Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA NY.S DENGAN DIAGNOSA


KEPERAWATAN RISIKO PERFUSI SEREBRAL TIDAK EFEKTIF PADA
KASUS TUMOR OTAK (ASTROCYTOMA) DI RUANG DAHLIA IV
RUMAH SAKIT DR. SOEGIRI LAMONGAN

Dosen Pembimbing:

(Susilo Harianto,S.Kep.,Ns.,M.Kep)

Disusun Oleh:

Adiguna Pranata 151811913013

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S


DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN RISIKO PERFUSI SEREBRAL TIDAK EFEKTIF
PADA KASUS TUMOR OTAK (ASTROCYTOMA) DI RUANG DAHLIA IV RUMAH
SAKIT DR. SOEGIRI LAMONGAN

Lamongan,22 Desember 2020 gggggggggggg

CI/KEPALA RUANGAN MAHASISWA

DOSEN PEMBIMBING
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tumor Otak

1. Pengertian

Menurut Brunner & Suddarth (2014) Tumor otak adalah lesi intracranial local yang
menempati ruang di dalam tengkorak. Tumor otak primer berasal dari sel dan struktur di dalam
otak. Tumor otak sekunder, atau metastatic, terbentuk dari struktur-struktur di luar otak (paru,
payudara, saluran gastrointestinal bawah, pancreas, ginjal dan kulit).Tumor otak adalah tumor
intracranial termasuk juga lesi desak ruang (lesi/ berkas organ yang karena proses
pertumbuhannya dapat mendesak organ yang da disekitarnya, sehingga organ tersebut dapat
mengalami gangguan) jinak maupun ganas, yang tumbuh di otak meningen dan tengkorak
(Ariani A, 2012). Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik ganas
maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua proses neoplastik yang terdapat
dalam ruang intracranial atau dalam kanalis spinalis, yang mempunyai sebagian atau seluruh
sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang berasal dari sel-sel saraf di meningen otak, termasuk
juga tumor yang berasal dari sel penunjang (neuroglia), sel epitel pembuluh darah, dan selapu
otak (Satyanegara, 2010).

2. Stadium Tumor Otak

a. Tumor Sel Glial

Klasifikasi lesi primer susunan saraf pusat dilakukan berdasarkan derajat keganasan (grading) :

1) WHO grade I : Tumor dengan potensi proliferasi rendah, kurabilitas pasca reseksi cukup baik.

2) WHO grade II : Tumor bersifat infiltrasi, aktivitas mitosis rendah, namun sering timbul
rekurensi. Jenis tertentu cenderung untuk bersifat progresif kea rah derajat keganasan yang lebih
tinggi.

3) WHO grade III : Gambaran aktivitas mitosis jelas, kemampuan infiltrasi tinggi, dan terdapat
anaplasia.

4) WHO grade IV : Mitosis aktif, cenderung nekrosis, pada umumnya berhubungan dengan
progresivitas penyakit yang cepat pada pre/post operasi.

b. Meningioma

1) Grade I (umumnya jinak) : meningotelia, psamomatosa, sekretorik, fibroblastik, angiomatosa,


limfoplasmosit, transisional, mikrokistik, dan metaplastik.

2) Grade II (memiliki angka rekurensi yang tinggi, terutama bila

tindakan reseksi tidak berhasil mengangkat tumor secara total) : clearcell, chordoid, atipikal.
Tipe chordoid biasanya disertai dengan penyakit Castleman (kelainan proliferasi limfoid).
3) Grade III (anaplastik) : papiler (jarang dan tersering pda anak-anak),

rhabdoid dan anaplastik. Grade III ini merupakan meningioma malignan dengan angka invasi
lokal yang tinggi, rekurensi tinggi, dan metastasis.

3. ETIOLOGI

Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang menunjukan bahwa
beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe tumor-tumor tertentu. Agent tersebut
meliputi factor herediter, congenital, virus, toksin, dan defisiensi immunologi. Ada juga yang
mengatakan bahwa tumor otak dapat terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan penyakit
peradangan. Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat terjadi. Karsinoma
metastase lebih sering menuju ke otak dari pada sarkoma. Lokasi utama dari tumor otak
metastase berasal dari paru-paru dan payudara (Jitowiyono S, 2012).

Menurut Harsono (2015) Tumor otak lebih sering mengenai pria dari pada wanita,
dengan perbandingan 55:45, sedangkan meningioma lebih sering timbul pada wanita dari pada
pria dengan perbandingan 2 : 1 . Menurut Wismaji S dkk (2011) faktor risiko terjadinya tumor
otak meliputi :

1. Radiasi

Meningkatnya insiden tumor otak, terutama meningioma dilaporkan terjadi pada pasien yang
pernah menerima radiasi walaupun dalam dosis rendah. Radiasi yang dapat meninmbulkan
mutasi dan perubahan genetik adalah sparsely ionizing berupa y-photon dan x-ray, densely
ionizing berupa neutron dan ion berat, dan non ionizing berupa gelombang elektromagnetik.

2. Kimia

Berbagai zat kimia dapat menginduksi tumor sel mesenkimal dan glial. Karsinogen kimia yang
paling potensial adalah senyawa nitrogen, senyawa tersebut banyak ditemukan pada makanan
(daging yang diawetkan atau diasap dan beberapa buah dan sayuran). Selain itu senyawa nitrat
tersebut juga dapat ditemukan pada kosmetik dan beberapa produk industri.

3. Virus

Limfoma serebral, terutama limfoma sel B, banyak terdapat pada pasien dengan penurunan
imunitas (imunosupresan), misalnya pada pasien dengan HIV, pasca transplantasi organ atau
imunodefisiensi kongenital. Adanya tumor tersebut juga dipengaruhi oleh infeksi virus Epstein
Barr (EBV).

Selain tiga faktor tersebut, faktor host juga dapat mempengaruhi perubahan genetika sel melalui
sistem seluler dan sistemik. Pada fase selular, sel yang berada pada fase aktif membelah akan
lebih rentan terkena kerusakan oleh radiasi, kimia atau virus sehingga lebih mudah mengalami
mutasi genetik. Hal ini menjelaskan mengapa tumor tumbuh dari lapisan germinal.
4. PATOFISIOLOGI

Faktor risiko terjadi tumor otak meliputi faktor radiasi, kimia, dan virus. Meningioma
terjadi pada pasien yang pernah menerima radiasi dalam dosis rendah seperti x-ray dan
gelombang elektromagnetik. Zat kimia yang berpotensi mengakibatkan tumor otak adalah
senyawa nitrogen, senyawa tersebut banyak ditemukan pada makanan seperti daging yang
diawetkan dan diasap serta dapat ditemukan pada kosmetik dan produk industri lainnya. Adanya
virus Epstein Barr (EBV) dapat mengakibatkan tumor otak yang dapat terjadi pada pasien
dengan penurunan immunosupresan misalnya pada pasien dengan HIV, pasca transplantasi organ
atau imunodefisiensi kongenital (Wismaji S dkk, 2011).

Adanya pertumbuhan sel yang abnormal dari faktor risiko yang terjadi dapat
mengakibatkan tumor otak. Adanya lesi desak ruang juga dapat mendesak jaringan otak sehat
disekitarnya sehingga terjadi defisit neurologis sesuai dengan lokasi tumor, tipe tumor serta
pertumbuhan tumor tersebut (Wismaji S dkk, 2011).

