Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
HIV/AIDS
(Asuhan Keperawatan Pada Ibu dan Anak dengan HIV/AIDS)
Oleh:
KELOMPOK: VI
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Idayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keperawatan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. kami sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami
meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan
datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat :
BAB II
KONSEP DASAR
2.1 Defenisi
Penderita HIV positif adalah seseorang yang tertular virus HIV,nampak sehat tanpa
gejala penyakit apapun,tetapi dapat menularkan virus AIDS kepada orang lain. Penderita
AIDS adalah seseorang yang menunjukkan gejala dari sekumpulan penyakit,setelah sekian
waktu terinfeksi HIV .Biasanya timbul antara5-10 tahun setelah tertular HIV.
2.3 Epidemiologi
HIV adalah jenis virus yang rapuh. Tidak bisa bertahan lama di luar tubuh manusia.
HIV bisa ditemukan di dalam cairan tubuh dari orang yang terinfeksi. Cairan yang dimaksud
adalah cairan sperma, cairan vagina, cairan anus, darah, dan ASI. HIV tidak bisa menyebar
melalui keringat atau urine.
Di Indonesia faktor penyebab dan penyebaran virus HIV/AIDS terbagi menjadi dua
kelompok utama, yaitu melalui hubungan seks yang tidak aman dan bergantian jarum suntik
saat menggunakan narkotika.
Epidemiologi Penularan HIV secara umum
Kasus AIDS pertama kali dilaporkan pada tahun 1981 di Amerika Serikat.Pada tahun
1983 berhasil diisolasi HIV,yang kemudian diketahui sebagai penyebab AIDS sampai akhir
tahun 2004.menurut perkiraan UNAAIDS ,terdapat secara komulatif terdapat 39,4 juta orang
dengan HIV/AIDS diseluruh dunia (Dep Kes,2005).Meskipun kasus AIDS pertama kali
dilaporkan di Amerika Serikat,dewasa kasus terbanyak di jumpai di Afrika.Dia Asia jumlah
kasus infeksi HIV terus bertambah dan diperkirakan dimasa depan,jumlah HIV terbanyak
akan terdapat di Asia.Sampai akhir tahun 2005,28 juta orang meninggal karena AIDS angka
harapan hidup didaerah yang sangat terkena HIV adalah 49 (pedomanWHO).
Epidemiologi Penularan HIV Dari Ibu Ke Bayi Atau Anak
Pada akhir tahun 2001, menurut perkiraan UNAIDS/WHO, di seluruh dunia terdapat
2,7 juta anak umur kurang dari 5 tahun hidup, 800.000 diantaranya merupakan infeksi baru,
sedangkan kematian pada tahun 2001 mencapai 540.000.
Pada akhir tahun 2002, diperkirakan 3,2 juta anak dibawah umur 15 tahun terinfeksi
HIV/AIDS dan 800.000 anak terinfeksi HIV baru dalam tahun 2002. Kebanyakan dari anak-
anak ini meninggal sebelum mencapai umur remaja.
Pada akhir 2004, perkiraan global HIV/AIDS pada anak dibawah umur 15 tahun
adalah 2,6 juta. Sedangkan anak dengan infeksi baru HIV 750.000 dan kematian anak
disebabkan HIV/AIDS 600.000 pada tahun 2004.
India 500.000
China 70.000
Myanmar 23.000
Thailand 18.000
Kamboja 9.000
Malaysia 1.700
Laos 800
Vietnam 600
Tanpa intervensi, maka besaran penularan HIV dari ibu ke bayi berkisar antara :
Bagi HIV positif yang dilahirkan di RSCM jumlahnya semakin meningkat. Antara tahun
1996 dan 2002 masing-masing terdapat 1 kasus.
Agak sulit untuk diagnosis infeksi HIV pada bayi yang dilahirkan oleh ibu HIV
positif, karena antibodi ibu dapat dideteksi pada bayi berusia 18 bulan. Maka, apabila
dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan pemeriksaan dengan menggunakan
pemeriksaan ELISA dan Western Blot hasilnya juga akan positif pada bayi.
