LISMIATI
143210076
Tumor intracranial termasuk juga lesi desak ruang, (lesi organ yang
karena proses pertumbuhannya dapat mendesak organ yang ada
disekitarnya,sehingga organ tersebut dapat mengalami gangguan)jinak
maupun ganas,yang tumbuh diotak meniyngen dan tengkorak(Ariyani,2017).
Otak merupakan salah satu bagian terpenting dalam tubuh manusia yang
berfungsi untuk mengatur dan mengkoordinir seluruh tubuh serta pemikiran
manusia. Fungsi otak akan terganggu saat kepala cedera apalagi jika terdapat
tumor dalam otak.
Tumor otak merupakan penyakit berbahaya kedua yang menyebabkan
kematian bagi pria di usia 20-30 tahun dan merupakan penyakit berbahaya
kelima yang menyebabkan kematian bagi wanita berusia 20-30 tahun.
Menurut data dari International Agency for Research on Cancer, lebih dari
126.000 orang di dunia setiap tahunnya mengidap tumor otak dan lebih dari
97.000 jiwa meninggal dunia . Pada stadium awal, tumor sangat sulit diketahui
karena batas tumor masih tidak jelas, kekontrasannya rendah dan terkadang
mirip seperti jaringan normal. Insiden terjadinya tumor otak dengan
kraniofaringioma pada anak- anak 13,3 per 100 ribu populasi terjadi di
Amerika Serikat pada tahun 2001- 2005. Sayangnya, insiden tumor otak di
Indonesia belum banyak ditemukan dalam literatu (Harsono,2015).
Tumor otak merupakan penyebab kematian kedua pada kasus kanker yang
terjadi pada anak-anak yang berusia dibawah 20 tahun. Tumor otak juga
merupakan penyebab kematian yang kedua dari semua kasus kanker yang
terjadi pada pria berusia 20-39 tahun. Selain itu tumor otak merupakan
penyebab kematian nomor lima dari seluruh pasien kanker pada wanita yang
berusia 20-39 tahun (ABTA, 2012). Tumor otak terus mengalami peningkatan
insidensi selama satu dekade terakhir di beberapa negara.Angka harapan hidup
penderita tumor otak seperti glioma dipengaruhi beberapa faktor, yaitu usia,
stadium, jenis histo PA, ada atau tidaknya defisit neurologi dan modalitas
terapi (Satria, 2015).
Tumor otak primer adalah tumor yang tumbuh langsung dari jaringan
intrakranial, baik dari otak itu sendiri, central nervus system, maupun selaput
pembungkus otak (selaput meningen) (American Brain Tumor Association
(ABTA), 2014). Permasalahan klinis pada tumor otak agak berbeda dengan
tumor lain karena efek yang ditimbulkannya, dan keterbatasan terapi yang
dapat dilakukan. Kerusakan pada jaringan otak secara langsung akan
menyebabkan gangguan fungsional pada sistem saraf pusat, berupa gangguan
motorik, sensorik, panca indera, bahkan kemampuan kognitif. Selain itu efek
massa yang ditimbulkan tumor otak juga akan memberikan masalah serius
mengingat tumor berada dalam rongga tengkorak yang pada orang dewasa
merupakan suatu ruang tertutup dengan ukuran tetap (Wahjoepramono, 2016).
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko kanker
otak mengacu pada Kementrian Kesehatan Indonesia yaitu pemeriksaan fisik,
berupa pemeriksaan terhadap keluhan pada pasien seperti sakit kepala,
muntah, kejang dan lain-lain, pemeriksaan neuurooftalmolog, berupa
pemeriksaan yang menjelaskan kesesuaian gangguan klinis dengan fungsional
kanker otak, pemeriksaan laboratorium, berupa pemeriksaan keadaan umum
pasien, seperti fungsi hati, gula darah, ginjal, hepatitis B dan C, LDH,
hemostatis, dan elektrolit, pemeriksaan radiologi, berupa pemeriksaan untuk
mengetahui letak dan ukuran kanker yang tumbuh pada otak.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk
b) Astroscytoma
Neoplasma pada sistem saraf pusat dimana sel
predominan diturunkan pada astrosit (neuroglia bentuk seperti
bintang). Pada orang dewasa tumbuh di hemisfer serebri. Pada
anak-anak dan dewasa muda di serebelum, dan pada umumnya
berisi cairan atau kistik.
c) Oligodendroglioma
Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai
astrositoma tetapi terdiri dari sel sel oligodendroglia. Tumor
relative avaskuler dan cenderung mengalami klasifikasi
biasanya di jumpai pada hemisfer otak orang dewasa muda.
2) Meningioma
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari
meningen, sel sel mesotel, dan sel sel jaringan penyambung
araknoid. Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan
perlekatan duramater yang lebar (broad base) berbatas tegas karena
adanya psedokapsul dari membran araknoid. CT-scan non kontras
terlihat hiperdens. post kontras enhancemennya homogen, kecuali
bila terjadi nekrotik, kistik, dan hemoragis.
Gambar 3. Meningioma
b. Tumor Infratentorial
1) Schwanoma akustikus
Biasanya lambat pertumbuhannya dan paling sering berkembang
pada saraf akustikus sehingga muncul gejala gangguan
pendengaran.
2) Tumor metastasis
Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % – 10 % dari seluruh
tumor otak dan dapat berasal dari setiap tempat primer. Tumor
primer paling sering berasal dari paru-paru dan payudara.
3) Meningioma
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari
meningen, sel-sel mesotel, dan sel-sel jaringan penyambung
araknoid dan dural.
4) Hemangioblastoma
Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler
embriologis yang paling sering dijumpai dalam serebelum.
