Disusun Oleh :
Sri Wahyu Sawitri
2214901024
1. Pengertian
Menurut Brunner & Suddarth (2014) Tumor otak adalah lesi intracranial
lokal yang menempati ruang di dalam tengkorak. Tumor otak primer berasal dari
sel dan struktur di dalam otak. Tumor otak sekunder, atau metastatic, terbentuk dari
struktur-struktur di luar otak (paru, payudara, saluran gastrointestinal bawah,
pancreas, ginjal dan kulit).Tumor otak adalah tumor intracranial termasuk juga lesi
desak ruang (lesi/ berkas organ yang karena proses pertumbuhannya dapat
mendesak organ yang da disekitarnya, sehingga organ tersebut dapat mengalami
gangguan) jinak maupun ganas, yang tumbuh di otak meningen dan tengkorak
(Ariani A, 2012).
Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik ganas
maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua proses neoplastik
yang terdapat dalam ruang intracranial atau dalam kanalis spinalis, yang
mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang
berasal dari sel-sel saraf di meningen otak, termasuk juga tumor yang berasal dari
sel penunjang (neuroglia), sel epitel pembuluh darah, dan selapu otak
(Satyanegara, 2010).
keganasan (grading) :
1) WHO grade I : Tumor dengan potensi proliferasi rendah, kurabilitas
pasca reseksi cukup baik.
2) WHO grade II : Tumor bersifat infiltrasi, aktivitas mitosis rendah, namun
sering timbul rekurensi. Jenis tertentu cenderung untuk bersifat progresif
kea rah derajat keganasan yang lebih tinggi.
3) WHO grade III : Gambaran aktivitas mitosis jelas, kemampuan
3. Etiologi
Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang
menunjukan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe
tumor-tumor tertentu. Agent tersebut meliputi factor herediter, congenital,
virus, toksin, dan defisiensi immunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa
tumor otak dapat terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan penyakit
peradangan. Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat
terjadi.
Karsinoma metastase lebih sering menuju ke otak dari pada sarkoma. Lokasi
utama dari tumor otak metastase berasal dari paru-paru dan payudara
(Jitowiyono S, 2012).
Menurut Harsono (2015) Tumor otak lebih sering mengenai pria dari pada
wanita, dengan perbandingan 55:45, sedangkan meningioma lebih sering
timbul pada wanita dari pada pria dengan perbandingan 2 : 1 .
Menurut Wismaji S dkk (2011) faktor risiko terjadinya tumor otak meliputi :
1. Radiasi
Meningkatnya insiden tumor otak, terutama meningioma dilaporkan terjadi
pada pasien yang pernah menerima radiasi walaupun dalam dosis rendah.
Radiasi yang dapat meninmbulkan mutasi dan perubahan genetik adalah
sparsely ionizing berupa y-photon dan x-ray, densely ionizing berupa
neutron dan ion berat, dan non ionizing berupa gelombang
elektromagnetik.
2. Kimia
Berbagai zat kimia dapat menginduksi tumor sel mesenkimal dan glial.
Karsinogen kimia yang paling potensial adalah senyawa nitrogen, senyawa
tersebut banyak ditemukan pada makanan (daging yang diawetkan atau
diasap dan beberapa buah dan sayuran). Selain itu senyawa nitrat tersebut
juga dapat ditemukan pada kosmetik dan beberapa produk industri.
3. Virus
Limfoma serebral, terutama limfoma sel B, banyak terdapat pada pasien
dengan penurunan imunitas (imunosupresan), misalnya pada pasien
dengan HIV, pasca transplantasi organ atau imunodefisiensi kongenital.
Adanya tumor tersebut juga dipengaruhi oleh infeksi virus Epstein Barr
(EBV).
Selain tiga faktor tersebut, faktor host juga dapat mempengaruhi
perubahan genetika sel melalui sistem seluler dan sistemik. Pada fase
selular, sel yang berada pada fase aktif membelah akan lebih rentan
terkena kerusakan oleh radiasi, kimia atau virus sehingga lebih mudah
mengalami mutasi genetik. Hal ini menjelaskan mengapa tumor tumbuh
dari lapisan germinal.
4. Patofisiologi
Faktor risiko terjadi tumor otak meliputi faktor radiasi, kimia, dan virus.
Meningioma terjadi pada pasien yang pernah menerima radiasi dalam dosis
rendah seperti x-ray dan gelombang elektromagnetik. Zat kimia yang
berpotensi mengakibatkan tumor otak adalah senyawa nitrogen, senyawa
tersebut banyak ditemukan pada makanan seperti daging yang diawetkan dan
diasap serta dapat ditemukan pada kosmetik dan produk industri lainnya.