Gejala klinis yang terjadi akibat adanya masa intrakranial disebabkan oleh lesi desak
ruang tumor terhadap ruang intrakranial, sehingga terjadi penekanan jaringan disekitar otak yang
dapat mengakibatkan edema serebri akibat penumpukan cairan interstisial disekitar tumor.
Adanya edema serebri menandakan adanya tumor ganas seperti glioblastoma dan
medullablastoma (Wismaji S dkk, 2011). Edema disekitar tumor dapat mengakibatkan
hidrosefalus yang terjadi akibat obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal, hidrosefalus terjadi pada
tumor yang berada di fosa posterior dan lebih banyak terjadi pada anak-anak. Hidrosefalus dan
edema serebri dapat menyebabkan herniasi serebral yang menekan struktur penting yang dapat
mengakibatkan perubahan sirkulasi cairan, sehingga sirkulasi sel-sel terjadi mengalami
penurunan dan terjadinya penurunan oksigen sehingga mengakibatkan sirkulasi menjadi anaerob
dan terjadinya hipoksia serebral yang dapat mengakibatkan masalah ketidakefektifan jaringan
otak serta kompensasi takipnea sehingga munculnya masalah gangguan pola nafas.

Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor; bertambahnya


massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan
mengambil tempat dalam ruang yang relatif tetap dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas
menimbulkan edema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanismenya belum seluruhnya
dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan.
Obstruksi vena dan edema yang disebabkan olehkerusakan sawar darah otak, semuanya
menimbulkan kenaikan volume intrakranial dan meningkatkan tekanan intrakranial. Obstruksi
sirkulasi cairan serebrosipnal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan
hidrosefalus (Ariani A. 2012).
Peningkatan tekanan intrakranial akan mebahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah
satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Tanda dan gejala terjadinya peningkatan
tekanan intrakranial adalah tekanan darah meningkat, nyeri kepala progresif yang dapat
mengakibatkan nyeri akut, mual-muntah proyektil yang dapat menimbulkan masalah gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, serta terjadinya penurunan kesadaran yang dapat
mengakibatkan menekan saraf otak sehingga dapat menimbulkan hemiparise yang dapat terjadi
masalah risiko cidera dan defisit perawatan diri.. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu
berhari-hari atau berbulanbulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila
tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan
volume darah intrakranial, volume cairan serebrospinal,kandungan cairan intrasel, dan
mengurangi sel-sel parenkim. (Ariani A.2012).

Menurut Wismaji S dkk, (2011) Tanda dan gejala tumor otak bisa dilihat bedasarkan
lokasi tumor tersebut. Tumor serebellum atau otak kecil dapat mengakibatkan gangguan
kesimbangan, sikap badan serta aktivitas otot yang dapat menimbulkan masalah risiko cidera.
Tumor enchepalon atau otak tengah dibagi menjadi bagian thalamus yang dapat mengakibatkan
gangguan sensasi somatik dan dapat menimbulkan masalah risiko cidera, serta bagian epitalamus
yang dapat mengakibatkan gangguan penciuman dan dapat menimbulkan masalah perubahan
peresepsi sensori, dan bagian hipotalamus yang berperan dalam pengaturan suhu yang dapat
menimbulkan masalah hipertermi. Tumor meningen dapat mengakibatkan gangguan gaya
berjalan, serta gangguan kepribadian. Tumor sereblum dibagi menjadi bagian lobus parietal yang
dapat mengakibatkan gangguan sensori nyeri, bagian lobus temporal dapat mengakibatkan
gangguan pendengaran, kerusakan konstruksi verbal dan menimbulkan masalah perubahan
persepsi sensori, bagian lobus frontal dapat mengakibatkan gangguan gerak aktivitas serta
gangguan kepribadian,bagian lobus ocipital dapat mengakibatkan gangguan visual yang dapat
menimbulkan masalah perubahan persepsi sensori dan mengakibatkan nyeri kepala yang dapat
menimbulkan masalah nyeri akut.

6. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Ariani A. (2012) Trias klasi tumor otak adalah nyeri kepala, muntah, dan
papiledema. Namun gejala sangat bervariasi tergantung pada tempat lesi dan kecepatan
pertumbuhannya.

1) Nyeri kepala

Mungkin nyeri kepala merupakan gejala umum yang paling sering di jumpai pada
penderita tumor otak. Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus menerus, tumpul, dan
kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat waktu pagi hari dan menjadi lebih hebat oleh
aktivitas yang biasanya meningkatkan tekanan intrakranial, seperti membungkuk, batuk, atau
mengejan sewaktu buang air besar. Nyeri kepala sedikit berkurang jika diberi aspirin dan
kompres dingin pada tempat yang sakit. Nyeri kepala yang dihungkan dengan tumor otak
disebabkan oleh traksi dan penggeseran struktur peka nyeri dalam intrakranial. Struktur peka
nyeri ini termasuk arteri, vena, serta sinus-sinus vena dan saraf otak. Lokasi nyeri kepala cukup
berarti karena sepertiga dari nyeri kepala ini terjadi pada tempat tumor, sedangkan dua pertiga
lainnya terjadi di dekat atau di atas tumor. Nyeri kepala oksipital merupakan gejala pertama pada
tumor fossa posterior. Kira-kira sepertiga lesi supratentorial menyebabkan nyeri kepala frontal.
Jika keluhan nyeri kepala yang terjadi menyeluruh, maka nilai lokasinya kecil dan pada
umumnya menunjukan pergeseran ekstensif kandungan intrakranial yang meningkatkan tekanan
intrakranial.

2) Nausea dan Muntah

Nausea dan muntah terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medulla
oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial dan batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa diawali nausea dan dapat
proyektil.

3) Papiledema

Papiledema disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan papila saraf
optikus. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi, tanda ini mengisyaratkan peningkatan
tekanan intrakranial. Seringkali sulit menggunakan tanda ini sebagai diagnosis tumor otak karena
pada beberapa individu fundus tidak memperlihatkan edema meskipun tekanan intrakranial amat
tinggi. Menyertai papiledema dapat terjadi gangguan penglihatan, termasuk pembesaran bintik
buta dan amaurosis fugaks (saat-saat di mana penglihatan berkurang).

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan klien dengan tumor otak meliputi :

a. Radiasi

Terapi radiasi pancaran eksternal (external-beam radiation), sebagai terapi tunggal atau
dikombinasikan dengan reseksi bedah. Stereotaktik radiasi dilakukan pada tumor yang
pertumbuhannya lambat (Tarwoto, 2013).

b. Kemoterapi

Dilakukan dengan indikasi tertentu sesuai dengan umur, status neurologi, tipe tumor.
Biasanya dilakukan sesudah pembedahan dengan radioterapi (Tarwoto, 2013).

c. Pembedahan

Pemilihan terapi ditentukan oleh tipe dan letak dari tumor. Kombinasi terapi sering
dilakukan, misalnya radiasi dengan pembedahan atau kemoterapi. Pembedahan intrakranial pada
umumnya dilakukan untuk seluruh tipe kondisi patologi dari otak untuk mengurangi tekanan
intrakranial dan mengangkat tumor. Pembedahan ini juga dilakukan melalui pembukaan
tengkorak yang disebut Craniotomy. Obat-obatan yang sering diberikan meliputi : kortikosteroid,
antikonvulsi, antasid dan laxatives, terapi cairan/elektrolit, oksigenisasi dan dukungan ventilator.
Selain itu juga klien dilakukan monitor tekanan intrakranial dan rehabilitasi neurologi (Widagdo
W, dkk 2008).

