hal.45.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
W Patel, P.R.2007.Lecture Notes: "Radiology” (edisi 2). Terjemahan Oleh: Virdhia,
U.Yogyakarta:Erlangga. Hal.472.

Anda mungkin juga menyukai