Dosen Pembimbing:
(Susilo Harianto,S.Kep.,Ns.,M.Kep)
Disusun Oleh:
DOSEN PEMBIMBING
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Menurut Brunner & Suddarth (2014) Tumor otak adalah lesi intracranial local yang
menempati ruang di dalam tengkorak. Tumor otak primer berasal dari sel dan struktur di dalam
otak. Tumor otak sekunder, atau metastatic, terbentuk dari struktur-struktur di luar otak (paru,
payudara, saluran gastrointestinal bawah, pancreas, ginjal dan kulit).Tumor otak adalah tumor
intracranial termasuk juga lesi desak ruang (lesi/ berkas organ yang karena proses
pertumbuhannya dapat mendesak organ yang da disekitarnya, sehingga organ tersebut dapat
mengalami gangguan) jinak maupun ganas, yang tumbuh di otak meningen dan tengkorak
(Ariani A, 2012). Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik ganas
maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua proses neoplastik yang terdapat
dalam ruang intracranial atau dalam kanalis spinalis, yang mempunyai sebagian atau seluruh
sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang berasal dari sel-sel saraf di meningen otak, termasuk
juga tumor yang berasal dari sel penunjang (neuroglia), sel epitel pembuluh darah, dan selapu
otak (Satyanegara, 2010).
Klasifikasi lesi primer susunan saraf pusat dilakukan berdasarkan derajat keganasan (grading) :
1) WHO grade I : Tumor dengan potensi proliferasi rendah, kurabilitas pasca reseksi cukup baik.
2) WHO grade II : Tumor bersifat infiltrasi, aktivitas mitosis rendah, namun sering timbul
rekurensi. Jenis tertentu cenderung untuk bersifat progresif kea rah derajat keganasan yang lebih
tinggi.
3) WHO grade III : Gambaran aktivitas mitosis jelas, kemampuan infiltrasi tinggi, dan terdapat
anaplasia.
4) WHO grade IV : Mitosis aktif, cenderung nekrosis, pada umumnya berhubungan dengan
progresivitas penyakit yang cepat pada pre/post operasi.
b. Meningioma
tindakan reseksi tidak berhasil mengangkat tumor secara total) : clearcell, chordoid, atipikal.
Tipe chordoid biasanya disertai dengan penyakit Castleman (kelainan proliferasi limfoid).
3) Grade III (anaplastik) : papiler (jarang dan tersering pda anak-anak),
rhabdoid dan anaplastik. Grade III ini merupakan meningioma malignan dengan angka invasi
lokal yang tinggi, rekurensi tinggi, dan metastasis.
3. ETIOLOGI
Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang menunjukan bahwa
beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe tumor-tumor tertentu. Agent tersebut
meliputi factor herediter, congenital, virus, toksin, dan defisiensi immunologi. Ada juga yang
mengatakan bahwa tumor otak dapat terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan penyakit
peradangan. Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat terjadi. Karsinoma
metastase lebih sering menuju ke otak dari pada sarkoma. Lokasi utama dari tumor otak
metastase berasal dari paru-paru dan payudara (Jitowiyono S, 2012).
Menurut Harsono (2015) Tumor otak lebih sering mengenai pria dari pada wanita,
dengan perbandingan 55:45, sedangkan meningioma lebih sering timbul pada wanita dari pada
pria dengan perbandingan 2 : 1 . Menurut Wismaji S dkk (2011) faktor risiko terjadinya tumor
otak meliputi :
1. Radiasi
Meningkatnya insiden tumor otak, terutama meningioma dilaporkan terjadi pada pasien yang
pernah menerima radiasi walaupun dalam dosis rendah. Radiasi yang dapat meninmbulkan
mutasi dan perubahan genetik adalah sparsely ionizing berupa y-photon dan x-ray, densely
ionizing berupa neutron dan ion berat, dan non ionizing berupa gelombang elektromagnetik.
2. Kimia
Berbagai zat kimia dapat menginduksi tumor sel mesenkimal dan glial. Karsinogen kimia yang
paling potensial adalah senyawa nitrogen, senyawa tersebut banyak ditemukan pada makanan
(daging yang diawetkan atau diasap dan beberapa buah dan sayuran). Selain itu senyawa nitrat
tersebut juga dapat ditemukan pada kosmetik dan beberapa produk industri.
3. Virus
Limfoma serebral, terutama limfoma sel B, banyak terdapat pada pasien dengan penurunan
imunitas (imunosupresan), misalnya pada pasien dengan HIV, pasca transplantasi organ atau
imunodefisiensi kongenital. Adanya tumor tersebut juga dipengaruhi oleh infeksi virus Epstein
Barr (EBV).