Adanya virus Epstein Barr (EBV) dapat mengakibatkan tumor otak yang
dapat terjadi pada pasien dengan penurunan immunosupresan misalnya pada
pasien dengan HIV, pasca transplantasi organ atau imunodefisiensi kongenital
(Wismaji S dkk, 2011).
Adanya pertumbuhan sel yang abnormal dari faktor risiko yang terjadi dapat
mengakibatkan tumor otak. Adanya lesi desak ruang juga dapat mendesak
jaringan otak sehat disekitarnya sehingga terjadi defisit neurologis sesuai
dengan lokasi tumor, tipe tumor serta pertumbuhan tumor tersebut (Wismaji
S dkk, 2011).
Gejala klinis yang terjadi akibat adanya masa intrakranial disebabkan oleh
lesi desak ruang tumor terhadap ruang intrakranial, sehingga terjadi
penekanan jaringan disekitar otak yang dapat mengakibatkan edema serebri
akibat penumpukan cairan interstisial disekitar tumor. Adanya edema serebri
menandakan adanya tumor ganas seperti glioblastoma dan medullablastoma
(Wismaji S dkk, 2011). Edema disekitar tumor dapat mengakibatkan
hidrosefalus yang terjadi akibat obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal,
hidrosefalus terjadi pada tumor yang berada di fosa posterior dan lebih
banyak terjadi pada anak-anak. Hidrosefalus dan edema serebri dapat
menyebabkan herniasi serebral yang menekan struktur penting yang dapat
mengakibatkan perubahan sirkulasi cairan, sehingga sirkulasi sel-sel terjadi
mengalami penurunan dan terjadinya penurunan oksigen sehingga
mengakibatkan sirkulasi menjadi anaerob dan terjadinya hipoksia serebral
yang dapat mengakibatkan masalah ketidakefektifan jaringan otak serta
kompensasi takipnea sehingga munculnya masalah gangguan pola nafas.
Nyeri kepala yang dihungkan dengan tumor otak disebabkan oleh traksi
dan penggeseran struktur peka nyeri dalam intrakranial. Struktur peka
nyeri ini termasuk arteri, vena, serta sinus-sinus vena dan saraf otak.
Lokasi nyeri kepala cukup berarti karena sepertiga dari nyeri kepala ini
terjadi pada tempat tumor, sedangkan dua pertiga lainnya terjadi di dekat
atau di atas tumor. Nyeri kepala oksipital merupakan gejala pertama pada
tumor fossa posterior. Kira-kira sepertiga lesi supratentorial menyebabkan
nyeri kepala frontal. Jika keluhan nyeri kepala yang terjadi menyeluruh,
maka nilai lokasinya kecil dan pada umumnya menunjukan pergeseran
ekstensif kandungan intrakranial yang meningkatkan tekanan intrakranial.
3) Papiledema
Papiledema disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan
pembengkakan papila saraf optikus. Bila terlihat pada pemeriksaan
funduskopi, tanda ini mengisyaratkan peningkatan tekanan intrakranial.
Seringkali sulit menggunakan tanda ini sebagai diagnosis tumor otak
karena pada beberapa individu fundus tidak memperlihatkan edema
meskipun tekanan intrakranial amat tinggi. Menyertai papiledema dapat
terjadi gangguan penglihatan, termasuk pembesaran bintik buta dan
amaurosis fugaks (saat-saat di mana penglihatan berkurang).
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan klien dengan tumor otak meliputi :
a. Radiasi
Terapi radiasi pancaran eksternal (external-beam radiation), sebagai
(Tarwoto, 2013).
b. Kemoterapi
Dilakukan dengan indikasi tertentu sesuai dengan umur, status neurologi,
tipe tumor. Biasanya dilakukan sesudah pembedahan dengan radioterapi
(Tarwoto, 2013).
c. Pembedahan
Pemilihan terapi ditentukan oleh tipe dan letak dari tumor. Kombinasi
terapi sering dilakukan, misalnya radiasi dengan pembedahan atau
kemoterapi. Pembedahan intrakranial pada umumnya dilakukan untuk
seluruh tipe kondisi patologi dari otak untuk mengurangi tekanan
intrakranial dan mengangkat tumor. Pembedahan ini juga dilakukan
melalui pembukaan tengkorak yang disebut Craniotomy. Obat-obatan
yang sering diberikan meliputi : kortikosteroid, antikonvulsi, antasid dan
laxatives, terapi cairan/elektrolit, oksigenisasi dan dukungan ventilator.
