Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

“Benign prostatic hyperplasia (BPH)”

DOSEN PEMBIMBING:

Susilo Hariyanto, S.Kep., Ns., M.Kep.

DISUSUN OLEH :

NAMA : ADIGUNA PRANATA

NIM : 151811913013

KELAS : LA-5A

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2020
1. Konsep Medis
A. Pengertian
Benign Prostatic Hyperplasia atau Benigna Prostat Hiperplasi (BPH) disebut
juga Nodular Hyperplasia, Benign Prostatic Hyperyrophy atau Benign Enlargement
of the Prostate (BEP) yang merujuk kepada peningkatan ukuran prostat pada laki-laki
usia pertengahan dan usia lanjut. (Suharyanto, 2009)
Hiperplasia prostatis benigna (BPH) adalah pembesaran prostat yang
mengenai uretra, menyebabkan gejala urinaria (Nursalam, M & Batticaca, 2011).
Benigna Prostat Hiperplasia adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat
yang dapat menyebabkan obstruksi dan ristriksi pada jalan urine (uretrha) (Rendi, M.
Clevo & TH, 2012)
Benign prostatic hyperplasia (BPH) merupakan penyakit yang sangat sering
mengakibatkan masalah pada pria. Selain dapat meningkatkan morbiditas, juga
mengganggu kualitas hidup pria. Benign prostatic hyperplasia mempunyai
karakteristik berupa hiperplasia pada stroma dan epitel prostat [ CITATION Kem15 \l
1057 ]
Benign prostatic hyperplasia (BPH) merupakan salah satu keadaan yang
menyebabkan gangguan miksi yaitu retensio urin yang mengakibatkan supersaturasi
urin, sehingga rentan utnuk terbentuknya batu buli [ CITATION Bim18 \l 1057 ]

B. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun
yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang
erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan (Purnomo, 2007). Ada beberapa
factor kemungkinan penyebab antara lain :
1. Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan
stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi.
2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteron
3. Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan
penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
4. Interaksi stroma – epitel
5. Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan
transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.
6. Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan
epitel dari kelenjar prostat.
7. Teori sel stem
Menerangkan bahwa terjadinya poliferasi abnormal sel stem sehingga
menyebabkan produksi sel stoma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi
berlebihan (Basuki B Purnomo, 2008).
C. Manifestasi klinis
1. Gejala iritatif meliputi  :
a. Peningkatan frekuensi berkemih
b. Nokturia (terbangun pada malam hari untuk miksi)
c. Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak/tidak dapat ditunda (urgensi)
d. Nyeri pada saat miksi (disuria)
2. Gejala obstruktif meliputi :
a. Pancaran urin melemah
b.    Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik
c. Kalau mau miksi harus menunggu lama
d.  Volume urin menurun dan harus mengedan saat berkemih
e. Aliran urin tidak lancar/terputus-putus
f.    Urin terus menetes setelah berkemih
g.  Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan
inkontinensia karena penumpukan berlebih.
h.   Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi Azotemia (akumulasi produk
sampah nitrogen) dan gagal ginjal dengan retensi urin kronis dan volume
residu yang besar.
3. Gejala generalisata seperti seperti keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa
tidak nyaman pada epigastrik.
Berdasarkan keluhan dapat dibagi menjadi :
a. Derajat I : penderita merasakan lemahnya pancaran berkemih, kencing tak
puas, frekuensi kencing bertambah terutama pada malam hari
b. Derajat II : adanya retensi urin maka timbulah infeksi. Penderita akan
mengeluh waktu miksi terasa panas (disuria) dan kencing malam bertambah
hebat.
c. Derajat III : timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini maka bisa
timbul aliran refluk ke atas, timbul infeksi ascenden menjalar ke ginjal dan
dapat menyebabkan pielonfritis, hidronefrosis
D. Patofisiologi
Menurut Tanto (2014) kelenjar prostat terletak dibawah kandung kemih dan tembus
oleh uretra.kelenjar ini dibagi empat zona yaitu zona perifer, sentral, stoma
fibromuskularis anterior, dan transsisional, yang disebut dengan benign prostat
obstruksi (BPO). Gejala klinis yang timbul terbagi atas dua jenis yaitu gejala
obstruksi dan gejala iritasi, gejala obstruksi timbul akibat sumbatan secara langsung
akibat uretra, gejala iritatif terjadi sekunder pada kandung kemih sebagai respon
meningkatkan resitensi pengeluaran dan pengosongan yang tidak sempurna
menyebakan ransangan pada kandung kemih berkontraksi pada kondisi belum penuh.
Pathway
Menurut Tanto (2014) perjalanan penyakit BPH