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan klien dengan tumor otak meliputi :

a. Radiasi
Terapi radiasi pancaran eksternal (external-beam radiation), sebagai terapi tunggal
atau dikombinasikan dengan reseksi bedah. Stereotaktik radiasi dilakukan pada tumor
yang pertumbuhannya lambat (Tarwoto, 2013).
b. Kemoterapi
Dilakukan dengan indikasi tertentu sesuai dengan umur, status neurologi, tipe tumor.
Biasanya dilakukan sesudah pembedahan dengan radioterapi (Tarwoto, 2013).
c. Pembedahan
Pemilihan terapi ditentukan oleh tipe dan letak dari tumor. Kombinasi terapi sering
dilakukan, misalnya radiasi dengan pembedahan atau kemoterapi. Pembedahan
intrakranial pada umumnya dilakukan untuk seluruh tipe kondisi patologi dari otak
untuk mengurangi tekanan intrakranial dan mengangkat tumor. Pembedahan ini juga
dilakukan melalui pembukaan tengkorak yang disebut Craniotomy. Obat-obatan yang
sering diberikan meliputi : kortikosteroid, antikonvulsi, antasid dan laxatives, terapi
cairan/elektrolit, oksigenisasi dan dukungan ventilator. Selain itu juga klien dilakukan
monitor tekanan intrakranial dan rehabilitasi neurologi (Widagdo W, dkk 2008).
8. WOC
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Menurut Muttaqin A (2010) pengkajian keperawatan pada pasien sistem saraf meliputi :

1. Pengkajian

a. Identitas Klien

Meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,
tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, nomor registrasi.

b. Keluhan utama

Keluhan utama pada klien gangguan sistem saraf biasanya akan terlihat bila sudah terjadi
disfungsi neurologis. Keluhan yang sering didapatkan meliputi kelemahan anggota gerak sebelah
badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, konvulsi (kejang), sakit kepala yang hebat, nyeri
otot, kaku kuduk, sakit pinggang, tingkat kesadaran menurun (GCS<15),akral dingin, dan
ekspresi rasa takut (Muttaqin A, 2010).

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya pasien tumor otak mengeluh nyeri kepala, mual, muntah, kejang, dan penurunan
tingkat kesadaran. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran dihubungan dengan
perubahan didalam intrakranial . keluhan perubahan prilaku juga umum terjadi, dapat terjadinya
latergi, tidak responsif dan koma (Muttaqin A, 2008).

d. Riwayat Kesehatan Dahulu

Adanya riwayat nyeri kepala sebelumnya. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian
dari riwayat penyakit kesehatan sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh
dan untuk memberikan tindakan selanjutnya (Muttaqin A, 2008).

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji adanya tumor intrakranial pada generasi terdahulu. Pengkajian juga dilakukan ada atau
tidaknya riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, asma dan penyakit yang dapat
memperburuk klien seperti penyakit jantung, jika klien menderita penyakit tersebut.

f. Pola Fungsi Kesehatan

1) Pola aktivitas dan istirahat

Biasanya pada pasien sol atau tumor otak timbul gejala malaise dengan tanda ataksia, masalah
berjalan, serta kelumpuhan.
2) Sirkulasi

Adanya riwayat kardiopatologi seperti endokarditis dengan tanda tekanan darah meningkat.

3) Pola eliminasi

Biasanya pada pasien SOL adanya inkontinensia urine.

4) Pola nutrisi

Biasanya terjadi kehilangan nafsu makan , anoreksia, mual-muntah, turgor kulit jelek, membrane
mukosa kering.

5) Hygiene

Biasanya pasien SOL ketergantungan semua kebutuhan, perawatan diri (pada masa akut).

6) Neurosensori

Biasanya terdapat gejala nyeri kepala, parestasia, timbul kejang, gangguan penglihatan,
penurunan status mental dan kesadran kehilangan memori, sulit dalam keputusan, afasia, mata
pupil anisokor (peningkatan TIK), kejang umum lokal.

7) Nyeri/ kenyamanan

Biasanya sakit kepala akan diperburuk oleh ketegangan, leher/punggung kaku, tamapak terus
terjaga, meangis atau mengeluh.

8) Pola pernafasan

Biasanya ada riwayat infeksi sinus atau paru dengan tanda peningkatan kerja pernafasan dan
perubahan mental.

g. Pemeriksaan Fisik

1) Secara sitemik dari kepala sampai ujung kaki

a) Kepala

Biasanya pada kepala ada benjolan, adanya nyeri kepala.

b) Leher

Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada benjolan, adanya kesulitan menelan.

c) Muka

Biasanya Wajah terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tidak ada
lesi, simetris, dan tidak ada edema.

d) Mata
Biasa pada pasien dengan tumor otak mengalami anemis.

e) Telinga

Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal bila pasien sadar, tidak adalesi atau nyeri
tekan.

f) Hidung

Biasanya tidak ada deformitas, tak ada pernapasan cuping hidung.

g) Mulut dan faring

Biasanya tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut pucat.

h) Thoraks

Tidak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.

i) Paru

(1) Inspeksi

Pernapasan meningkat.

(2) Palpasi

Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama

(3) Perkusi

Suara ketok sonor, tak ada redup atau suara tambahanlainnya.

(4) Auskultas

Nafas tidak normal, biasanya ada suara tambahan lainya seperti stridor dan ronchi.

j) Jantung

(1) Inspeksi

Tidak tampak iktus cordis.

(2) Palpasi

Iktus tidak teraba.

(3) Auskultasi

Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.

k) Abdomen

(1) Inspeksi
Bentuk datar, simetris.

(2) Palpasi

Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba

(3) Perkusi

Suara thympani.

(4) Auskultasi

Peristaltik usus normal 20 kali/menit

l) Sistem integumen

Turgor kulit kering, CRT >2 detik, adanya udema.

m)Ekstremitas

Biasa adanya udem pada ekstermitas jika pasien tidak sadar.

2) Pemeriksaan Neurologi

Tingkat kesadaran yang umumnya dikembangkan dengan Glasgow Coma Scala (GCS).
Biasanya pada pasien dengan tumor otak datang dengan keluhan penurunan kesadaran dengan
nilai GCS >15.

3.) Pemeriksaan saraf kranial

Nervus Respon

I Pada klien tumor intracranial yang tidak mengompresi saraf ini tidak ada
kelainan pada funsi penciuman.
II Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian tertentu dari
lintasan visual.
III, IV,VI Adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari saraf ke VI memberikan
manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma multiforme.
V Pada keadaan tumor intracranial yang tidak mengompresi saraf trigeminus
maka tidak ada kelainan pada fungsi saraf ini. Pada neurolema yang
mengganggu saraf ini akan didapatkan adanya paralisis wajah unilateral.
VII Pada keadaan tumor intracranial yang tidak mengompresi saraf trigeminus
maka tidak ada kelainan pada fungsi saraf ini. Pada neurolema yang
mengganggu saraf ini akan didapatkan adanya paralisis wajah unilateral.
VIII Pada neurolema didapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus temporalis
menyebabkan tinnitus dan halusinasi pendengaran yang mungkin
diakibatkan iritasi korteks pendengaran temporalis atau korteks yang
berbatasan.
IX, X Kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka mulut.
XI Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

XII Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi. Indra
pengecapan normal.
(Sumber : Muttaqin A, 2008)

4) Pemeriksaan kekuatan Otot

Biasanya pasien dengan tumor otak terjadinya hemiparise atau kelumpuhan. Kekuatan otot <4.

5) Tingkat Kesadaran

Biasanya pasien dengan tumor otak masuk dengan penurunan kesadaran yaitu seperti latergi,
stupor, bahkan sampai semikoma.

6) Pemeriksaan refleks Patologis

a) Tanda Babinski

Biasanya pada pasien tumor otak tanda Babinski negatif (-), adanya reaksi yang terdiri atas
pengembangan dan ekstensi jarijari kaki serta elevasi ibu jari kaki atas penggoresan telapak kaki
bagian lateral.

b) Chadock

Biasanya pada pasien tumor otak refleks chadock negatif (-), adanya respon ekstensi ibu jari kaki
dan pengembangan ibu jari lainnya.

c) Oppenheim

Biasanya pada pasien tumor otak refleks chadock negatif (-), adanya pengerutan Krista anterior
tibia dari proksimal ke distal

d) Gordon

Biasanya pada pasien tumor otak refleks chadock negatif (-), adanya respon ekstensi ibu jari kaki
dan pengembangan ibu jari lainnya.

e) Hoffman-Trommer

Biasanya pada pasien tumor otak refleks chadock negatif (-), adanya respon ibu jari telunjuk dan
jari lainnya fleksi.

7) Pemeriksaan Fisiologis

Menurut Morton G (2005) pemeriksaan fisiologis meliputi :

a) Reflek Biseps
Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami penurunan kesadaran atau hemiparise,
refleks biseps positif (+), tidak adanya fleksi siku yang cepat yang dapat dilihat dan dipalpasi.

b) Refleks Triseps

Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami penurunan kesadaran atau hemiparise,
refleks triseps positif (+) tidak adanya ekstensi cepat pada siku.

c) Refleks Brakioradialis

Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami penurunan kesadaran atau hemiparise
refleks brakioradialis positif (+), tidak adanya fleksi siku kanan, supinasi lengan bawah, dan
fleksi jari-jari tangan dan tangan.

d) Refleks Kuadriseps (Kejutan Lutut atau Patelar)

Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami penurunan kesadaran atau hemiparise
refleks kuadriseps positif (+) Lutut klien tidak terekstensi dan quadriceps harus berkontraksi.

e) Refleks Achilles (Kejutan Pergelangan Kaki)

Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami penurunan kesadaran atau hemiparise
refleks achilles positif (+), tidak menyebabkan plantar fleksi dan diikuti dengan relaksasi otot.

8) Pemeriksaan Tanda Rangsangan Meningeal

a) Pemeriksaan Kaku kuduk, dengan cara:

Biasanya pada pasien tumor otak pemeriksaan kaku kuduk positif (+) adanya tahanan, pasien
merasa nyeri, meringis.

b)Brudzinski I ( Brudzinski’s neck sign )

Biasanya pada pasien dengan tumor otak Brudzinski I negatif (-) tidak terdapat gerakan
infolunter ( fleksi abnormal ) di sendi lutut dan panggul kedua tungkai.

c) Tanda Laseque

Biasnya pasien tumor otak tanda laseque negatif (-), tidak terdapat tahanan dan serta sudut
mencapai 70°.

d) Brudzinski II

Biasanya pasien dengan tumor otak Brudzinski II negatif (-), tidak adanya gerakan infolunter
(fleksi abnormal) pada kaki.

e) Pemeriksaan Kernig

Biasanya pada pasien tumor otak yang mengalami penurunan kesadaran tidak terdapat tahanan
bisa mencapai sudut 135°, Kernig sign negatif (-).
h. Pemeriksaan Diagnostik

Setiap kasus yang dicurigai terdapat lesi intracranial harus menjalani evaluasi medis lengkap
dengan perhatian khusus pada pemeriksaan neurologis. Penyelidikan diagnostic spesifik
dilakukan setelah pemeriksaan neurologis dan dimulai dari tindakan non-invasif yang
menimbulkan risiko paling kecil sampai tindakan yang mempergunakan teknik invasive dan
yang lebih berbahaya. Pedoman interpretasi data klinik (2011) Biasanya pada pasien tumor otak
akan mengalami peningkatan jumlah leukosit, fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi,
melindungi tubuh dengan memfagosit organisme asing dan memproduksi atau mengangkut/
mendistribusikan antibody dan peningkatan kadar bilirubin tidak terkonjugasi dapat terjadi pada
infark pulmonal. Radiogram tengkorak member informasi yang sangat berharga mengenai
struktur, penebalan, dan klasifikasi (posisi kelenjer pineal yang mengapur), dan posisi seta
tursika. Elektroensefalogram memberikan informasi mengenai perubahan kepekaan neuron.
Pergeseran kandungan intraserebri dapat dilihat pada ekoensefalogram. Sidik otak radioaktif
memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Tumor intracranial
maupun oklusio vascular, infeksi, dan trauma mengakibatkankerusakan sawar pada otak yang
menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif (Muttaqin, 2008).

2. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnose keperawatan yang lazim di jumpai pada tumor otak menurut Muttaqin A
(2008) adalah sebagai berikut :

a. Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d tumor otak (D.0017)

b. Pola nafas tidak efektif b.d Gangguan neurologis (mis elektroen (EEG) positif, Cedera kepala,
gangguan kejang)

c. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis (Mis. Inflamasi,iskemia,neoplasma) (D.0077)

3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan yang dapat ditegakkan pada pasien dengan Tumor Otak

adalah seperti yang tertera pada tabel dibawah ini :

DX Kep (SDKI) KRITERIA HASIL INTERVENSI (SIKI)


(SLKI)
Risiko perfusi serebral tidak -Tingkat kesadaran Manajemen peningkata tekanan
efektif b.d tumor otak meningkat intracranial (I.06194)
(D.0017) - Tekanan intra kranial Observasi
menurun 1.Identifikasi penyebab
- sakit kepala menurun peningkatan TIK
- reflek saraf membaik 2. Monitor tanda dan gejala
(L.02014) peningkatan TIK
3. Monitor ICP
Terapeutik
4. Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
5. kolaborasi pemberian sedasi dan
anti konvulsan
6. kolaborasi pemberian diuretic
osmosis
Pola nafas tidak efektif b.d -Status kognitif Manajemen jalan napas (I.01011)
Gangguan neurologis (mis meningkat Observasi
elektroen (EEG) positif, - fungsi sensorik kranial 1.Monitor pola nafas
Cedera kepala, gangguan meningkat Terapeutik
kejang) (D.0005) - fungsi motorik kranial 2. posisikan semi fowler atau
meningkat fowler
- pola napas membaik 3. berikan oksigen, jika perlu
(L.06053) Edukasi
4. Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari

Nyeri akut b.d Agen -Keluhan nyeri menurun Manajemen terapi radiasi(I.08240)
pencedera fisiologis (Mis. - sikap protektif Observasi
Inflamasi,iskemia,neoplasma) menurun 1.Monitor efek samping dan efek
(D.0077) - ketegangan otot toksik terapi
menurun 2. Monitor tanda dan gejala infeksi
- tekanan darah sistemik,anemia, dan perdarahan
membaik Terapeutik
- Mual muntah menurun 3. Batasi kunjungsn
- Perilaku membaik Edukasi
(L.08066) 4. Jelaskan tujuan dan prosedur
terapi radiasi
5. jelaskan efek radiasi pada sel
keganasan
6. Anjurkan asupan cairan dan
nutrisi adekuat
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian obat
untuk mengendalikan efek samping
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, A.2012. Sistem Neurobehaviour. Jakarta : Salemba Medika

Bruner and Suddarth. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12. Jakarta : EGC

Ginsberg, L. 2008. Neurologi. Jakarta : Erlangga

Harsono. 2015. Neurologi Klinis. Yogyakarta : Gadjah Mada University

Hidayat, A. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba

Medika

Jitowiyono, S &Kristiyanasari, W. 2012. Asuhan Keperawatan Post Operasi.

Yogyakarta :Nuha Medika.


Muttaqin,A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.

Muttaqin, A. 2010. Pengkajian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nanda International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-

2017.Jakarta : EGC

Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta :

Mediaction Jogja

Nursalam. 2015. Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.

Jakarta :Salemba Medika

Priyawati D, Soesanti I, Hidayah I. 2015. Kajian Pustaka Metode Segmentasi Citra

Pada MRI Tumor Otak. http://download.portalgaruda.org/article.php?

article=352890&val=5634&title =KAJIAN%20PUSTAKA%20METODE

%20SEGMENTASI%20CITRA%2 0PADA%20MRI%20TUMOR%20OTAK.

Diakses pada tanggal 10 januari 2017.

Redinal YSP, Amroisa N. 2014. Primary Brain Tumor With Hemiparese Dextra and

Parese Nerve II,III,IV,VI. Medula, Volume 2,Nomor 3. Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung. http://download.portalgaruda.org/article.php?

article=154433&val=5502&title =TUMOR%20OTAK%20PRIMER

%20DENGAN%20HEMIPARESE%20D EXTRA%PARESE%20NERVUS

%20II,%20III,%20IV,%20VI. Diakses pada tanggal 10 januari 2017.

Robbins &Cotran. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit.Jakarta : EGC

Sari EDY, Windarti I, Wahyuni A. 2013. Clinical Characteristics Histopathology of

Brain Tumor at Two Hosipitals of Bandar Lampung. http://jukeunila.com/wp-

content/uploads/2016/05/7-Ellysabet-Dian-YVS.pdf. Diakses pada tanggal 10

januari 2017.

Satyanegara.2010. Ilmu Bedah Saraf. Edisi IV. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama.
Sujarweni, W. 2014. Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta : Gava Media

Tarwoto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : CV Sagung Seto

Widagdo, W dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan

Sistem Persarafan. Jakarta : Trans info Media

Wismaji, S dkk. 2011. Sinopsis Ilmu Bedah Saraf. Jakarta : CV Sagung Seto

PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S

DENGAN DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN RISIKO PERFUSI SEREBRAL TIDAK


EFEKTIF PADA KASUS TUMOR OTAK (ASTROCYTOMA) DI RUANG DAHLIA IV
RUMAH SAKIT DR. SOEGIRI LAMONGAN

I. Pengkajian (tgl 20 Desember 2020, pukul: 09.30WIB)


1.1 Identitas Klien
Nama : Ny. S
Umur : 43 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/ Bangsa :Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Penghasilan :-
Alamat :Jl. Sumargo
MRS tgl/ jam : 20 Desember 2020/08.10
Ruangan : Dahlia IV
No. Reg :987xxx
Dx. Medis : SOL

1.2 Identitas penanggung jawab


Nama : Tn.A
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama :Islam
Suku/ Bangsa :Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan :-
Alamat : Jl. Sumargo
Hub. Dengan klien : Suami

1.3 Keluhan Utama : Penurunan Kesadaran


1.4 Riwayat Penyakit Sekarang : : Klien masuk RSUD DR.SOEGIRI LAMONGAN pada
hari minggu tanggal 20 desember pukul 08.10 WIB,
dengan keluhan penurunan kesadaran yangberangsurangsur
sejak 1 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit,
Mengeluh sesak sejak 2 hari yang lalu, Sakit kepala kepala
yangsemakin lama semakin hebat sejak ±6 bulan yang lalu,
nyeri kepala kadang disertai muntah. Serta lemah adanya
perubahan perilaku serta berbicara tidak nyambung,
gangguan penglihatan ±3 bulan yang lalu, penglihatan
kedua mata kabur

1.5 Riwayat Penyakit Dahulu : Keluarga mengatakan klien pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya, dan ini dirawat untuk ketiga kalinya di RSUD
DR SOEGIRI LAMONGAN. Pertama klien dirawat sekitar
tahun 2010 dengan penyakit Typus dan DBD saat hamil
anak pertama, dibawa ke RSUD Pariama dan dirujuk ke
RSNU LAMONGAN, dirawat selama ±12 hari, dan setelah
itu diperbolehkan pulang, untuk yang kedua masuk rumah
sakit ±3 tahun yang lalu dengan masalah tekanan darah
tinggi saat hamil trimester akhir, dirawat ±2 minggu. Klien
menderita hipertensi sudah ±15 tahun yang lalu, control
rutin ke puskesmas atau tempat pelayanan kesehatan
jarang, suka makan makanan yang bersantan, jarang
berolahraga.
1.6 Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama yaitu tumor, ibu dari pasien
mempunyai riwayat hipertensi, dan tidak ada anggota
keluarga yang menderita penyakit menular.
1.7 Riwayat Psiko, Sosio, Spiritual:
Riwayat Psiko : Klien tampak berubah perilakunya dan sering tidak nyambung
jika diajak berbicara

Riwayat Sosial : Klien ditemani suami dan keluarga selama dirumah sakit

Riwayat Spiritual : Keluarga mengatakan klien tampak pasrah dengan penyakitnya


ini

1.8 ADL (Activity Daily of Life):


1. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Keluarga mengatakan saat klien sehat ia makan 3x sehari
(nasi+lauk+sayur) dan minum air putih sebanyak 7-8 gelas (1400-
1600cc /hari)

Selama sakit : saat sakit klien diberikan MC TKTP 1800 Kkal.

2. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Ketika Sehat, BAK klien lancar ±7x sehari . BAB lancar dengan
konsistensi lunak.

Selama sakit : Saat Sakit , klien terpasang kateterBAK ±1400 cc/hari, BAB
jarang 1x dalam 2 hari dengan konsistensi cair.

3. Pola Istirahat
Sebelum sakit : Saat sehat, klien tidur 7 jam/hari, kualitas tidur baik.

Selama sakit : Saat sakit klien tidur 6-7 jam/hari, klien gelisah dan sering
terbangun.
4. Pola Personal Higiene
Sebelum sakit : Saat sehat klien mandi 3x/hari, menggosok gigi setiap hari

Selama sakit : Saat sakit klien hanya diseka 2x/hari

5. Pola Aktivitas
Sebelum sakit : Saat sehat keluarga mengatakan klien seorang ibu rumah tangga,
bisa melakukan aktivitas tanpa dibantu olah keluarga.

Selama sakit : Saat sakit klien hanya ditempat tidur aktivitas dibantu keluarga
dan perawat.