Untuk itu, CDC merekomendasikan pemeriksaan PCR untuk diagnosis HIV pada
bayi karena tes ini paling spesifik untuk mengidentifikasi HIV dengan mendeteksi DNA
HIV. Caranya sampel darah bayi diambil untuk tes DNA PCR pada saat 2 yang berbeda :
Pada dasarnya, pemeriksaan laboratorium yang dapat dipakai untuk membantu penegakan
diagnosis adalah yang dapat menemukan virus atau partikelnya dalam tubuh seorang
bayi, meskipun beberapa tes dapat mendeteksi HIV ditubuh bayi pada usia dini, tes
tersebut (seperti tes PCR) belum secara luas tersedia di Indonesia. Tetapi biasanya
tersedia di rumah sakit-rumah sakit rujukan HIV AIDS.
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang biasa dipakai untuk diagnosis HIV adalah:
Pada tahun 2000 terjadi peningkatan penyebaran epidemi HIV secara nyata melalui
Pekerja Seks Komersial (PSK). Data tahun 2000 dari Tanjung Balai, Riau ditemukan
8,38% pekerja seks yang HIV positif; di Merauke, Irian Jaya 26,5%; Jawa Barat 5,5%
dan DKI Jakarta 3,36%.
Pada tahun 2000, urutan jumlah kasus terbanyak sebagai berikut : Jakarta (362),
Irian Jaya (312), Riau (115), dan Jawa Timur (103). Namun, urutan angka prevalensi
HIV/AIDS tertinggi secara berturut-turut adalah : Irian Jaya (4,85), Jakarta (1,33), Bali
(0,76), Riau (0,32), per 100.000 penduduk.
3. Penatalaksanaan
Pengalaman program yang signifikan dan bukti riset tentang HIV dan pemberian
makanan untuk bayi telah dikumpulkan sejak rekomendasi WHO untuk
pemberian makanan bayi dalam konteks HIV terakhir kali direvisi pada tahun 2006. Secara
khusus, telah dilaporkan bahwaantiretroviral (ARV) intervensi baik ibu yang terinfeksi HIV
atau janin yang terpapar HIVsecara signifikan dapat mengurangi risiko penularan HIV
pasca kelahiran melalui menyusui. Bukti ini memiliki implikasi besar untuk bagaimana
perempuan yang hidup dengan HIV mungkin dapat memberi makan bayi mereka, dan
bagaimana para pekerja kesehatan harus nasihati ibu-ibu ini. Bersama-sama, intervensi ASI
dan ARV memiliki potensi secara signifikan untuk meningkatkan peluang bayi bertahan
hidup sambil tetap tidak terinfeksi HIV.
Meskipun rekomendasi 2010 umumnya konsisten dengan panduan sebelumnya,
mereka mengakui dampak penting dariARV selama masa menyusui, dan merekomendasikan
bahwa otoritas nasional di setiap negarauntuk memutuskan praktik pemberian makan bayi,
seperti menyusui yaitu dengan intervensi ARVuntuk mengurangi transmisi
atau menghindari menyusui, harus dipromosikan dan didukung oleh layanan Kesehatan Ibu
dan Anak mereka. Hal ini berbeda dengan rekomendasi sebelumnya di mana petugas
kesehatan diharapkan untuk memberikan nasihat secara individual kepada semua ibu yang
terinfeksi HIV tentang berbagai macam pilihan pemberian makanan bayi, dan kemudian
ibu-ibu dapat memilih cara untuk pemberian makanan bayinya.
Dimana otoritas nasional mempromosikan pemberian ASI dan ARV, ibu yang
diketahui terinfeksi HIV sekarang direkomendasikan untuk menyusui bayi mereka
setidaknya sampai usia 12 bulan. Rekomendasi bahwa makanan pengganti tidak boleh
digunakan kecuali jikadapat diterima, layak, terjangkau, berkelanjutan dan aman (AFASS).
Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load rendah sehingga jumlah virus yang
ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV. Obat yang bisa
dipilih untuk negara berkembang adalah Nevirapine, pada saat ibu saat persalinan diberikan
200mg dosis tunggal, sedangka bayi bisa diberikan 2mg/kgBB/72 jam pertama setelah lahir
dosis tunggal. Obat lain yang bisa dipilih adalah AZT yang diberikan mulai kehamilan 36
minggu 2x300mg/hari dan 300mg setiap jam selama persalinan berlangsung.
4. Pencegahan
Penularan HIV dari ibu ke bayi bisa dicegah melalui empat cara, mulai saat hamil, saat
melahirkan, dan setelah lahir yaitu:
Penggunaan antiretroviral selama kehamilan
Penggunaan antiretroviral saat perasalinan dan bayi bayi yang baru dilahirkan
Penatalaksanan selama menyusui
Bayi dari ibu yang terinfeksi HIV memperlihatkan antibody terhadap virus tersebut
hingga 10 sampai 18 bulan setelah lahir karena penyaluran IgG anti-HIV ibu menembus
plasenta. Karena itu, uji terhadap serum bayi untuk mencari ada tidaknya antibodi IgG
,erupakan hal yang sia-sia, karena uji ini tidak dapat membedakan antibody bayi dari
antibody ibu. Sebagian besar dari bayi ini, seiring dengan waktu, akan berhenti
memperlihatkan antibody ibu dan juga tidak membentuk sendiri antibody terhadap virus,
yang menunjukkan status seronegatif. Pada bayi, infeksi HIV sejati dapat diketahui melalui
pemeriksaan-pemeriksaan seperti biakan virus, antigen p24, atau analisis PCR untuk RNA
atau DNA virus. PCR DNA HIV adalah uji virologik yang dianjurkan karena sensitive untuk
mendiagnosis infeksi HIV selama masa neonatus.
Selama ini, mekanisme penularan HIV dari ibu kepada janinnya masih belum
diketahui pasti. Angka penularan bervariasi dari sekitar 25% pada populasi yang tidak
menyusui dan tidak diobati di negara-negara industri sampai sekitar 40% pada populasi
serupa di negara-negara yang sedang berkembang. Tanpa menyusui, sekitar 20% dari infeksi
HIV pada bayi terjadi in utero dan 80% terjadi selama persalinan dan pelahiran. Penularan
pascapartus dapat terjadi melalui kolostrum dan ASI dan diperkirakan menimbulkan
tambahan risiko 15% penularan perinatal[20]
Factor ibu yang berkaitan dengan peningkatan risiko penularan mencakup penyakit ibu
yang lanjut, kadar virus dalam serum yang tinggi, dan hitung sel T CD4+ yang rendah. Pada
tahun 1994, studi 076 dari the Pediatric AIDS Clinical Trials Group (PACTG) membuktikan
bahwa pemberian zidovudin kepada perempuan hamil yang terinfeksi HIV mengurangi
penularan ibu ke bayi sebesar dua pertiga dari 25% menjadi 8%. Di Amerika Serikat, insiden
AIDS yang ditularkan pada masa perinatal turun 67% dari tahun 1992 sampai 1997 akibat
uji HIV ibu prenatal dan profilaksis prenatal dengan terapi zidovudin. Perempuan
merupakan sekitar 20% dari kasus HIV-AIDS di Amerika Serikat. Perempuan dari kaum
minoritas (Amerika Afrika dan keturunan Spanyol) lebih banyak terkena, merupakan 85%
dari seluruh kasus AIDS. Selain pemberian zidovudin oral kepada ibu positif HIV sela
hamil, tindakan-tindakan lain yang dianjurkan untuk mengurangi risiko penularan HIV
ibu kepada anak antaea lain:
1. seksio sesaria sebelum tanda-tanda partus dan pecahnya ketuban (mengurangi angka
penularan sebesar 50%);
2. pemberian zidovudin intravena selama persalinan dan pelahiran;
3. pemberian sirup zidovudin kepada bayi setelah lahir;
4. tidak memberi ASI
Data menunjukkan bahwa perkembangan penyakit mengalami percapatan pada anak.
Fase asimptomatik lebih singkat pada anak yang terjangkit virus melalui penularan vertical.