Faktor pencetus BPH


:Riwayat Kongenital, faktor
umur, jenis kelamin

Tindakan
sisotomi Pembesaran
Kelenjar Prostat
Stoma dan epitel
Luka sayatan
BPH
Rencana operasi
Kuman masuk
Obstruksi
saluran kemih Pengetahuan
Resiko infeksi
informasi
informasi
Retensi urine
ansietas
Produksi urine
Vesika urinaria
penuh
Vesika urinaria
tak mampu
Menampung Frekuensi fiksi
meningkat
Distensi
kandung kemih Terbangun untuk
miksi

Nyeri akut Mengganggu


pola tidur

Gangguan pola
tidur
E. Penatalaksanaan
Tujuan terapi pada pasien BPH adalah mengembalikan kualitas hidup pasien. Terapi
yang ditawarkan pada pasien tergantung pada derajat keluhan keadaan pasien maupun
kondisi obyektif kesehtan pasien yang diakibatkan oleh penyakitnya.
a. Watchful Waiting
Pada watchful waiting ini, pasien tidak mendapatkan terapi apapun dan hanya
diberi penjelasan mengenai sesuatu hal yang mungkin dapat memperburuk
keluhannya, misalnya (1) Jangan banyak minum dan mengkonsumsi kopi atau
alkohol setelah makan malam, (2) kurangi konsumsi makanan atau minuman yang
menyebabkan iritasi pada buli – buli (kopi atau coklat), (3) batasi penggunaan
obat – obat influeza yang mengandung fenilpropanolamin, (4) kurangi makanan
pedas dan asin, dan (5) jangan menahan kencing terlalu lama.
Setiap 6 bulan, pasien diminta untuk kontrol dengan ditanya dan diperiksa tentang
perubahan keluhan yang dirasakan, penilaian IPSS, pemeriksaan laju pancaran
urine, maupun volume residual urine. Jika keluhan miksi bertambah jelek
daripada sebelumnya, mungkin perlu difikirkan untuk memilih terapi yang lain.
b. Medikamentosa
Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untuk : (1) mengurangi resistensi
otot polos prostat sebagai komponen dinamik atau (2) menurangi volume prostat
sebagai komponen statik. Jenis obat yang dapat berupa:
1. Antagonis adrenergik reseptor – α yang dapat berupa :
2. Inhibitor 5 α redukstase, yaitu finasteride dan dutasteride
3. Fitofarmaka
c. Terapi intervensi
Terapi intervensi dibagi dalam 2 golongan, yakni teknik ablasi jaringan prostat
atau pembedahan terbuka, TURP, TUIP, TUVP, laser prostatektomi. Sedangkan
teknik instrumentalalternatif adalah intrestitial laser coagulation, TUNA, TUMT,
dilatasi balon, dan stent uretra.
F. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium: Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elektrolit, tes sensitivitas dan
biakan urin.
2) Radiologis: Intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning,
Cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila
fungsi ginjal buruk, ultrasonografidapat dilakukan secara trans abdominal atau
trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui
pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli – buli,
mengukur sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu
3) Prostatektomi Retro Pubis: Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi
kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat
diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat.
4) Prostatektomi parineal : yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang
melalui perineum
2. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan. Di dalam pengkajian semua
data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan pasien saat ini.
Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis,
psikologis, social, maupun spiritual pasien (Asmadi, 2008).
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pendidikan, tanggal masuk ke rumah sakit, nomor register dan
diagnosa keperawatan.
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti infeksi saluran kemih,
vesicholithiasis atau sindrom nefrotik.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti penyakit kelamin, DM,