Mengenai lobus oksipitalis Pertumbuhan Sel yang Abnormal Obstruksi cairan Peregangan Epidural
serebrospinal dari ventrikel
Trauma lateral ke sub arachnoid
Gangguan visual TUMOR OTAK Nyeri Kepala
HIDROSEPALUS Papiledema
Penambahan Massa Otak dan atau Cairan Otak
Kerusakan pembuluh darah otak Kompresi jaringan otak Mengenai lobus frontalis Mengenai batang otak Bergesernya ginus
terhadap sirkulasi darah & O2 medialis lobus temporal
ke inferior melalui
Perpindahan cairan intravaskuler Kompresi daerah motorik Iritasi pusat vagal di insisura tentorial
ke jaringan serebral Penurunan suplai O2 ke medula oblongata
jaringan otak akibat obstruksi
Hemiparesis
Herniasi medula
Volume intrakranial naik (PTIK) Mual & Muntah oblongata
Iskemik
hambatan
Menggangu fungsi spesifik Mobilitas Fisik ketidakseimbangan
Ketidakefektifan Menekan pusat saraf napas
bagian otak tempat tumor Nutrisi Kurang dari
Perfusi Kebutuhan Tubuh
Jaringanserebral Mengenai lobus parietalis
Ketidakefektifan Pola
Nyeri Kronis
Cerebral Napas
Kejang fokal Risiko Tinggi
Cedera
15
2.5 Manifestasi Tumor Otak
1. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis mungkin tidak spesifik yang dapat disebabkan
oleh edema dan peningkatan TIK atau spesifik yang disebabkan oleh
lokasi anatomi tertentu.
a. Perubahan Status Mental
Seperti pada gangguan neurologis atau bedah syaraf, perubahan
tingkat kesadaran atau sensoris dapat ditemukan.
b. Sakit kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak
yang kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan
intermitten. Nyeri kepala berat juga sering diperhebat oleh perubahan
posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan
bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral
pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian
frontal. Tumor pada fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput
dan leher.
c. Mual dan Muntah
Manifestasi klinis mual dan muntah dipercaya terjadi karena
tekanan pada medula, yang terletak pusat muntah.
d. Papil edema
Kompresi pada nervus kranialis kedua, nervus optik, dapat
menyebabkan papiledema. Mekanisme patofisiologis yang mendasari
hal ini masih belum diapahami. Peningkatan tekanan intrakranial
mengganggu aliran balik vena dari mata dan menumpuk darah di vena
retina sentralis. Juga dikenal sebagai “Choked disc”, papiledema
umum pada klien dengan tumor intrakranial dan mungkin merupakan
manifestasi awal dari peningkatan tekanan intrakranial. Papiledema
awal tidak menyebabkan perubahan ketajaman penglihatan dan hanya
dapat dideteksi dengan pemeriksaan oftalmologis. Papiledema parah
dapat bermanifestasi sebagai penurunan tajam penglihatan.
e. Kejang
Kejang, fokal atau umum, sering ditemui pada klien dengan
tumor intrakranial, terutama tumor hemisfer serebral. Kejang dapat
parsial atau menyeluruh. Kejang parsial biasanya membantu
membatasi lokasi tumor.
2. Manifestasi Lokal
Manifestasi klinis lokal disebabkan oleh kerusakan, iritasi, atau
kompresi dari sebagian otak tempat tumor terletak.
1) Kelemahan Fokal ( misal, hemiparesis)
2) Gangguan sensoris, antara lain tidak dapat merasakan
(anestesia), atau sensasi abnormal (Parestesia)
3) Gangguan bahasa
4) Gangguan koordinasi (misal, jalan sempoyongan)
5) Gangguan penglihatan seperti diplopia (pandangan ganda) atau
gangguan lapang pandang (monopia)
26
dilakukan yaitu IVFD RL XX tetes/menit (makro), ceftriaxon vial 1 gram/12
jam, ranitidine ampul 1 gram/12 jam, dexamethason 1 ampul/6 jam.
Untuk tumor otak metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya,
yaitu :
1) Pembedahan
Tumor jinak sering kali dapat ditangani dengan eksisi komplet dan
pembedahan merupakan tindakan yang berpotensi kuratif, untuk tumor
primer maligna, atau sekunder biasanya sulit disembuhkan. Pembedahan
tumor biasanya harus melalui diagnosis yang histologis terlebih dahulu.
2) Terapi Medikamentosa
a) Antikonvulsan untuk epilepsi
b) Kortikosteroid (dekstrametason) untuk peningkatan tekanan
intrakranial. Steroid juga dapat memperbaiki defisit neurologis fokal
sementara dengan mengobati edema otak
c) Kemoterapi diindikasikan pada beberapa kasus glioma, sebagai ajuvan
pembedahan dan radioterapi dengan pengawasan unit spesialistik
neuro onkologi.
3) Terapi Radiasi
Radioterapi konvensional menghantarkan radiasi menggunakan
akselerator linier. Dosis standar untuk tumor otak primer kurang lebih
6.000 Gy yang diberikan lima kali seminggu selama 6 minggu. Untuk
klien dengan tumor metastasis, dosis standar radiasi kurang lebih 3.000
Gy. Dosis pasti akan bergantung pada karakteristik tumor, volume
jaringan yang harus diradiasi biasanya diberikan dalam periode yang
lebih pendek untuk melindungi jaringan normal di sekitarnya.
2.7 Pemeriksaan Penunjang Tumor Otak
1. CT Scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur
investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau
tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda
spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan
tumor dari abses ataupun proses lainnya.
27
2. Foto Polos Dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu
metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun
multiple pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker
tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien
dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik
ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat
untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).
4. Biopsi Stereostatik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang
dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi
prognosis.
5. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor
serebral.
6. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati
tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada
waktu kejang.
2.8 Komplikasi Tumor Otak
Menurut beberapa sumber salah satunya menurut Ginsberg
(2015) komplikasi yang dapat terjadi pada tumor otak antara lain:
1. Peningkatan Tekanan Intrakraial
Peningkatan tekanana intrakranial terjadi saat salah satu maupun semua
faktor yang terdiri dari massa otak, aliran darah ke otak serta jumlah
cairan serebrospinal mengalami peningkatan. Peningkatan dari salah satu
faktor diatas akan memicu:
a. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih terakumulasi disekitar lesi
sehingga menambah efek masa yang mendesak.
28
b. Hidrosefalus
Hidrosefalus terjadi akibat peningkatan produksi CSS ataupun karena
adanya gangguan sirkulasi dan absorbsi CSS. Pada tumor otak, massa
tumor akan mengobstruksi aliran dan absorbsi CSS sehingga memicu
terjadinya hidrosefalus.
c. Herniasi Otak
Peningkatan tekanan intracranial dapat mengakibatkan herniasi sentra,
unkus, dan singuli. Herniasi serebellum akan menekan mesensefalon
sehingga menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak
ketiga (okulomotor) (Fransisca, 2008).