Waktu median sampai awitan gejala lebih kecil pada anak, dan setelah gejala muncul,
progresivitas penyakit menuju kematian dipercepat. Pada tahun 1994, CDC merevisi sistem
klasfikasi untuk infeksi HIV pada anak berusia kurang dari 13 tahun. Pada sistem ini, anak
yang terinfeksi diklasifikasikan menjadi kategori-kategori berdasarkan tiga parameter: status
infeksi, status klinis, dan status imunologik.
Perjalanan infeksi HIV pada anak dan dewasa memiliki kemiripan dan perbedaan.
Pada anak sering terjadi disfungsi sel B sebelum terjadi perubahan dalam jumlah limfosit
CD4+. Akibat disfungsi sistem imun ini, anak rentan mengalami infeksi bakteri rekuren.
Invasi oleh pathogen-patogen bakteri ini menyebabkan berbagai sindrom klinis pada anak
seperti otitis media, sinusitis, infeksi saluran kemih, meningitis infeksi pernapasan, penyakit
GI, dan penyakit lain.
Seluruh dunia, pada 2008,diperkirakan 430.000[240.000-610.000] infeksibaru
karenahuman immunodeficiency virus(HIV) terjadi pada anak-anak, yang 90%
diperolehmelaluimotherto-child transmission (MTCT) HIV. Dari 430.000 infeksi baru,
antara280dan 360.000.000 diperolehselama persalinan danpada periodepra-melahirkan.
Dari infeksi baruyang tersisa,sebagian besardiperolehselama menyusui.Padabayi
yangterjangkit HIVselama waktu persalinan, perkembangan penyakitterjadi sangat
cepatdalam beberapa bulanpertama kehidupan, sering menyebabkan kematian. Untuk
mengaktifkanantiretroviral(ARV) profilaksisharus diberikan kepada bayi sesegera mungkin
setelah lahir, semua bayi yang memiliki status pajanan HIV harus diketahui sejak lahir[24].
Data terbaru yang diterbitkan mengkonfirmasi manfaat kelangsungan hidup
dramatis bagi bayi yang mulai diberikan ART sedini mungkin setelah diagnosis HIV,
diperoleh dari review Organisasi Kesehatan Dunia(WHO) pedoman pengobatan pediatrik.
PadaJuni 2008, pedoman baru dikeluarkan, yang merekomendasikan inisiasi ART segera
pada bayi didiagnosis dengan infeksi HIV. Dalam rangka untuk mengidentifisikan bayi yang
akan membutuhkan ART segera, konfirmasi awal dari infeksi HIV diperlukan. Pada
November 2008, pertemuandiadakan untukmeninjaurekomendasioleh WHOuntuk
pengujiandiagnostikinfeksi HIVpada bayidan anak-anak.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
AIDS adalah suatu penyakit retrovirus epidemik menular, yang disebabkan oleh
infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler,
dan mengenai kelompok risiko tertentu, termasuk pria homoseksual atau biseksual,
penyalahgunaan obat intravena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah
lainnya, hubungan seksual dari individu yang terinfeksi virus tersebut.
Penularan HIV ke ibu bisa akibat hubungan seksual yang tidak aman (biseksual
atau hommoseksual), pemakaian narkoba injeksi dengan jarum bergantian
bersama penggidap HIV, tertular melalui darah dan produk darah, penggunaan alat
kesehatan yang tidak steril, serta alat untuk menorah kulit.
Penularan secara vertikal dapat terjadi setiap waktu selama kehamilan atau pada
periode intrapartum atau postpartum. HIV ditemukan pada jaringan fetal yang berusia 12
dan 24 minggu dan terinfeksi intrauterin sejumlah 30-50% yang penularan secara vertikal
terjadi sebelum persalinan, serta 65% penularan terjadi saat intrapartum. Pembukaan
serviks, vagina, sekresi serviks dan darah ibu meningkatkan risiko penularan selama
persalinan. Lingkungan biologis, dan adanya riwayat ulkus genitalis, herpes simpleks,
dan SST (Serum Test for Syphilis) yang positif meningkatkan prevalensi infeksi HIV
karena adanya luka-luka merupakan tempat masuknya HIV.
4.2 Saran
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran
sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik