(H I E )
tetani.
d. Plasenta terlepas dini
e. Penekanan pada tali pusat atau lilitan tali pusat
f. Vasokonstriksi pembuluh darah uterus karena kokain
g. Insufisiensi plasenta karena toksemia dan post date
3. Pembagian Gejala Klinis HIE pada Bayi Aterm (Kriteria Sarnat & Sarnat)
Tanda klinis Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3
4. T
Tingkat kesadaran Iritabel Letargik Stupor, coma
a
Tonus otot Normal Hipotonus Flaksid
Postur Normal Fleksi Decerebrate n
tendon/klonus a
Myoclonus Tampak Tampak Tidak tampak
Refleks Moro Kuat Lemah Tidak ada
Pupil Midriasis Miosis Tidak beraturan,
refleks cahaya
lemah
Kejang Tidak ada/jarang Sering terjadi Decerebrate
EEG Normal Voltage rendah Burst suppression
yang berubah
dengan kejang to isoelektrik
Durasi <24 jam 24 jam – 14 hari Beberapa hari
hingga minggu
Kematian,
Hasil akhir Baik bervariasi kecacatan berat
Dan Gejala
a. Tampak pada 24 jam pertama setelah episode hipoksik
b. Kejang
c. Tonus otot abnormal (biasanya hipotonia)
d. Gangguan menghisap dan menelan
e. Episode apnea
f. Stupor atau koma
(Wong, 2003)
Penyakit dan gangguan ekstraserebral dapat menekan fungsi neurologis dengan cara mengganggu suplai
oksigen dan glukosa atau dengan cara mengganggu lingkungan humoral dan ionic neuron, glia, dan
proses sinaptik. Neuron dan sel-sel penyokong lainnya membutuhkan lingkungan kimia
tertentu untuk dapat bertahan. Berbagai mekanisme dapat berkontribusi terhadap terjadinya
ensepalopati, namun faktor toksik, anoksik dan metabolik merupakan mekanisme tersering
dan signifikan. Melalui mekanisme ini dapat terjadi kerusakan struktural sekunder pada
jaringan otak. Ensepalopati anoksik dapat terjadi akibat gangguan pada jantung dimana
henti sirkulasi transien dapat memicu terjadinya iskemia serebral global dan akhirnya
sinkop. Hal ini terkadang diawali oleh adanya keluhan premonitori nonspesifik seperti
toksik terjadi akibat paparan logam berat atau pelarut organik. Etanol merupakan senyawa
yang paling sering mengakibatkan ensepalopati dimana dalam jumlah berlebih dapat
mengkonsumsi oksigen dalam jumlah yang tidak sepadan terhadap kemampuan menyimpan
oksigen maupun tingkat toleransi terhadap hipoksia. Otak hanya memiliki sedikit cadangan
dibandingkan dengan sebagian organ. Neuron membutuhkan suplai oksigen dan glukosa
untuk mempertahankan gradien neurotransmitter dan ion. Tekanan oksigen tidak merata
pada seluruh jaringan otak. Tekanan tersebut lebih tinggi pada substansia grisea
dibandingkan substansia alba, demikian pula halnya dengan aliran darah dan penggunaan
glukosa.Konsumsi oksigen dan glukosa untuk setiap gram otak lebih besar pada neonatus.
pelepasan kalsium dari retikulum endoplasmik. Konsentrasi ATP mulai jatuh, dan ketika
sebanyak 50%-70% ATP neuronal hilang, pompa sodium gagal sehingga saluran ion
bervoltase terbuka, maka menyebabkan Na+, K+, Ca++ dan Cl - menurunkan konsentrasi
gradient mereka serta melepaskan cadangan neurotransmitter. Kemudian air akan memasuki
sel sehingga terjadi peningkatan osmolalitas dan sel membengkak. Konsentrasi kalsium
intraseluler neuronal dapat meningkat hingga empat kali lipat. Konsentrasi kalsium
intraseluler tersebut selanjutnya akan mengaktifkan lipase, protease dan enzim katabolic
lainnya. Perubahan tekanan oksigen memiliki efek yang cepat dan langsung pada saluran
ion membran yang sebagian terkait dengan fosforilasi. Beberapa saluran ion mengalami
down regulation untuk mengurangi saluran ion dan kebutuhan energi seluler. Sedangkan
hypoxia-inducible factor (HIF). Pembentukan molekul ini terjadi belakangan dibandingkan efek
hipoksia pada saluran ion. Molekul ini akan mengaktifkan transkripsi gen untuk
eritropoietin, gen untuk enzim glikolitik dan gen yang terlibat dalam angiogenesis. Faktor-
faktor yang memediasi induksi HIF dan mekanisme toleransi terhadap hipoksia masih
dalam penelitian. Hiperoksia juga dikenal dapat menyebabkan kematian sel pada organ mata
dan paru. Berdasarkan penelitian yang dilakukanoleh Hu dkk., baik itu hipoksia maupun
hiperoksia akan menyebabkan kematian sel dengan cirri apoptotic pada korteks serebral
tikus yang berusia 7 hari. Beberapa penelitian pada binatang juga menunjukkan bahwa
terdapat efek merugikan dari hiperoksia normobarik yangdigunakan untuk resusitasi dan
terapi hiperbarik, yakni menimbulkan kejang dan cedera otak permanen. Anak-anak yang
ischemic encephalopathy
(HIE) pada bayi baru lahir adalah hasil dari hipoksemia dan iskemia, kedua kondisi ini
mengakibatkan munculnya defisiensi suplai oksigen pada jaringan serebral. Istilah hipoksik-
iskemik dipakai karena belum jelas yang mana diantara kedua faktor tersebut yang lebih
peningkatan glikolisis, produksi laktat, dan penurunan produksi senyawa fosfat berenergi
60 cc/kg/hari)
f. Jika terjadi kejang pada bayi, berikan fenobarbital 20 mg/kg IV setelah 5 menit, dosis
bias ditiingkatkan 5 mg/kg setiap 5 menit hingga kejang bias diatasi, maksimum dosis 40
mg/kg
IV. Fokus Pengkajian
a. Anamnesa
1. Biodata
Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa, jumlah
2. Keluhan Utama
Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak bayi belakang
4. Kebutuhan dasar
a. Pola Nutrisi
Pada neonatus membatasi intake oral, karena organ tubuh terutama lambung belum
sempurna, selain itu juga bertujuan untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumonia
b. Pola Eliminasi
c. Kebersihan diri
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama saat b.a.b
d. Pola tidur
b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Pada umumnya pasien dalam keadaan lemah, sesak nafas, pergerakan tremor, reflek
2. Tanda-tanda Vital
3. Kulit
4. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung, sutura
5. Mata
6. Hidung
Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan cuping hidung.
7. Dada
Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan frekwensi pernafasan
yang cepat
8. Neurology / reflek
termoregulasi
c. Test Diagnostik
1. Pemeriksaan Fisik
kesadaran, tonus otot, reflex-refleks (moro, tendo, mioklonus), pupil, denyut jantung.
2. Pemeriksaan Laboratorium
system koagulasi
d. gas darah untuk monitoring status asam basa, dan untuk menghindari
hyperoksia/hypoxia
3. Pemeriksaan Penunjang
intraventricular.
Peningkatan
Kaji tingkat kebutuhan metabolik
hidrasi, perhatikan dari bayi SGA dapat
fontanel, turgor kulit, meningkatkan
berat jenis urine, kebutuhan cairan.
kondisi membran Keadaan bayi
mukosa, fruktuasi hiperglikemia dapat
berat badan.
mengakibatkan diuresi
pada bayi. Pemberian
cairan intravena
mungkin diperlukan
untuk memenuhi
peningkatan
kebutuhan, tetapi harus
dengan hati-hati
ditangani untuk
menghindari kelebihan
cairan
Karena glukosa
adalah sumber utama
Kaji tanda-tanda dari bahan bakar untuk
hipoglikemia; otak, kekurangan dapat
takipnea dan menyebabkan
pernapasan tidak kerusakan SSP
teratur, apnea, letargi,
permanen.hipoglikemi
fruktuasi suhu, dan a secara bermakna
diaphoresis. meningkatkan
Pemberian makan mobilitas mortalitas
buruk, gugup, serta efek berat yang
menangis, nada lama bergantung pada
tinggi, gemetar, mata durasi masing-masing
terbalik, dan aktifitas episode.
kejang.
Kolaborasi :
Kolaborasi : Hipoglikemia dapat
Pantau terjadi pada awal 3 jam
pemeriksaan lahir bayi SGA saat
laboratorium sesuai cadangan glikogen
indikasi dengan cepat
Glukas serum
Nitrogen urea berkurang dan
Arif, Mansjoer, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta: FKUI.
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi. 8. Jakarta: EGC.
Doengoes, Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III. Jakarta: EGC.
Kristiyanasari, W. 2011. Asuhan Keperawatan Neonatus Dan Anak. Muha Medika :
Yogyakarta
Markum. AN. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. BCS. IKA Fakultas Kedokteran