2. Epilepsi
Epilepsi diakibatkan oleh adanya perangsangan atau gangguan di dalam
selaput otak (serebral cortex) yang disebabkan oleh adanya massa tumor
(Yustinus, 2006).
3. Berkurangnya fungsi neurologis
Gejala berkurangnya fungsi neurologis karena hilangnya jaringan otak
adalah khas bagi suatu tumor ganas (Wim, 2002). Penurunan fungsi
neurologis ini tergantung pada bagian otak yang terkena tumor.
4. Ensefalopati radiasi
5. Metastase ke tempat lain
6. Kematian
29
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang menyeluruh dan akurat sangat penting
dalam merawat pasien yang memiliki masalah saraf. Perawat perlu waspada
terhadap berbagai perubahan yang kadang samar dalam kondisi pasien yang
mungkin menunjukkan perburukan kondisi.
3.1.1 Anamnesa
1. Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin,
status perkawinan, dan penanggung biaya.
2. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala yang hilang timbul dan
durasinya makin meningkat
3. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala saat perubahan posisi dan dapat
meningkat dengan aktivitas, vertigo, muntah proyektil, perubahan
mental seperti disorientasi, letargi, papiledema, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double,
ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya
ketajaman atau diplopia.
4. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala atau trauma kepala
5. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin
ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat
keluarga dengan tumor kepala.
6. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental,
kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan
30
hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya
perubahan peran.
31
atau berkata-kata komprehensif, maupun kombinasi dari
keduanya.
2) Ekstremitas : Kelemahan atau paraliysis genggaman tangan
tidak seimbang, berkurangnya reflex tendon.
3) GCS : Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran
pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak)
dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang
diberikan.
Berdasarkan Fokal
Tumor Lobus Frontalis
a. Gangguan keperibadian dan mental seperti apatis,kesukaran
dalam pandangan ke depan, regresi dalam tingkah laku
social
b. Graps refleks (reflek memegang)
c. Spasme tonik pada jari-jari kaki atau tangan
d. Kejang fokal atau wajah
e. Todd’s paralisis
f. Afasia motorik
g. Jika terjadi di traktus kortikospinalis :hemiparesis sampai
hemiplegia kontralateral lesi
h. Sindrom foster kennedy
Tumor lobus temporalis
a. Kajang parsiil
b. Movement motoric automatic
c. Nyeri epigastrium
d. Perasaan fluttering di epigastrik atau toraks
e. Dejavu
Tumor lobus parietalis
a. Astereognosis
b. Antopognosis
c. Hemianestesia
d. Tidak dapat membedakan kanan taua kiri
32
e. Loss of body image
Tumor lobus oksipitalis
a. Gangguan yojana penglihatan
b. Nyeri kepala di daerah oksipital
c. Hemianopsia homonym
Tumor Serebellum
a. Nyeroi kepala, muntah ban pupil edema
b. Ganguan gait dan gangguan koordinasi
c. Bila berjalan kan jatuh ke sisi lesi
d. Ataksia, tremor, nistagmus hipotonia
Tumor daerah thalamus
a. Refleks babinsky positif, hemiparesis, hiperrefleks
b. Tekanan intracranial yang tinggi
c. Lama kelamaan bisa menjadi hidrosefalus
Tumor daerah pineal/epifise
a. Tanda perinaud fenomena bell
b. Fenomena puppenkoft
c. Pupil argyl Robertson
d. Pubertas prekoks
e. Diabetes insipidus
Tumor batang otak
a. Kesadaran menurun
b. Gangguan N III
c. Sindrom webber
d. Sindrom benedict
e. Sindrom claude
Tumor sudut sereblo pontin
a. Gangguan pendengaran
b. Vertigo
Berdasarkan PTIK
Nyeri kepala,kejang, gangguan mental, pembesaran kepala,
papiledema, sensasi abnormal di kepala, false localizing sign
33
4. Perkemihan B4 (Bladder)
Gangguan control sfinter urine, kebersihan bersih, bentuk alat
kelamin normal, uretra normal, produksi urin normal
5. Pencernaan B5 (Bowel)
Mual dan muntah terjadi akibat peningkatan tekanan intracranial
sehingga menekan pusat muntah pada otak. Gejala mual dan muntah
ini biasanya akan diikuti dengan penurunan nafsu makan pada
pasien. Kondisi mulut bersih dan mukosa lembab
6. Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
Keterbatasan pergerakan anggota gerak karena kelemahan bahkan
kelumpuhan. Kemampuan pergerakan sendi bebas, kondisi tubuh
kelelahan.
34
3.3 Intervensi Keperawatan
1. ketidakefekifan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Intracranial Pressure (ICP) Monitoring
keperawatan selama 1x24 jam perfusi (2590)
jaringan klien meymbaik ditandai 1) Monitor kualitas dan karakteristik
dengan tanda-tanda vital stabil dengan dari bentuk gelombang TIK
kriteria hasil : 2) Monitor tekanan perfusi cerebral
Perfusi Jaringan: Serebral 3) Monitor status neurologis
a. Tekanan perfusi 4) Monitor TIK klien dan respon
serebral >60mmHg, tekanan neurologis untuk merawat aktivitas
intrakranial <15mmHg, tekanan dan stimuli lingkungan
arteri rata-rata 80-100mmHg 5) Monitor jumlah, kecepatan, dan
b. Menunjukkan tingkat kesadaran karakteristik dari aliran cairan
normal serebrospinal (CSF)
c. Orientasi pasien baik 6) Memberikan agen farmakologi
d. RR 16-20x/menit untuk menjaga TIK pada batas
e. Nyeri kepala berkurang atau tertentu
tidak terjadi 7) Memberi jarak waktu intervensi
keperawatan untuk meminimalkan
PTIK
8) Monitor secara berkala tanda dan
gejala peningkatan TIK
a. Kaji perubahan tingkat
kesadaran, orientasi, memori,
periksa nilai GCS
b. Kaji tanda vital dan bandingkan
dengan keadaan sebelumnya
c. Kaji fungsi autonom: jumlah dan
pola pernapasan, ukuran dan
reaksi pupil, pergerakan otot
d. Kaji adanya nyeri kepala, mual,
muntah, papila edema, diplopia,
kejang
e. Ukur, cegah, dan turunkan TIK
1. Pertahankan posisi dengan
meninggikan bagian kepala
15-300, hindari posisi
telungkup atau fleksi tungkai
secara berlebihan
2. Monitor analisa gas darah,
pertahankan PaCO2 35-45
35
mmHg, PaO2 >80mmHg
3. Kolaborasi dalam pemberian
oksigen
9) Istirahatkan pasien, hindari tindakan
keperawatan yang dapat
mengganggu tidur pasien
10) Berikan sedative atau analgetik
dengan kolaboratif.