Selain tiga faktor tersebut, faktor host juga dapat mempengaruhi perubahan genetika sel melalui
sistem seluler dan sistemik. Pada fase selular, sel yang berada pada fase aktif membelah akan
lebih rentan terkena kerusakan oleh radiasi, kimia atau virus sehingga lebih mudah mengalami
mutasi genetik. Hal ini menjelaskan mengapa tumor tumbuh dari lapisan germinal.
4. PATOFISIOLOGI
Faktor risiko terjadi tumor otak meliputi faktor radiasi, kimia, dan virus. Meningioma
terjadi pada pasien yang pernah menerima radiasi dalam dosis rendah seperti x-ray dan
gelombang elektromagnetik. Zat kimia yang berpotensi mengakibatkan tumor otak adalah
senyawa nitrogen, senyawa tersebut banyak ditemukan pada makanan seperti daging yang
diawetkan dan diasap serta dapat ditemukan pada kosmetik dan produk industri lainnya. Adanya
virus Epstein Barr (EBV) dapat mengakibatkan tumor otak yang dapat terjadi pada pasien
dengan penurunan immunosupresan misalnya pada pasien dengan HIV, pasca transplantasi organ
atau imunodefisiensi kongenital (Wismaji S dkk, 2011).
Adanya pertumbuhan sel yang abnormal dari faktor risiko yang terjadi dapat
mengakibatkan tumor otak. Adanya lesi desak ruang juga dapat mendesak jaringan otak sehat
disekitarnya sehingga terjadi defisit neurologis sesuai dengan lokasi tumor, tipe tumor serta
pertumbuhan tumor tersebut (Wismaji S dkk, 2011).
Gejala klinis yang terjadi akibat adanya masa intrakranial disebabkan oleh lesi desak
ruang tumor terhadap ruang intrakranial, sehingga terjadi penekanan jaringan disekitar otak yang
dapat mengakibatkan edema serebri akibat penumpukan cairan interstisial disekitar tumor.
Adanya edema serebri menandakan adanya tumor ganas seperti glioblastoma dan
medullablastoma (Wismaji S dkk, 2011). Edema disekitar tumor dapat mengakibatkan
hidrosefalus yang terjadi akibat obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal, hidrosefalus terjadi pada
tumor yang berada di fosa posterior dan lebih banyak terjadi pada anak-anak. Hidrosefalus dan
edema serebri dapat menyebabkan herniasi serebral yang menekan struktur penting yang dapat
mengakibatkan perubahan sirkulasi cairan, sehingga sirkulasi sel-sel terjadi mengalami
penurunan dan terjadinya penurunan oksigen sehingga mengakibatkan sirkulasi menjadi anaerob
dan terjadinya hipoksia serebral yang dapat mengakibatkan masalah ketidakefektifan jaringan
otak serta kompensasi takipnea sehingga munculnya masalah gangguan pola nafas.
Menurut Wismaji S dkk, (2011) Tanda dan gejala tumor otak bisa dilihat bedasarkan
lokasi tumor tersebut. Tumor serebellum atau otak kecil dapat mengakibatkan gangguan
kesimbangan, sikap badan serta aktivitas otot yang dapat menimbulkan masalah risiko cidera.
Tumor enchepalon atau otak tengah dibagi menjadi bagian thalamus yang dapat mengakibatkan
gangguan sensasi somatik dan dapat menimbulkan masalah risiko cidera, serta bagian epitalamus
yang dapat mengakibatkan gangguan penciuman dan dapat menimbulkan masalah perubahan
peresepsi sensori, dan bagian hipotalamus yang berperan dalam pengaturan suhu yang dapat
menimbulkan masalah hipertermi. Tumor meningen dapat mengakibatkan gangguan gaya
berjalan, serta gangguan kepribadian. Tumor sereblum dibagi menjadi bagian lobus parietal yang
dapat mengakibatkan gangguan sensori nyeri, bagian lobus temporal dapat mengakibatkan
gangguan pendengaran, kerusakan konstruksi verbal dan menimbulkan masalah perubahan
persepsi sensori, bagian lobus frontal dapat mengakibatkan gangguan gerak aktivitas serta
gangguan kepribadian,bagian lobus ocipital dapat mengakibatkan gangguan visual yang dapat
menimbulkan masalah perubahan persepsi sensori dan mengakibatkan nyeri kepala yang dapat
menimbulkan masalah nyeri akut.
6. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Ariani A. (2012) Trias klasi tumor otak adalah nyeri kepala, muntah, dan
papiledema. Namun gejala sangat bervariasi tergantung pada tempat lesi dan kecepatan
pertumbuhannya.