hipertensi dan lain-lain yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan suhu. Nadi
dapat meningkat pada keadaan kesakitan pada retensi urin akut,
dehidrasi sampai syok pada retensi urin serta urosepsis sampai syok -
septik.
b) Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan tehnik bimanual untuk
mengetahui adanya hidronefrosis, dan pyelonefrosis. Pada daerah supra
simfiser pada keadaan retensi akan menonjol. Saat palpasi terasa adanya
ballotemen dan klien akan terasa ingin miksi. Perkusi dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya residual urin.
c) Pemeriksaan penis dan uretra untuk mendeteksi kemungkinan stenose
meatus, striktur uretra, batu uretra, karsinoma maupun fimosis.
d) Pemeriksaan skrotum untuk menentukan adanya epididimitis
e) Rectal touch / pemeriksaan colok dubur bertujuan untuk menentukan
konsistensi sistim persarafan unit vesiko uretra dan besarnya prostat.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (SDKI, D.0077)
2. Resiko infeksi b.d efek prosedur infasif (SDKI, D.0142)
3. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri Akut (SDKI, D.0054)
C. Intervensi
NAMA : RUANG :
UMUR : NO. REG :
TGL/ DX. KEP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD
JAM
Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
b.d agen tindakan (I.08238)
pencedera fisik keperawatan selama 1. Mengidentifikasi 1. Untuk membantu dalam pengkajian
(prosedur 3x24 jam masalah lokasi, karakteristik, pasien dan untuk menentukan intervensi
operasi) klien dapat teratasi durasi, frekuensi, yang dapat dilakukan.
atau berkurang kualitas, intensitas 2. Untuk mengetahui perkembangan skala
dengan kriteria hasil: nyeri nyeri pasien
- Keluhan nyeri 2. Mengidentifikasi skala 3. Menurunkan tegangan otot,
menurun nyeri meningkatkan relaksasi, dan
- Klien tidak 3. Memberikan teknik meningkatkan rasa control dan
terlihat meringis nonfarmakologi kemampuan koping
lagi berupa latihan 4. Untuk mengurangi nyeri yang diperberat
- Mampu distraksi relaksasi oleh gerakan
mengenali 4. Fasilitasi istirahat 5. Dengan memberikan penjelasan kepada
penyebab nyeri tidur pasien diharapkan dapat memahami dan
- Kemampuan 5. Menjelaskan berpartisispasi dalam perawatan untuk Adiguna
menggunakan penyebab, periode, mengurangi nyeri
teknik dan pemicu nyeri 6. Agar pasien dan keluarga mampu
nonfarmakologi 6. Menjelaskan straegi menerapkan strategi meredakan nyeri
meningkat meredakan nyeri saat sewaktu-waktu nyeri datang
(L. 08063) 7. Memonitor TTV 7. Perubahan pada TD, nadi, RR,
8. Melakukan kolaborasi merupakan respon autonomik yang
pemberian analgesik berhubungan dengan penghilang nyeri
8. Dapat menghilangkan atau mengurangi
Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi keluhan nyeri pasien
Resiko infeksi tindakan (I.14539)
b.d efek keperawatan selama 1. Monitor tanda dan 1. Untuk megetahui tanda dan gejala
prosedur infasif 3x24 jam diharapkan gejala infeksi lokak infeksi
2. Untuk mencegah penularan terinfeksi
masalah klien dapat dan sistemik dari bakteri atau virus lain
teratasi dengan 2. Batasi jumlah 3. Menurunkan kontaminasi silang
4. Untuk memberikan informasi pada klien
kriteria hasil: pengunjung
tentang keaadaannya
3. Cuci tangan sebelum 5. Agar klien mampu memonitori dirinya
- Nyeri menurun
dan sesudah kontak sendiri
- Kemerahna 6. Agar klien dapat memeriksa keadaannya
dengan pasien dan sendire
menurun
lingkungan pasien 7. Mencegah terjadi infeksi
- Tekstur
4. Jelaskan tanda dan
membaik
gejala infeksi
(L.14125)
5. Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
6. Kolaborasi pemberian
imunisaasi, jika perlu

