Anda di halaman 1dari 41

TERAPI MODALITAS PADA PASIEN PENYAKIT TERMINAL: TERAPI

SEFT TERHADAP TINGKAT STRESS PASIEN KANKER

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah:

Teknologi dalam Modalitas Penatalaksanaan Keperawatan I

Dosen Pengampu:

Ns. Sri Wahyuni, M.Kep., Sp.Kep J., PhD

Disusun Oleh:

Kelompok 2 (A 2018 1)

Afifah Annisa 1811112112 Rahma Tina Jusar 1811110393


Anro Sayidi 1811124913 Rissa Rahmawati Harahap 1811110334
Arie Afriady 1811110062 Septi Veronika 1811110422
Geni Ranjani 1811112120 Sintia Adwi Pama Putri 1811110370
Gita Adearni Purba 1811110313 Sustiara Derma 1811112094
Litha Atikah Harahap 1811110393 Tika Rindiani 1811111954
Meidyna Lentari S 1811110246 Umi Nadatul Annisa 1811110262
Nada Zafira Yosfand 1811111939 Windasari 1811110290
Nurul Izzah 1811112068 Yuliana Husada 1811110294

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Terapi
Modalitas Pada Pasien Penyakit Terminal: Terapi SEFT Terhadap Tingkat
Stress Pasien Kanker”. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih atas bantuan
dari berbagai pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
secara materi maupun pikirannya. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Teknologi dalam Modalitas Penatalaksanaan Keperawatan I pada
semester ganjil (V) Fakultas Keperawatan, jurusan Ilmu Keperawatan Universitas
Riau tahun ajaran 2020/2021.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi


para pembaca dan pengalaman bagi kami, serta semoga untuk kedepannya kami
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih
baik lagi. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 21 November 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan......................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Penyakit Terminal
1. Definisi Penyakit Terminal......................................................................4
2. Klasifikasi Penyakit Terminal.................................................................4
3. Kriteria Penyakit Terminal......................................................................6
4. Penatalaksaan...........................................................................................6
5. Terapi Yang Diberikan .........................................................................11
B. Konsep Kanker
1. Definisi Kanker......................................................................................12
2. Gejala Kanker........................................................................................13
3. Jenis Kanker..........................................................................................13
4. Faktor Penyebab....................................................................................14
5. Cara Pencegahan....................................................................................17
6. Masalah Yang Dihadapi Pasien Kanker................................................18
C. Konsep Terapi Spitirual Emosional
1. Definisi Terapi Spiritual Emosional......................................................19
2. Ruang Lingkup......................................................................................20
3. Tujuan Terapi Spiritual Emosional........................................................21
4. Manfaat Terapi Spiritual Emosional......................................................21
5. Tingkat Keberhasilan Terapi Spiritual Emosional................................22
6. Teknik SEFT..........................................................................................24
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................27

ii
BAB 1V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................34
B. Saran...........................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Negara berkembang seperti d Indonesia telah terjadi pergeseran
penyebab kematian utam dari penyakit menular ke panyakit tidak menular.
Kecendrungan transisi ini dipengaruhi oleh adanya perubahan gaya hidup dan
globalisasi. Penyakit yang tergolong dalam penyakit tidak menular yaitu:
kanker, stroke, diabetes mellitus, gangguan mental dan lain-lain (Kementrian
Kesehatan RI, 2014, hlm 13).
Pravelensi tumor di Indonesia adalah 1,4% per 1000 penduduk atau
sekitar 330 orang per 1000 penduduk (Riset Kesehatan Dasar 2013). Kanker
tertinggi di Indonesia pada perempuan adalah kanker payudara dan kanker
leher Rahim, sedangkan pada laki-laki adalah kanker paru-paru dan kanker
kolorektal (Subdit Kanker Diktorat Pengendalian Penyakit tidak Menular
(PPTM) Kemenkes RI, 2014)
Spritual emotional freedom technique (SEFT) merupakan salah satu
metode yang membuat diri penderita dapat menerima persoalan yang
menggangu stabilitas emosinya, maka penyakit-penyakit fisik akan hilang
akan hilang dengan sendirinya dan sebagai solusi tercepat, termudah untuk
mengatasi berbagai masalah fisik dan emosi, serta untuk meningkatkan
performa kerja (Aziz, 2012). Terapi ini merupakan suatu teknik penggabungan
dari sitem energy tubuh dan terapi spiritualitas dengan menggunakan meted
taping (ketukan) beberapa titik tertentu pada tubuh (Faiz, 2008). Titik pada
SEFT merupakan titik meridian yang sama seperti pada akunpuntur namun
lebih sederhana. Respon terjadi melalui jaringan saraf yang berkomunisasi
satu dengan yang lain melalui transmitter sinapsis. Stimulasi dan jaringan di
perifer akan berlanjut ke sentral melalui medulla spinalis batang otak
hipotalamus, dan hipofisis dan berefek terhadap neurotransmitter.
Penggunaan bahan kimia yang digunakan untuk melawan sel-sel
kanker pada kemoterapi, mempunyai efek samping pada pasien, pada umunya
efek samping dari kemoterapi meliputi gangguan dari saluran cerna, mulut,

1
lambung dan usus meyebabkan sariawan, mual, muntah dan diare. Pada kulit
dan rambut pemberian kemoterapi menyebabkan hiperpigmentasi kulit, kering
dan gatal, serta rambut rontok. Pada sum-sum tulang belakang terjadi
penekanan yang memberi pengaruh terhadap sel darah merah, sel darah putih
dan trombosit pada akhirnya meneybabkan keletihan, anemia, kecenderungan
perdarahan, dan resiko infeksi (Corwin, 2007).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit terminal?
2. Apa yang di maksud dengan kanker?
3. Apa saja gejala dari kanker?
4. Apa saja jenis-jenis kanker?
5. Apa saja factor penyebab kanker?
6. Apa saja faktor resiko pada kanker?
7. Bagaimana cara pencegahan kanker?
8. Apa saja masalah yang dihadapi pasien kanker?
9. Apa yang dimaksud dengan SEFT?
10. Sebutkan ruang lingkup SEFT?
11. Apa saja tujuan dari SEFT?
12. Apa saja manfaat SEFT?
13. Bagaimana tingkat keberhasilan dari SEFT?
14. Bagaimana teknik dari SEFT?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit terminal
2. Untuk mengetahui pengertian dari kanker
3. Untuk mengetahui gejala-gejala dari kanker
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari kanker
5. Untuk mengetahui factor penyebab kanker
6. Untuk mengetahui factor resiko dari kanker
7. Untuk mengetahui cara pencegahan kanker
8. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh pasie kanker

2
9. Untuk mengetahui pengertian dari SEFT
10. Untuk mengetahui ruang lingkup SEFT
11. Untuk mengetahui tujuan dari SEFT
12. Untuk mnegetahui manfaat dari SEFT
13. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan SEFT
14. Untuk mengetahui teknik SEFT

3
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Penyakit Terminal


1. Definisi penyakit terminal
Penyakit tereminal merupakan penyakit yang dialami oleh
seseorang dan tidak dapat disembuhkan sehingga mengakibatkan
kematian (Campbell & L, 2013). Penyakit terminal merupakan
keadaan yang dialami individu yang menjalani kondisi medis dan pada
akhirnya berakhir dengan kematian dalam waktu yang sangat terbatas
(Rosdhal, Caroline, & Kowalski, 2014).
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit
yang menuju ke arah kematian. Contohnya seperti penyakit jantung,
kanker atau penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup
tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah give up (menyerah).
(White, 2002). Penyakit terminal ditujukan kepada seseorang yang
mengalami suatu penyakit yang tidak ada obatnya sehingga
mengancam kehidupannya atau dengan nama lain terminal illness
(Roberts & Albert R, 2009).

2. Klasifikasi penyakit terminal


Menurut Kemenkes RI (2007) klasifikasi atau jenis-jenis
penyakit terminal yaitu:
a. Penyakit kanker.
b. Penyakit degeneratif.
c. Penyakit paru obstruksi kronis.
d. Stroke.
e. Parkinson’s disease.
f. Gagal jantung.
g. Penyakit genetika.
h. Penyakit infeksi seperti HIV/AIDS.

4
Adapun menurut Frank et al. (2000) klasifikasi penyakit
terminal yang membutuhkan perawatan paliatif yaitu digambarkan
dalam tabel berikut.

NO
Penyakit Kategori
.
1. Kanker Paru-paru, trakea, bronkus, telinga,
hidung dan tenggorokan, limfatik, genito-
urinaria, leukimia, haemopoetic.
2. Penyakit non maglinan Sirkulasi:
progresif Kardiovaskular, cerebrovascular,
respiratori.
Sistem saraf:
Penyakit neuron motorik, multiple
sclerosis, demensia, HIV/AIDS.

3. Penyakit Terminal pada Gangguan degeneratif hereditas, distropi


Anak otot, cystic fibrosis.

Sedangkan menurut Kampen et al. (2017) klasifikasi penyakit


terminal yang membutuhkan perawatan paliatif yaitu digambarkan dalam
tabel berikut.

1. Kondisi yang mengancam jiwa, Contoh: Kanker, gagal ginjal,


dimana pengobatan kuratif mungkin gagal jantung, penyakit hati.
masih dapat dilakukan tetapi bisa saja
gagal.

2. Kondisi dimana kematian dini tidak Contoh: Fibrosis kistik, distropi


dapat dihindarkan. otot.

3. Kondisi progresif tanpa pilihan Contoh: Mucopolysaccharidosis.


pengobatan kuratif.

4. Kondisi yang tidak dapat diubah Contoh: Cerebral palsy

5
tetapi tidak progresif yang parah,cacat gabungan seperti
meyebabkan kecacatan parah, cedera otak sekaligus sumsum
menyebabkan kerentanan terhadap tulang belakang.
kesehatan.

3. Kriteria penyakit terminal


a. Penyakit tidak dapat disembuhkan
b. Mengarah pada kematian
c. Diagnosa medis sudah jelas
d. Tidak ada obat untuk menyembuhkan penyakit
e. Prognosis jelek
f. Bersifat progresif

4. Penatalaksanaan
(KemenKes RI, 2017) Tatalaksana untuk mengurangi gejala
yang dirasakan oleh pasien dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Nyeri
Nyeri adalah keluhan yang paling banyak dijumpai pada
pasien kanker stadium lanjut. Nyeri juga merupakan keluhan yang
paling ditakuti oleh pasien dan keluarga. 95% nyeri kanker dapat
diatasi dengan kombinasi modalitas yang tersedia, termasuk
memberikan perhatian terhadap aspek psikologi, sosial, dan
piritual.Terdapat 2 jenis nyeri pada kanker yaitu nyeri nosiseptif
dan nyeri neuropatik.

Tatalaksana Nyeri
Sesuai dengan penyebab yang ada dan prinsip tata laksana
yang digunakan di perawatan paliatif, modalitas yang dapat
digunakan adalah sbb:

6
1) Medikamentosa:
Analgetik: NSAID, Non opioid, Opioid; Adjuvant
(kortikoste-roid, antidepresan, anti epilepsi, relaksan otot,
antispas modik)
2) Nonmedikamentosa
a) Fisik: kompres hangat, TENS
b) Interupsi terhadap mekanisme nyeri: anestesi, neurolisis
dan neurosurgery
c) Modifikasi lingkungan dan gaya hidup: hindari aktifitas
yang memacu atau memperberat nyeri, immobilisasi
bagian yang sakit dengan alat, gunakan alat bantu untuk
jalan atau kursi roda
d) Psikologis: penjelasan untuk mengurangi dampak
psikologis
e) Relaksasi, cognitive-behavioural terapy,
psychodynamic terapy
b. Mual atau Muntah
Mual dan muntah adalah salah satu keluhan yang sangat
menganggu pasien. Penyebabnya mual pada pasien paliatif
biasanya lebih dari satu macam. Mual dapat terjadi terus menerus
atau intermiten. Muntah sering disertai dengan mual, kecuali pada
obstruksi gastrointestinal atau peningkatan tekanan intracranial.
Tata laksana mual dan muntah harus disesuaikan dengan
penyebabnya.
1) Hiperasiditas menyebabkan mual, rasa pahit dan nyeri
lambung. Bila sesudah muntah keluhan masih ada, berikan
proton pump inhibitor seperti omeprazole 20 mg atau raniti-
dine 300 mg PO.
2) Mual akibat iritasi mukosa karena pemberian NSAID:
omeprazole 20 mg PO

7
3) Mual akibat kemoterapi atau radiasi: 5-HT3 –reseptor anta-
gonis: ondansetron 4 mg 1-2x/hari dan atau eksametason 4
mg pagi hari.
c. Gangguan Sistem Pernafasan
Gangguan pernafasan merupakan salah satu keluhan yang
sangat mengganggu pasien dan keluarganya. Prinsip
penanganannya seperti keluhan yang lain, yaitu mengatasi
penyebabnya bila mungkin dan simtomatis untuk memberikan
kenyamanan pasien dan mengurangi kecemasan keluarga
d. Sesak Nafas
Sesak nafas merupakan gejala yang menakutkan pasien,
karena dihubungkan dengan waktu kematian yang sudah dekat.
Sesak nafas dapat merupakan gejala kronis seiring dengan
progresifitas penyakit, namun bisa juga merupakan gejala
akut.Sesak nafas akut merupakan gejala yang biasanya lebih dapat
diatasi dibanding dengan sesak nafas yang terjadi secara kronis.
Menentukan faktor yang bersifat reversible sangat bermanfaat
dalam penanganan sesak nafas.
Tata laksana:
Atasi Penyebab:
1) Kanker: radiasi, kemoterapi
2) Efusi pleura: pungsi, pleurodosis
3) Penyempitan bronkus:stent
4) Anemia: transfuse
5) Penyakit penyerta seperti kelainan jantung atau kelainan paru
6) Infeksi: antibiotic
e. Non Medikamentosa
1) Dukungan psikososial: bahas tentang kecemasan dan
ketakutan dengan mendengarkan secara aktif, pemberian
penjelasan dan yakinkan.
2) Atur posisi nyaman
3) Ajarkan cara menggunakan dan menyimpan energi

8
4) Fisioterapi: cara bernafas
5) Relaxasi: terapi musik, aromaterapi
6) Aliran udara segar: buka jendela
f. Medikamentosa
1) Opioid: morfin menurunkan sensasi sesak nafas tanpa
menyebabkan depresi pernafasan. Untuk pasien yang belum
pernah mendapatkan opioid, berikan IR mofin 2.5 –5 mg PO
atau morfin 1 – 2.5 mg SK. Jika berlanjut SR 10 mg/24 jam
secara teratur.Pada pasien yang telah mendapat morfin
sebelumnya, berikan dosis 1/12 -1/6 dosis dasar. Bila
berlanjut,naikkan dosis dasar 30 – 50%.
2) Oksigen: bila terjadi hipoksia
3) Cemas dan panik: Alprazolam 0,125 PO 2x sehari atau
klonazepam 0,25 PO 2x/hari atau diazepam 2 mg PO, 2x
sehari. Bila tidak berhasil: midazolam 2.5 mg SC
4) Nebulizer: gunakan saline
5) Bronkodilator: salbutamol bila terjadi obstruksi
6) Korticosteroid: pada limfangitis karsinomatosa, obstruksi
bronkus atau pneumonitis radiasi
7) Diuretik: Gagal Jantung Kongestif dan edema paru
8) Antikolinergik: untuk sekresi yang berlebihan.