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Airway Management
keperawatan selama 1x24 jam pola 1) Monitor status respirasi dan
pernafasan kembali normal dengan oksigenasi, yang tepat
kriteria Hasil : Respiratory Management
Respiratory Status 1) Monitor kecepatan, irama,
a. Pola nafas efekif kedalaman dan upaya
b. GDA normal pernafasan.
c. Tidak terjadi sianosis 2) Monitor pola pernapasan
3) Monitor tingkat saturasi oksigen
dalam klien yang tenang
4) Auskultasi suara napas, mencatat
area penurunan ketiadaan
ventilasi dan keberadaan suara
tambahan
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Pain Management
keperawatan selama 1x24 jam nyeri 1) Mengurangi/menghilangkan faktor-
yang dirasakan berkurang 1 atau dapat faktor yang memimbulkan /
diadaptasi oleh klien dengan kriteria meningkatkan pengalaman nyeri
hasil : 2) Memilih dan
Pain Control (1605) mengimplementasikan satu jenis
a. Klien mengungkapkan nyeri tindakan (farmakologi, non-
yang dirasakan berkurang atau farmakologi, interpersonal) untuk
dapat diadaptasi ditunjukkan memfasilitasi pertolongan nyeri
penurunan skala nyeri. Skala = 2 3) Mempertimbangkan jenis dan
b. Klien tidak merasa kesakitan. sumber nyeri ketika memilih
36
c. Klien tidak gelisah strategi pertolongan nyeri
4) Mendorong klien untuk
menggunakan pengobatan nyeri
yang adekuat
5) Instruksikan pasien/keluarga untuk
melaporkan nyeri dengan segera
jika nyeri timbul.
6) Mengajarkan tehnik relaksasi dan
metode distraksi
7) Observasi adanya tanda-tanda nyeri
non verbal seperti ekspresi wajah,
gelisah, menangis/meringis,
perubahan tanda vital.
Kolaborasi: Analgesic
Administration
1) Menentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan keparahan nyeri
sebelum pengobatan klien
2) Mengecek permintaan medis untuk
obat, dosis, dan frekuensi dari
analgesik yang telah ditentukan
(resep)
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan Nutrition Monitoring
tindakan keperawatan selama 1) Kaji tanda dan gejala kekurangan
1x24 jam kebutuhan nutrisi klien nutrisi: penurunan berat badan, tanda-
dapat terpenuhi dengan adekuat tanda anemia, tanda vital
dengan kriteria hasil: 2) Monitor intake nutrisi pasien
Nutritional 3) Berikan makanan dalam porsi kecil
a. Antropometri: berat badan tapi sering.
tidak turun (stabil) 4) Timbang berat badan 3 hari sekali
b. Biokimia: albumin normal 5) Monitor hasil laboratorium: Hb,
dewasa (3,5-5,0) g/dl albumin
c. Hb normal (laki-laki 13,5- 6) Kolaborasi dalam pemberian obat
18 g/dl, perempuan 12-16 antiemetic
g/dl)
1) Clinis: tidak tampak
kurus, terdapat lipatan
lemak, rambut tidak
jarang dan merah
2) Diet: klien
menghabiskan porsi
37
makannya dan nafsu
makan bertambah
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Fall Prevention
keperawatan selama 1x24 jam 1) Identifikasi tingkah laku dan
diagnosa tidak menjadi masalah actual faktor yang berpengaruh pada
dengan kriteria hasil : risiko jatuh
Class-Risk Control & Safety (T) 2) Memberikan tanda untuk
Physical Injury Severity mengingatkan klien untuk
a. Pasien dapat mengidentifikasikan meminta tolong ketika pergi dari
kondisi-kondisi yang tempat tidur, yang tepat
menyebabkan vertigo 3) Menggunakan teknik yang
b. Pasien dapat menjelaskan metode sesuai untuk mengantar klien
pencegahan penurunan aliran ked an dari kursi roda, tempat
darah di otak tiba-tiba yang tidur, toilet dan lainnya
38
berhubungan dengan ortostatik. 4) Kaji tekanan darah pasien saat
c. Pasien dapat melaksanakan pasien mengadakan perubahan
gerakan mengubah posisi dan posisi tubuh.
mencegah drop tekanan di otak 5) Diskusikan dengan klien tentang
yang tiba-tiba. fisiologi hipotensi ortostatik.
d. Menjelaskan beberapa episode 6) Ajarkan teknik-teknik untuk
vertigo atau pusing. mengurangi hipotensi ortostatik
a. Untuk mengetahui pasien
mengakami hipotensi
ortostatik ataukah tidak.
b. Untuk menambah
pengetahuan klien tentang
hipotensi ortostatik.
c. Melatih kemampuan klien
dan memberikan rasa
nyaman ketika mengalami
hipotensi ortostatik.
39
DAFTAR PUSTAKA
American Brain Tumor Association (ABTA). 2012. About Brain Tumors a Primer
for Patients and Caregivers. Chicago : ABTA.
Avenue BM. About Brain Tumors a Primer for Patients and Caregivers.
Chicago: American Brain Tumor Association (ABTA); 2014.
Mardjono M dan Sidharta P. 2016. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.
Hlm 390-402.
Satria A. 2015. Angka Harapan Hidup Dua Tahun Penderita Low Grade Dan High
Grade Glioma yang Mendapatkan Terapi Radiasi (Artikel Karya Tulis
Ilmiah). Universitas Diponegoro.
Tarwoto, Watonah, dan Eros Siti Suryati. 2017. Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: CV Sagung Seto
40
Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. B
Dengan Diagnosa Medis SPACE OCCUPAING PROCCES CEREBRI dt
CEREBRI PRIMER DD METASTASE HARI - 3
I. PENGKAJIAN
A. Tanggal Masuk RS : 28 Juli 2019
B. Jam masuk : 02.00 Wib
C. Tanggal Pengkajian : 28 Juli 2019
D. Jam Pengkajian : 18.00 Wib
E. No.RM : 114xxx
F. Identitas
1. Identitas pasien
a. Nama : Tn. B
b. Umur : 75 Tahun
c. Jenis kelamin : Laki - Laki
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SMP
f. Pekerjaan : Swasta
g. Alamat : Ds. Sidodadi Banyuwangi
h. Status Pernikahan : Menikah
41
G. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama saat pengkajian : Pasien mengatakan sakit kepala
2. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Keluarga klien mengatakan pada hari jumat tanggal 26 juli 2019 klien
mengalami kesadaran menurun, kejang-kejang kurang lebih 1 menit,
muntah 3x, mual-mual, serta klien mengeluh sakit kepala selama 5 hari
dan demam sampai suhunya 41 C dan klien mengalami kelemahan badan
sebelah kiri, kemudian klien dibawa ke puskesmas pada tanggal 26 juli
2019 keluarga klien mengatakan sempat kejang lagi kurang lebih 5 detik di
puskesmas, kemudian klien dirujuk ke RS Blambangan banyuwangi pada
tanggal 27 juli 2019 dilakukan pemeriksaan ST-Scan didapatkan Suspek
massa dicortex subcortes dilobus frontalis kanan, kemudian klien dirujuk
ke RS saiful anwar malang pada tanggal 28 juli 2019 karna mengalami
kesadaran menurun, GCS E2V2M2, Tekanan darah 90/50 MmHg, Nadi
110x/menit, respirasi 26x/menit, suhu 37 C, SPO2 95%, GDS 315 mg/dl,
klien terpasang oksigen NRBM 9 LPM, Kemudian klien dipindah keruang
26 IPD jam 18.00 wib saat pengkajian didapatkan kesadaran compos
mentis GCS E3V5M6, tekanan darah 150/100 MmHg, nadi 115 x/menit,
suhu 37,2 C, Respirasi 28 x/menit, terdapat sianosis, CRT > 2 detik,
terdapat pernafasan cuping hidung, retraksi dada, pernafasan dangkal dan
cepat.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu : Pasien mengatakan memliki riwayat penyakit
diabetes mellitus kurang lebih 10 tahun, tidak ada riwayat trauma kepala.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga : Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus dan tumor otak.
5. Pola Fungsi Kesehatan
1. Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
a. Merokok : Jumlah: - Jenis: - Ketergantungan: -
b. Alkohol :Jumlah: - Jenis: - .Ketergantungan: -
c. Obat-obatan : Jumlah : - Jenis: - Ketergantungan: -
d. Alergi :Pasien mengatakan tidak mrmiliki alergi baik makanan ataupun
obat-obatan
42
e. Harapan dirawat di RS : Pasien mengatkan dengan dirawat di RS
pasien akan segera sembuh dari penyakitnya.
f. Pengetahuan tentang penyakit : pasien mengetahui bahwa dirinya
menderita penyakit tumor otak
2. Nutrisi dan Metabolik
a. Jenis diet : Pasien mendapatkan diit DM B 1700 kalori
b. Jumlah porsi : Pasien makan 3x/hari porsi dari RS
c. Nafsu makan : Pasien mengatakan nafsu makan menurun, porsi tidak
habis
d. Kesulitan menelan : Pasien mengatakan mengalami kesulitan menelan,
terjadi parese nervus IX, X, dan XII.
e. Jumlah cairan/minum : Cairan Infus Nacl 1000 cc/24 jam, Air minum
500 cc/24 jam = ± 1.500 cc/hari
43
b. Lama tidur: Pasien mengatakan di Rumah dan di RS lama tidur ±6
jam/hari
c. Masalah tidur : Pasien mengatakan tidak ada masalah tidur
d. Data lain : -
5. Eliminasi
a. Kebiasaan defekasi : Pasien mengatakan sering BAB
b. Pola defekasi: Pasien mengatakan selama di RS BAB
c. Warna feses : Kuning
d. Kolostomi : Tidak ada
e. Pola miksi : Teratur
f. Warna urine : Kuning Jernih
g. Jumlah urine : ± 1.400 cc/hari
h. Data lain : Pasien terpasang kateter pada tgl 27 Juli 2019
H. Pengkajian
a. Vital Sign
Tekanan Darah :150/100 Mmhg Nadi : 115 x/Menit
Suhu : 37,2 ºC RR : 28 x/Menit
b. Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E3 V5 M6
c. Keadaan Umum : Lemah
a. Status gizi : Gemuk √Normal √ Kurus
Berat Badan : 65 kg Tinggi Badan : 170 cm
b. Sikap : Tenang √ Gelisah √ Menahan nyeri
d. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
a. Inspeksi : Warna Rambut putih, bentuk kepala bulat, klien
mengeluh sakit kepala.
P:-
Q : cenut-cenut
R : kepala
S : skala 4
44
T : hilang timbul
b. Data lain : parese nervus VII Facialis
2) Mata
a. Inspeksi : Konjungtiva merah muda, sclera putih, reflek pupil ada,
bola mata simetris
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c. Data lain : Pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan
3) Telinga
a. Inspeksi : bentuk telinga simetris, tidak ada pengeluaran cairan dari
telinga, tidak ada lesi pada telinga
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c. Data lain : Pasien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
45
7) Thorax
Paru-Paru
a. Inspeksi : Bentuk dada simestris, frekuensi nafas 28x/mnt,
nafas spontan dengan 02 NRBM 9 lmp, terdapat
retraksi dada, pernafasan cuping hidung, irama nafas
ireguler, pola nafas tidak teratur,terdapat sianosis.
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi : Sonor
d. Auskultasi : ada suara nafas tambahan ronchi
Jantung
a. Palpasi : ictus cordis ICS IV – V midklavikula sinistra, Tidak
ada nyeri tekan
b. Auskultasi: Bunyi Jantung S1/S2 Tunggal
8) Abdomen
a. Inspeksi : Bentuk perut Flat, Tidak terdapat lesi, warna kulit sawo
matang, tidak ada acites
b. Palpasi : Tidak teraba lesi, tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi : Timpani
d. Auskultasi : Bising usus 18x/menit
e. Data lain : klien sering muntah disela-sela makan.