Dukungan mobilisasi (I.


Gangguan 05173) 1. Untuk mengetahui adanya nyeri
mobilitas fisik Setelah dilakukan 1. Identifikasi adanya 2. Untuk membantu klien dalam
b.d nyeri Akut tindakan nyeri atau keluhan melakukan aktivitas
keperawatan selama fisik lainnya 3. Mempermudah klien dalam
3x24 jam diharapkan 2. Fasilitasi aktivitas meningkatkan gerakan
masalah klien dapat mobilitas dengan alat 4. Agar klien mengetahui tujuan dan
teratasi dengan bantu (mis. pagar prosedur mobilisasi
kriteria hasil: temppat tidur) 5. Melatih pergeragakan klien
- Pergerakan 3. Libatkan keluarga
ekstremitas untuk membantu
membaik
- Nyeri menurun pasien dalam
- Kecemasan meningkatkan
menurun
pergerakan
(L. 05042)
4. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
5. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilaakukan (mis.
duduk di tempat tidur,
duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi
D. Implmentasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan.
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistimatis dan berencana, untuk
melihat perkembangan pasien, setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
terhadap apa yang telah dilakukan dan hasil evaluasi segera dicatat dan
dikomunikasikan, evaluasi dapat melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan,
evaluasi yang dilakukan sesuai dengan standar dalam asuhan keperawatan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn / Ny./ Sdr E
DENGAN POST OPERASI BPH (BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA)
DI RUANG TERATAI RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN

I. Pengkajian (tgl 2 Januari 2021, pukul: 10.00 WIB)


1.1 Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan :-
Alamat : Lamongan
MRS tgl/ jam : 16 April 2020/ 12.51WIB
Ruangan : Teratai
No. Reg : 569xxx
Dx. Medis : BPH

1.2 Identitas penanggung jawab


Nama : Ny. M
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Penghasilan :-
Alamat : Lamongan
Hub. Dengan klien : Istri

1.3 Keluhan Utama : Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi pada
perut bagian bawah dan nyeri saat BAK. Nyeri seperti
tertusuk-tusuk, skala nyeri 6, nyeri terasa terusmenerus

1.4 Riwayat Penyakit Sekarang : Klien mengatakan nyeri, nyeri semakin terasa ketika
kencing dan bergerak, nyeri hilang ketika tidur. Klien
mengatakan nyeri seperti disayat benda tajam (perih)
dan terasa seperti terbakar. Klien mengatakan nyeri
pada alat kelaminnya. Klien mengatakan skala nyeri 5
menggunakan skala nyeri numerik. Klien mengatakan
nyeri hilang timbul saat merasa ingin kencing.

1.5 Riwayat Penyakit Dahulu : Klien mengatakan pada tahun 2016 pernah MRS di
klinik selama 5 hari karena operasi pengangkatan batu
kandung kemih.

1.6 Riwayat Penyakit Keluarga : Klien mengatakan ayah klien pernah menjalani operasi
pengangkatan batu kandung kemih dan prostat.

1.7 Riwayat Psiko, Sosio, Spiritual:


Riwayat Psiko : Klien menganggap penyakitnya ini adalah cobaan dari Tuhan

Riwayat Sosial : Klien hanya bisa berbaring dan tidak melakukan kegiatan apa-
apa seperti mengurus tokonya, kerja bakti dan kumpul dengan
masyarakat.