1) Nyeri kepala
Mungkin nyeri kepala merupakan gejala umum yang paling sering di jumpai pada
penderita tumor otak. Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus menerus, tumpul, dan
kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat waktu pagi hari dan menjadi lebih hebat oleh
aktivitas yang biasanya meningkatkan tekanan intrakranial, seperti membungkuk, batuk, atau
mengejan sewaktu buang air besar. Nyeri kepala sedikit berkurang jika diberi aspirin dan
kompres dingin pada tempat yang sakit. Nyeri kepala yang dihungkan dengan tumor otak
disebabkan oleh traksi dan penggeseran struktur peka nyeri dalam intrakranial. Struktur peka
nyeri ini termasuk arteri, vena, serta sinus-sinus vena dan saraf otak. Lokasi nyeri kepala cukup
berarti karena sepertiga dari nyeri kepala ini terjadi pada tempat tumor, sedangkan dua pertiga
lainnya terjadi di dekat atau di atas tumor. Nyeri kepala oksipital merupakan gejala pertama pada
tumor fossa posterior. Kira-kira sepertiga lesi supratentorial menyebabkan nyeri kepala frontal.
Jika keluhan nyeri kepala yang terjadi menyeluruh, maka nilai lokasinya kecil dan pada
umumnya menunjukan pergeseran ekstensif kandungan intrakranial yang meningkatkan tekanan
intrakranial.
Nausea dan muntah terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medulla
oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial dan batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa diawali nausea dan dapat
proyektil.
3) Papiledema
Papiledema disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan papila saraf
optikus. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi, tanda ini mengisyaratkan peningkatan
tekanan intrakranial. Seringkali sulit menggunakan tanda ini sebagai diagnosis tumor otak karena
pada beberapa individu fundus tidak memperlihatkan edema meskipun tekanan intrakranial amat
tinggi. Menyertai papiledema dapat terjadi gangguan penglihatan, termasuk pembesaran bintik
buta dan amaurosis fugaks (saat-saat di mana penglihatan berkurang).
7. Penatalaksanaan
a. Radiasi
Terapi radiasi pancaran eksternal (external-beam radiation), sebagai terapi tunggal atau
dikombinasikan dengan reseksi bedah. Stereotaktik radiasi dilakukan pada tumor yang
pertumbuhannya lambat (Tarwoto, 2013).
b. Kemoterapi
Dilakukan dengan indikasi tertentu sesuai dengan umur, status neurologi, tipe tumor.
Biasanya dilakukan sesudah pembedahan dengan radioterapi (Tarwoto, 2013).
c. Pembedahan
Pemilihan terapi ditentukan oleh tipe dan letak dari tumor. Kombinasi terapi sering
dilakukan, misalnya radiasi dengan pembedahan atau kemoterapi. Pembedahan intrakranial pada
umumnya dilakukan untuk seluruh tipe kondisi patologi dari otak untuk mengurangi tekanan
intrakranial dan mengangkat tumor. Pembedahan ini juga dilakukan melalui pembukaan
tengkorak yang disebut Craniotomy. Obat-obatan yang sering diberikan meliputi : kortikosteroid,
antikonvulsi, antasid dan laxatives, terapi cairan/elektrolit, oksigenisasi dan dukungan ventilator.
Selain itu juga klien dilakukan monitor tekanan intrakranial dan rehabilitasi neurologi (Widagdo
W, dkk 2008).
7. Penatalaksanaan
a. Radiasi
Terapi radiasi pancaran eksternal (external-beam radiation), sebagai terapi tunggal
atau dikombinasikan dengan reseksi bedah. Stereotaktik radiasi dilakukan pada tumor
yang pertumbuhannya lambat (Tarwoto, 2013).
b. Kemoterapi
Dilakukan dengan indikasi tertentu sesuai dengan umur, status neurologi, tipe tumor.
Biasanya dilakukan sesudah pembedahan dengan radioterapi (Tarwoto, 2013).
c. Pembedahan
Pemilihan terapi ditentukan oleh tipe dan letak dari tumor. Kombinasi terapi sering
dilakukan, misalnya radiasi dengan pembedahan atau kemoterapi. Pembedahan
intrakranial pada umumnya dilakukan untuk seluruh tipe kondisi patologi dari otak
untuk mengurangi tekanan intrakranial dan mengangkat tumor. Pembedahan ini juga
dilakukan melalui pembukaan tengkorak yang disebut Craniotomy. Obat-obatan yang
sering diberikan meliputi : kortikosteroid, antikonvulsi, antasid dan laxatives, terapi
cairan/elektrolit, oksigenisasi dan dukungan ventilator. Selain itu juga klien dilakukan
monitor tekanan intrakranial dan rehabilitasi neurologi (Widagdo W, dkk 2008).
