Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Community Mental Healthy Nursing


“ Konsep Bencana dan Tindakan Krisis ”

Dosen Pembimbing :
Ns. Amelia Susanti, M.Kep, Sp.Kep.J

Disusun Oleh:
Qistina Bazla (1710105024)
Keperawatan VI B

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes Alifah) Padang


Prodi S1 Keperawatan
2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan begitu
banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari begitu banyak  nikamat
yang telah di dapatkan dari Allah SWT. Selain itu, saya juga merasa sangat bersyukur
karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik kesehatan maupun pikiran.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula saya dapat menyelesaikan penulisan tugas mata
kuliah CMHN, dengan topik inti Konsep Bencana dan Tindakan Krisis, Saya sampaikan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibuk Ns. Amelia Susanti, M.Kep, Sp.Kep.J.
Selaku  dosen pembimbing mata pelajaran CMHN. Serta semua pihak yang turut
membantu proses penyusunan makalah ini.
Saya menyadari makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan kesalahan baik
isinya maupun struktur penulisannya,  oleh karena itu saya sangan mengharap kritik dan
saran positif untuk perbaikan di kemudian hari. Demikian  semoga makalah ini
memberikan manfaat umumnya pada para pembaca dan khususnya bagi saya. Amin.

Padang, 20 Maret 2020

Penulis

i2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 3
1.3 Tujuan............................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konssep Bencana............................................................................ 4
2.2 Penyebab Terjadinya Bencana.......................................................................... 4
2.3 Proses Terjadinya Bencana............................................................................... 4
2.4 Respon Individu Terhadap Bencana................................................................. 6
2.5 Manajemen Bencana......................................................................................... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................... 10
3.2 Saran................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA

ii

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana dapat terjadi dimana saja dan kapan saja di seluruh penjuru dunia. Bencana dapat
berdampak kepada individu, keluarga dan komunitas. Bencana adalah gangguan serius yang
mengganggu fungsi komunitas atau penduduk yang menyebabkan manusia mengalami kerugian,
baik kerugian materi, ekonomi atau kehilangan penghidupan yang mana berpengaruh terhadap
kemampuan koping manusia itu sendiri (International Strategy for Disaster Reduction [ISDR],
2009).
Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik
disebabkan oleh kejadian alam seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan gunung berapi,
banjir, angin putting beliung dan kekeringan, maupun yang disebabkan oleh ulah manusia dalam
pengolahan sumber daya dan lingkungan (contohnya kebakaran hutan, pencemaran lingkungan,
kecelakaan transportasi, kecelakaan industri, dan tindakan teror bom) serta konflik antar kelompok
masyarakat (Departemen Kesehatan [DepKes], 2006).
Besarnya angka kejadian dan dampak yang ditimbulkan oleh bencana sehingga membutuhkan
upaya penanggulangan. Penanggulangan bencana adalah upaya sistematis dan terpadu untuk
mengelola bencana dan mengurangi dampak bencana, diantaranya penetapan kebijakan dalam
bencana, pengelolaan resiko berupa usaha pencegahan dan mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat
serta upaya pemulihan berupa rehabilitasi dan rekontruksi. Penanggulangan bencana oleh perawat
pada tahap tanggap darurat meliputi pengkajian secara cepat dan tepat terhadap korban bencana
serta pemberian bantuan hidup dasar (Loke, 2014; Veenema, 2016).
Bencana dapat terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan semua orang panik. Bencana dapat
mengakibatkan kerusakan dari kecil sampai besar. Gedung- gedung, sistem infrastruktur dan
lainnya akan mengalami kerusakan. Rusaknya fasilitas kesehatan, mengakibatkan terjadinya
gangguan dalam pelayanan kesehatan disamping itu juga terdapat banyak korban dengan berbagai
jenis cedera yang membutuhkan pertolongan segera (Al Khalaileh, Bond, & Alasad, 2012). Xu &
Tzeng (2016) mengatakan bahwa korban massal yang diakibatkan oleh bencana dapat
menyebabkan gangguan pada pelayanan kesehatan. Untuk mengurangi dampaknya, maka perlu