Riwayat Spiritual : Klien walaupun sedang sakit selalu beriktiar akan


kesembuhan-nya walaupun jarang beribadah saat di rumah sakit.

1.8 ADL (Activity Daily of Life):


1. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan ketika sehat klien makan secara
mandiri 3x sehari dengan nasi, lauk pauk dan sayur habis 1
porsi. Klien minum air putih sebanyak 1500 cc/hari.

Selama sakit : Keluarga klien mengatakan ketika sehat klien makan secara
mandiri 3x sehari dengan nasi, lauk pauk dan sayur habis 1
porsi. Klien minum air putih sebanyak 2000 cc/hari.
2. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan ketika sehat klien BAB 1x sehari
warna kuning kecoklatan, berbau khas, dan konsistensi lembek.
Klien mengatakan sejak tgl 24-06-2018 merasa kesakitan saat
BAK, dapat BAK namun sedikit-sedikit.

Selama sakit : Klien mengatakan selama di rumah sakit belum BAB. Klien
mengatakan selama di RS menggunakan kateter
3. Pola Istirahat
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak pernah tidur siang karena bekerja dan
tidur malam ± 8 jam sehari yaitu sekitar jam 2000-04.00, tidak
ada gangguan pola tidur atau cemas, klien tidur dengan
nyenyak.
Selama sakit : Selama di rumah sakit klien tidur siang ± 3 jam sehari dan
tidur malam ± 9 jam sekitar jam 20.00-05.00. Klien
mengatakan sering terbangun dari tidur karena merasakan nyeri
saat BAK meskipun sudah pakai kateter.
4. Pola Personal Higiene
Sebelum sakit : Klien mengatakan ketika sehat klien mandi 2x sehari,
gosok gigi 2x sehari, kllien mengatakan keramas 1x sehari,
ganti pakaian 1x sehari secara mandiri, dan memotong kuku
jika sudah panjang..
Selama sakit : Klien mengatakan selama di RS klien hanya diseka, gosok gigi
belum, belum keramas, ganti pakaian 1x sehari, dan memotong
kuku jika sudah panjang.

5. Pola Aktivitas
Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan ketika sehat bekerja sebagai
pegawai swasta,

Selama sakit : Selama di RS hanya di tempat tidur saja, karena


menggunakann kateter dan infus.

2. Pemeriksaan
2.1 Pemeriksaan Umum
Kesadaran: Composmentis, GCS: E: 4 V: 5 M: 6 : 15
TD : 130/80 mmHg
Suhu : 36,3 0C
Nadi : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
BB sebelum sakit : 53 kg
BB saat sakit : 50 kg
TB : 169 cm

2.2 Pemeriksaan Fisik:


Kepala : bersih, tidak ada benjolan, tidak ada bekas luka, rambut berwarna
hitam, rambut tidak rontok, persebaran merata, sedikit beruban.

Mata : simetris, fungsi penglihatan baik, konjungtiva kemerahan, sklera


putih, pupil isokor, tidak ada nyeri tekan.

Hidung : simetris, fungsi penciuman baik, tidak terdpat pernafasan cuping


hidung, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat secret, perdarahan, dan
polip bagian dalam hidung.

Mulut : bibir lembab, tidak terdapat stomatitis, mulut bersih, bibir berwarna
merah muda, tidak ada caries gigi.

Telinga : daun telinga simetris kanan dan kiri, fungsi pendengaran baik, bersih,
tidak ada lesi, tidak terdapat serumen dan perdarahan
Leher : tidak terdapat pembengkakan di sekitar leher, tidak terdapat bekas
luka, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba adanya distensi vena
jugularis, tidak terabaa adaanya pembesaran kelenjar tiroid.

