Dosen Pembimbing :
Ns. Amelia Susanti, M.Kep, Sp.Kep.J
Disusun Oleh:
Qistina Bazla (1710105024)
Keperawatan VI B
1
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan begitu
banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari begitu banyak nikamat
yang telah di dapatkan dari Allah SWT. Selain itu, saya juga merasa sangat bersyukur
karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik kesehatan maupun pikiran.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula saya dapat menyelesaikan penulisan tugas mata
kuliah CMHN, dengan topik inti Konsep Bencana dan Tindakan Krisis, Saya sampaikan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibuk Ns. Amelia Susanti, M.Kep, Sp.Kep.J.
Selaku dosen pembimbing mata pelajaran CMHN. Serta semua pihak yang turut
membantu proses penyusunan makalah ini.
Saya menyadari makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan kesalahan baik
isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu saya sangan mengharap kritik dan
saran positif untuk perbaikan di kemudian hari. Demikian semoga makalah ini
memberikan manfaat umumnya pada para pembaca dan khususnya bagi saya. Amin.
Penulis
i2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 3
1.3 Tujuan............................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konssep Bencana............................................................................ 4
2.2 Penyebab Terjadinya Bencana.......................................................................... 4
2.3 Proses Terjadinya Bencana............................................................................... 4
2.4 Respon Individu Terhadap Bencana................................................................. 6
2.5 Manajemen Bencana......................................................................................... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................... 10
3.2 Saran................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA
ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
meningkatkan kepedulian terhadap bencana melalui tindak penyelamatan dan pertolongan
bencana. Tindakan tersebut bertujuan untuk memberikan tanggap darurat yang efektif dan
difokuskan pada pertolongan serta bantuan sementara untuk membantu korban segera setelah
bencana terjadi.
Perawat harus memiliki kompetensi untuk bisa beradaptasi dengan situasi bencana. Kompetensi
berarti tindakan nyata pada peran tertentu dan situasi tertentu. Kompetensi dijelaskan juga sebagai
kombinasi dari pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dibutuhkan dalam sebuah pekerjaan
(Daily, Padjen 2010)
Arbon, dkk (2013) menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan yang cukup dan keahlian yang
memadai mengenai manajemen bencana disemua aspek dan fase bencana merupakan hal yang
sangat mempengaruhi kompetensi perawat dalam menghadapi bencana. Sebagai kelompok terbesar
dari tenaga kesehatan, perawat harus mengembangkan kompetensi dalam tanggap darurat
penanggulangan bencana. Bagaimanapun pendidikan tentang bencana sangat dibutuhkan oleh
semua perawat (ICN, 2009).
Selain pengetahuan, keterampilan juga merupakan aset penting dalam manjemen bencana.
Keterampilan dapat diperoleh melalui pengalaman, baik itu pengalaman melalui latihan simulasi
maupun bekerja dalam situasi nyata. Penelitian membuktikan bahwa latihan simulasi dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat mengenai manjemen bencana secara efektif,
dapat dikerjakan dengan mudah dan memiliki efek jangka panjang yang kuat terhadap pengetahuan
dan keterampilan perawat. Kurangnya keyakinan akan keterampilan dan pengetahuan seseorang
telah disebut-sebut sebagai alasan tenaga kesehatan untuk tidak bekerja selama bencana (Hope
dkk, 2010).
Kejadian bencana biasanya diikuti dengan timbulnya korban manusia maupun kerugian harta
benda. Terdapatnya korban manusia akan menyebabkan kerawanan status kesehatan pada
masyarakat yang terkena bencana dan masyarakat yang berada disekitar daerah bencana. Salah
satu kendala yang sering dijumpai dalam upaya penanggulangan bencana adalah kurangnya
sumber daya manusia kesehatan yang dapat difungsikan dalam penanggulangan krisis akibat
bencana. sehingga upaya penanggulangan menjadi terhambat (Depkes, 2006)
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Konsep Bencana ?
2. Penyebab Terjadinya Bencana dan Tindakan Krisis ?
3. Bagaimana Proses Terjadinya Bencana ?
4. Bagaimana Respon Terhadap Bencana ?
5. Bagaimana Manajemen Bencana ?
6. Peran Perawat CMHN
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan, Untuk mendapatkan informasi tentang ilmu
keperawatan khususnya dalam bidang Konsep Bencana dan Tindakan Krisi baik dala, pelayanan di
masyarakat atau komunitas maupun Rumah Sakit.
Tujuan Khusus
a. Memahami pengertian konsep bencana dan tindakan krisis.
b. Memahami penyebab terjadinya bencana.
c. Mengidentifikasi proses terjadinya bencana.
d. Mengidentifikasi respon individu terhadap bencana.
e. Memahami bagaimana melakukan manajemen bencana.
f. Melaksanakan peran perawat CMHN
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
4
pegunungan, daerah jalur gempa, daerah pinggiran sungai, lokasi pemukiman padat, gedung-
gedung tinggi dan lain-lain.