Untuk penyakit penyerta dapat dilakukan dengan cara sebagai


berikut :
1) Batuk
Penyebab batuk yang terbanyak pada pasien paliatif adalah
a) Penyakit penyerta: asma Bronkial, infeksi, COPD,
CHF
b) Kanker paru atau metastase paru,
c) Efusi pleura
d) Aspirasi, gangguan menelan
e) Limfangitis karsinomatosis

9
f) Gangguan saraf laring dan Sindrom Vena Cava
Superior

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah sebai berikut:


a) Batuk dengan sputum: nebulizer salin, bronkodilator,
fisiotera-pi
b) Batuk kering: codein atau morfinOksigen rendah
untuk batuk karena emfisema
c) Cortikosteroid: untuk batuk karena tumor
endobronkial, limfan-gitis, pneumonitis akibat radiasi

Tata laksana atasi Dasar Penyebab Distensi


abdomen: metochlopromide jika tidak ada kontrain-dikasi
a) Non Medikamentosa:
Stimulasi faring dengan air dingin

b) Medikamentosa:
i. Haloperidol 0,5 mg – 5 mg/hari
ii. Baclofen 3x 5mg, dosis sesuaikan pada
gangguan ginjal
iii. Kortikosteroid
2) Luka Kanker
Luka kanker banyak dijumpai pada kanker payudara, dan
kanker pada kepala –leher. Tatalaksana yang dapat dilakukan:
a) Antikanker: radioterapi radiasi paliatif sangat
bermanfaat untuk mengurangi gejala yang ada
b) Terapi topikal: Dressing secara teratur dan sering
sangat diperlukan untuk menjaga kebersihan, tetap
kering dan bebas infeksi. Rendam dengan air hangat
atau waktu mandi. Pada luka bersih gunakan saline.
Pada jaringan mati gunakan campuran hidrogen
peroksida dan salin atau larutan enzim. Pada luka
infeksi gunakan antiseptik. Henti-kan perdarahan
dengan alginte atau dengan adrenalin yang

10
diencerkan. Pada luka yang berbau berikan
metronidazole 400 mg/ 8 jam PO.

5. Terapi yang diberikan


a. Kemoterapi
Proses yang dilakukan melalui pemberian bahan-bahan
kimia dalam bentuk obat dengan dosis tinggi. Fungsi : mencegah
sel kanker menyebar, memperlambat pertumbuhannya,
membunuh sel kanker.
b. Radioterapi
Terapi menggunakan pancaran radiasi dosis tinggi untuk
membunuh sel kanker dan menyusutkan tumor yang tumbuh.
Ada 2 jenis:
1) Internal: sumber radiasi berupa pil/cairan
2) Eksternal: berasal dari mesin yang mengirim radiasi ke
bagian tubuh yang terkena kanker.
c. Operasi
Prosedur pengangkatan sepenuhnya sel-sel kanker sebelum
semakin menyebar. Jenis-jenis oprasi kanker:
1) Oprasi konvesional (menggunakan pisau bedah)
2) Operasi dengan laser
3) Cryosugery (operasi menggunakan nitrogen cair untuk
membekukan cairan)
d. Imunoterapi
Prosedur ini menggunakan sel darah putih serta organ dan
jaringan dari sistem limfatik. Pada terapi ini sistem imun tubuh
akan diperkuat agar mampu melawan sel kanker yang ada
didalam tubuh.
e. Terapi hormon
Digunakan untuk mengatasi kanker yang pertumbuhannya
melibatkan hormon. Misalnya: kanker prostat dan ca mamae.

11
Terapi ini akan membantu menghambat pertumbuhan sel kanker
atau mencegah timbul kembali.
f. Transplantasi sel punca (stem cell)
Dilakukan dengan menggunakan sel darah dan sumsum
tulang yang belum terbentuk dengan sempurna, untuk
menggantikan sel-sel disum-sum tulang yang rusak akibat terapi
kanker jenis lain, transplantasi dilakukan dengan pemasangan
kateterseperti prosedur transfusi darah.
g. Pemberian obat-obatan persona/persisi
h. Terapi gen
i. Terapi tertarget

B. Konsep Kanker
1. Definisi Kanker
Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker
akan berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan terus membelah
diri, selanjutnya menyusup ke jaringan di sekitarnya (invasive) dan
terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-
organ penting serta saraf tulang belakang. Dalam keadaan normal, sel
hanya akan membelah diri jika ada penggantian sel-sel yang telah mati
dan rusak. Sebaliknya, sel kanker akan membelah terus meskipun
tubuh tidak memerlukannya, sehingga akan terjadi penumpukan sel
baru. Penumpukan sel tersebut mendesak dan merusak jaringan
normal, sehingga mengganggu organ yang ditempatinya (Mangan,
2009).

Kanker adalah suatu jenis penyakit berupa pertumbuhan


jaringan yang tidak terkendali kerena hilangnya mekanisme kontrol sel
sehingga pertumbuhan menjadi tidak normal. Penyakit ini dapat
menyerang semua bagian organ tubuh. Baik pada orang dewasa
maupun anak-anak. Akan tetapi, lebih sering menyerang orang yang
berusia 40 tahun (Uripi, 2002).

12
2. Gejala Kanker
Pada stadium dini, kanker biasanya belum menimbulkan
keluhan atau rasa sakit. Biasanya penderita menyadari bahwa tubuhnya
telah terserang kanker ketika sudah timbul rasa sakit, padahal saat ada
keluhan tersebut kanker sudah memasuki stadium lebih lanjut.
Pengenalan gejala kanker harus dilakukan sedini mungkin, meskipun
tidak ada rasa gangguan atau rasa sakit. Dengan mengetahui serangan
kanker yang masih dalam stadium dini angka kesembuhan semakin
besar. Pengenalan gejala kanker dapat dilakukan sendiri dengan cara
WASPADA yang merupakan kependekan dari istilah-istilah sebagai
berikut:

a. W = Waktu buang air besar atau kecil ada perubahan


kebiasaan atau terganggu.
b. A = Alat pencernaan terganggu dan susah menelan.
c. S = Suara serak dan batuk yang tidak kunjung sembuh.
d. P = Payudara atau ditempat lain ada benjolan.
e. A = Andeng-andeng atau tahi lalat berubah sifat, menjadi
semakin besar dan gatal.
f. D = Darah atau lendir yang tidak normal keluar dari
lubang-lubang tubuh.(Mangan, 2009).

3. Jenis Kanker
Jenis-jenis kanker yaitu; karsioma, limfoma, sarkoma, glioma.
a. Karsinoma merupakan jenis kanker berasal dari sel yang
melapisi permukaan tubuh atau permukaan saluran tubuh,
misalnya jaringan seperti sel kulit, testis, ovarium, kelenjar
mucus, sel melanin, payudara, leher rahim, kolon, rektum,
lambung, pankreas (Akmal, dkk., 2010: 188).
b. Limfoma termasuk jenis kanker berasal dari jaringan yang
membentuk darah, misalnya sumsum tulang, lueukimia,
limfoma merupakan jenis kanker yang tidak membentuk
masa tumor, tetapi memenuhi pembuluh darah dan

13
mengganggu fungsi sel darah normal (Akmal, dkk., 2010:
80).
c. Sarkoma adalah jenis kanker akibat kerusakan jaringan
penujang di permukaan tubuh seperti jaringan ikat, sel-sel
otot dan tulang.
d. Glioma adalah kanker susunan saraf, misalnya sel-sel glia
(jaringan panjang) di susunan saraf pusat. Karsinoma in situ
adalah istilah untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang
masih terbatas di daerah tertentu sehingga dianggap lesi
prainvasif (kelainan/ luka yang belum menyebar) (Akmal, dkk.,
2010: 81).
e. Jenis kanker menurut penulis dibedakan berdasarkan sel
penyebab awal dan organ yang diserang. Dengan demikian,
jenis kanker dapat dibedakan menjadi karsioma, limfoma,
sarkoma, glioma, karsinoma in situ.