9) Genetalia :
a. Inspeksi : Tidak ada Odem, Pasien terpasang kateter, tidak ada
kelainan genetalia
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c. Data lain : Pasien terpasang kateter mulai 27 Juli 2019
10) Ekstremitas
a. Kekuatan otot
2 4
2 4
b. Inspeksi : tidak ada odem di ektremitas bawah dan atas, warna
kulit sawo matang, terdapa sianosis, terjadi kelemahan
otot bagian kiri, tidak memakai alat bantu
46
c. Palpasi : Akral hangat, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat lesi,
turgor kulit >2 detik
d. Data lain : Pasien mengalami kelemahan otot bagian kiri
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : DL, Faal Hati, Faal Ginjal, SE, BGA.
2. Radiologi :
MSCT kepala tanpa kontras tanggal 27 Juli 2019 : suspek
massa dicorteks subcorteks dilobus frontalis kanan dengan
perifocal edema disekitarnya yang mendesak corn anterior
ventrikel lateralis kanan yang menyebabkan deviasi midline
ke kiri sejauh 0,73 cm.
Foto thorax tanggal 28 Juli 2019 : konsolidasi multiple paru
kiri suspek ec proses metastase DD tumor paru kiri dengan
mutiple satelit nodul.
CT-Scan kepala tanggal 28 Juli 2019 :
a. Massa inta axial dengan komponen nekrotik dan
perdarahan didalamnya pada lobus frontal kanan suspek
high grade glioma
b. Edema on sinile brain atrophy disertai herniasi
subfalcine kekiri sejauh kurang lebih 1 cm dan hernasi
trans trentorial downward setinggi level mesencephalon
c. Infark lacunar kronis pada nucleus lentiformis kanan
thalamus kanan kiri
d. Sinusitis maxylaris bilateral, ethonoidalis bilateral,
sphenoidalis kiri
e. Arteriosklerosis arteri vertebralis bilateral
f. Terapi Medik
Tanggal 28 Juli 2019
1. Infus Nacl 1000 cc/24 jam 20 tpm
2. Infus levofluxacin 1 x 750 mg
3. Injeksi dexamethason 3 x 5 mg
4. Injeksi Lansoprazol 2 x 30 mg
47
5. Injeksi Metoclopramid K/P 3 x 1 Ampul
6. Injeksi Ceftriaxon 2 x 1 gram
7. Injeksi Flumucyl 2 x 300 mg
8. P.O Phenitoin 2 x 100 mg
9. P.O vitamin B6 10 mg tab
10. P.O asam folat 1 mg
11. P.O Levetiracetam 1 x 500 mg
12. Combivent 3x1 amp (nebul)
13. Levemir O-O-12 unit / SC
14. Novorapid 3-4 unit / SC
15. Diazepam K/P
48
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
49
KIMIA KLINIK
ELEKTROLIT
Natrium 137 mmol/l 136-145
Kalium 4,59 mmol/l 3,5 – 5,0
Klorida 110 mmol/l 98 – 106
FAAL Hemostasis
PPT
Pasien 13,00 detik 9,4 – 11,3
Kontrol 11,0 detik
INR 1,27 <1,5
APTT
Pasien 28,20 detik 24,6 – 30,6
Kontrol 25,6 detik
Kekeruhan Jernih
Warna Kuning
PH 6,0 4,5 – 8,0
Berat jenis 1.025 1,005 – 1,030
Glukosa 2+ Negatif
Protein 2+ Negatif
Keton 1+ Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen 33 umol /L <17
Nitrit Negatif Negatif
Lekosit Negatif Negatif
Darah 3+ Negatif
10 x
Epitel 5,8 Lpk <1
Silinder Negatif Lpk
40 x
Eritrosit 203,2 LPB <3
Eumorfik 95%
Dismorfik 5%
Lekosit 13,8 lpb <5
Kristal - lpb <23 03 /ml
bakteri 265,4 x103 /ml
50
Tanggal pemeriksaan : 28 Juli 2019
51
Tanggal pemeriksaan 28 juli 2019 jam 20.55 wib
Faal ginjal
Ureum 85,20 mgdl 16,6 – 48,5
Kreatini 1,05 mgdl <1,2
52
IMUNO SEROLOGI 31,34 ng /ml <5,0
Penanda tumor 18,42 ng /ml <16,3
CEA 24,90 ng /ml <4,0
Neuro spesifik enolase 133,70 u/ml <27
PSA total
CA 19-9
53
II. ANALISA DATA
NO. ANALISA DATA ETIOLOGI PROBLEM
GCS : E3V5M6
TTV :
TD : 150/100 MmHg
Nadi : 115 x/menit
RR : 28 x/menit
Suhu : 37,2 C
SPO2 96 %
CRT >2 detik
54
Adanya pernafasan cuping
hidung
Adanya retraksi dada
Pasien terpasang 02 NRBM 9
lpm
Kedalaman nafas : dangkal
dan cepat
SPO2 : 96%
55
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan tumor
serebri
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar - kapiler
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan gangguan neurologis
4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
5. Gangguan menelan berhubungan dengan gangguan saraf kranial
6. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Gangguan neuromuscular
56
57
IV. INTERVENSI KEPERAWATAN
58
040212 Tekanan HCO3 didarah (5)
3. Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan asuhan keperawatan Monitor Pernafasan
b.d gangguan neurologis selama 3x24 jam didapatkan kriteria 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan
hasil : kesulitan bernafas
2. Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan,
Status pernafasan penggunaan otot bantu nafas, dan retraksi pada
Kriteria hasil : otot supraclaviculas dan interkosta
041501 frekuensi pernafasan (5) 3. Monitor suara nafas tambahan
041502 irama pernafasan (5) 4. Monitor pola nafas
041503 kedalaman inspirasi (4) 5. Monitor saturasi oksigen pada pasien yang
041504 suara auskultasi nafas (4) tersedasi
041508 saturasi oksigen (5) 6. Posisikan pasien head up / semi fowler
041510 penggunaan otot bantu nafas (4) 7. Auskultasi suara nafas, catat area dimana terjadi
041522 suara nafas tambahan (4) penurunan atau tidak adanya ventilasi dan
041513 Sianosis (5) keberadaan suara nafas tambahan
8. Berikan bantuan terapi oksigen sesuai kebutuhan
9. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk
pemberian terapi
4. Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Management jalan nafas
jalan nafas berhubungan selama 3x24 jam didapatkan kriteria 1. Posisika pasien semi fowler untuk
dengan sekresi yang tertahan hasil : memaksimalkan ventilasi
2. Berikan terapi nebulizer
Status pernafasan : Kepatenan jalan 3. Lakukan fisioterapi dada
nafas 4. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk
041501 Frekuensi pernafasan (5) melakukan batuk
041502 Irama pernafasan (5) 5. Monitor status pernafasan
041503 Kedalaman inspirasi (5) 6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
041012 Kemampuan untuk terapi
59
mengeluarkan sekresi (5)
041007 Suara nafas tambahan (5)
60
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
61
- Infus levofluxacin 750 mg
- NE 8 Mg = 0,5 cc/jam (siring pump)
- P.O Levetiracetam 500 mg
- P.O Phenitoin 100 mg
62
- NE 8 Mg = 0,5 cc/jam (siring pump)
- P.O Levetiracetam 500 mg
- P.O Phenitoin 100 mg
63
N = 105 x/m
RR = 26 x/m
S = 37,0 celcius
3. Mengkaji tingkat kesadaran
09.20 GCS = E4V5M6
wib 4. Mengkaji status pernafasan :
Frekuensi : 26 x/menit, Irama : ireguler,
kedalaman pernafasan : dalam dangkal dan cepat
09.25 5. Berkolaborasi dengan tim medis dalam
wib Memberikan terapi :
- Infus Nacl 0,9 % 20 tpm
- Infus levofluxacin 750 mg
- NE 8 Mg = 0,5 cc/jam (siring pump)
- P.O Levetiracetam 500 mg
- P.O Phenitoin 100 mg
Hambatan pertukaran gas berhubungan Minggu , Jam 1. Mempertahankan posisi pasien semi fowler
dengan perubahan membran alveolar - 28 Juli 19.00 2. Mengkaji status pernafasan pasien
kapiler 2019 wib Frekuensi = 28 x/m, pola nafas tidak teratur,
Irama nafas ireguler,
kedalaman pernafasan dalam, dangkal dan cepat
19.30 3. Melakukan cek lab analisa gas darah
wib 4. Mempertahankan pemberian terapi oksigen
NRBM 9 Lpm terpasang dengan tepat
64
1. Mempertahankan posisi pasien semi fowler
Senin , 09.45 2. Mengkaji status pernafasan pasien
29 Juli wib Frekuensi = 28 x/m, pola nafas tidak teratur,
2019 Irama nafas ireguler,
kedalaman pernafasan dalam, dangkal dan cepat
3. Melakukan cek lab analisa gas darah
09.55 4. Mempertahankan pemberian terapi oksigen
wib NRBM 9 Lpm terpasang dengan tepat
65
Auskultasi suara nafas= vesikuler
2. Mencatat ketidaksimetrisan = bentuk dada
simetris, penggunaan otot bantu nafas = ada,
menggunakan retraksi otot dada
3. Mengkaji pola nafas = tidak teratur,
4. Mengkaji saturasi oksigen pada pasien 98 %
Jam 5. Memposisikan pasien head up / semi fowler 30
19.50 6. Berkolaborasi dengan tim medis dalam
wib Memberikan terapi
- Terapi O2 NRBM 9 lpm
- Injeksi dexametason 5 mg
66
wib - Injeksi dexametason 5 mg
67
Rabu, 31 Jam 1. Mengkaji status pernafasan
Juli 2019 10.10 Frekuensi = 28 x/m,
wib Irama = ireguler,
kedalaman pernafasan = dalam dangkal dan
cepat
Auskultasi suara nafas= vesikuler
Jam 2. Mencatat ketidaksimetrisan = bentuk dada
10.15 simetris, penggunaan otot bantu nafas = ada,
wib menggunakan retraksi otot dada
3. Mengkaji pola nafas = tidak teratur,
4. Mengkaji saturasi oksigen pada pasien 98 %
5. Memposisikan pasien head up / semi fowler 30
Jam 6. Berkolaborasi dengan tim medis dalam
10.20 Memberikan terapi
wib - Terapi O2 NRBM 9 lpm
- Injeksi dexametason 5 mg
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Minggu, Jam 1. Mempertahankan posisi pasien semi fowler
berhubungan dengan sekresi yang 28 Juli 20.00 2. Memberian terapi nebulizer
terahan 2019 wib 3. Melakukan fisioterapi dada
4. Berkolaborasi dengan tim medis dalam
20.05 pemberian terapi
wib - Nebul Combivent
68
Senin, 29 10.00 1. Mempertahankan posisi pasien semi fowler
Juli 2019 Wib 2. Memberian terapi nebulizer
3. Melakukan fisioterapi dada
10.05 4. Berkolaborasi dengan tim medis dalam
wib pemberian terapi
- Nebul combivent
69
Gangguan menelan berhubungan Minggu, Jam 1. Memonitor tingkat kesadaran, reflek batuk dan
dengan gangguan saraf kranial 28 Juli 20.00 kemampuan menelan
2019 wib 2. Memposisikan pasien 45 derajat (pemberiaan
makanan)
3. Memberikan makanan dalam jumlah sedikit
- Diet DM B 1700 Kalori
- P.0 asam folat 1 mg
- P.O vitain B6 10 mg tab
70
Rabu, 31 Jam 1. Memonitor tingkat kesadaran, reflek batuk dan
Juli 2019 10.50 kemampuan menelan
wib 2. Memposisikan pasien 45 derajat (pemberiaan
makanan)
3. Memberikan makanan dalam jumlah sedikit
- Diet DM cair 600 cc
- P.0 asam folat 1 mg
- P.O vitain B6 10 mg tab
71
Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan Minggu, 20.45
neuromuscular 28 Juli wib 1. Menjelaskan pada pasien manfaat dan tujuan
2019 melakukan latihan sendi
(manfaat dan tujuan agar tidak terjadi kekakuan)
2. Mengkaji lokasi dan kecenderungan adanya nyeri
dan ketidaknyamanan selama pergerakan atau
20.55 aktivitas
wib 3. Membantu pasien mendapatkan posisi tubuh yang
optimal untuk pergerakan sendi pasif atau aktif
(melakukan fleksi dan ekstensi pada sendi
ekstremitas)
4. Melakukan latihan ROM pasif dengan bantuan
72
2. Membantu pasien mendapatkan posisi tubuh yang
optimal untuk pergerakan sendi pasif atau aktif
(melakukan fleksi dan ekstensi pada sendi
13.15 ekstremitas)
wib 3. Melakukan latihan ROM pasif dengan bantuan
73
VI. EVALUASI KEPERAWATAN
NO. Diagnosa keperawatan HARI/ JAM EVALUASI PARAF
TGL
1. Ketidakefektifan perfusi Minggu Jam S : pasien mengatakan sakit kepala
jaringan serebral , 28 Juli 20.00 O : Kesadaran : Composmentis
berhubungan dengan 2019 wib GCS : E4V5M6 (5)
tumor serebri
TTV : (4)
TD : 130/100 MmHg
Nadi : 113 x/menit
RR : 28 x/menit
Suhu : 36,9 C
CRT >2 detik (2), sianosis (2 ), reflek pupil
+/+ (4)
74
Senin, 12.00 S : pasien mengatakan sakit kepala berkurang
29 juli Wib O : Kesadaran : Composmentis
2019 GCS : E4V5M6 (5)
TTV : (4)
TD : 120/100 MmHg
Nadi : 110 x/menit
RR : 28 x/menit
Suhu : 37 C
CRT >2 detik (2), sianosis (2 ), reflek pupil
+/+ (5)
75
Selasa, 12.00 S : pasien mengatakan sakit kepala sudah berkurang
30 Juli WIB O : Kesadaran : Composmentis
2019 GCS : E4V5M6 (5)
TTV : (5)
TD : 110/100 MmHg
Nadi : 113 x/menit
RR : 26 x/menit
Suhu : 36,5 C
CRT >2 detik (3), sianosis (3 ), reflek pupil
+/+ (5)
76
2019 O : Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6 (5)
TTV : (4)
TD : 110/100 MmHg
Nadi : 103 x/menit
RR : 26 x/menit
Suhu : 37,2 C
CRT >2 detik (4), sianosis (4 ), reflek pupil
+/+ (5)
2. Gangguan pertukaran gas Minggu Jam S : pasien mengatakan masih sesak nafas
berhubungan dengan , 28 Juli 21.00 O:
perubahan membran 2019 wib PH : 7,29 (2)
alveolar - kapiler PCO2 : 29,6 mmHg (2)
77
PO2 : 114,6 mmHg (2)
HCO3 : 14,4 mmol/l (2)
Kelebihan basa : -12,4 mmol/l (2)
Saturasi O2 : 99,6 %
A : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran alveolar – kapiler
(Masalah teratasi sebagian )
P : intervensi dilanjutkan No 1,2, 3, 4
78
(Masalah teratasi sebagian )
P : intervensi dilanjutkan No 1,2, 3, 4
79
PCO2 : 43,3 mmHg (5)
PO2 : 80,9 mmHg (4)
HCO3 : 21,1 mmol/l (4)
Kelebihan basa : -8,2 mmol/l (2)
Saturasi O2 : 96,9 % (5)
A : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran alveolar – kapiler
(Masalah teratasi sebagian )
P : intervensi dilanjutkan No 1,2, 3, 4
3. Ketidakefektifan pola nafas Minggu Jam S : Pasien mengatakan masih sesak nafas
b.d gangguan neurologis , 28 Juli 20.00 O:
2019 wib RR : 28 x/menit (2) Pasien terpasang 02
NRBM 9 lpm, SPO2 : 98% (5), terdapat
sianosis (2)
80
A : Ketidakefektifan pola nafas
Senin, 13.00
S : Pasien mengatakan masih sesak nafas
29 juli wib
O:
2019
RR : 28 x/menit (2) Pasien terpasang 02
NRBM 9 lpm, SPO2 : 97% (5), terdapat
sianosis (3)
Selasa, 13.10
81
30 Juli wib S : Px mengatakan sesak nafas berkurang
2019 O:
RR : 26 x/menit (3) Pasien terpasang 02 nasal
kanul 3 lpm, SPO2 : 98% (5), terdapat
sianosis (4)
82
Irama pernafasan : ireguler (4)
83
( masalah teratasi sebagian)
P : intervensi dilanjutkan No 1,2, 3,4
84
Selasa Jam S : pasien mengatakan batuk berkurang dan sedikit
30 Juli 13.50 bisa dikeluarkan dahaknya
2019 wib O:
RR : 24 x/menit (3), irama pernafasan ireguler
(3)
pernafasan dangkal dan cepat (3)
Klien bisa mengeluarkan dahaknya (3)
Terdapat suara nafas tambahan ronchi (2)
A : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan sekresi yang tertahan
( masalah teratasi sebagian)
P : intervensi dilanjutkan No 1,2, 3,4
85
(4)
pernafasan dangkal dan cepat (4)
Klien bisa mengeluarkan dahaknya (4)
Terdapat suara nafas tambahan ronchi (3)
A : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan sekresi yang tertahan
( masalah teratasi sebagian)
P : intervensi dilanjutkan No 1,2, 3,4
86
P : Intervensi dilanjukan No 1,2,3
87
Klien kadang muntah saat makan (3)
Klien masih batuk (3)
Klien masih berusaha untuk makan (3)
A : Gangguan menelan berhubungan dengan
gangguan saraf kranial
(masalah teratasi sebagian)
P : Intervensi dilanjukan No 1,2,3
88
6. Hambatan mobilitas fisik Minggu Jam S : Pasien mengatakan anggota gerak sebelah kiri
sulit untuk digerakkan
berhubungan dengan , 28 Juli 21.00
gangguan neuromuscular 2019 wib. O:
89
3 4
Terdapat gerakan sendi (4)
Terdapat gerakan otot (4)
A : Hambatan mobilitas fisik
Masalah teratasi sebagian
P : Lanjut itervensi no 2, 3, 4
selasa, 12.00
S : Pasien mengatakan anggota gerak sebelah kiri
29 juli wib. masih lemes digerakkan
2019
O:
90
Rabu, 13.00 S : Pasien mengatakan anggota gerak sebelah kiri
masih lemah untuk digerakkan
31 juli wib.
2019 O:
91