2. Bencana
Tahapan ini meliputi 2 kondisi yaitu prabencana (saat diprediksi akan terjadi bencana
tetapi belum benar-benar terjadi) dan bencana (24 jam pertama setelah terjadinya bencana).
Fase ini adalah tanda-tanda awal terjadinya bencana hingga 24 jam setelah bencana. Untuk itu
yang dilakukan adalah mengingatkan masyarakat (warning, siaga I-III), mobilisai dan evakuasi
jika perlu.
Segera setelah terjaidnya bencana individu atau masyarakat pada area yang terkena akan
mengalami trauma dan berada pada situasi krisis akibat perubahan yang terjadi secara tiba-tiba
dalam kehidupannya. Perunahan ini dapat menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan bagi
individu maupun masyarakat yang terkena. Beberapa kondisi yang biasanya menyertai bencana
antara lain kematian, kerusakan dan kehilangan harta benda, serta perpisahan dengan orang
yang dicintai.
3. Pasca Bencana
Kondisi trauma yang dialami korban bencana menyebabkan kondisi krisis. Krisis adalah
reaksi terhadap kejadian, masalah, atau trauma yang sangat terhadap individual akibat keridak
mampuan untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan yang dialami. Perubahan yang terjadi
secara tiba-tiba akibat sesuatu kejadian sehingga menimbulkan kegoncangan
(ketidakseimbangan emosional).
Tahapan ini meliputi 2 kondisi yaitu prabencana (saat diprediksi akan terjadi bencana
tetapi belum benar-benar terjadi) dan bencana (24 jam pertama setelah terjadinya bencana).
Fase ini adalah tanda-tanda awal terjadinya bencana hingga 24 jam setelah bencana. Untuk itu
yang dilakukan adalah mengingatkan masyarakat (warning, siaga I-III), mobilisai dan evakuasi
jika perlu.
Segera setelah terjaidnya bencana individu atau masyarakat pada area yang terkena akan
mengalami trauma dan berada pada situasi krisis akibat perubahan yang terjadi secara tiba-tiba
dalam kehidupannya. Perunahan ini dapat menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan bagi
individu maupun masyarakat yang terkena. Beberapa kondisi yang biasanya menyertai bencana
antara lain kematian, kerusakan dan kehilangan harta benda, serta perpisahan dengan orang
yang dicintai.
5
2.4 Respon Individu Terhadap Bencana
Dampak psikologis yang dilakukan bencana sangat bervariasi. Faktor keseimbangan yang
mempengaruhi respon individu terhadap krisis adalah persepsi terhadap kejadian, sistim
pendukung yang dimiliki dan mekanisme koping yang digunakan.
Ada tiga tahapan reaksi emosi yang dapat terjadi setelah bencana
1. Reaksi individu segera (24 jam) setelah bencana adalah :
Tegang, cemas, panik
Terpaku, linglung, syok, tidak percaya
Gembira atau eforia, tidak terlalu merasa menderita
Lelah, bingung
Gelisah, menangis, menarik diri
Merasa bersalah
Reaksi ini masih disebut reaksi normal terhadap situasi yang abnormal
2. Minggu pertama sampai ketiga setelah bencana
Ketakutan, waspada, sensitif, mudah marah, kesulitan tidur
Khawatir, sangat sedih
Mengulang-ulang kembali (flashback) kejadian
Bersedih
Reaksi positif yang masih dimiliki: berharap atau berpikir tentang mas depan,
terlibat dalam kegiatan menolong
Menerima bencana sebagai takdir
Pada kondisi ini membutuhkan bantuan psikososial minimal dari tenaga kesehatan
profesional.
3. Lebih dari minggu ketiga setelah bencana
Kelelahan
Merasa panik
Kesedihan terus berlanjut, pesimis, dan berpikir tidak realistis
Tidak beraktivitas, isolasi dan menarik diri
kecemasan
6
2.6 Manajemen Bencana
Sesuai dengan proses terjadinya, terbagi dalam 3 tahapan :
a) Program antisipatif untuk kondisi pra bencana
b) Tindakan segera untuk kondisi pra bencana
c) Pemulihan untuk kondisi pasca bencana
7
luar daerah bencana antara lain berupa : bantuan kesehatan, perbaikan pada komunikasi dan
transportasi, deteksi terhadap penyakit menular dan gangguan mental.
Tindakan yang perlu dilakukan harus sesuai dengan area yang mengalami bencana dan bantuan
yang dibutuhkan :
a. Tingkat I
Bencana pada tingkat ini membutuhkan bantuan emergensi medik, kepolisian, pemadam
kebakaran, SAR dan lokal. Misalnya kebakaran pada satu rumah, tenggelam, kecelakaan lalu
lintas
b. Tingkat II
Pada tingkat ini dibutuhkan bantuan dengan cakupan yang lebih luas ; biasanya melibatkan
tim kesehatan, SAR, kepolisian satu propinsi karena lokasi bencana yang lebih luas. Misalnya
kecelakaan atau bom disuatu gedung atau area khusus.
c. Tingkat III
Pada tingkatan ini penanganan bencana sudah membutuhkan bantuan dari berbagai unsur
dimasyarakat yang melibatkan satu negara, seperti gempa bumi, angin ribut, banjir bandang,
air bah.
Tsunami dan bencana aceh dan nias termasuk pada bencana tingkat III. Saat bencana terjadi
dimasyarakat yang menimbulkan krisis maka keterlibatan tenaga kesehatan sangat diperlukan.
Relawan kesehatan mental dibutuhkan segera setelah terjadi bencana terutama di tempat-tempat
yang bermasalah seperti rumah sakit dan tempat pengungsian. Gunakan metode “jemput bola”
(mendatangi paar korban) dalam memberikan bantuan pada korban.
Jika melakukan penangana pada kondisi tersebut dilakukan di tempat pasien berada; di RS,
puskesmas atau pengungsian, bila menemukan korban-korban dengan kondisi mental yang berat
(gangguan orientasi realita, halusinasi, waham, bicara kacau) segera rujuk ke pelayanan kesehatan
agar memperoleh perawatan atau pengobatan lebih tepat oleh perawat kesehatan jiwa masyarakat,
psikolog dan psikiater. Bentuk tindakan keperawatan lain yang dapat saudara lakukan adalah
melatih para korban untuk melatih rasa berdukanya atau penyuluhan masal tentang manajemen
stress.
8
3. Tindakan pemulihan
Tindakan pada tahap pemulihan (recovery) adalah keterlibatan seluruh pihak untuk bergerak
bersama memperbaiki kondisi ekonomi dan kehidupan masyarakat. Kondisi yang menunjukkan
kondisi perbaikan adalah : adanya penangana masalah-masalah kesehatan oleh Depkes,
pembangunan perumahan dan jalan-jalan oleh Departemen pekerjaan umum dan lembaga terkait,
keamanan oleh tentara atau polisi, air bersih oleh PAM, makanan, minuman, pakaian dll.
Tindakan yang dilakukan oleh fase ini adalah perbaikan, penataan kembali, dan mitigasi.
Tindakan yang termasuk perbaikan meliputi pembangunan kembali sarana fisik yang rusak,
kembali sekolah dan bekerja serta melanjutkan kehidupan sesuai dengan kondisi saat ini.
Pada pelayanan kesehatan preverensi primer ditujukan bagi masyarakat yang tidak terganggu
sedangkan pada masyarakat yang menunjukkan masalah psikososial dan gangguan jiwa
pemulihan dilaksanakan pada prevensi sekunder. Fase penataan kembali dilakukan jika
kehidupan masyarakat sudah lebih normal, penataan dilakukan terhadap infrastruktur yang rusak
dan membangun kembali sistem kehidupan masyarakat.
Pada fase mitigasi saudara dapat merencanakan aktivitas-aktivitas yang berorientasi pada
masa depan untuk mencegah bencana sekunder yang dapat terjadi atau meminimalkan dampak
bencana seperti menyiapkan program-program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan kerja,
melatih tenaga kesehatan untuk meningkatkan kesehatan dan lain-lain.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bencana adalah kejadian yang disebabkan oleh perbuatan manusia ataupun perubahan alam
yang mengakibatkan kerusakan dan kehancuran sehingga perlu bantuan pihak lain untuk
memperbaikinya. Bencana yang terjadi dapat dibagi berdasarkan sifatnya sebagai alamiah maupun
buatan manusia dan mengakibatkan penderitaan dan kesengsaraan sehingga korban membutuhkan
orang lain untuk memenuhi kebutuhannya
Bencana dapat terjadi secara alamiah maupun dibuat oleh manusia. Kejadian alam yang
menyebabkan bencana antara lain gunung meletus, gempa bumi, banjir bandang, angin topan,
tsunami, puting beliung dan wabah. Sedangkan yang dibuat oleh ulah manusia yang menimbulkan
bencana antara lain teror bom, konflik pertikaian yang berkepanjangan.
Penelitian membuktikan bahwa latihan simulasi dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan perawat mengenai manjemen bencana secara efektif, dapat dikerjakan dengan mudah
dan memiliki efek jangka panjang yang kuat terhadap pengetahuan dan keterampilan perawat.
Kurangnya keyakinan akan keterampilan dan pengetahuan seseorang telah disebut-sebut sebagai
alasan tenaga kesehatan untuk tidak bekerja selama bencana
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan bagi pembaca khususnya mahasiswa/i keperawatan,
hendaknya dapat menguasai Konsep Bencana dan Penanganan atau Tindakan Kritis dalam
Pelayanan Keperawatan CMHN, dengan benar dan tepat sehingga dapat sesuai dengan evaluasi
yang diharapkan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Ana. 2011. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas CMHN. Katalog Dalam Terbitan.
Jakarta: EGC
Anjaswarni, Tri. 2016. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia .
Afnuhazi,Ridhyalla 2014. Komunikasi terapeutik dalam keperawatan jiwa. Gosyen Publishing, Jakarta:
EGC
11