4. Faktor Penyebab
a. Umur
Kebanyakan kanker menyerang orang yang berumur di
atas 60 tahun. Tetapi tidak sedikit orang yang jauh lebih muda,
bahkan anak-anak di bawah umur lima tahun, yang juga
terkena kanker.
b. Tembakau
Asap rokok/tembakau yang dihirup baik perokok aktif
maupun perokok pasif dapat menyebabkan kanker paru-paru,
kanker pita suara, kanker mulut, tenggorokan, ginjal, kandung
kencing, kerongkongan, perut, pankreas, leukemia, dan leher
rahim. Bukan hanya asapnya, bahkan sering menghirup aroma
tembakau pun dapat menyebabkan kanker, dan
mengunyah/menghisapnya (misal dalam bentuk susur –Jw)
dapat menyebabkan kanker mulut.

14
c. Sinar Matahari
Sinar matahari pagi baik untuk kesehatan. Tetapi sinar
matahari siang, yang banyak mengandung ultraviolet, dapat
menyebabkan kanker kulit. Gunakan payung, topi lebar, dan
pakaian yang sebanyak mungkin menutup tubuh untuk
melindungi diri dari sinar ultraviolet. Kulit yang tidak
terlindungi, sebaiknya diolesi dengan sunscreen yang
mengandung sun protection factor (SPF) paling sedikit 15.Sinar
ultraviolet dapat menembus kaca, pakaian yang tipis, juga
dapat dipantulkan oleh pasir, air, salju, dan es. Perlu diingat,
bahwa lampu-lampu ultraviolet yang banyak dijual di toko juga
dapat menyebabkan kanker.
d. Zat-zat Kimia
Banyak zat kimia yang ditambahkan dalam
makanan/minuman modern yang dapat menjadi pemicu kanker,
misalnya zat pengawet, pewarna buatan, pemanis buatan,
perasa buatan. Padahal, hampir semua makanan/minuman
produksi pabrik atau yang dijual di warung/restoran
mengandung zat-zat tambahan tersebut. Tetapi makanan yang
disiapkan di rumah pun belum tentu bebas resiko kanker.
Karena kebanyakan sayur-sayuran dan buah-buahan ditanam
dengan mengandalkan pupuk buatan dan pestisida. Makanan
yang dipanggang, dibakar, atau digoreng dengan minyak
jelantah juga berpotensi menyebabkan kanker. Begitu juga air
yang terpolusi deterjen maupun limbah-limbah kimiawi
lainnya(walaupun telah dijernihkan).Zat-zat kimia lain
penyebab kanker dapat masuk ke tubuh manusia melalui udara,
misal bensin, asbes, kadmium, nikel, vinil klorida, dan
sebagainya.
e. Infeksi Virus dan Bakteri
Beberapa jenis virus dan kuman dapat meningkatkan
resiko kanker, antara lain:

15
1) Virus human papilloma (HPV), merupakan penyebab
utama kanker leher rahim dan dapat meningkatkan
resiko timbulnya kanker jenis lain. Virus hepatitis
B  dan hepatitis C dapat memicu timbulnya kanker hati.
Virus human T-cell leukemia/lymphoma (HTLV-1)
meningkatkan resiko limfoma dan leukemia.
Virus human immunodeficiency (HIV) yang dikenal
sebagai penyebab AIDS ini meningkatkan resiko
limfoma dan Kaposi’s sarcoma.
2) Virus Epstein-Barr meningkatkan resiko terjangkitnya
limfoma. Virus human herpes 8 (HHV8) dapat
menyebabkan Kaposi’s sarcoma. Helicobacter
pylori penyebab luka lambung dan usus juga dapat
menimbulkan kanker disepanjang saluran pencernaan.
f. Diet, Kegemukan, dan Kurang Gerak
Terlalu banyak mengkonsumsi daging merah dan garam
diduga dapat meningkatkan resiko kanker usus, rektum, dan
kanker lain di daerah perut. Sebaliknya banyak mengkonsumsi
sayur dan buah dapat mengurangi resiko kanker di sepanjang
saluran pencernaan.
Kegemukan dan kurang gerak dapat memicu timbulnya
kanker payudara, endometrium, ginjal, usus besar, dan
kerongkongan. Untuk mencegahnya, setiap hari berolahragalah
setidaknya selama 30 menit.
g. Alkohol
Konsumsi alkohol dapat memicu kanker mulut,
tenggorokan, kerongkongan, pita suara, liver, dan payudara.
h. Hormon
Hormon estrogen yang berlebihan dalam tubuh dapat
meningkatkan kemungkinan terjangkitnya kanker kandungan
dan kanker payudara. Sedang hormon progesteron dapat
mencegah timbulnya kanker endometrium, tetapi meningkatkan

16
resiko kanker payudara. Kedua jenis hormon tersebut banyak
digunakan sebagai bahan pil KB maupun terapi sulih hormon
pada wanita menopause. Penggunaan jangka panjang dapat
mengurangi resiko kanker kandungan dan endometrium, tetapi
meningkatkan resiko kanker payudara dan kanker liver.
i. Riwayat Keluarga
Faktor-faktor pemicu di atas baru akan menimbulkan
kanker kalau berhasil membuat sebuah gen dalam inti sel
berubah (bermutasi). Jika sistem kekebalan tubuh tidak mampu
memperbaiki atau menghancurkan gen yang mengalami mutasi
ini, gen tersebut membuat sel normal berubah menjadi sel
ganas, yang seterusnya berkembang menjadi kanker.
Adakalanya gen pembawa sifat ini kemudian diturunkan
kepada anak, yang membuat anak tersebut memiliki gen yang
tidak normal. Sekalipun demikian gen tidak normal ini belum
tentu berkembang menjadi kanker, karena masih tergantung
pada ada-tidaknya pemicu-pemicu lain dan kuat-tidaknya daya
tahan tubuhnya. Lagipula tidak semua jenis kanker diturunkan.
Hanya kanker jenis tertentu yang memiliki kecenderungan
diturunkan, yakni melanoma (kanker kulit), payudara,
kandungan, prostat, dan usus besar (Dalamartha,S. 2004).

5. Cara Pencegahan
Kanker dapat dikatakan sebagai penyakit gaya hidup kerana
dapat dicegah dengan melakukan gaya hidup sehat dan menjahui faktor
resiko terserang kanker, berikut ini cara pencegahan kanker secara dini

a. Hindari makanan tinggi lemak, makanan instam yang


menandung bahan warna dan bahan pengawet, serta makanla
makanan dengen gizi seimbang.
b. Hindarin hubungan seksual dengan pasangan yang bukan
suami atau istri sendiri, atau berganti ganti pasangan.
c. Hindari asap rokok atau berhenti merokok.

17
d. Hindari stres dan konflik yang berkepanjangan.
e. Hindari terkena sinar matahari yang berlebihan.
f. Periksakan kesehatan secara berkala.
g. Minumlah air murni yang sudah melalu proses penyaringan
misalnya proses penyaringan reverse osmisis (RO).
h. Hindari terapi hormon sintesis.
i. Hindari penggunaan hormon sintesis saat KB dalam jangka
waktu lama.
j. Rutin mengkonsumsi vitamin A, C, E, B kompleks dan
sumplemen yang bersifat antioksidan, peningkat daya taha
tubuh, dan pembuang racun.
k. Hindari alkohol
l. Berolahraga

6. Masalah yang dihadapi pasien kanker


Menurut Taylor dan Shelley (1995) masalah-masalah biologis,
psikologis dan sosial yang timbul pada penyakit terminal (kanker)
yaitu sebagai berikut:
a. Perubahan-perubahan dalam konsep diri pasien
Pasien penyakit terminal akan sulit untuk
mempertahankan kontrol biologis dan fungsi sosialnya. Pasien
kanker sering mengalami kesakitan, mual-muntah, terkejut akan
perubahan penampilan yang drastis yang disebabkan oleh
kerontokan rambut, penurunan berat badan, stres karena
pengobatan hingga ketidakmampuan untuk berkonsentrasi.
b. Masalah-masalah mengenai interaksi sosial
Pasien penyakit terminal mengalami kemunduran
mental dan fisik, sehingga banyak penemuan yang
membuktikan bahwa beberapa pasien akan menarik diri dari
kehidupan sosialnya, karena beberapa sebab seperti:

18
1) Pasien sulit mengekspresikan perasaannya terhadap
orang lain sementara ia mempersiapkan diri karena akan
meninggalkan mereka.
2) Pasien merasa bersalah terhadap keluarga karena telah
menyita waktu, tenaga, dan biaya dalam pengobatannya.
3) Pasien mengalami kemarahan dan kepanikan dalam
menghadapi kematian yang akan segera datang,
sehingga pasien ingin menyendiri bahkan depresi.
c. Masalah-masalah komunikasi
Penurunan komunikasi yang dialami pasien penyakit
terminal disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa faktornya
yaitu:
1) Kematian masih merupakan tema yang tabu di
masyarakat, sehingga pasien dan beberapa fasilitas
kesehatan tidak memfasilitasi edukasi mengenai
perawatan dan komunikasi persiapan menjelang ajal.
2) Alasan pribadi pasien yang tidak ingin mendiskusikan
kematian karena pasien takut menghadapi kenyataan
bahwa tidak memiliki harapan hidup yang panjang.
3) Keputusan anggota keluarga yang tidak ingin
mengkomunikasikan keadaan yang sebenarnya yang
dialami pasien penyakit terminal karena takut bahwa
hal tersebut akan membuat kondisi pasien semakin
memburuk.

C. Konsep Terapi Spitirual Emosional


1. Definisi Terapi Spiritual Emosional
Anwar dan Triana (2011) mendefinisikan SEFT sebagai sebuah
teknik yang mengkombinasikan antara spiritualitas melalui doa,
keikhlasan, dan kepasrahan dengan energy psychology. Adanya unsur
spiritualitas adalah suatu hal yang membedakan teknik SEFT dengan
berbagai teknik terapi yang berbasis energy psychology lainnya.

19
Menurut Hakam dkk. (2009), Spiritual Emotional Freedom
Technique (SEFT) merupakan teknik penggabungan dari terapi sistem
energi tubuh dan spiritualitas. Stimulasi titik energi tubuh dilakukan
dengan menggunakan metode tapping pada beberapa titik tertentu pada
tubuh sambil berdoa yang disertai sikap pasrah kepada Tuhan.
Zainuddin (2009) sebagai penemu SEFT mendefinisikan SEFT sebagai
sebuah teknik terapi berbasis energy psychology dan spiritual power
dimana penggunanya melakukan sejumlah ketukan pada titik-titik
meridian tubuh di sepanjang jalur meridian tubuh sambil melakukan
doa pada Sang Pencipta.
Dari ketiga pendapat diatas maka dapat disimpulkan Spritual
Emotional Technique atau SEFT adalahsebuah teknik terapi berbasis
energy psychology dimana penggunanya melakukan sebuah ketukan
ringan pada titik-titik meridian tubuh sepanjang 12 jalur meridian
tubuh sambil melakukan doa terhadap Sang Pencipta dengan ikhlas
dan pasrah (Zainuddin, 2009; Hakam, Yetti &Hariyati, 2009; Anwar &
Triana, 2011).

2. Ruang Lingkup
Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) adalah
terapi dengan menggunakan gerakan sederhana yang dilakukan untuk
membantu menyelesaikan permasalahan sakit fisik maupun psikis,
meningkatkan kinerja dan prestasi, meraih kedamaian dan kebahagiaan
hidup. Rangkaian yang dilakukan adalah the set-up (menetralisir
energi negatif yang ada ditubuh), the tune-in (mengarahkan pikiran
pada tempat rasa sakit) dan the tapping (mengetuk ringan dengan dua
ujung jari pada titik-titik tertentu ditubuh manusia). Terapi ini
menggunakan gabungan dari sistem energi psikologi dan spiritual,
sehingga terapi SEFT selain sebagai metode penyembuhan, juga secara
otomatis individu akan masuk dalam ruang spiritual (spiritual space)
yang menghubungkan manusia dengan Tuhannya. Pada terapi SEFT
ini, dasar yang digunakan adalah energi psikologi dan kekuatan

20
spiritual. Energi psikologi, sebagai sistem yang sering kali
dipraktekkan pada situasi-situasi klinik dan setelah bencana, sebagai
perawatan yang mendasar.

3. Tujuan Terapi Spiritual Emosional


Menurut Zainuddin dalam Shifatul, Ulyah, bahwa tujuan terapi
SEFT adalah untuk membantu orang lain baik individual maupun
kelompok dalam mengurangi penderitaan psikis maupun fisik,
sehingga acuannya dapat digunakan untuk melihat tujuan tersebut ada
pada motto yang berbunyi “LOGOS” (loving God, blessing to the
others and self improvement).

Adapun tiga hal yang dapat diungkapkan dari motto tersebut


adalah:

a. Loving God yaitu seseorang harus mencintai Tuhan, dengan


cara aktivitasnya untuk hal-hal yang baik dan tidak berlawanan
dengan norma yang sudah ditentukan
b. Blassing to the other adalah ungkapan yang ditujukkan agar
kita peduli pada orang lain untuk bisa menerapi.
c. Self improvement adalah memiliki makna perbaiki diri sendiri
mengingat adanya kelemahan dan kekurangan pada setiap
pribadi, sebab itu melalui refleksi ini seseorang akan mawas
diri bertindak hati-hati dan tidak ceroboh dalam kehidupan
sehari-hari dan tujuan seutuhnya SEFT adalah tidak lain
membawa manusia dalam kehidupan damai dan sejahtera

4. Manfaat Terapi Spiritual Emosional


Menurut Ahmad Faiz Zainudin terapi SEFT mempunyai
banyak manfaat dalam berbagai bidang, yaitu:
a. Individu
Memberikan solusi untuk mengatasi masalah-masalah
pribadi yang kita hadapi dan dapat mengembangkan potensi

21
diri agar terlepas dari konflik batin yang belum terselesaikan.
Sehingga setelah bebas dari lingkaran beban emosi ini,
seseorang mampu mengembangkan potensi dirinya secara
optimal.
b. Kelompok
Dapat menciptakan hubungan yang kokoh bagi setiap
masingmasing anggota keluarga. dengan SEFT sebagai
penetralisasi emosi yang negatif yang sering timbul di dalam
keluarga seperti kecemburuan, rasa marah dan tersiggung,
rasa takut kehilangan dan sebagainya.
c. Sekolah
Dapat membantu guru/dosen, siswa ataupun
mahasiswa guna menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pendidikan. Seperti, permasalahan sulit konsentrasi
pada pelajaran, malas belajar, murid yang bandel dan lain
sebagainya.
d. Kesehatan
Memberikan manfaat yang dapat membantu
menyembuhkan penyakit fisik tanpa pemberian obat-obatan
ataupun dengan operasi, karena dengan cara tapping dititik
meridian yang tepat dapat memperbaiki dengan
memanfaatkan energi tubuh dan kekuatan psikologi.

Jadi, dari uraian manfaat di atas dapat ditarik kesimpulan


bahwa SEFT mampu menangani berbagai kasus dan berbagai bidang
di dalam kehidupan manusia yang penuh dengan masalah yang
semakin hari semakin kompleks.

5. Tingkat Keberhasilan Terapi Spiritual Emosional


Menurut Zainuddin(2008) kunci keberhasilan terapi SEFT ini
ada 5, yaitu:

22
a. Yakin
Dalam hal ini kita tidak diharuskan untuk yakin sama
SEFT atau diri kita sendiri, kita hanya perlu yakin pada Maha
Kuasa-Nya Tuhan dan Maha Sayang-Nya Tuhan pada kita. Jadi
SEFT tetap efektif walaupun kita ragu, tidak percaya diri, malu
kalau tidak berhasil, asalkan kita masih yakin sama Allah,
SEFT tetap efektif.
b. Khusyu’
Selama melakukan terapi, khususnya saat Set-Up, kita
harus konsentrasi, atau khusyu’. Fokuskan pikiran kita pada
saat melakukan Set-Up (berdoa) pada “Sang Maha
Penyembuh”, berdoalah dengan diiringi kerendah-hatian. Salah
satu penyebab tidak terkabulnya doa adalah karena kita tidak
khusyu’, hati dan pikiran kita tidak ikut hadir saat berdoa, alias
berdoa hanya di mulut saja, tidak sepenuhnya sampai ke dalam
hati. Jadi usahakan menghilangkan pikiran lain, konsentrasi
pada kata-kata yang kita ucapkan saat melakukan Set-Up.
c. Ikhlas
Ikhlas artinya ridho atau menerima rasa sakit kita (baik
fisik maupun emosi) dengan sepenuh hati. Ikhlas artinya tidak
mengeluh, tidak complain atas musibah yang sedang kita
terima. Hal yang membuat kita semakin sakit adalah karena
kita tidak mau menerima dengan ikhlas rasa sakit atau masalah
yang sedang kita hadapi. Ikhlas ini pula yang membuat sakit
apapun yang kita alami menjadi sarana menyucian atau
pembersihan diri dari dosa dan segala kesalahan yang pernah
kita lakukan.
d. Pasrah
Pasrah berbeda dengan ikhlas. Ikhlas adalah menerima
dengan legowo apapun yang kita alami saat ini, sedangkan
pasrah adalah menyerahkan yang terjadi nanti pada Allah. Kita
pasrahkan kepada-Nya. Kita pasrahkan pada-Nya apapun yang

23
akan terjadi nanti. Apakah rasa sakit yang kita alami makin
parah, makin membaik, atau sembuh total, kita pasrahkan pada
Allah. Pasrah bukan berarti fatalisme, pasrah yang sejati
disertai dengan usaha optimal untuk mencari solusi agar keluar
dari masalah yang kita hadapi.

Jadi, kunci keberhasilan terapi SEFT terletak pada masing-


masing orang, apabila seseorang tidak memiliki niatan yang kuat untuk
sembuh atau terbebas dari masalah yang sedang dihadapinya, maka
mustahil bagi orang tersebut untuk sembuh, maka dari itu jika ingin
kesembuhan seseorang harus memiliki niat untuk ingin benar-benar
sembuh. Kemudian setelah meyakinkan diri dan berniat sungguh-
sungguh untuk sembuh, selanjutnya dibarengi dengan bersikap
khusyu’, mengikhlaskan segala sesuatu atau masalah yang sedang
dihadapinya saat ini, kemudian yang terakhir harus memasrahkan
segala kesembuhan hanya kepada Allah SWT., karena segala sesuatu
yang terjadi pada diri kita semua itu karena kehendak Allah SWT.

6. Teknik SEFT
SEFT efektif mengatasi stres karena didalamnya terdapat
beberapa tekhnik terapi yang terangkup dan dipraktikkan secara
sederhana, terapi tersebut meliputi do’a, NLP (Neuro Linguistic
Programming), hypnotherapy, visualisasi, meditasi, relaksasi, imagery
dan desentisasi (Zainudin, 2008).
a. Do’a
Menurut Rabecca (Zainuddin, 2009) dengan
mengundang energi ilahi untuk memasuki dan mengubah diri
pribadi atau menggunakan EFT untuk menstimulasi
pengalaman religius, karena sebenarnya potensi illahi itu sudah
ada secara inherint dalam diri kita. Penyakit umum, kondisi
pikiran, emosi, sikap, kesadaran dan doa-doa yang dipanjatkan
oleh pasien atau untuk pasien sangat berpengaruh bagi
kesembuhannya. Ada banyak orang yang telah tersembuhkan

24
dengan menggunakan “do’a bersama” dan “surrogate tapping”
(bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk do’a).
b. NLP (Neuro Linguistic Programming)
Menurut William James (DALAM Andreas &faulkner,
1998) mengatakan bahwa manusia akan dapat mengubah aspek
luar kehidupan mereka dengan cara mengubah sikap yang ada
dalam pikiran mereka. Salah satu metode yang sangat efektif
dan sudah sangat terkenal untuk mengubah pola fikir yang
negatif menjadi positif untuk pencapaian fungsi manusia yang
optimal adalah Neuro Linguistic Programming (NLP).
c. hypnotherapy,
Hypnotherapy adalah menggunakan kata-kata (verbal
therapy), yaitu memasukkan serangkaian sugesti kepikiran
bawa sadar klien yang sedang dalam kondisi yang sangat-
sangat tenang (trance) yang dimaksudkan untuk menghasilkan
efek penyembuhan. Sedangkan prinsip hypnotherapy islam
lebih condong menggunakan sugesti pada nilai-nilai keislaman
kepada pasien agar pasien selalu ingat pada tuhannya.
d. Visualisasi dan meditasi
Visualisasi dan meditasi adalah sugesti dan relaksasi,
yang keseluruhannya dapat meningkatkan endorphin dan
membuat otak ada di gelombang alfa sehingga timbul kondisi
rilex dan tenang (Sentanu, 2007)
e. Guided imagery
Menurut simon (2003) guided imagery, corteks visual
otak yang memproses imajinasi mempunyai hubungan yang
kuat dengan sistem syaraf otonom yang mengontrol gerakan
infolunter diantaranya: nadi, pernafasan dan respon fisik
terhadap setress dan membantu mengeluarkan hormon
endrophin (subtansi ini dapat menimbulkan efek analgesik yang
sebanding dengan yang ditimbulkan morfin dalam dosis 10
sampai 50 mg/kg BB) sehingga terjadi proses relaksasi dan

25
kecemasan menurun. Tekhnik guided imagery merupakan suatu
tehnik atau cara yang dapat untuk mengkaji kekuatan fikiran
saat sadar maupun tidak sadar untuk menciptakan bayangan
gambar yang membawa ketenangan dan keheningan dapat
mengurangi kecemasan yang terjadi pada penderita kanker
serviks.
f. Desentisasif
Desentisasif adalah perawatan atau proses yang
mengurangi respon emosional terhadap stimulus negatif,
permusuhan atau positif setelah berulang kali terpapar.

26
BAB III

PEMBAHASAN

1. Review Jurnal Pertama

Peneliti Sampel Metode Hasil


Riska Sampel berjumlah 12 Penelitian quasy Hasil analisis
Mariani orang pada eksperimental yang menunjukkan
Nasution, kelompok intervensi termasuk klasifikasi bahwa p-value
Zulian dan 12 orang pada non-equivalent 0,000<0,05 yang
Effendi, kelompok control control group artinya terdapat
Hikayati. dengan kriteria design. pengaruh SEFT
inklusi antara lain Pengambilan data terhadap tingkat
pasien kanker menggunakan stress pada
payudara yang kuesioner modifikasi pasien kanker
menjalani rawat DASS 42 yang telah payudara.
inap, tingkat dilakukan uji validasi
kesadaran dengan hasil 0.473-
composmentis, 0.868.
pasien kanker Analisis data
payudara berusia 26- menggunakan uji
56 tahun. paired T-test dan
independent sample
T-test melalui
bantuan software
computer dengan
terlebih dahulu
dilakukan
pengkodingan.