8. WOC
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Menurut Muttaqin A (2010) pengkajian keperawatan pada pasien sistem saraf meliputi :
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,
tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, nomor registrasi.
b. Keluhan utama
Keluhan utama pada klien gangguan sistem saraf biasanya akan terlihat bila sudah terjadi
disfungsi neurologis. Keluhan yang sering didapatkan meliputi kelemahan anggota gerak sebelah
badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, konvulsi (kejang), sakit kepala yang hebat, nyeri
otot, kaku kuduk, sakit pinggang, tingkat kesadaran menurun (GCS<15),akral dingin, dan
ekspresi rasa takut (Muttaqin A, 2010).
Biasanya pasien tumor otak mengeluh nyeri kepala, mual, muntah, kejang, dan penurunan
tingkat kesadaran. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran dihubungan dengan
perubahan didalam intrakranial . keluhan perubahan prilaku juga umum terjadi, dapat terjadinya
latergi, tidak responsif dan koma (Muttaqin A, 2008).
Adanya riwayat nyeri kepala sebelumnya. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian
dari riwayat penyakit kesehatan sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh
dan untuk memberikan tindakan selanjutnya (Muttaqin A, 2008).
Kaji adanya tumor intrakranial pada generasi terdahulu. Pengkajian juga dilakukan ada atau
tidaknya riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, asma dan penyakit yang dapat
memperburuk klien seperti penyakit jantung, jika klien menderita penyakit tersebut.
Biasanya pada pasien sol atau tumor otak timbul gejala malaise dengan tanda ataksia, masalah
berjalan, serta kelumpuhan.
2) Sirkulasi
Adanya riwayat kardiopatologi seperti endokarditis dengan tanda tekanan darah meningkat.
3) Pola eliminasi
4) Pola nutrisi
Biasanya terjadi kehilangan nafsu makan , anoreksia, mual-muntah, turgor kulit jelek, membrane
mukosa kering.
5) Hygiene
Biasanya pasien SOL ketergantungan semua kebutuhan, perawatan diri (pada masa akut).
6) Neurosensori
Biasanya terdapat gejala nyeri kepala, parestasia, timbul kejang, gangguan penglihatan,
penurunan status mental dan kesadran kehilangan memori, sulit dalam keputusan, afasia, mata
pupil anisokor (peningkatan TIK), kejang umum lokal.
7) Nyeri/ kenyamanan
Biasanya sakit kepala akan diperburuk oleh ketegangan, leher/punggung kaku, tamapak terus
terjaga, meangis atau mengeluh.
8) Pola pernafasan
Biasanya ada riwayat infeksi sinus atau paru dengan tanda peningkatan kerja pernafasan dan
perubahan mental.
g. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
b) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada benjolan, adanya kesulitan menelan.
c) Muka
Biasanya Wajah terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tidak ada
lesi, simetris, dan tidak ada edema.
d) Mata
Biasa pada pasien dengan tumor otak mengalami anemis.
e) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal bila pasien sadar, tidak adalesi atau nyeri
tekan.
f) Hidung
Biasanya tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut pucat.
h) Thoraks
i) Paru
(1) Inspeksi
Pernapasan meningkat.
(2) Palpasi
(3) Perkusi
(4) Auskultas
Nafas tidak normal, biasanya ada suara tambahan lainya seperti stridor dan ronchi.
j) Jantung
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
(3) Auskultasi
k) Abdomen
(1) Inspeksi
Bentuk datar, simetris.
(2) Palpasi
(3) Perkusi
Suara thympani.
(4) Auskultasi
l) Sistem integumen
m)Ekstremitas
2) Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran yang umumnya dikembangkan dengan Glasgow Coma Scala (GCS).
Biasanya pada pasien dengan tumor otak datang dengan keluhan penurunan kesadaran dengan
nilai GCS >15.
Nervus Respon
I Pada klien tumor intracranial yang tidak mengompresi saraf ini tidak ada
kelainan pada funsi penciuman.
II Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian tertentu dari
lintasan visual.
III, IV,VI Adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari saraf ke VI memberikan
manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma multiforme.
V Pada keadaan tumor intracranial yang tidak mengompresi saraf trigeminus
maka tidak ada kelainan pada fungsi saraf ini. Pada neurolema yang
mengganggu saraf ini akan didapatkan adanya paralisis wajah unilateral.
VII Pada keadaan tumor intracranial yang tidak mengompresi saraf trigeminus
maka tidak ada kelainan pada fungsi saraf ini. Pada neurolema yang
mengganggu saraf ini akan didapatkan adanya paralisis wajah unilateral.
VIII Pada neurolema didapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus temporalis
menyebabkan tinnitus dan halusinasi pendengaran yang mungkin
diakibatkan iritasi korteks pendengaran temporalis atau korteks yang
berbatasan.