Selain itu juga klien dilakukan monitor tekanan intrakranial dan
rehabilitasi neurologi (Widagdo W, dkk 2008).
meliputi :
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis,
nomor registrasi.
b. Keluhan utama
Keluhan utama pada klien gangguan sistem saraf biasanya akan terlihat
bila sudah terjadi disfungsi neurologis. Keluhan yang sering didapatkan
meliputi kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, konvulsi (kejang), sakit kepala yang hebat, nyeri otot,
kaku kuduk, sakit pinggang, tingkat kesadaran menurun (GCS<15),akral
dingin, dan ekspresi rasa takut (Muttaqin A, 2010).
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien tumor otak mengeluh nyeri kepala, mual, muntah,
kejang, dan penurunan tingkat kesadaran. Adanya penurunan atau
perubahan pada tingkat kesadaran dihubungan dengan perubahan didalam
intrakranial . keluhan perubahan prilaku juga umum terjadi, dapat
terjadinya latergi, tidak responsif dan koma (Muttaqin A, 2008).
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat nyeri kepala sebelumnya. Pengkajian riwayat ini dapat
mendukung pengkajian dari riwayat penyakit kesehatan sekarang dan
merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan
tindakan selanjutnya (Muttaqin A, 2008).
g. Pemeriksaan Fisik
1) Secara sitemik dari kepala sampai ujung kaki
a) Kepala
b) Leher
c) Muka
fungsi maupun bentuk. Tidak ada lesi, simetris, dan tidak ada edema.
d) Mata
e) Telinga
f) Hidung
h) Thoraks
i) Paru
(1) Inspeksi
Pernapasan meningkat.
(2) Palpasi
(3) Perkusi
(4) Auskultas
j) Jantung
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
(3) Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
k) Abdomen
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba
(3) Perkusi
Suara thympani.
(4) Auskultasi
l) Sistem integumen
2) Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran yang umumnya dikembangkan dengan Glasgow
Coma Scala (GCS). Biasanya pada pasien dengan tumor otak datang
dengan keluhan penurunan kesadaran dengan nilai GCS >15.
Nervus Respon
I Pada klien tumor intracranial yang tidak mengompresi
saraf ini tidak ada kelainan pada funsi penciuman.
II Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian
tertentu dari lintasan visual.
III, IV, Adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari saraf
VI ke VI memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya
glioblastoma multiforme.
V Pada keadaan tumor intracranial yang tidak
mengompresi saraf trigeminus maka tidak ada kelainan
pada fungsi saraf ini. Pada neurolema yang
mengganggu saraf ini akan didapatkan adanya paralisis
wajah unilateral.
VII Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
asimetris, otot wajah tertarik kebagian sisi yang sehat.
VIII Pada neurolema didapatkan adanya tuli persepsi. Tumor
lobus temporalis menyebabkan tinnitus dan halusinasi
pendengaran yang mungkin diakibatkan iritasi korteks
pendengaran temporalis atau korteks yang berbatasan.
IX, X Kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka
mulut.
XI Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
XII Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan
fasikulasi. Indra pengecapan normal
(Sumber : Muttaqin A, 2008)
5) Tingkat Kesadaran
Biasanya pasien dengan tumor otak masuk dengan penurunan
kesadaran yaitu seperti latergi, stupor, bahkan sampai semikoma.
7) Pemeriksaan Fisiologis
Menurut Morton G (2005) pemeriksaan fisiologis meliputi :
a) Reflek Biseps
Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami
penurunan kesadaran atau hemiparise, refleks biseps positif (+),
tidak adanya fleksi siku yang cepat yang dapat dilihat dan
dipalpasi.
b) Refleks Triseps
Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami
penurunan kesadaran atau hemiparise, refleks triseps positif (+)
tidak adanya ekstensi cepat pada siku.
c) Refleks Brakioradialis
Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami
penurunan kesadaran atau hemiparise refleks brakioradialis positif
(+), tidak adanya fleksi siku kanan, supinasi lengan bawah, dan
fleksi jari-jari tangan dan tangan.
d) Refleks Kuadriseps (Kejutan Lutut atau Patelar)
Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami
penurunan kesadaran atau hemiparise refleks kuadriseps positif (+)
Lutut klien tidak terekstensi dan quadriceps harus berkontraksi.
e) Refleks Achilles (Kejutan Pergelangan Kaki)
Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami
penurunan kesadaran atau hemiparise refleks achilles positif (+),
tidak menyebabkan plantar fleksi dan diikuti dengan relaksasi otot.
h. Pemeriksaan Diagnostik
Setiap kasus yang dicurigai terdapat lesi intracranial harus menjalani
evaluasi medis lengkap dengan perhatian khusus pada pemeriksaan
neurologis. Penyelidikan diagnostic spesifik dilakukan setelah
pemeriksaan neurologis dan dimulai dari tindakan non-invasif yang
menimbulkan risiko paling kecil sampai tindakan yang mempergunakan
teknik invasive dan yang lebih berbahaya.