1
meningkatkan kepedulian terhadap bencana melalui tindak penyelamatan dan pertolongan
bencana. Tindakan tersebut bertujuan untuk memberikan tanggap darurat yang efektif dan
difokuskan pada pertolongan serta bantuan sementara untuk membantu korban segera setelah
bencana terjadi.
Perawat harus memiliki kompetensi untuk bisa beradaptasi dengan situasi bencana. Kompetensi
berarti tindakan nyata pada peran tertentu dan situasi tertentu. Kompetensi dijelaskan juga sebagai
kombinasi dari pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dibutuhkan dalam sebuah pekerjaan
(Daily, Padjen 2010)
Arbon, dkk (2013) menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan yang cukup dan keahlian yang
memadai mengenai manajemen bencana disemua aspek dan fase bencana merupakan hal yang
sangat mempengaruhi kompetensi perawat dalam menghadapi bencana. Sebagai kelompok terbesar
dari tenaga kesehatan, perawat harus mengembangkan kompetensi dalam tanggap darurat
penanggulangan bencana. Bagaimanapun pendidikan tentang bencana sangat dibutuhkan oleh
semua perawat (ICN, 2009).
Selain pengetahuan, keterampilan juga merupakan aset penting dalam manjemen bencana.
Keterampilan dapat diperoleh melalui pengalaman, baik itu pengalaman melalui latihan simulasi
maupun bekerja dalam situasi nyata. Penelitian membuktikan bahwa latihan simulasi dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat mengenai manjemen bencana secara efektif,
dapat dikerjakan dengan mudah dan memiliki efek jangka panjang yang kuat terhadap pengetahuan
dan keterampilan perawat. Kurangnya keyakinan akan keterampilan dan pengetahuan seseorang
telah disebut-sebut sebagai alasan tenaga kesehatan untuk tidak bekerja selama bencana (Hope
dkk, 2010).
Kejadian bencana biasanya diikuti dengan timbulnya korban manusia maupun kerugian harta
benda. Terdapatnya korban manusia akan menyebabkan kerawanan status kesehatan pada
masyarakat yang terkena bencana dan masyarakat yang berada disekitar daerah bencana. Salah
satu kendala yang sering dijumpai dalam upaya penanggulangan bencana adalah kurangnya
sumber daya manusia kesehatan yang dapat difungsikan dalam penanggulangan krisis akibat
bencana. sehingga upaya penanggulangan menjadi terhambat (Depkes, 2006)

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Konsep Bencana ?
2. Penyebab Terjadinya Bencana dan Tindakan Krisis ?
3. Bagaimana Proses Terjadinya Bencana ?
4. Bagaimana Respon Terhadap Bencana ?
5. Bagaimana Manajemen Bencana ?
6. Peran Perawat CMHN

1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan, Untuk mendapatkan informasi tentang ilmu
keperawatan khususnya dalam bidang Konsep Bencana dan Tindakan Krisi baik dala, pelayanan di
masyarakat atau komunitas maupun Rumah Sakit.

Tujuan Khusus
a. Memahami pengertian konsep bencana dan tindakan krisis.
b. Memahami penyebab terjadinya bencana.
c. Mengidentifikasi proses terjadinya bencana.
d. Mengidentifikasi respon individu terhadap bencana.
e. Memahami bagaimana melakukan manajemen bencana.
f. Melaksanakan peran perawat CMHN

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Konsep Bencana


Bencana dapat terjadi dimana saja dan kapan saja di seluruh penjuru dunia. Bencana dapat
berdampak kepada individu, keluarga dan komunitas. Bencana adalah gangguan serius yang
mengganggu fungsi komunitas atau penduduk yang menyebabkan manusia mengalami kerugian,
baik kerugian materi, ekonomi atau kehilangan penghidupan yang mana berpengaruh terhadap
kemampuan koping manusia itu sendiri (International Strategy for Disaster Reduction [ISDR],
2009).
Bencana adalah kejadian yang disebabkan oleh perbuatan manusia ataupun perubahan alam
yang mengakibatkan kerusakan dan kehancuran sehingga perlu bantuan pihak lain untuk
memperbaikinya. Bencana yang terjadi dapat dibagi berdasarkan sifatnya sebagai alamiah maupun
buatan manusia dan mengakibatkan penderitaan dan kesengsaraan sehingga korban membutuhkan
orang lain untuk memenuhi kebutuhannya (Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas).

2.2 Penyebab Terjadinya Bencana


Bencana dapat terjadi secara alamiah maupun dibuat oleh manusia. Kejadian alam yang
menyebabkan bencana antara lain gunung meletus, gempa bumi, banjir bandang, angin topan,
tsunami, puting beliung dan wabah. Sedangkan yang dibuat oleh ulah manusia yang menimbulkan
bencana antara lain teror bom, konflik pertikaian yang berkepanjangan.
Kebanyakan bencana alam disertai oleh adanya benda-benda yang secara kimia, biologis, fisik
dapat mengancam keselamatan, kesehatan, atau harta benda yang dimiliki manusia. Lahar dan
awan panas dari letusan gunung berapi, air bah akibat banjir, gas-gas berbahaya yang muncul dari
tanah akibat gempa, asap beracun akibat kebakaran dan lain-lain adalah benda-benda yang sering
menyertai bencana.
2.3 Proses Terjadinya Bencana
1. Non Bencana
Kita telah ketahui bahwa daerah-daerah tertentu di indonesia cenderung mudah
mengalami bencana karena indonesia terletak pada jalur gempa. Kondisi non bencana adalah
kondisi tidak ada bencana (stabil) pada lokasi rawan bencana seperti daerah pantai atau

4
pegunungan, daerah jalur gempa, daerah pinggiran sungai, lokasi pemukiman padat, gedung-
gedung tinggi dan lain-lain.
2. Bencana
Tahapan ini meliputi 2 kondisi yaitu prabencana (saat diprediksi akan terjadi bencana
tetapi belum benar-benar terjadi) dan bencana (24 jam pertama setelah terjadinya bencana).
Fase ini adalah tanda-tanda awal terjadinya bencana hingga 24 jam setelah bencana. Untuk itu
yang dilakukan adalah mengingatkan masyarakat (warning, siaga I-III), mobilisai dan evakuasi
jika perlu.
Segera setelah terjaidnya bencana individu atau masyarakat pada area yang terkena akan
mengalami trauma dan berada pada situasi krisis akibat perubahan yang terjadi secara tiba-tiba
dalam kehidupannya. Perunahan ini dapat menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan bagi
individu maupun masyarakat yang terkena. Beberapa kondisi yang biasanya menyertai bencana
antara lain kematian, kerusakan dan kehilangan harta benda, serta perpisahan dengan orang
yang dicintai.
3. Pasca Bencana
Kondisi trauma yang dialami korban bencana menyebabkan kondisi krisis. Krisis adalah
reaksi terhadap kejadian, masalah, atau trauma yang sangat terhadap individual akibat keridak
mampuan untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan yang dialami. Perubahan yang terjadi
secara tiba-tiba akibat sesuatu kejadian sehingga menimbulkan kegoncangan
(ketidakseimbangan emosional).
Tahapan ini meliputi 2 kondisi yaitu prabencana (saat diprediksi akan terjadi bencana
tetapi belum benar-benar terjadi) dan bencana (24 jam pertama setelah terjadinya bencana).
Fase ini adalah tanda-tanda awal terjadinya bencana hingga 24 jam setelah bencana. Untuk itu
yang dilakukan adalah mengingatkan masyarakat (warning, siaga I-III), mobilisai dan evakuasi
jika perlu.
Segera setelah terjaidnya bencana individu atau masyarakat pada area yang terkena akan
mengalami trauma dan berada pada situasi krisis akibat perubahan yang terjadi secara tiba-tiba
dalam kehidupannya. Perunahan ini dapat menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan bagi
individu maupun masyarakat yang terkena. Beberapa kondisi yang biasanya menyertai bencana
antara lain kematian, kerusakan dan kehilangan harta benda, serta perpisahan dengan orang
yang dicintai.