IX, X Kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka mulut.
XI Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
XII Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi. Indra
pengecapan normal.
(Sumber : Muttaqin A, 2008)
Biasanya pasien dengan tumor otak terjadinya hemiparise atau kelumpuhan. Kekuatan otot <4.
5) Tingkat Kesadaran
Biasanya pasien dengan tumor otak masuk dengan penurunan kesadaran yaitu seperti latergi,
stupor, bahkan sampai semikoma.
a) Tanda Babinski
Biasanya pada pasien tumor otak tanda Babinski negatif (-), adanya reaksi yang terdiri atas
pengembangan dan ekstensi jarijari kaki serta elevasi ibu jari kaki atas penggoresan telapak kaki
bagian lateral.
b) Chadock
Biasanya pada pasien tumor otak refleks chadock negatif (-), adanya respon ekstensi ibu jari kaki
dan pengembangan ibu jari lainnya.
c) Oppenheim
Biasanya pada pasien tumor otak refleks chadock negatif (-), adanya pengerutan Krista anterior
tibia dari proksimal ke distal
d) Gordon
Biasanya pada pasien tumor otak refleks chadock negatif (-), adanya respon ekstensi ibu jari kaki
dan pengembangan ibu jari lainnya.
e) Hoffman-Trommer
Biasanya pada pasien tumor otak refleks chadock negatif (-), adanya respon ibu jari telunjuk dan
jari lainnya fleksi.
7) Pemeriksaan Fisiologis
a) Reflek Biseps
Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami penurunan kesadaran atau hemiparise,
refleks biseps positif (+), tidak adanya fleksi siku yang cepat yang dapat dilihat dan dipalpasi.
b) Refleks Triseps
Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami penurunan kesadaran atau hemiparise,
refleks triseps positif (+) tidak adanya ekstensi cepat pada siku.
c) Refleks Brakioradialis
Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami penurunan kesadaran atau hemiparise
refleks brakioradialis positif (+), tidak adanya fleksi siku kanan, supinasi lengan bawah, dan
fleksi jari-jari tangan dan tangan.
Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami penurunan kesadaran atau hemiparise
refleks kuadriseps positif (+) Lutut klien tidak terekstensi dan quadriceps harus berkontraksi.
Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami penurunan kesadaran atau hemiparise
refleks achilles positif (+), tidak menyebabkan plantar fleksi dan diikuti dengan relaksasi otot.
Biasanya pada pasien tumor otak pemeriksaan kaku kuduk positif (+) adanya tahanan, pasien
merasa nyeri, meringis.
Biasanya pada pasien dengan tumor otak Brudzinski I negatif (-) tidak terdapat gerakan
infolunter ( fleksi abnormal ) di sendi lutut dan panggul kedua tungkai.
c) Tanda Laseque
Biasnya pasien tumor otak tanda laseque negatif (-), tidak terdapat tahanan dan serta sudut
mencapai 70°.
d) Brudzinski II
Biasanya pasien dengan tumor otak Brudzinski II negatif (-), tidak adanya gerakan infolunter
(fleksi abnormal) pada kaki.
e) Pemeriksaan Kernig
Biasanya pada pasien tumor otak yang mengalami penurunan kesadaran tidak terdapat tahanan
bisa mencapai sudut 135°, Kernig sign negatif (-).
h. Pemeriksaan Diagnostik
Setiap kasus yang dicurigai terdapat lesi intracranial harus menjalani evaluasi medis lengkap
dengan perhatian khusus pada pemeriksaan neurologis. Penyelidikan diagnostic spesifik
dilakukan setelah pemeriksaan neurologis dan dimulai dari tindakan non-invasif yang
menimbulkan risiko paling kecil sampai tindakan yang mempergunakan teknik invasive dan
yang lebih berbahaya. Pedoman interpretasi data klinik (2011) Biasanya pada pasien tumor otak
akan mengalami peningkatan jumlah leukosit, fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi,
melindungi tubuh dengan memfagosit organisme asing dan memproduksi atau mengangkut/
mendistribusikan antibody dan peningkatan kadar bilirubin tidak terkonjugasi dapat terjadi pada
infark pulmonal. Radiogram tengkorak member informasi yang sangat berharga mengenai
struktur, penebalan, dan klasifikasi (posisi kelenjer pineal yang mengapur), dan posisi seta
tursika. Elektroensefalogram memberikan informasi mengenai perubahan kepekaan neuron.
Pergeseran kandungan intraserebri dapat dilihat pada ekoensefalogram. Sidik otak radioaktif
memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Tumor intracranial
maupun oklusio vascular, infeksi, dan trauma mengakibatkankerusakan sawar pada otak yang
menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif (Muttaqin, 2008).
