Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

TELAAH JURNAL

A. Pembahasan

Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang rawar rumah sakit dengan

staf dan perlengkapan khusus ditunjukan untuk mengelola pasien dengan penyakit,

trauma atau komplikasi yang mengancam jiwa. Peralatan standar di Intensive Care

Unit (ICU) meliputi ventilasi mekanik untuk membantu usaha bernafas melalui

Endotrakeal Tube (ETT) atau trakheostomi. Salah satu indikasi klinik pemasangan

alat ventilasi mekanik adalah gagal nafas (Musliha,2010)

Gagal nafas terjadi bila mana pertukaran oksigen terhadap karbon

dioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen (O2) dan

pembentukan karbon dioksida (CO2) dalam sel-sel tubuh. Hal ini mengakibatkan

tekanan oksigen arteri kurang dari 50 mmHg (hipoksemia) dan peningkatan

tekanan karbon dioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). Walaupun

kemajuan teknik diagnosis dan terapi intervensi telah berkembang dengan pesat,

namun gagal nafas masih menjadi penyebab angka kesakitan dan kematian yang

tinggi di ruang perawat intisif (Brunner& Suddarth,2002).

Gagal nafas adalah ketidak mampuan sistem pernafasan untuk

mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida


(PaCo2) dan PH yang adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau

perfusi (Susan Martin T, 2005)

Keberhasilan pengobatan pada penderita dengan gagal nafs tidak hanya

tergantung pada deteksi keadaan ini sejak dini, tetapi juga dari pemahaman akan

mekanisme penyebabnya. Langkah pertama yang penting untuk mengenali bakal

terjadinya gagal nafas adalah kewaspadaan terhadap keadaan dan situasi yang

dapat menimbulkan gagal nafas (Price& Wilson,2005).

Penangganan untuk obstruksi jalan nafas akibat akumulasi sekresi pada

Endotrakeal Tube adalah dengan melakukan tindakan suction dengan memasukan

selang kateter suction melalui hidung/ mulut/ Endotrakeal Tube (ETT) yang

bertujuan untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi retraksi sputum dan

mencegah infeksi paru. Secara umum pasien yang terpasang ETT memiliki respon

tubuh yang kurang baik untuk mengeluarkan benda asing, sehingga sangat

diperlukan tindakan penghisapan lendir (suction) (Nurachmah& Sudarsono,2000).

B. Hasil

Berdasarkan hasil penelitian ini responden terbanyak dalam penelitian

adalah laki-laki yaitu sebanyak 12 orang (75%) dan perempuan 4 oramg (25%).

Menurut Kozier dan Erb tahun 2009, nilai saturasi oksigen yang normal untuk

orang dewasa baik laki-laki maupun perempuan adalah 95-100%.


Berdasarkan hasil penelitian ini didapati bahwa kadar saturasi oksigen

setelah dilakukan tindakan suction mengalami penurunan kadar oksigen. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan ileh Maggiore,et all (2013) dimana 46,8%

responden yang ditelitinya mengalami penurunan saturasi oksigen. Maggiore juga

menyatakan bahwa tibdakan suction dapat memberikan efek samping antara lain

terjadi penurunan kadar saturasi oksigen >5%.

Sebagian besar responden yang mengalami penurunan kadar saturasi

oksigen secara signifikan pada saat dilakukan suction yaitu terdiagnosis dengan

penyakit pada sistem pernapasan, terlebih pada responden yang mengalami

penurunan sebesar 7% nilai kadar saturasi oksigen terdiagnosis secara medis

dengan “gagal nafas”.

Price & Wilson(2005) mengatakan bahwa gagal nafas merupakan tahap

akhir dari penyakit kronik pada sistem pernapasan. Pasien yang mengalami

masalah pada sistem pernapasan terutama iritasi kronis pada saluran pernapasan

dapat menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah sel-sel globet penghasil mucus/

lendir sehingga dapat meningkatkan jumlah mucus pada pasien yang mengalami

masalah sistem pernapasan oleh karena itu sangat diperlukan tindakan suction.

Dalam Saskatoon Health Regional Authority (2010) mengatakan bahwa

komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan suction salah satunya adalah

hipoksemia/hipoksia. Serta diperkuat oleh Maggiore et all (2013) Tetang efek

samping penghisapan lendir ETT salah satunya adalah dapat terjadi penurunan

kadar saturasi oksigen lebih 5%. Sehingga pasien yang menderita penyakit pada
sistem pernapasan akan sangat rentan mengalami penurunan nilai kadar sturasi

oksigen yang signifikan pada saat dilakukan tindakan suction.

Suction adalah suatu tindakan untuk membersihkan jalan nafas dengan

memakai kateter penghisap melalui nasotrakeal tube (NTT), orotraceal tube

(OTT), traceostomy tube (TT) pada saluran pernafasa bagian atas. Bertujuan untuk

membebaskan jalan nafas, mengurangi retensi sputum, merangsang batuk,

mencegah terjadinya infeksi paru. Prosedur ini dikontraindikasikan pada klien

yang mengalami kelainan yang dapat menimbulkan spasme laring terutama

sebagai akibat penghisapan melalui trakea gangguan perdarahan, edema laring,

varises esophagus, perdarahan gaster, infark miokard (Elly, 2000).

Menurut analisa penulis closed suction dapat menurunkan saturasi oksigen

karena bertujuan untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi retensi sputum,

merangsang batuk, mencegah terjadinya infeksi paru.

C. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa closed suction

berpengaruh dalam menurunkan saturasi oksigen pada pasiengagal nafas.

Pretest dilakukan sebelum responden diberikanclosed suction. Selanjutnya

postest dilakukan setelah pemberian tindakan closed suction.

Pada pengujian statistik dengan menggunakan uji t-test diperoleh nilai α=

0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p<0,05 yang berarti ada penurunan

saturasi oksigen setelah dilakukan tindakan closed suction. Pada pengujian


statistik t-test diperoleh nilai saturasi oksigen sebesar p= 0,000 (p<0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa nilai p<0,05 yang berarti ada penurunan saturasi oksigen

setelah dilakukan tindakan closed suction.

Berdasarkan analisa peneliti, saturasi oksigen yang dilihat setelah

pemberian tindakan closed suction mengalami penurunan saturasi oksigen

bertujuan untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi retensi sputum,

merangsang batuk, mencegah terjadinya infeksi paru.


BAB V

PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan melalui proses keperawatan

yang meliputi pengkajian, pengumpulan data, penegakkan diagnosa keperawatan,

perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai “Asuhan keperawatan pada Ny.K

dengan gangguan sistem pernapasan: Gagal Nafas” Ny.K dibina oleh penulis dari

tanggal 4 Maret – 9 Maret 2019 di RSUP DR.M Djamil Padang melalui pendekatan

studi kasus ini akan dibahas kesenjangan yang ditemukan antara teori dengan

kenyataan dilapangan, pembahasan ini akan dibahas melalui langkah-langkah

keperawatan sebagai berikut:

A. Tahap Pengkajian

Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang

bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada saat

ini dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respons klien saat ini

dan waktu sebelumnya (Potter dan Perry, 2009). Gagal nafas adalah kegagalan

sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan

karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsi

oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga

menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan


peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (Hiperkapnia)

(Brunner& Suddarth,2001).

Gejala yang sering muncul adalah hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran

(PCO2) dan hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis

(PO menurun). Namun, gejala tersebut tidak bisa dijadikan patokan adanya

gagal nafas pada seseorang.

Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan

jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang

adekuat dengan cara mengeluarkan secret pada klien yang tidak mampu

mengeluarkannya sendiri.  ( Ignativicius, 1999 ).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh mulyadi bahwa adanya

Pengaruh Pemberian tindakan closed suction terhadap saturasi oksigen pada

penderita gagal nafas di RSUP DR.M Djamil Padang.