5
2.4 Respon Individu Terhadap Bencana
Dampak psikologis yang dilakukan bencana sangat bervariasi. Faktor keseimbangan yang
mempengaruhi respon individu terhadap krisis adalah persepsi terhadap kejadian, sistim
pendukung yang dimiliki dan mekanisme koping yang digunakan.
Ada tiga tahapan reaksi emosi yang dapat terjadi setelah bencana
1. Reaksi individu segera (24 jam) setelah bencana adalah :
 Tegang, cemas, panik
 Terpaku, linglung, syok, tidak percaya
 Gembira atau eforia, tidak terlalu merasa menderita
 Lelah, bingung
 Gelisah, menangis, menarik diri
 Merasa bersalah

Reaksi ini masih disebut reaksi normal terhadap situasi yang abnormal
2. Minggu pertama sampai ketiga setelah bencana
 Ketakutan, waspada, sensitif, mudah marah, kesulitan tidur
 Khawatir, sangat sedih
 Mengulang-ulang kembali (flashback) kejadian
 Bersedih
 Reaksi positif yang masih dimiliki: berharap atau berpikir tentang mas depan,
terlibat dalam kegiatan menolong
 Menerima bencana sebagai takdir

Pada kondisi ini membutuhkan bantuan psikososial minimal dari tenaga kesehatan
profesional.
3. Lebih dari minggu ketiga setelah bencana
 Kelelahan
 Merasa panik
 Kesedihan terus berlanjut, pesimis, dan berpikir tidak realistis
 Tidak beraktivitas, isolasi dan menarik diri
 kecemasan

6
2.6 Manajemen Bencana
Sesuai dengan proses terjadinya, terbagi dalam 3 tahapan :
a) Program antisipatif untuk kondisi pra bencana
b) Tindakan segera untuk kondisi pra bencana
c) Pemulihan untuk kondisi pasca bencana

Non & pra Bencana/em rekonstruksi


bencana ergency

Antisipasi segera setelah bencana pemulihan

1. Program antisipatif terhadap bencana


Pada tahap ini lingkup tindakan ditujukan pada kesiapan individu dan masyarakat untuk
mengantisipasi bencana yang akan terjadi. Pada lokasi-lokasi yang diperkirakan mengalami
bencana perlu dilakukan tindakan antisipasi agar masyarakat dapat melakukan tindakan yang
tepat apabila terjadi bencana
Secara profesional petugas kesehatan perlu mengetahui secara jelas rencana penanganan
(protap) yang telan disusun dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait terutama palang merah
indonesia. Masayrakat perlu diajarkan beberapa hal yang merupakan tanda-tanda bencana,
mengingatkan tindakan yang perlu dilakukan masyarakat, mobilisasi dan evakuasi jika perlu.
2. Tindakan segera setelah bencana (emergency)
Segera setelah bencana perilaku yang terlihat adalah masyarakat yang saling membantu satu
sama lain ( karena bantuan dari luar belum ada). Jenis bantuan yang perlu segera diberikan dari

7
luar daerah bencana antara lain berupa : bantuan kesehatan, perbaikan pada komunikasi dan
transportasi, deteksi terhadap penyakit menular dan gangguan mental.
Tindakan yang perlu dilakukan harus sesuai dengan area yang mengalami bencana dan bantuan
yang dibutuhkan :
a. Tingkat I
Bencana pada tingkat ini membutuhkan bantuan emergensi medik, kepolisian, pemadam
kebakaran, SAR dan lokal. Misalnya kebakaran pada satu rumah, tenggelam, kecelakaan lalu
lintas
b. Tingkat II
Pada tingkat ini dibutuhkan bantuan dengan cakupan yang lebih luas ; biasanya melibatkan
tim kesehatan, SAR, kepolisian satu propinsi karena lokasi bencana yang lebih luas. Misalnya
kecelakaan atau bom disuatu gedung atau area khusus.
c. Tingkat III
Pada tingkatan ini penanganan bencana sudah membutuhkan bantuan dari berbagai unsur
dimasyarakat yang melibatkan satu negara, seperti gempa bumi, angin ribut, banjir bandang,
air bah.

Tsunami dan bencana aceh dan nias termasuk pada bencana tingkat III. Saat bencana terjadi
dimasyarakat yang menimbulkan krisis maka keterlibatan tenaga kesehatan sangat diperlukan.
Relawan kesehatan mental dibutuhkan segera setelah terjadi bencana terutama di tempat-tempat
yang bermasalah seperti rumah sakit dan tempat pengungsian. Gunakan metode “jemput bola”
(mendatangi paar korban) dalam memberikan bantuan pada korban.
Jika melakukan penangana pada kondisi tersebut dilakukan di tempat pasien berada; di RS,
puskesmas atau pengungsian, bila menemukan korban-korban dengan kondisi mental yang berat
(gangguan orientasi realita, halusinasi, waham, bicara kacau) segera rujuk ke pelayanan kesehatan
agar memperoleh perawatan atau pengobatan lebih tepat oleh perawat kesehatan jiwa masyarakat,
psikolog dan psikiater. Bentuk tindakan keperawatan lain yang dapat saudara lakukan adalah
melatih para korban untuk melatih rasa berdukanya atau penyuluhan masal tentang manajemen
stress.