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnose keperawatan yang lazim di jumpai pada tumor otak menurut Muttaqin A
(2008) adalah sebagai berikut :
b. Pola nafas tidak efektif b.d Gangguan neurologis (mis elektroen (EEG) positif, Cedera kepala,
gangguan kejang)
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan yang dapat ditegakkan pada pasien dengan Tumor Otak
Nyeri akut b.d Agen -Keluhan nyeri menurun Manajemen terapi radiasi(I.08240)
pencedera fisiologis (Mis. - sikap protektif Observasi
Inflamasi,iskemia,neoplasma) menurun 1.Monitor efek samping dan efek
(D.0077) - ketegangan otot toksik terapi
menurun 2. Monitor tanda dan gejala infeksi
- tekanan darah sistemik,anemia, dan perdarahan
membaik Terapeutik
- Mual muntah menurun 3. Batasi kunjungsn
- Perilaku membaik Edukasi
(L.08066) 4. Jelaskan tujuan dan prosedur
terapi radiasi
5. jelaskan efek radiasi pada sel
keganasan
6. Anjurkan asupan cairan dan
nutrisi adekuat
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian obat
untuk mengendalikan efek samping
DAFTAR PUSTAKA
Bruner and Suddarth. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12. Jakarta : EGC
Hidayat, A. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba
Medika
2017.Jakarta : EGC
Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Mediaction Jogja
article=352890&val=5634&title =KAJIAN%20PUSTAKA%20METODE
%20SEGMENTASI%20CITRA%2 0PADA%20MRI%20TUMOR%20OTAK.
Redinal YSP, Amroisa N. 2014. Primary Brain Tumor With Hemiparese Dextra and
article=154433&val=5502&title =TUMOR%20OTAK%20PRIMER
%20DENGAN%20HEMIPARESE%20D EXTRA%PARESE%20NERVUS
januari 2017.
Utama.
Sujarweni, W. 2014. Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta : Gava Media
Wismaji, S dkk. 2011. Sinopsis Ilmu Bedah Saraf. Jakarta : CV Sagung Seto
PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
1.5 Riwayat Penyakit Dahulu : Keluarga mengatakan klien pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya, dan ini dirawat untuk ketiga kalinya di RSUD
DR SOEGIRI LAMONGAN. Pertama klien dirawat sekitar
tahun 2010 dengan penyakit Typus dan DBD saat hamil
anak pertama, dibawa ke RSUD Pariama dan dirujuk ke
RSNU LAMONGAN, dirawat selama ±12 hari, dan setelah
itu diperbolehkan pulang, untuk yang kedua masuk rumah
sakit ±3 tahun yang lalu dengan masalah tekanan darah
tinggi saat hamil trimester akhir, dirawat ±2 minggu. Klien
menderita hipertensi sudah ±15 tahun yang lalu, control
rutin ke puskesmas atau tempat pelayanan kesehatan
jarang, suka makan makanan yang bersantan, jarang
berolahraga.
1.6 Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama yaitu tumor, ibu dari pasien
mempunyai riwayat hipertensi, dan tidak ada anggota
keluarga yang menderita penyakit menular.
1.7 Riwayat Psiko, Sosio, Spiritual:
Riwayat Psiko : Klien tampak berubah perilakunya dan sering tidak nyambung
jika diajak berbicara
Riwayat Sosial : Klien ditemani suami dan keluarga selama dirumah sakit
2. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Ketika Sehat, BAK klien lancar ±7x sehari . BAB lancar dengan
konsistensi lunak.
Selama sakit : Saat Sakit , klien terpasang kateterBAK ±1400 cc/hari, BAB
jarang 1x dalam 2 hari dengan konsistensi cair.
3. Pola Istirahat
Sebelum sakit : Saat sehat, klien tidur 7 jam/hari, kualitas tidur baik.
Selama sakit : Saat sakit klien tidur 6-7 jam/hari, klien gelisah dan sering
terbangun.
4. Pola Personal Higiene
Sebelum sakit : Saat sehat klien mandi 3x/hari, menggosok gigi setiap hari
5. Pola Aktivitas
Sebelum sakit : Saat sehat keluarga mengatakan klien seorang ibu rumah tangga,
bisa melakukan aktivitas tanpa dibantu olah keluarga.
Selama sakit : Saat sakit klien hanya ditempat tidur aktivitas dibantu keluarga
dan perawat.
2. Pemeriksaan
2.1 Pemeriksaan Umum
Kesadaran: Apatis, GCS: 12. E:3, M:6, E:3
Suhu : 38,7 C
Nadi : 72X/menit
RR :23X/menit
BB :56 kg
TB :167 cm
TD : 160/90 mmhg
Genetalia : Genetalia normal, tidak ada edema ataupun keputihan yang disebabkan
jamur
Ekstremitas :
Atas : Kanan: udema (-), akral hangat, CRT <2 detik, terpasang IVFD NaCl
0,9% 12 tetes/menit bagian dextra.
Kiri : udema (-), akral hangat, CRT<2 detik
Bawah : Kanan: udema (-), CRT <2 detik.
Kiri : udema (-), CRT <2 detik.
----------------------------------------
NIM.
ANALISA DATA
3.
DS: Nyeri akut b.d Agen
- nyeri kepala kadang Neoplasma pada
pencedera fisiologis (Mis.
disertaimuntah. Serta kepala
Inflamasi,iskemia,neoplasma)
lemah adanya perubahan
perilaku serta berbicara │ (D.0077)
tidak nyambung. Nyeri kepala
DO:
- K/U Lemah
- Skala nyeri 5 (Nyeri
sedang)
RUMUSAN DIAGNOSA
2.
Pola nafas tidak efektif b.d Gangguan 20 desember 22 desember
neurologis (mis elektroen (EEG) positif, 2020 2020
Cedera kepala, gangguan kejang)
(D.0005)
3. 22 desember 22 desember
Nyeri akut b.d Agen pencedera
2020 2020
fisiologis (Mis.
Inflamasi,iskemia,neoplasma) (D.0077)
IMPLEMENTASI
NAMA : Ny. S RUANG: Dahlia IV
UMUR : 43 Tahun NO.REG: 987xxx
NO DX. KEP TGL/ IMPLEMENTASI TTD
JAM
1. Risiko perfusi serebral tidak 20/12/20
efektif b.d tumor otak 1. Identifikasi penyebab
09.35
(D.0017) peningkatan TIK
Respon: Keluarga klien mengatakan
klien mempunyai tumor otak
21/12/20
Risiko perfusi serebral tidak 1.Monitor ICP
2. 08.30
efektif b.d tumor otak Respon: dilakukan pemantauan ICP
(D.0017) dan ICP masih meningkat
disebabkan tumor otak yang dialami
Kesadaran: Apatis 3,6,3
2.Pertahankan suhu tubuh normal
08.35
Respon: setelah beberapa
pemantauan, dilakukan pengukuran
suhu tubuh dengan hasil 37,5 C
10.00 3..kolaborasi pemberian sedasi dan
anti konvulsan
R/ Ceftriaxon 2x1gr.
10.25
4.kolaborasi pemberian diuretic
osmosis
R/ injeksi Dexametason 4x10 gr
Ranitidin 3x50 gr
21/12/20
Pola nafas tidak efektif b.d 08.45
1.Monitor pola nafas
Gangguan neurologis (mis
elektroen (EEG) positif, Respon: Keluarga mengatakan klien
Cedera kepala, gangguan masih sesak sehingga masih diberi
kejang) (D.0005) bantuan oksigen
Nadi : 72X/menit
RR :23X/menit
21/12/20
Nyeri akut b.d Agen
pencedera fisiologis (Mis. 08.34
1.Monitor efek samping dan efek
Inflamasi,iskemia,neoplasma)
toksik terapi
(D.0077)
Respon: perawat dan keluarga
mendapatkan gambaran keadaan
saat ini atas pola penggunaan terapi
08.35
2. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik,anemia, dan perdarahan
Respon: keluarga klien mengatakan
sudah mengetahui gejala keluhan
yang dirasakan klien
10.00
3.Anjurkan asupan cairan dan
nutrisi adekuat
Respon: Klien tampak merasa segar
dan terpenuhi kebutuhan cairannya
4.Kolaborasi pemberian obat untuk
12.00
mengendalikan efek samping
R/ Ranitidin 3x50 gr
22/12/20
Risiko perfusi serebral tidak 08.45
1.Monitor ICP
efektif b.d tumor otak
(D.0017) Respon: dilakukan pemantauan ICP
3.
dan ICP sudah normal disebabkan
tumor otak yang dialami.
Kesadran : Composmentis 4,5,6
09.40
2.Pertahankan suhu tubuh normal
Respon: setelah beberapa
pemantauan, dilakukan pengukuran
suhu tubuh dengan hasil 36,8 C
22/12/20
Pola nafas tidak efektif b.d
Gangguan neurologis (mis 08.25 1.Monitor pola nafas
elektroen (EEG) positif,
Cedera kepala, gangguan Respon: Klien mengatakan sudah
kejang)(D.0005) tidak sesak
20/12/20
S:
Pola nafas tidak efektif b.d 13.00
Gangguan neurologis (mis - Klien mengeluh sesak 2 hari
elektroen (EEG) positif, yang lalu gangguan penglihatan
Cedera kepala, gangguan ±3 bulan yang lalu, penglihatan
kedua mata kabur
kejang)(D.0005)
O:
- Suhu : 38,7 C
- Nadi : 72X/menit
- RR :23X/menit
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1.Monitor pola nafas
2. posisikan semi fowler atau fowler
3. berikan oksigen, jika perlu
4.Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari
20/12/20
S:
13.00
Nyeri akut b.d Agen - nyeri kepala kadang
pencedera fisiologis (Mis. disertaimuntah. Serta
Inflamasi,iskemia,neoplasma) lemahadanya perubahan
(D.0077) perilaku serta berbicara tidak
nyambung.
O:
- K/U Lemah
- Skala nyeri 5 (Nyeri sedang)
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1. Anjurkan asupan cairan dan
nutrisi adekuat
2. Kolaborasi pemberian obat
untuk mengendalikan efek
samping
2. 21/12/20
Risiko perfusi serebral tidak 13.00 S:
efektif b.d tumor otak - Keluarga klien mengatakan
(D.0017) kesadaran klien mulai membaik
namun bicaranya masih
ngelantur tidak jelas.
- Keluarga klien mengatakan
klien masih mengalami Sakit
kepala.
O:
- Kesadaran: Apatis, GCS: 12.
E:3, M:6, E:3
- TD : 160/90 mmhg
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
1. Monitor ICP
2. Pertahankan suhu tubuh normal
3. kolaborasi pemberian sedasi dan anti
konvulsan
4. kolaborasi pemberian diuretic
osmosis.
21/12/20
S:
13.00
Pola nafas tidak efektif b.d
- Klien mengeluh masih
Gangguan neurologis (mis
sesak,gangguan penglihatan
elektroen (EEG) positif, kedua mata masih kabur
Cedera kepala, gangguan O:
kejang) (D.0005) - Suhu : 37,5 C
- Nadi : 72X/menit
- RR :23X/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
1. berikan oksigen, jika perlu
2.Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari
21/12/20 S:
Nyeri akut b.d Agen 13.00 - Keluarga klien mengatakan
pencedera fisiologis (Mis. nyeri klien di kepala kadang
Inflamasi,iskemia,neoplasma) disertaimuntah mulai menurun,
(D.0077) perubahan perilaku serta
berbicicara tidak nyambung
masih ada.
O:
- Skala nyeri 3 (Nyeri Ringa )
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
1 Anjurkan asupan cairan dan
nutrisi adekuat
2 Kolaborasi pemberian obat
untuk mengendalikan efek
samping
3. 22/12/20
Risiko perfusi serebral tidak 13.00 S:
efektif b.d tumor otak - Keluarga klien mengatakan
(D.0017) kesadaran klien mulai membaik
klien sudah bisa diajak
berbincang-bincang sakit
kepala (-)
O:
- Kesadaran: Composmentis,
GCS: 16. E:4, M:5, E:6
- TD : 130/90 mmhg
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentika
22/12/20
S:
Pola nafas tidak efektif b.d 13.00
Gangguan neurologis (mis - Klien mengatakan sudah tidak
elektroen (EEG) positif, sesak, dan penglihatan mulai
membaik
Cedera kepala, gangguan
O:
kejang) (D.0005) - Suhu : 36,8 C
- Nadi : 72X/menit
- RR :23X/menit
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
22/12/20 S:
Nyeri akut b.d Agen 13.00 - Klien mengatakan nyeri kepala
pencedera fisiologis (Mis. sudah mulai hilang, perubahan
Inflamasi,iskemia,neoplasma) perilaku sudah tidak ada dan
(D.0077) klien sudah bisa diajak
berdiskusi tentang penyakitnya
O: Kesadaran: Composmentis 4,5,6
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
INTERVENSI
(L.06053)
Nyeri akut b.d Agen Manajemen terapi
pencedera fisiologis (Mis. Setelah dilakukan
20/12/2 radiasi(I.08240)
Inflamasi,iskemia,neoplasma) tindakan keperawatan
0
(D.0077) 1.untuk memantau
selama 3x24 jam Observasi
11.45 keluhan lain yang
diharapkan keluhan nyeri 1.Monitor efek samping dirasakan klien karna
menurun dengan kriteria efek samping terapi
dan efek toksik terapi
hasil: 2. mengetahui adanya
2. Monitor tanda dan gejala infeksi,anemia dan
-Keluhan nyeri menurun infeksi sistemik,anemia, perdarahan yang
dialami
- sikap protektif menurun dan perdarahan
3. mengontrol
- ketegangan otot Terapeutik lingkungan klien
7. Kolaborasi pemberian
obat untuk mengendalikan
efek samping