2. Pemeriksaan
2.1 Pemeriksaan Umum
Kesadaran: Apatis, GCS: 12. E:3, M:6, E:3
Suhu : 38,7 C
Nadi : 72X/menit
RR :23X/menit
BB :56 kg
TB :167 cm
TD : 160/90 mmhg

2.2 Pemeriksaan Fisik:


Kepala : Kepala tampak simetris, tidak ada hematom, tidak ada lesi.
Mata : Mata tampak simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pemeriksaan Nervus II (Optikus) tidak normal, ketajaman penglihatan
berkurang, pasien tidak dapat melihat angka yang diberikan sejauh 1 meter
penglihatan mata kiri dan kanan kabur, begitu pula dengan lapang
pandang, Nervus III (Okulomotorius), Nervus IV (Troklearis) dan Nervus
VI (Abdusen) respon pupil isokor kiri dan kanan refleks terhadap cahaya
+/+ tidak berkonstriksi terhadap cahaya, untuk menggerakkan mata kearah
vertikal, horizontal serta diagonal pasien tidak bisa untuk mengikuti arah
yang diberikan.
Hidung : Pemeriksaan Hidung bersih, tidak ada pendarahan, pernafasan cuping
hidung (-). Mengeluh sesak(+)
Mulut : Bibir tampak pucat, mukosa bibir kering.
Telinga : Bentuk telinga simetris, tidak ada perdarahan, tidak ada lesi, pendengaran
baik
Leher : Leher tidak terdapat pembesaran kelenjer getah bening dan kelenjer
tyroid, kaku kuduk (+).
Thorax :
I: Bentuk dada simetris, Pergerakan dada kanan dan kiri sama
P: tidak ada nyeri tekan, sesak(+)
P: Sonor pada semua lapang paru
A: Tidak ada bunyi suara nafas tambahan
Abdomen :
I: Abdomen kanan kiri simetris dan tidak ada perlukaan
A: Bising usus 8x/menit, hepar teraba (-)
P: Tidak ada nyeri tekan
P: Suara tympani

Genetalia : Genetalia normal, tidak ada edema ataupun keputihan yang disebabkan
jamur

Ekstremitas :
Atas : Kanan: udema (-), akral hangat, CRT <2 detik, terpasang IVFD NaCl
0,9% 12 tetes/menit bagian dextra.
Kiri : udema (-), akral hangat, CRT<2 detik
Bawah : Kanan: udema (-), CRT <2 detik.
Kiri : udema (-), CRT <2 detik.

2.3 Pemeriksaan Penunjang: (tanggal:20 dan 21 Desember 2020)


Hematologi
Hb 10,8 g/dl (Wanita 12-16 gr/dl)
Leukosit 14.260/mm3 (5.000-10.000)
Hematrokit 34 % (Wanita 37-43%)
Trombosit 146.000/mm3 (150.000-400.000/mm3 ).
Ureum darah 202 mg/dl (10,0-50,0 mg/dl)
Kreatinindarah 1,7 mg/dl (0,6-1,1mg/dl )
Kalium 3,2 Mmol/L (3,5-5,1 Mmol/L)
Total protein 5,8 g/dl (6,6-8,7g/dl)
Albumin 2,8 g/dl (3,8-5,0 g/dl)
Globulin 3,0 g/dl (1,3-2,7 g/dl
Bilirubin total 3,2 mg/dl (0,3-1,0 mg/dl)
SGOT 102 u/l (Wanita <32u/l)
SGPT 99 u/l (Wanita <31u/l).

2.4 Therapi (oleh dr A tanggal 20 Desember 2020 )


IVFDNaCl 0.9% 12 tetes/I,
O2 4L/i
Diit MC TKTP1800 Kkal
dan PCT 3x500gr (Infus)
injeksi Dexametason 4x10 gr
Ranitidin 3x50 gr
Ceftriaxon 2x1gr.

Lamongan ,22 Desember 2020


Mahasiswa
Yang mengkaji

----------------------------------------
NIM.

ANALISA DATA

NAMA : Ny. S RUANG: Dhlia IV


UMUR : 43 Tahun NO.REG: 987XXX
NO ANALISIS DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS: Sakit kepala Risiko perfusi serebral tidak
efektif b.d tumor otak
- Keluarga klien │
(D.0017)
mengatakan klien
Penurunan
mengalami penurunan
kesadaran kesadaran
yangberangsurangsur

sejak 1 minggu yang lalu
sebelum masuk rumah Tumor otak
sakit,
- Keluarga klien │
mengatakan klien Risiko perfusi
mengalami Sakit kepala serebral tidak
yangsemakin lama efektif
semakin hebat sejak ±6
bulan yang lalu,
DO:
- Kesadaran: Apatis, GCS:
12. E:3, M:6, E:3
- TD : 140/90 mmhg

2. DS: Tumor otak


- Klien mengeluh sesak 2 Pola nafas tidak efektif b.d

hari yang lalu gangguan Gangguan neurologis (mis
penglihatan ±3 bulan Terjadi elektroen (EEG) positif,
yang lalu, penglihatan metastasis Cedera kepala, gangguan
kedua mata kabur kejang) (D.0005)
DO: │
- Suhu : 38,7 C Pola nafas tidak
- Nadi : 72X/menit
efektif
- RR :23X/menit
Tum0r otak

Gangguan saraf
mata

Gangguan
penglihatan

3.
DS: Nyeri akut b.d Agen
- nyeri kepala kadang Neoplasma pada
pencedera fisiologis (Mis.
disertaimuntah. Serta kepala
Inflamasi,iskemia,neoplasma)
lemah adanya perubahan
perilaku serta berbicara │ (D.0077)
tidak nyambung. Nyeri kepala
DO:
- K/U Lemah
- Skala nyeri 5 (Nyeri
sedang)
RUMUSAN DIAGNOSA

NAMA : Ny. S RUANG: Dahlia IV


UMUR : 43 Tahun NO.REG: 987xxx
NO RUMUSAN DIAGNOSA TANGGAL TANGGAL TTD
DITEMUKAN TERATASI
1. Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d 20 desember 22 desember
tumor otak (D.0017) 2020 2020

2.
Pola nafas tidak efektif b.d Gangguan 20 desember 22 desember
neurologis (mis elektroen (EEG) positif, 2020 2020
Cedera kepala, gangguan kejang)
(D.0005)

3. 22 desember 22 desember
Nyeri akut b.d Agen pencedera
2020 2020
fisiologis (Mis.
Inflamasi,iskemia,neoplasma) (D.0077)
IMPLEMENTASI
NAMA : Ny. S RUANG: Dahlia IV
UMUR : 43 Tahun NO.REG: 987xxx
NO DX. KEP TGL/ IMPLEMENTASI TTD
JAM
1. Risiko perfusi serebral tidak 20/12/20
efektif b.d tumor otak 1. Identifikasi penyebab
09.35
(D.0017) peningkatan TIK
Respon: Keluarga klien mengatakan
klien mempunyai tumor otak

09.37 1. Monitor tanda dan gejala


peningkatan TIK
09.39 Respon: keluarga klien mengatakan
sudah mengetahui tanda dan gejala
peningkatan TIK
2. Monitor ICP
Respon: dilakukan pemantauan ICP
09.45 dan ada peningkatan ICP
disebabkan tumor otak yang dialami
Kesadaran: Apatis 3,6,3
3. Pertahankan suhu tubuh
normal