Penyebab hipertensi dibagi 5 yaitu: pertama depresi Sistem saraf pusat,

mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat.Pusat yang

menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla)

sehingga pernafasan lambat dan dangkal. Kedua kelainan neurologis primer,

akan memperngaruhi fungsi pernapasan, impuls yang timbul dalam pusat

pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke

saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti

gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan


neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan sangat mempengaruhi

ventilasi. Ketiga efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks, merupakan

kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru,

kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit

pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas. Keempat

trauma disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal

nafas.Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan

perdarahan dari hidung dan mulut dapat mnegarah pada obstruksi jalan nafas

atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks  dan fraktur tulang

iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat

terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk

memperbaiki patologi yang mendasar. Kelima penyakit akut paru yaitu

pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus.Pnemonia kimiawi atau

pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi

lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan

edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal nafas.

Berdasarkan analisa peneliti bahwa gagal nafas merupakan kegagalan

sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan

karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsi

oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh, ini sama

dengan gagal nafas yang ditemukan pada Ny.K.


B. Diagnosa Keperawatan

1. Pada kasus kelolaan penulis, berdasarkan hasil pengkajian penulis

menemukan tiga masalah keperawatan pada Ny.K yaitu bersihan jalan nafas

tidakefektif, pola nafas tidakefektif, gangguan ventilasi mekanik b.d gagal

nafas. Masalah tersebut berdasarkan pada data langsung dari klien dan data

observasi perawat.

Diagnosa pertama yaitu bersihan jalan nafas tidakefektif dimana

menurut Nanda, batasan karakteristik untuk menegakkan bersihan jalan nafas

tidakefektif yaitu suara nafas tambahan, perubahan frekuensi nafas, perubahan

irama nafas, sianosis, kesulitan berbicara atau menegluarkan suara, penurunan

bunyi nafas, sputum dalam jumlah berlebihan, batuk tidak efektif, dan gelisah.

Pada Ny.K ditemukan beberapa batasan karakteristik tersebut yaitu berupa

mengeluhkan adanya suara nafas tambahan, kesulitan berbicara, adanya

sputum, dan batuk tidak efektif sehingga dapat diangkat diagnosa bersihan

jalan nafas tidakefektif.

Diagnosa kedua yaitu Pola nafas tidakefektif yang mana batasan

karakteristiknya yaitu perubahan kedalamamn pernapasan, penurunan

ventilasi semenit, pernafasan cuping hidung, ortopneu, fase ekspirasi

memanjang, pernapasan bibir, takipneu, penggunaan otot aksesorius untuk

pernapasan. Hal ini sesuai dengan data didapatkan pada Ny.K yaitu

pernafasan cuping hidung, ortopneu, pernapasan bibir, menggunakan otot

bantu pernapasan.
Diagnosa ketiga yaitu Gangguan ventilasi mekanik b.d gagal nafas

yang mana batasan karakteristiknya yaitu penurunan kerja sama, penurunan

PO2, penurunan SaO2, penurunan volume tidal, dispnea, peningkatan

frekuensi jantung, peningkatan PCO2, peningkatan gelisah, peningkatan

gangguan otot aksesoris, dan juga kekuatan. Data yang didapatkan dari Ny.J

yaitu penurunan PO2, penurunan SaO2, peningkatan PCO2, peningkatan

gelisah, peningkatan gangguan otot aksesoris, dan juga kekuatan.

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi merupakan suatu strategi untuk mengatasi masalah klien

yang perlu ditegakan diagnosa dengan tujuan yang akan dicapai serta kriteria

hasil. Umumnya perencanaan yang ada pada tinjauan teoritis dapat

diaplikasikan dan diterapkan dalam tindakan keperawatan sesuai dengan

masalah yang ada atau sesuai dengan prioritas masalah.

Intervensi yang dilakukan pada diagnosa pertama yaitu melakukan

pengkajian suara nafas klien, sputum, batuk dan melakukan pemberian

tindakan suction untuk menurunkan saturasi.

Intervensi yang dilakukan pada diagnosa kedua yaitu mengkaji adanya

pernapasan cuping hidung, serta adanya penggunaan otot bantu dan perubahan

pernapasan dan melakukan pemberian ventilator .