PEMBAHASAN
Kanker payudara (carcinoma mammae) merupakan suatu penyakit
neoplasma ganas yang dihasilkam dari pertumbuhan sel yang tidak terkontrol
berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara merupakan
kanker nomor dua terbanyak di Indonesia dan menjadi pembunuh nomor satu
di dunia. Kanker payudara menimbulkan komplikasi fisik dan psikologis yang
kompleks sehingga pasien rentan terkena stress.
Stress yang dialami penderita kanker payudara berupa kekhawatiran ,
takut, dan frustasi baik setelah didiagnosa, sebelum dioperasi, selama, dan
setelah operasi serta ketika menjalani terapi. Gejala yang dirasakan seperti
gelisah, sedih, sulit konsentrasi, sulit tidur, otot-otot tubuh terasa tegang,

27
badan terasa lemas, dan tidak berdaya, serta kesulitan dalam beraktifitas. Salah
satu penangangan yang dapat digunakan untuk mengatasi stressor adalah
menerapkan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT).
Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) merupakan suatu
teknik yang menggabungkan antara spiritualitas berupa doa, keikhlasan dan
kepasrahan, dengan Emotional Freedom Tecnique (EFT) yang memanfaatkan
sistem energy tubuh untuk membantu memperbaiki kondisi pikiran emosi, dan
prilaku. Beberapa emosi negatif dapat diatasi dengan menerapkan terapi SEFT
melalui sugesti kalimat yang berupa doa dan ketukan ringan dengan dua ujung
jari (tapping) dibagian tubuh tertentu. Terapi SEFT sangat mudah dilakukan
dengan tiga tahapan sederhana, yaitu set-up, tune-in dan tapping.
Tingkat stress pada respoden kelompok intervensi sebelum dilakukan
SEFT , rata-rata berada pada tingkat stress sedang sebanyak 9 orag (75.0%).
Setelah diberikan SEFT pada kelompok intervensi, rata-rata tingkat stress
berada pada stress normal yaitu sebanyak 8 orang (83,3%) dengan p-value
0,000. Responden mengungkapkan bahwa setelah diberikan SEFT merasa
lebih rileks dan lega karena memberikan rasa nyaman.

2. Review Jurnal Dua

Peneliti Sampel Metode Hasil


Karolin Sampel pada Pendekatan studi Pada penelitian
Adhisty, penelitian ini kasus dengan ini, diperoleh
Dewi Septa berjumlah 3 orang kuantitatif. hasil bahwa
Rica, Zaleha, pasien kanker Pengukuran pemberian
Dwi Marista, ovarium di RSUD mengenai tingkat terapi SEFT
Winni Dr. Muhammad stress menggunakan memberikan
Ardhia P., Hoesin Palembang kuesioner perceived dampak yang
Indah dengan cara stress scale (PSS) cukup
Agustin, & pengambilan dengan 10 signifikan untuk
Selvi Dwi Y. sampel consecutive pertanyaan. Analisa mengurangi
sampling data menggunakan uji terjadinya stress
Wilcoxon pada pasien
kanker ovarium

28
PEMBAHASAN
Pasien kanker merupakan penyakit degeneratif yang berkembang atau
bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama, yakni lebih dari enam bulan
(Sarafino & Smith, 2014). Beberapa keadaan umum yang dialami pasien
kanker seperti penurunan status kualitas tidurnya, aktivitas keseharian dan
tujuan dalam hidupnya (Sarafino & Smith, 2014), selain ini pasien paliatif
juga mengalami keadaan mual dan muntah (Ardhisty et al., 2018). Dampak
terkait kondisi ini, pasien akan mengalami kondisi stress yang cukup tinggi.
Kondisi stress ini dapat pula disebabkan oleh berbagai ketakutan yang terjadi
pada terutama pada pasien wanita seperti takut akan nyeri, operasi, kematian,
perubahan pada reproduksi dan seksual, perubahan body image serta
hubungan dengan keluarga (Farooqi & Chaudhry, 2012).
Stress merupakan respon terhadap situasi yang tidak menyenangkan
sehingga dapat mengakibatkan ketidaksabilan emosional seseorang. Situasi
respon stress yang terjadi ini membutuhkan penanganan secara spiritual agar
dapat mengembalikan kembali kesehatan fisik, mental juga spiritual pasien
tersebut. Kesehatan spiritual ini merupakan kondisi pasien yang menunjukkan
aspek positif dari spiritualitasnya (Palmera, 2012), juga adanya keseimbangan
antara hubungan dengan dirinya, orang lain, lingkungan dan juga dengan
Tuhannya (Fisher, 2010). Kondisi pasien dengan permasalahan stress yang
ada membutuhkan intervensi keperawatan. Teknik yang dapat diberikan untuk
meningkatkan kualitas fisik dan prilaku kognitif adalah teknik Spiritual
Emotional Freedom Technique (SEFT).
SEFT merupakan teknik penggabungan dari sistem energi tubuh
(energy medicine) dan terapi spiritualitas dengan menggunakan metode
tapping pada beberapa titik tertentu pada tubuh. Teknik SEFT menjadikan 18
titik utama yang mewakili 12 jalur utama energi meridian dengan
menggunakan teknik tapping (ketukan ringan) sekaligus doa (Bakara et al.,
2013). Terapi SEFT ini merupakan salah satu terapi yang dapat diterapkan
untuk menurunkan emosi negatif dari pasien juga stress dan gejala lain yang
ditimbulkan.

29
Berdasarkan penelitian ini, didapatkan hasil bahwa sebelum
mendapatkan terapi SEFT, dari 3 orang responden terdapat 2 responden yang
stressnya cukup berat dengan persentase sebesar (66,7%) dan hanya 1
responden yang stressnya berat dengan persentase sebesar (33,3%). Setelah
diberikan terapi SEFT, 2 responden tingkat stressnya berubah menjadi stress
ringan dengan persentase sebesar (66,7%), sedangkan 1 responden berubah
menjadi kategori stress sedang dengan persentase sebesar (33,3%). Terapi
SEFT ini adalah sebuah terapi emosi yang mampu membangkitkan harapan,
percaya diri pada seseorang serta mampu menyelesaikan masalah psikis dan
fisik yang dialami seseorang. Secara statistik berdasarkan uji Wilcoxon terapi
SEFT ini dapat menurunkan tingkat stress pada pasien kanker sebesar p-value
0.000.

c. Review Jurnal Tiga


Peneliti Sampel Metode Hasil
Sri 24 responden yang Penelitian ini 1. Dari hasil
Maryatum terdiri dari 12 menggunakan pengujian
kelompok desain quasy hipotesis
intervensi dan 12 eksperimental yang telah
kelompok kontrol dengan dilakukan,
dengan teknik pendekatan diperoleh
purposive nonequivalent hasil bahwa.
sampling. control group Terdapat
design. Instrument pengaruh
pengukuran yang
tingkat stres signifikan
menggunakan penurunan
kuesioner tingkat tingkat stres
stres yang di pada
modifikasi dari kelompok
DASS 42. Tipe intervensi
penelitian dengan sebelum dan
mengelompokkan sesudah
anggota kelompok diberikan
intervensi (SEFT spiritual
& Supportive emotional
Therapy) dan freedom
kelompok control technique

30
spiritual (SEFT)
emotional dengan nilai
freedom technique p value
(SEFT), kemudian 0,000
dilakukan pre-test (p<0,05).
dalam mengadapi Rata-rata
tingkatan stress tingkat stres
yang dialami klien kelompok
kanker serviks. intervensi
sebelum
pemberian
SEFT 20,58
sedangkan
rata-rata
tingkat stres
setelah
pemberian
SEFT adalah
11,50
2. Tidak
terdapat
pengaruh
penurunan
tingkat stres
pada
kelompok
kontrol
sebelum dan
sesudah
diberikan
spiritual
emotional
freedom
technique
(SEFT)
dengan nilai
p value
0,0561
(p>0,05).
Rata-rata
tingkat stres
kelompok

31
kontrol
sebelum
perlakuan
adalah 19,08
sedangkan
rata-rata
tingkat stres
setelah
perlakuan
adalah 17,7
3. Terdapat
perbedaan
signifikan
tingkat stres
sesudah
diberikan
spiritual
emotional
freedom
technique
(SEFT)
antara
kelompok
kontrol dan
kelompok
intervensi
diperoleh
nilai
pvalue=0,00
0 (p<0,05.