Thorax :
I: simetris dinding dada saat bernafas kanan dan kiri, tidak tampak bekas
luka operasi, tidak ada lesi, tidak terdapat otot bantu pernafasan
P: tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi
P: pada ICS 3-5 sebelah kiri sternum terdengar pekak
A: tidak terdengar suara nafas tambahan pada seluruh lapang paru
Abdomen :
I: simetris tidak ada pembesaran abdomen, tampak bekas luka operasi
pengangkatan batu kandung kemih pada tahun 2016 pada perut bagian
bawah
A: bising usus terdengar 10x/menit
P: suara tympani di seluruh lapang abdomen
P: terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah (hypogastrium)

Genetalia : terpasang kateter 3 jalur ukuran 22, pada ujung penis ttampak dibalut
perban dan terdpat sedikit darah, tampak bersih.

Ekstremitas :
Atas : Kanan: tidak ada odem, akral hangat kering merah, tidak ada nyeri
tekan, CRT < 2 detik, tangan kanan terpasang infus farmadol
100 ml 30 tpm..
Kiri : tidak ada odem, akral hangat, kering, merah , tidak ada nyeri
tekan, CRT < 2 detik.
Bawah : Kanan: tidak ada odem, akral hangat kering merah, sianosis, tidak ada
nyeri tekan, reflek patella baik, CRT < 2 detik.
Kiri : tidak ada odem, akral hangat kering merah, sianosis, tidak ada
nyeri tekan, reflek patella baik, CRT < 2 detik.
Kekuatan otot
5 5
5 5
2.3 Pemeriksaan Penunjang: (tanggal: 01 Januari 2021)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Jumlah leukosit 8,04 10^3/ µL 4,0-11,0
Jumlah eritrosit 5,00 10^6/ µL 4,50-5,50
Hematokrit 42,7 % 40,0-50,0
MCV 85,4 fL 82,0-92,0
MCH 29,4 pg 27,0-31,0
MCHC 34,4 g/dL 32,0-37,0
Jumlah trombosit 286 10^3/ µL 150-400
RDW-SD 40 fL 35-47
RDW-CV 12,9 % 11,5-14,5
PDW 9,2 fL 9,0-13,0
MPV 8,9 fL 7,2-11,1
P-LCR 16,5 % 15,0-0,400
PCT 0,250 % 0,150-0,400
Hitung Jenis
Neutrofil 84,7 % (H) 50-70
Limfosit 7,1 % (L) 20-40
Monosit 7,1 % 2-8
Eusinofil 0,9 % (L) 1-3
Basofil 0,2 % 0-1
Jumlah neutrofil 6,8 10^3/ µL 1,5-7,0
Jumlah limfosit 0,6 10^3/ µL (L) 1,0-3,7
Jumlah monosit 0,57 10^3/ µL 0,16-1,00
Jumlah eosinofil 0,1 10^3/ µL 0-0,8
Jumlah basofil 0,0 10^3/ µL 0-0,2
Masa perdarahan 2,10 menit 1,00-3,00
Masa pembekuan 13,50 menit 8,00-15,00
BUN 11,9 mg/dL 10,0-20,0
LAB
Hemoglobin 14,7 g/dL 13,0-17,0
GDS 107 mg/dL < 180
Ureum 25,4 mg/dL 18-55
Kreatinin 0,99 mg/dL < 1,20
SGOT 13U/L 0-37
SGPT 23 U/L 0-41

- USG Abdomen : Tampak pembesaran kelenjar prostat dengan IPP vertical 3,5 mm
GRADE I dan volume =55,51 ml.