Intervensi yang dilakukan pada diagnosa ketiga yaitu Gangguan

ventilasi mekanik b.d gagal nafas mengkaji adanya penurunan PO2,


penurunan SaO2 dan peningkatan PCO2 melakukan suction, dan

membersihkan mulut.

D. Implementasi Keperawatan

Berdasarkan dari perencanaan keperawatan pada Ny.K penulis

melakukan beberapa aktivitas pada masing-masing diagnosa, tindakan yang

dilakukan terhadap klien sesuai dengan intervensi yang sudah dirancang

sebelumnya dan disesuaikan dengan kondisi serta kebutuhan klien.

Asuhan keperawatan berupa tindakan telah dilakukan kepada klien

dengan diagnosa sebagai berikut :

1. Bersihan jalan nafas tidakefektif

Impalementasi yang dilakukan yaitu Melakukan suction secara

berkala,Mencatat adanya sura tambahan, Memberikan terapi intalasi

combiven,Memposisikan klien semi fowler.

2. Pola nafas tidakefektif

Implementasi dari diagnosa kedua yaitu Memposisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi yaitu semi fowler, melakukan suction berkala,

mengauskultasi suara nafas, setelah melakukan suction, memberikan

terapi intalasi combiven 6x.

3. Gangguan ventilasi mekanik b,d gagal nafas


Implementasi dari diagnosa ketiga yaitu Memonitor adanya suara

tambahan, Melakukan oral higien, Suction jalan nafas, Memonitor intake

cairan .

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana

tindakan, dan pelaksanaan yang sudah berhasil di capai.

Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauh mana tujuan

tersebut tercapai. Bila ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian

ulang, kemudian disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam

implementasi keperawatan lalu dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi

maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai.

Evaluasi yang diperoleh dari Ny.K yaitu Ny.K bersihan jalan nafs

tidak efektif yang skret sudah berkurang.warna secret kuning, untuk diagnosa

kedua Ny.K pola nafas tidakefektif pernafasan cuping hidung ada, masih

menggunakan ventilator, sedangkan diagnosa ke tiga Ny.K saturasi oksigen

masih naik turun,masih menggunakan otot bantu pernapasan.


BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Gagal Napas masih merupakan penyebab angka kematian dan kesakitan

paling tinggi di intalasi perawatan intensife. Gagal nafas adalah pertukaran

oksigen terhadap karbon dioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara

laju konsumsi oksigen(O2) dan pertukaran karbondioksida (CO2)dalam sel-sel

tubuh. Hal ini dapat mengakibatkan tekanan oksigen arteri kurang dari 50

mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar

dari 45 mmHg (Hiperkapnia).

Etiologi gagal nafas dibagi menjadi 5 yaitu: pertama depresi Sistem saraf

pusat mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat.Pusat yang

menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla)

sehingga pernafasan lambat dan dangkal. Kedua kelainan neurologis primer,

akan mempengaruhi fungsi pernapasan.

Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang

membentang dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot
pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot

pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan

sangatmempengaruhiventilasi.

Ketiga Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks, merupakan kondisi

yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru.Kondisi ini

biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau

trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas. Keempat trauma

disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal

nafas.Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan

perdarahan dari hidung dan mulut dapat mnegarah pada obstruksi jalan nafas

atas dan depresi pernapasan.

Hemothoraks, pnemothoraks  dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan

mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat

mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki

patologi yang mendasar. Kelima penyakit akut paru, pnemonia disebabkan

oleh bakteri dan virus.Pnemonia kimiawi atau pnemonia diakibatkan oleh

mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang bersifat asam.

Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa

kondisi lain yang menyababkan gagal nafas.

Gejala paling umum adalah hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran

(PCO2), hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO

menurun).
B. Saran

Apabila terdapat gejala-gejala klinis pada klien seperti penurunan

ksadaran, susah bernafas, gelisah, berkeringat dingin, segera diperiksakan ke

petugas-petugas kesehatan terdekat untuk mengetahui apakah klien menderita

gagal nafas.

Anda mungkin juga menyukai