10.45 Respon: setelah beberapa


pemantauan, dilakukan pengukuran
suhu tubuh dengan hasil 38,7 C
10.46 4. kolaborasi pemberian sedasi
dan anti konvulsan
R/ Ceftriaxon 2x1gr.
5. kolaborasi pemberian
diuretic osmosis
R/ injeksi Dexametason 4x10 gr
Ranitidin 3x50 gr
20/12/20
Pola nafas tidak efektif b.d 09.47
Gangguan neurologis (mis 1.Monitor pola nafas
elektroen (EEG) positif, Respon:Keluarga klien mengatakan
Cedera kepala, gangguan klien mengeluh sesak
kejang) (D.0005)
09.50 Nadi : 72X/menit
RR :23X/menit
2.posisikan semi fowler atau fowler
10.00 Respon: Klien terlihat merasa
10.05 nyaman
2.berikan oksigen, jika perlu
R/ O2 4L/i
2. Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari
Respon: Keluarga klien mengatakan
klien minum masih kurang dari 200
ml/hari
20/12/20
Nyeri akut b.d Agen 10.07 1.Monitor efek samping dan efek
pencedera fisiologis (Mis. toksik terapi
Inflamasi,iskemia,neoplasma)
Respon: perawat dan keluarga
(D.0077)
mendapatkan gambaran keadaan
saat ini atas pola penggunaan terapi

10.08 2. Monitor tanda dan gejala infeksi


sistemik,anemia, dan perdarahan
Respon: keluarga klien mengatakan
sudah mengetahui gejala keluhan
yang dirasakan klien

10.09 3.Batasi kunjungan


Respon: Keluarga sudah membatasi
kunjungan ke klien untuk
meningkatkan kenyamanan klien
5.Jelaskan tujuan dan prosedur
10.11 terapi radiasi
Respon:keluarga klien sudah
mengetahui tujuan dan prosedur
radiasi setelah dijelaskan oleh
perawat

10.12 5.jelaskan efek radiasi pada sel


keganasan
Respon:keluarga mengetahui radiasi
digunakan untuk membunur sel
kanker yang ada pada klien

10.15 6.Anjurkan asupan cairan dan


nutrisi adekuat
Respon: Klien tampak merasa segar
dan terpenuhi kebutuhan cairannya
10.20 7.Kolaborasi pemberian obat untuk
mengendalikan efek samping
R/ Ranitidin 3x50 gr

21/12/20
Risiko perfusi serebral tidak 1.Monitor ICP
2. 08.30
efektif b.d tumor otak Respon: dilakukan pemantauan ICP
(D.0017) dan ICP masih meningkat
disebabkan tumor otak yang dialami
Kesadaran: Apatis 3,6,3
2.Pertahankan suhu tubuh normal
08.35
Respon: setelah beberapa
pemantauan, dilakukan pengukuran
suhu tubuh dengan hasil 37,5 C
10.00 3..kolaborasi pemberian sedasi dan
anti konvulsan
R/ Ceftriaxon 2x1gr.
10.25
4.kolaborasi pemberian diuretic
osmosis
R/ injeksi Dexametason 4x10 gr
Ranitidin 3x50 gr

21/12/20
Pola nafas tidak efektif b.d 08.45
1.Monitor pola nafas
Gangguan neurologis (mis
elektroen (EEG) positif, Respon: Keluarga mengatakan klien
Cedera kepala, gangguan masih sesak sehingga masih diberi
kejang) (D.0005) bantuan oksigen
Nadi : 72X/menit
RR :23X/menit

2..posisikan semi fowler atau fowler


08.50
Respon: Klien terlihat merasa
nyaman
09.45 2.berikan oksigen, jika perlu
R/ O2 4L/i
10.00 3.Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari
Respon: Keluarga klien mengatakan
klien sudah bisa minum 200 ml/hari

21/12/20
Nyeri akut b.d Agen
pencedera fisiologis (Mis. 08.34
1.Monitor efek samping dan efek
Inflamasi,iskemia,neoplasma)
toksik terapi
(D.0077)
Respon: perawat dan keluarga
mendapatkan gambaran keadaan
saat ini atas pola penggunaan terapi
08.35
2. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik,anemia, dan perdarahan
Respon: keluarga klien mengatakan
sudah mengetahui gejala keluhan
yang dirasakan klien
10.00
3.Anjurkan asupan cairan dan
nutrisi adekuat
Respon: Klien tampak merasa segar
dan terpenuhi kebutuhan cairannya
4.Kolaborasi pemberian obat untuk
12.00
mengendalikan efek samping
R/ Ranitidin 3x50 gr

22/12/20
Risiko perfusi serebral tidak 08.45
1.Monitor ICP
efektif b.d tumor otak
(D.0017) Respon: dilakukan pemantauan ICP
3.
dan ICP sudah normal disebabkan
tumor otak yang dialami.
Kesadran : Composmentis 4,5,6
09.40
2.Pertahankan suhu tubuh normal
Respon: setelah beberapa
pemantauan, dilakukan pengukuran
suhu tubuh dengan hasil 36,8 C

10.00 3..kolaborasi pemberian sedasi dan


anti konvulsan
R/ Ceftriaxon 2x1gr.
4.kolaborasi pemberian diuretic
10.01 osmosis
R/ injeksi Dexametason 4x10 gr
Ranitidin 3x50 gr

22/12/20
Pola nafas tidak efektif b.d
Gangguan neurologis (mis 08.25 1.Monitor pola nafas
elektroen (EEG) positif,
Cedera kepala, gangguan Respon: Klien mengatakan sudah
kejang)(D.0005) tidak sesak

08.45 2.posisikan semi fowler atau fowler


Respon: Klien terlihat merasa
nyaman
3.Anjurkan asupan cairan
10.00 2000ml/hari
Respon: klien mengatakan
kebutuhan cairannya tercukupi
Nyeri akut b.d Agen 22/12/20
pencedera fisiologis (Mis.
08.35 1.Monitor efek samping dan efek
Inflamasi,iskemia,neoplasma)
toksik terapi
(D.0077)
Respon: perawat, keluarga dan klien
mendapatkan gambaran keadaan
saat ini atas pola penggunaan terapi

09.00 2. Monitor tanda dan gejala infeksi


sistemik,anemia, dan perdarahan
Respon: klien mengatakan sudah
mengetahui gejala keluhan yang
dirasakan klien

09.30 3.Anjurkan asupan cairan dan


nutrisi adekuat
Respon: Klien tampak merasa segar
dan terpenuhi kebutuhan cairannya
10.00 4.Kolaborasi pemberian obat untuk
mengendalikan efek samping
R/ Ranitidin 3x50 gr
EVALUASI

NAMA : Ny.S RUANG: Dahlia IV


UMUR : 43 Tahun NO.REG: 987xxx
NO DX. KEP TGL/ CATATAN PERKEMBANGAN TTD
JAM
1. Risiko perfusi serebral tidak 20/12/20 S:
efektif b.d tumor otak
13.00 - Keluarga klien mengatakan
(D.0017)
klien mengalami penurunan
kesadaran yangberangsurangsur
sejak 1 minggu yang lalu
sebelum masuk rumah sakit,
- Keluarga klien mengatakan
klien mengalami Sakit kepala
yangsemakin lama semakin
hebat sejak ±6 bulan yang lalu,
O:
- K/U Lemah
- Kesadaran: Apatis, GCS: 12.
E:3, M:6, E:3
- TD : 160/90 mmhg
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1. Monitor ICP
2. Pertahankan suhu tubuh normal
3. kolaborasi pemberian sedasi dan anti
konvulsan
4. kolaborasi pemberian diuretic
osmosis.