8
3. Tindakan pemulihan
Tindakan pada tahap pemulihan (recovery) adalah keterlibatan seluruh pihak untuk bergerak
bersama memperbaiki kondisi ekonomi dan kehidupan masyarakat. Kondisi yang menunjukkan
kondisi perbaikan adalah : adanya penangana masalah-masalah kesehatan oleh Depkes,
pembangunan perumahan dan jalan-jalan oleh Departemen pekerjaan umum dan lembaga terkait,
keamanan oleh tentara atau polisi, air bersih oleh PAM, makanan, minuman, pakaian dll.
Tindakan yang dilakukan oleh fase ini adalah perbaikan, penataan kembali, dan mitigasi.
Tindakan yang termasuk perbaikan meliputi pembangunan kembali sarana fisik yang rusak,
kembali sekolah dan bekerja serta melanjutkan kehidupan sesuai dengan kondisi saat ini.
Pada pelayanan kesehatan preverensi primer ditujukan bagi masyarakat yang tidak terganggu
sedangkan pada masyarakat yang menunjukkan masalah psikososial dan gangguan jiwa
pemulihan dilaksanakan pada prevensi sekunder. Fase penataan kembali dilakukan jika
kehidupan masyarakat sudah lebih normal, penataan dilakukan terhadap infrastruktur yang rusak
dan membangun kembali sistem kehidupan masyarakat.
Pada fase mitigasi saudara dapat merencanakan aktivitas-aktivitas yang berorientasi pada
masa depan untuk mencegah bencana sekunder yang dapat terjadi atau meminimalkan dampak
bencana seperti menyiapkan program-program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan kerja,
melatih tenaga kesehatan untuk meningkatkan kesehatan dan lain-lain.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bencana adalah kejadian yang disebabkan oleh perbuatan manusia ataupun perubahan alam
yang mengakibatkan kerusakan dan kehancuran sehingga perlu bantuan pihak lain untuk
memperbaikinya. Bencana yang terjadi dapat dibagi berdasarkan sifatnya sebagai alamiah maupun
buatan manusia dan mengakibatkan penderitaan dan kesengsaraan sehingga korban membutuhkan
orang lain untuk memenuhi kebutuhannya
Bencana dapat terjadi secara alamiah maupun dibuat oleh manusia. Kejadian alam yang
menyebabkan bencana antara lain gunung meletus, gempa bumi, banjir bandang, angin topan,
tsunami, puting beliung dan wabah. Sedangkan yang dibuat oleh ulah manusia yang menimbulkan
bencana antara lain teror bom, konflik pertikaian yang berkepanjangan.
Penelitian membuktikan bahwa latihan simulasi dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan perawat mengenai manjemen bencana secara efektif, dapat dikerjakan dengan mudah
dan memiliki efek jangka panjang yang kuat terhadap pengetahuan dan keterampilan perawat.
Kurangnya keyakinan akan keterampilan dan pengetahuan seseorang telah disebut-sebut sebagai
alasan tenaga kesehatan untuk tidak bekerja selama bencana

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan bagi pembaca khususnya mahasiswa/i keperawatan,
hendaknya dapat menguasai Konsep Bencana dan Penanganan atau Tindakan Kritis dalam
Pelayanan Keperawatan CMHN, dengan benar dan tepat sehingga dapat sesuai dengan evaluasi
yang diharapkan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Ana. 2011. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas CMHN. Katalog Dalam Terbitan.
Jakarta: EGC
Anjaswarni, Tri. 2016. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia .
Afnuhazi,Ridhyalla 2014. Komunikasi terapeutik dalam keperawatan jiwa. Gosyen Publishing, Jakarta:
EGC

11

Anda mungkin juga menyukai