2.4 Therapi (oleh dr Handoko tanggal 16 April 2020)


- Cefotaxim 2x1 amp IV
- Kalnex 3x500 mg IV
- Dycinon 3x1 IV
- Vit C 1x500 mg IV
- Neurobat Forte 1x1 IV
- Omeprazole 1x40 mg IV
- Ondancentron 2x8 mg IV
- Farmadol 3x1 IV
- Remopain 3x30 mg IV
- Infus D5 500 ml 30 tpm IV

Lamongan, 17 April 2020


Mahasiswa
Yang mengkaji

ADIGUNA PRANATA
NIM. 151811913013
ANALISA DATA

NAMA : Tn. S RUANG: Teratai


UMUR : 55 Th NO.REG: 569xxx
NO ANALISIS DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS: Benign Prostatic Nyeri Akut
- Klien mengatakan nyeri, nyeri Hyperplasia (BPH)
semakin terasa ketika kecing dan ↓
bergerak, nyeri hilang ketika Tindakan
tidur Pembedahan TURP
- Klien mengatakan nyeri pada alat ↓
kelaminnya. Trauma Bekas
- Klien mengatakan nyeri hilang Resectocopy
timbul saat merasa ingin kencing. ↓
Rangsangan Saraf
DO: Diameter kecil
- Klien tampak meringis kesakitan ↓
- TTV: Saraf Aferen
TD: 130/80 mmHg memberi respon
N: 88 x/menit ↓
S:36,30C Nyeri Akut
RR: 20 x/menit
- Skala nyeri 5
- Klien post operasi TUR-P
- Klien terpasang kateter 3 saluran
berukuran 22
- Pada ujung penis tertutup kassa
dan terdapat darah

2. DS: Efek prosedur infasif Resiko infeksi


- Klien mengatakan klien
mengatakan pada luka bekas
operasi terasa panas
DO:
- Terlihat panjang luka ± 5 cm dan
terdapat ± 5 jahitan
- Luka bersih, tampak kemerahan,
tidak ada pus, tidak bengkak

3. DS: Prostat Membesar Gangguan mobilitas

- Klien mengeluhkan susah ↓ fisik

beraktivitas karena nyeri di TURP

bagian genetalia ↓
Terputusnya
DO:
jaringan , trauma
- Aktivitas klien sebagian dibantu bekas insisi
oleh keluarga klien seperti ↓
menyeka Nyeri Akut

Hambatan
Mobilitas Fisik

RUMUSAN DIAGNOSA

NAMA : Tn. S RUANG: Teratai


UMUR : 55 Th NO.REG: 569xxx
NO RUMUSAN DIAGNOSA TANGGAL TANGGAL TTD
DITEMUKAN TERATASI
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik 2 Januari 2021 Adiguna
(prosedur operasi) (D.0077)

2. Resiko infeksi b.d efek prosedur infasif 2 Januari 2021 Adiguna


(D.0142)

3. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri Akut 2 Januari 2021 Adiguna