20/12/20
S:
Pola nafas tidak efektif b.d 13.00
Gangguan neurologis (mis - Klien mengeluh sesak 2 hari
elektroen (EEG) positif, yang lalu gangguan penglihatan
Cedera kepala, gangguan ±3 bulan yang lalu, penglihatan
kedua mata kabur
kejang)(D.0005)
O:
- Suhu : 38,7 C
- Nadi : 72X/menit
- RR :23X/menit
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1.Monitor pola nafas
2. posisikan semi fowler atau fowler
3. berikan oksigen, jika perlu
4.Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari

20/12/20
S:
13.00
Nyeri akut b.d Agen - nyeri kepala kadang
pencedera fisiologis (Mis. disertaimuntah. Serta
Inflamasi,iskemia,neoplasma) lemahadanya perubahan
(D.0077) perilaku serta berbicara tidak
nyambung.
O:
- K/U Lemah
- Skala nyeri 5 (Nyeri sedang)
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1. Anjurkan asupan cairan dan
nutrisi adekuat
2. Kolaborasi pemberian obat
untuk mengendalikan efek
samping

2. 21/12/20
Risiko perfusi serebral tidak 13.00 S:
efektif b.d tumor otak - Keluarga klien mengatakan
(D.0017) kesadaran klien mulai membaik
namun bicaranya masih
ngelantur tidak jelas.
- Keluarga klien mengatakan
klien masih mengalami Sakit
kepala.
O:
- Kesadaran: Apatis, GCS: 12.
E:3, M:6, E:3
- TD : 160/90 mmhg
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
1. Monitor ICP
2. Pertahankan suhu tubuh normal
3. kolaborasi pemberian sedasi dan anti
konvulsan
4. kolaborasi pemberian diuretic
osmosis.

21/12/20
S:
13.00
Pola nafas tidak efektif b.d
- Klien mengeluh masih
Gangguan neurologis (mis
sesak,gangguan penglihatan
elektroen (EEG) positif, kedua mata masih kabur
Cedera kepala, gangguan O:
kejang) (D.0005) - Suhu : 37,5 C
- Nadi : 72X/menit
- RR :23X/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
1. berikan oksigen, jika perlu
2.Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari
21/12/20 S:
Nyeri akut b.d Agen 13.00 - Keluarga klien mengatakan
pencedera fisiologis (Mis. nyeri klien di kepala kadang
Inflamasi,iskemia,neoplasma) disertaimuntah mulai menurun,
(D.0077) perubahan perilaku serta
berbicicara tidak nyambung
masih ada.
O:
- Skala nyeri 3 (Nyeri Ringa )
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
1 Anjurkan asupan cairan dan
nutrisi adekuat
2 Kolaborasi pemberian obat
untuk mengendalikan efek
samping

3. 22/12/20
Risiko perfusi serebral tidak 13.00 S:
efektif b.d tumor otak - Keluarga klien mengatakan
(D.0017) kesadaran klien mulai membaik
klien sudah bisa diajak
berbincang-bincang sakit
kepala (-)
O:
- Kesadaran: Composmentis,
GCS: 16. E:4, M:5, E:6
- TD : 130/90 mmhg
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentika

22/12/20
S:
Pola nafas tidak efektif b.d 13.00
Gangguan neurologis (mis - Klien mengatakan sudah tidak
elektroen (EEG) positif, sesak, dan penglihatan mulai
membaik
Cedera kepala, gangguan
O:
kejang) (D.0005) - Suhu : 36,8 C
- Nadi : 72X/menit
- RR :23X/menit
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
22/12/20 S:
Nyeri akut b.d Agen 13.00 - Klien mengatakan nyeri kepala
pencedera fisiologis (Mis. sudah mulai hilang, perubahan
Inflamasi,iskemia,neoplasma) perilaku sudah tidak ada dan
(D.0077) klien sudah bisa diajak
berdiskusi tentang penyakitnya
O: Kesadaran: Composmentis 4,5,6
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
INTERVENSI

NAMA : Ny. S RUANG: Dahlia IV


UMUR : 43 Tahun NO. REG: 987xxx
TGL/ DX. KEP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD
JAM
20/12/2 Risiko perfusi serebral tidak Setelah dilakukan Manajemen peningkata 1. Untuk mengetahui
0 efektif b.d tumor otak tindakan keperawatan tekanan intracranial penyebab peningkatan
(D.0017) selama 3x24 jam (I.06194) intrakranial klien
11.45
diharapkan risiko perfusi
Observasi 2. untuk
cerebral tidak efektif
mengantisipasi
dapat teratasi dengan 1.Identifikasi penyebab
terjadinya gejala yang
kriteria hasil: peningkatan TIK
mendadak terjadi
-Tingkat kesadaran 2. Monitor tanda dan gejala
3. mengetahui
meningkat peningkatan TIK
kenormalan
3. Monitor ICP intrakranial
- Tekanan intra kranial
Terapeutik 4. untuk membantu
menurun meningkatkan
4. Pertahankan suhu tubuh kesadaran klien dan
- sakit kepala menurun normal keadaan umum
- reflek saraf membaik Kolaborasi 5. untuk mengatasi
5. kolaborasi pemberian kejang
(L.02014) sedasi dan anti konvulsan 6. untuk
6. kolaborasi pemberian meningkatkan jumlah
diuretic osmosis cairan
20/12/2 Pola nafas tidak efektif b.d
0 Gangguan neurologis (mis Setelah dilakukan
Manajemen jalan napas 1.Untuk mengetahui
elektroen (EEG) positif, tindakan keperawatan (I.01011)
11.45 adanya masalah
Cedera kepala, gangguan
selama 3x24 jam pernapasan
kejang) Observasi
diharapkan pola nafas 2. membantu memberi
1.Monitor pola nafas
segera membaik dengan rasa nyaman ke klien
Terapeutik
kriteria hasil: 3. membantu
2. posisikan semi fowler pernapasan klien
- Status kognitif atau fowler
4. untuk mencukupi
meningkat 3. berikan oksigen, jika kebutuhan cairan klien
perlu
- fungsi sensorik kranial
Edukasi
meningkat
4.Anjurkan asupan
- fungsi motorik kranial cairan 2000ml/hari
meningkat

- pola napas membaik

(L.06053)
Nyeri akut b.d Agen Manajemen terapi
pencedera fisiologis (Mis. Setelah dilakukan
20/12/2 radiasi(I.08240)
Inflamasi,iskemia,neoplasma) tindakan keperawatan
0
(D.0077) 1.untuk memantau
selama 3x24 jam Observasi
11.45 keluhan lain yang
diharapkan keluhan nyeri 1.Monitor efek samping dirasakan klien karna
menurun dengan kriteria efek samping terapi
dan efek toksik terapi
hasil: 2. mengetahui adanya
2. Monitor tanda dan gejala infeksi,anemia dan
-Keluhan nyeri menurun infeksi sistemik,anemia, perdarahan yang
dialami
- sikap protektif menurun dan perdarahan
3. mengontrol
- ketegangan otot Terapeutik lingkungan klien

menurun 4. untuk memberikan


3. Batasi kunjungsn
pemahaman ke klien
- tekanan darah membaik Edukasi dan keluarga tentang
pengobatannya
- Mual muntah menurun 4. Jelaskan tujuan dan 5. untuk memberitahu
prosedur terapi radiasi bahwa terapi radiasi
- Perilaku membaik
untuk membunuh sel
(L.08066) 5. jelaskan efek radiasi kanker klien
pada sel keganasan 6. memcukupi
kebutuhan cairan klien
6. Anjurkan asupan cairan
7. untuk mengurangi
dan nutrisi adekuat efek samping yang
Kolaborasi terjadi

7. Kolaborasi pemberian
obat untuk mengendalikan
efek samping

Anda mungkin juga menyukai