PEMBAHASAN
Dejonckheere (2017) dalam penelitiannya mengatakan tekanan emosi
negatif yang tinggi akan menyebabkan kecendrungan seseorang mengalami
depresi lebih cepat dari perkiraan waktu estimasi penyakit kronik mental. Ada
beberapa cara untuk menangani stress yang dialami pasien kanker yaitu :
Terapi Spiritual emotional freedom technique SEFT adalah terapi yang
menggabungkan antara spiritualitas berupa doa, keikhlasan dan kepasrahan,
dengan Emotional Freedom Technique (EFT) yang memanfaatkan sistem

32
energi tubuh untuk membantu memperbaiki kondisi pikiran, emosi, dan
perilaku. Istiqomah (2018) menyatakan bahwa penerapan SEFT mempunyai
pengaruh yang signifikan dalam mengatasi masalah psikologi depresi
penderita kanker di RSUD Moewardi.
Ninik, 2012 dalam Mehnert, 2010 mengatakan bahwa individu yang
tidak mendapatkan dukungan sosial dengan baik beresiko memiliki kesehatan
yang lebih buruk Disamping juga menyebutkan pasien dengan penyakit kronik
yang mengalami isolasisosial 50% dari mereka meninggal dunia seteah
menjalani perawatan selama 5 tahun sedangkan pada pasien yang sama
namun memiliki dukungan sosial baik, angka kematiannya menurun 20%.18
Hal inilah yang mendorong peneliti tertarik memberikan psikoterapi kelompok
untuk melengkapi terapi SEFT secara individual pada penderita kanker serviks
dalam mengatasi stresnya.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nunik (2012) yang
menghasilkan penurunan tingkat depresi 9,15 pada pasien kanker Di RSPAD
Gatot Subroto setelah mendapatkan terapi supportif dengan pengaruh yang
sgnifikan p=0,0001. Namun penerapan terapi ini belum pernah dilakukan di
RS Moh Hoesin Palembang hanya mencakup pemenuhan kebutuhan fisik
saja.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi spiritual
emotional freedom technique (SEFT) dan Supportive therapy terhadap tingkat
stres pasien kanker serviks.
Sebagian besar responden pada penelitian ini baru mengetahui
terdiagnosa kanker serviks kurang dari satu tahun yaitu sebanyak 8 (66,7%)
pada kelompok intervensi dan 7 (58,3%) pada kelompok kontrol. Mayoritas
responden mengatakan telah mengetahui adanya perubahan pada siklus haid
namun baru memeriksakan diri Akibatnya ketika datang ke rumah sakit untuk
melakukan pemeriksaan sudah terdiagnosis stadium lanjut. Menurut teori
keperawatan Roy menjelaskan bahwa manusia merupakan sebuah sistem yang
dapat menyesuaikan diri mempunyai tingkat adaptasi yang berbeda sesuai
dengan besarnya stimulus yang dapat ditoleransi.

33
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel
jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan
cepat, tidak terkendali, dan terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke
jaringan di sekitarnya (invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat,
darah, dan menyerang organ-organ penting serta saraf tulang belakang.
Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri jika ada penggantian
sel-sel yang telah mati dan rusak. Sebaliknya, sel kanker akan membelah
terus meskipun tubuh tidak memerlukannya, sehingga akan terjadi
penumpukan sel baru. Penumpukan sel tersebut mendesak dan merusak
jaringan normal, sehingga mengganggu organ yang ditempatinya .
Kanker adalah suatu penyakit yang mematikan dan merupakan penyakit
degeneratif yang berkembang atau bertahan dalam jangka waktu yang sangat
lama, yakni lebih dari enam bulan. Beberapa keadaan umum yang dialami
pasien kanker seperti penurunan status kualitas tidurnya, aktivitas keseharian
dan tujuan dalam hidupnya. Dampak terkait kondisi ini, pasien akan
mengalami kondisi stress yang cukup tinggi. Kondisi stress ini dapat pula
disebabkan oleh berbagai ketakutan yang terjadi pada terutama pada pasien
wanita seperti takut akan nyeri, operasi, kematian, perubahan pada
reproduksi dan seksual, perubahan body image serta hubungan dengan
keluarga. Kondisi pasien dengan permasalahan stress yang ada membutuhkan
intervensi keperawatan. Teknik yang dapat diberikan untuk meningkatkan
kualitas fisik dan prilaku kognitif adalah teknik Spiritual Emotional Freedom
Technique (SEFT).
Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) merupakan suatu teknik
yang menggabungkan antara spiritualitas berupa doa, keikhlasan dan
kepasrahan, dengan Emotional Freedom Tecnique (EFT) yang memanfaatkan
sistem energy tubuh untuk membantu memperbaiki kondisi pikiran emosi,
dan prilaku. Beberapa emosi negatif dapat diatasi dengan menerapkan terapi

34
SEFT melalui sugesti kalimat yang berupa doa dan ketukan ringan dengan
dua ujung jari (tapping) dibagian tubuh tertentu.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka kami memberi saran sebagai berikut :
1. Diharapkan mahasiswa mampu memahami penyakit Kanker, dampak
kondisi penyakit terhadap pasien, stress dan ketakutan yang dirasakan
pasien dengan penyakit kanker, serta pemberiam terapi yang sesuai
dengan kondisi pasien.
2. Mahasiswa mampu memahami terapi SEFT pada pasien Kanker.

35
DAFTAR PUSTAKA

Adhisty, K., dkk. 2019. Terapi Komplementer: Terapi SEFT pada Stress dan
Adaptasi Pasien Kanker Ovarium. Seminar Nasional Keperawatan. 5(1),
182-185.

Cahyadin, M. Zakka. 2019. Efektifitas Terapi Spiritual Emotion Freedom


Technique (SEFT) Dalam Menurunkan Tingkat Amarah Lansia Di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar Di Tulung Agung. http://repo.iain-
tulungagung.ac.id/id/eprint/10041

Dalimartha, S. 2004. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Kanker. PT Penebar


Swadaya, Anggota Ikapi : Depok.

Damayanti, A. D. 2008. Penanganan masalah sosial dan psikologis pasien kanker


stadium lanjut dalam perawatan paliatif. Indonesian Journal of Cancer,
2(1).

Fitria, Cemy Nur. 2010. Palliative Care pada Penderita Penyakit Terminal. Jurnal
Palliative Care. Vol 7(1).

Hidayati, Nurul. 2018. Efektivitas Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique


(SEFT) Terhadap Intensitas Merokok Pada Remaja Di Lembaga
Pembinaan Khusus Anak Kelas I Blitar. http://repo.iain-
tulungagung.ac.id/8158/

Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 7- Nomor 1, Januari 2020, e-ISSN 2684-


9712.

Kemenkes, 2013. Pedoman Teknis Pelayanan Paliatif Kanker. Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI. 2017. Petunjuk Teknis Paliatif Care pada Dewasa - P2PTM.
Jakarta.

36
Leuna, Cherley Fanesa Maria dan Jenny Rantung. 2018. Studi Fenomenologi
Pengalaman Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Paliatif
Pada Pasien Dengan Penyakit Terminal Di Ruang Icu. Jurnal Unair. Vol,
4, No. 2. Juli – Desember.

Mangan, Y. 2009. Solusi Sehat Mencegah dan Mengatasi Kanker. PT Agromedia


Pustaka : Jakarta.
Nasution, Riska Mariani., dkk. 2019. Pengaruh Terapi Spiritual Emotional
Freedom Technique (SEFT) Terhadap Tingkat Stress Pasien Kanker
Payudara. Seminar Nasional Keperawatan. 6(1), 80-85.
Taylor, Shelley, E. 1995. Health Psychology: Third Edition. Singapore: McGraw-
Hill, Inc.
Uripi, V. 2002. Menu untuk Penderita Kanker. Puspa Swara: Jakarta.
WHO. 2010. World Cancer Report. WHO Press: France.

37

Anda mungkin juga menyukai