Pedoman interpretasi data klinik (2011) Biasanya pada pasien tumor otak
akan mengalami peningkatan jumlah leukosit, fungsi utama leukosit
adalah melawan infeksi, melindungi tubuh dengan memfagosit organisme
asing dan memproduksi atau mengangkut/ mendistribusikan antibody dan
peningkatan kadar bilirubin tidak terkonjugasi dapat terjadi pada infark
pulmonal.
Radiogram tengkorak member informasi yang sangat berharga mengenai
struktur, penebalan, dan klasifikasi (posisi kelenjer pineal yang
mengapur), dan posisi seta tursika.
Elektroensefalogram memberikan informasi mengenai perubahan
kepekaan neuron. Pergeseran kandungan intraserebri dapat dilihat pada
ekoensefalogram. Sidik otak radioaktif memperlihatkan daerah-daerah
akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Tumor intracranial maupun
oklusio vascular, infeksi, dan trauma mengakibatkankerusakan sawar
pada otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif
(Muttaqin, 2008).
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnose keperawatan yang lazim di jumpai pada tumor otak
menurut Muttaqin A (2008) adalah sebagai berikut :
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan desak
ruang oleh masa tumor intracranial.
b. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan gangguan
neurologis, keletihan otot-otot pernapasan.
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, traksi dan
pergeseran struktur peka nyeri dalam rongga intracranial.
d. Risiko cidera berhubungan dengan serangan kejang, penurunan tingkat
kesadaran.
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuscular,
menurunnya kekuatan dan kesadaran.
f. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
asupan nutrisi yang kurang, dan muntah.
g. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanis.
h. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan gangguan
yang mempengaruhi regulasi tubuh
i. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer tidak
adekuat.
j. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular.
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan yang dapat ditegakkan pada pasien dengan Tumor Otak
adalah seperti yang tertera pada tabel dibawah ini :
SDKI SLKI SIKI
5. Evaluasi
Evaluasi hasil asuhan keperawatan sebagai tahap akhir dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk menilai hasil akhir dan seluruh tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.Evaluasi ini bersifat sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan sekaligus pada akhir
dari semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan dan disebutkan juga evaluasi
pencapaian jangka panjang (Hidayat, 2004). Ada tiga alternative dalam menafsirkan hasil
evaluasi yaitu:
1. Masalah teratasi apabila klien atau keluarga menunjukkan perubahan tingkah laku dan
perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapain tujuan yang telah ditetapkan.
2. Masalah teratasi sebagian apabila klien atau keluarga menunjukkan perubahan dan
perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian tujuan yang telah
diterapkan.
3. Masalah belum teratasi apabila klien atau keluarga sama sekali tidak menunjukkan
perubahan prilaku perkembangan kesehatan bahkan timbul masalah yang baru.
6. Dokumentasi
Dokumentasi diartikan sebagai pekerjaan mencatat atau merekam jalannya peristiwa yang
dianggap berharga atau penting, otentik serta rahasia dan sewaktu-waktu dapat digunakan
sebagai dasar hukum. Manfaat dokumentasi adalah sebagai alat komunikasi antar anggota
keperawatan dan antar anggota tim kesehatan lainnya, sebagai dokumen resmi dalam sistem
pelayanan kesehatan dan dapat juga sebagai alat yang digunakan dalam bidang pendidikan
serta sebagai alat pertanggung jawaban asuhan keperawatan yang telah diberikan. Prinsip
dokumentasi menurut (Perry & Potter, 2005) adalah :
1. Jangan menghapus dengan menggunakan tip-ex atau mencoret tulisan salah ketika
mencatat. Karena seakanakan perawat mencoba menyembunyikan informasi atau merusak
catatan. Cara yang benar adalah dengan membuat satu garis pada tulisan yang salah, tulis
kata “salah” lalu di paragraf kemudian tulis catatan yang benar.
2. Jangan menulis komentar yang bersifat mengkritik pasien maupun tenaga kesehatan lain,
karena pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai bukti terhadap perilaku yang tidak
profesional atau asuhan keperawatan yang tidak bermutu.
3. Koreksi semua kesalahan sesegera mungkin karena kesalahan menulis dapat diikuti
dengan kesalahan tindakan.
4. Catat hanya fakta, catatan harus akurat dan reliable.
5. Jangan biarkan pada akhir catatan perawat kosong, karena orang lain dapat menambahkan
informasi yang tidak benar pada bagian yang kosong tadi.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner and Suddarth. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12. Jakarta : EGC
Hidayat, A. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba
Medika
Wismaji, S dkk. 2011. Sinopsis Ilmu Bedah Saraf. Jakarta : CV Sagung Seto