(D.0054)
INTERVENSI

NAMA : Tn. S RUANG : Teratai


UMUR : 55 Th NO. REG : 569xxx
TGL/ DX. KEP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD
JAM
01- Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri Adiguna
01- b.d agen tindakan (I.08238)
2021/ pencedera fisik keperawatan selama 1. Mengidentifikasi 1. Untuk membantu dalam pengkajian
10.10 (prosedur 3x24 jam masalah lokasi, karakteristik, pasien dan untuk menentukan intervensi
operasi) klien dapat teratasi durasi, frekuensi, yang dapat dilakukan.
(D.0077) atau berkurang kualitas, intensitas 2. Untuk mengetahui perkembangan skala
dengan kriteria hasil: nyeri nyeri pasien
- Keluhan nyeri 2. Mengidentifikasi skala 3. Menurunkan tegangan otot,
menurun nyeri meningkatkan relaksasi, dan
- Klien tidak 3. Memberikan teknik meningkatkan rasa control dan
terlihat meringis nonfarmakologi kemampuan koping
lagi berupa latihan 4. Untuk mengurangi nyeri yang diperberat
- Mampu distraksi relaksasi oleh gerakan
mengenali 4. Fasilitasi istirahat 5. Dengan memberikan penjelasan kepada
penyebab nyeri tidur pasien diharapkan dapat memahami dan
- Kemampuan 5. Menjelaskan berpartisispasi dalam perawatan untuk
menggunakan penyebab, periode, mengurangi nyeri
teknik dan pemicu nyeri 6. Agar pasien dan keluarga mampu
nonfarmakologi 6. Menjelaskan straegi menerapkan strategi meredakan nyeri
meningkat meredakan nyeri saat sewaktu-waktu nyeri datang
(L. 08063) 7. Memonitor TTV 7. Perubahan pada TD, nadi, RR,
8. Melakukan kolaborasi merupakan respon autonomik yang
pemberian analgesik berhubungan dengan penghilang nyeri
8. Dapat menghilangkan atau mengurangi
keluhan nyeri pasien
Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
01- Resiko infeksi tindakan (I.14539) Adiguna
01- b.d efek keperawatan selama 1. Monitor tanda dan
2021/ prosedur infasif 3x24 jam diharapkan gejala infeksi lokal
10.20 (D.0142) masalah klien dapat dan sistemik 1. Untuk megetahui tanda dan gejala
teratasi dengan 2. Batasi jumlah infeksi
kriteria hasil: pengunjung 2. Untuk mencegah penularan terinfeksi
3. Cuci tangan sebelum dari bakteri atau virus lain
- Nyeri menurun
dan sesudah kontak 3. Menurunkan kontaminasi silang
- Kemerahna
dengan pasien dan 4. Untuk memberikan informasi pada klien
menurun
lingkungan pasien tentang keaadaannya
- Tekstur membaik
4. Jelaskan tanda dan 5. Agar klien dapat memeriksa keadaannya
(L.14125)
gejala infeksi sendire
5. Ajarkan cara 6. Mencegah terjadi infeksi
memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
6. Kolaborasi pemberian
imunisaasi, jika perlu

Dukungan mobilisasi
(I. 05173)
01- Gangguan Setelah dilakukan 1. Identifikasi adanya
01- mobilitas fisik tindakan nyeri atau keluhan Adiguna
2021/ b.d nyeri Akut keperawatan selama fisik lainnya
10.25 (D.0054) 3x24 jam diharapkan 2. Fasilitasi aktivitas
masalah klien dapat mobilitas dengan alat 1. Untuk mengetahui adanya nyeri
teratasi dengan bantu (mis. pagar 2. Untuk membantu klien dalam
kriteria hasil: temppat tidur) melakukan aktivitas
- Pergerakan 3. Libatkan keluarga 3. Mempermudah klien dalam
ekstremitas untuk membantu meningkatkan gerakan
membaik pasien dalam 4. Agar klien mengetahui tujuan dan
- Nyeri menurun meningkatkan prosedur mobilisasi
- Kecemasan pergerakan 5. Melatih pergeragakan klien
menurun 4. Jelaskan tujuan dan
(L. 05042) prosedur mobilisasi
5. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilaakukan (mis.
duduk di tempat tidur,
duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. (E. A. Mardella, Ed.). Jakarta: EGC.

Bimandama, M. A., & Kurniawaty, E. (2018). Benign prostatic hyperplasia Dengan Retensi Urin
Dan Vesicolithiasis. J Agromedicine Unila Vol.5 No.2, 654-655.
Kemalasari, D. W., Nilapsari, R., & Rusmartini, T. (2015). Korelasi Disfungsi Seksual Dengan
Usia Dan Terapi PAda Benign Prostatic Hyperplasia. Global Medical And HEalth
Communication, Vol.3 No.2, 61-62.
Nursalam, M & Batticaca, F. B. (2011). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Purnomo, B. (2003). Dasar-dasar Urologi. Jakarta: CV. Sagung seto.

Rendi, M. Clevo, M. T. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit Dalam.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Suharyanto, T. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan.
Kota Palembang: CV.TRANS INFO MEDIA (TIM).

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2019). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai