Oleh Kelompok 3 A
2018 2
Anggota Kelompok
1. Definisi pemerkosaan
2. Klasifikasi pemerkosaan
3. Etiologi 2
4. Prevalensi kasus korban pemerkosaan
5. Dampak korban kasus pemerkosaan
6. Psikopatologi
7. Rehabilitasi 3
8. Rentang respon
9. Asuhan keperawatan korban kasus pemerkosaan
4
Definisi Pemerkosaan 1
Kata pemerkosaan berasal dari bahasa latin yaitu rapere yang berarti mencuri,
memaksa, merampas atau membawa pergi. 2
Pemerkosaan
merupakan suatu tindakan kriminal berwatak seksual yang terjadi
ketika seorang manusia (atau lebih) memaksa manusia lain untuk melakukan 3
hubungan seksual dalam bentuk penetrasi vagina atau anus dengan penis,
anggota tubuh lainnya seperti tangan, atau dengan benda-benda tertentu secara
paksa baik dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.
4
M
Klasifikasi pemerkosaan
T
1 Korban murni
• Korban perkosaan yang belum pernah berhubungan dengan pelaku sebelum
perkosaan.
X
• Korban perkosaan yang pernah berhubungan dengan pihak pelaku sebelum
perkosaan.
2 Korban ganda
T
Korban perkosaan selain mengalami penderitaan selama diperkosa, juga
mengalami berbagai penderitaan mental, fisik, dan sosial, misalnya: mengalami
ancaman-ancaman yang mengganggu jiwanya, mendapat pelayanan yang tidak
baik selama pemeriksaaan pengadilan, tidak mendapat ganti kerugian, F
mengeluarkan uang pengobatan, dan lain-lain.
M
Klasifikasi pemerkosaan
T
3 Korban Semu
F
M
Klasifikasi pemerkosaan
Macam-macam perkosaan :
T
1. Sadistic Rape
Pada tipe ini seksualitas dan agresif berpadu dalam bentuk yang merusak. Pelaku
perkosaan telah nampak menikmati kesenangan erotik bukan melalui hubungan seksnya, X
tetapi melalui serangan yang mengerikan atas alat kelamin dan tubuh korban.
2. Angea Rape
Penganiayaan seksual yang bercirikan seksualitas menjadi sarana untuk menyatakan T
dan melampiaskan perasaan geram dan marah yang tertahan. Disini tubuh korban seakan-
akan merupakan objek terhadap siapa pelaku yang memproyeksikan pemecahan atas
prustasi-prustasi, kelemahan, kesulitan, dan kekecewaan hidupnya. F
M
Klasifikasi pemerkosaan
Macam-macam perkosaan :
T
3. Dononation Rape
Yakni suatu perkosaan yang terjadi ketika pelaku mencoba untuk gigih atas
X
kekuasaan dan superioritas terhadap korban. Tujuannya adalah penaklukan seksual,
pelaku menyakiti korban, namun tetap memiliki keinginan berhubungan seksual.
4. Seductive Rape
Suatu perkosaan yang terjadi pada situasi-situasi yang merangsang, yang tercipta oleh T
kedua belah pihak. Pada mulanya korban memutuskan bahwa keintiman personal harus
dibatasi tidak sampai sejauh kesenggamaan. Pelaku pada umumnya mempunyai rasa
bersalah yang menyangkut seks. F
M
Klasifikasi pemerkosaan
Macam-macam perkosaan :
T
wanita yang bergantung padanya secara ekonomis dan sosial. Misalnya, istri yang diperkosa
oleh suaminya atau pembantu rumah tangga yang diperkosa majikannya, sedangkan
pembantunya tidak mempersoalkan (mengadukan) kasusnya ini kepada pihak yang berwajib. F
M
Etiologi
1 2 T
3 4 T
5 T
Exploitation Rape
X
t 3
ka
n in g
Me
2013 4
172 korban 4 meninggal
Prevalensi Kasus Korban Pemerkosaan 1
4
M
Dampak Korban Kasus Pemerkosaan
F
Dampak Korban Kasus Pemerkosaan 1
Perkosaan sebagai salah satu bentuk kekerasan jelas dilakukan dengan adanya
paksaan baik secara halus maupun kasar. Hal ini akan menimbulkan dampak
sosial bagi perempuan yang menjadi korban perkosaan tersebut.
2
Hubungan
Hubungan seksual
seksual seharusnya
seharusnya dilakukan
dilakukan dengan
dengan adanya
adanya berbagai
berbagai persiapan
persiapan baik
baik fisik
fisik
maupun
maupun psikis
psikis dari
dari pasangan
pasangan yang
yang akan
akan melakukannya.
melakukannya. Hubungan
Hubungan yang
yang dilakukan
dilakukan
dengan 3
dengan cara
cara tidak
tidak wajar,
wajar, apalagi
apalagi dengan
dengan cara
cara paksaan
paksaan akan
akan menyebabkan
menyebabkan gangguan
gangguan
pada perilaku seksual.
pada perilaku seksual.
4
M
Dampak Korban Kasus Pemerkosaan
F
M
Dampak Korban Kasus Pemerkosaan
X
Bagi korban perkosaan yang mengalami
trauma psikologis yang sangat hebat, ada
kemungkinan akan merasakan dorongan
yang kuat untuk bunuh diri
T
F
M
Dampak Korban Kasus Pemerkosaan
Korban perkosaan memiliki kemungkinan mengalami stres paska perkosaan yang dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu stres yang langsung terjadi dan stres jangka panjang. T
Trauma
Trauma muncul ketika seseorang tidak dapat mengatasi peristiwa yang terjadi.
F
M
Psikopatologi
Dinamika Psikologis
T
Segala dampak psikologis maupun fisik selalu diawali oleh system kerja
kognisi. Dari kognisi akan berpengaruh pada perasaan dan tindakan,
perasaan dan tindakan akan mempengaruhi kondisi fisik seseorang. Sistem X
kognisi yang negatif akan membuat individu memiliki pola piker negatif
yang diulang-ulang. Pengulangan pola pikir negatif inilah yang kemudian
akan membuat individu memiliki negative belief. Adanya negative belief
ini kemudian dikunci dan dibekukan ke dalam sistem kognisinya yang
T
kemudian berpengaruh pada kondisi fisik individu dan memunculkan
banyak penyakit.
F
Rehabilitasi 1
4
Rehabilitasi 1
Jenis-jenis Rehabilitasi
Rehabilitasi Medis
2
Layanan yang diberikan kepada individu yang mengalami gangguan – gangguan dalam
koordinasi gerak, komunikasi, sensorik motor, dan penyesuaian sosial.
Rehabilitasi Pendidikan
Rehabilitasi pendidikan adalah layanan yang diberikan kepada individu yang
membutuhkan layanan khusus dalam bidang pendidikan (praakademik, yaitu baca,
tulis, dan hitung) 3
Rehabilitasi Sosial
Dinas sosial mempunyai program melaksanakan rehabilitasi di bidang sosial,
misalnya layanan rehabilitasi sosial melalui mobil keliling yang memberikan layanan
kepada masyarakat terutama di pedesaan.
4
Rehabilitasi 1
Jenis-jenis Rehabilitasi
Rehabilitasi Berbasis Masyarakat
2
Rehabillitasi Berbasis Masyarakat (RBM) adalah layanan rehabilitasi yang
memanfaatkan potensi sumber daya masyarakat. Strategi ini dilaksanakan dengan
tujuan agar leyanan rehabilitasi dapat dilakukan sedini mungkin dan merata bagi
seluruh masyarakat yang memerlukannya.
Rehabilitasi Vokasional
Rehabilitasi vokasional dimasudkan untuk memberikan layanan khusus dalam bidang 3
vokasional atau keterampilan
Rehabilitasi dalam Keluarga
Rehabilitasi dalam keluarga merupakan model layanan rehabilitasi yang
dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya yang mengalami gangguan.
4
Rehabilitasi 1
Objek/Sasaran Rehabilitasi
Sasaran atau Obyek yang menjadi fokus rehabilitasi adalah manusia 2
(insan) secara utuh, yakni yang berkaitan atau menyangkut dengan
gangguan pada mental.
4
Rehabilitasi 1
Fungsi Rehabilitasi
2
Fungsi Pemahaman
Fungsi Pengendalian
Fungsi Rehabilitasi
Fungsi Analisa Kedepan 2
Sesungguhnya dengan ilmu ini seseorang akan memiliki potensi dasar untuk
melakukan analisa ke depan tentang segala peristiwa, kejadian, dan
perkembangan.
3
Fungsi Pencegahan
Fungsi Rehabilitasi
2
Fungsi Penyembuhan/Perawatan
4
Rehabilitasi 1
Tujuan Rehabilitasi
2
o Terwujudnya sikap masyarakat yang konstruktif memperkuat
ketaqwaan dan amal keagamaan di dalam masyarakat;
o Memberikan kepada setiap individu agar sehat jasmaniyah dan
rohaniyah, atau sehat mental, spiritual, dan moral, atau sehat jiwa
dan raganya; 3
o Responsif terhadap gagasan-gagasan pembinaan/rehabilitasi;
o Menggali dan mengembangkan potensi esensial sumber daya
insani;
4
Rehabilitasi 1
Tujuan Rehabilitasi
2
o Mempertahankan masyarakat dan mengamalkan pancasila dan
UUD 1945;
o Mengantarkan individu kepada perubahan konstruksi dalam
kepribadian;
o Memperkuat komitmen (keterikatan) bangsa Indonesia, mengikis 3
habis sebab sebab dan kemungkinan, timbul serta berkembangnya
ateisme, komunisme, kemusyrikan dan kesesatan masyarakat;
o Mengembangkan generasi muda yang sehat, cakap, dan terampil.
4
M
Rentang Respon
1. Respon individu terhadap konsep dirinya
sepanjang rentang respon konsep diri : T
F
M
Rentang Respon
Akualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang
T
pengalaman nyata yang sukses diterima.
Konsep diri positif adalah mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
X
Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep
diri maladaptif.
X
Narcissisme : Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan marah jika orang
lain tidak mendukung
F
M
Rentang Respon
3. Perasaan marah adalah normal bagi individu, namun
perilaku yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat T
berubah dalam rentang adatif maladaptif
F
M
Rentang Respon
Asertif
T
Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.
Frustasi
Frustasi adalah respon marah akibat individu gagal mencapai tujuan yang realistik. Dalam hal ini
seseorang tidak dapat menemukan alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.
Pasif X
Respon lanjut, dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan.
Agresif
Perilaku destruktif (memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain
dengan ancaman) tapi masih terkontrol.
Amuk T
Dapat disebut juga dengan amuk yaitu perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan kontrol diri individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Contohnya membanting barang-barang menyakiti diri sendiri (bunuh diri).
F
M
Asuhan Keperawatan
a. Aktivitas atau istirahat : Masalah tidur (misalnya tidak padat tidur atau T
tidur berlebihan, mimpi buruk, berjalan saat tidur, tidur di tempat yang asing,
PENGKAJIAN
keletihan.
b. Integritas ego
1) Pencapaian diri negatif, menyalahkan diri sendiri X
2) Harga diri rendah (pelaku/korban penganiayaan seksual yang selamat.)
3) Perasaan bersalah, marah, takut dan malu, putus asa dan atau tidak berdaya
4) Minimisasi atau penyangkalan signifikasi perilaku (mekanisme pertahanan
yang paling dominan/menonjol)
T
5) Penghindaran atau takut pada orang, tempat, objek tertentu, sikap
menunduk, takut (terutama jika ada pelaku)
6) Permusuhan terhadap/objek/tidak percaya pada orang lain
F
M
Asuhan Keperawatan
c. Eliminasi T
1) Enuresisi, enkopresis.
PENGKAJIAN
e. Hygiene
T
1) Mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan kondisi cuaca
(penganiayaan seksual) atau tidak adekuat memberi perlindungan.
2) Mandi berlebihan/ansietas (penganiayaan seksual), penampilan kotor/tidak
terpelihara.
F
M
Asuhan Keperawatan
f. Neurosensori
1) Perilaku ekstrem (tingkah laku sangat agresif/menuntut), sangat amuk atau pasivitas dan T
menarik diri, perilaku tidak sesuai dengan usia
PENGKAJIAN
2) Status mental : memori tidak sadar, periode amnesia, laporan adanya pengingatan
kembali. Pikiran tidak terorganisasi, kesulitan konsentrasi/membuat keputusan. Afek tidak
sesuai, mungkin sangat waspada, cemas dan depresi. X
3) Perubahan alam perasaan, kepribadian ganda, cinta, kebaikan dan penyesalan yang dalam
setelah penganiayaan seksual terjadi.
4) Kecemburuan patologis, pengendalian impuls yang buruk, ketrampilan koping terbatas,
kurang empati terhadap orang lain.
5) Membantung. Menghisap jempol atau perilaku kebiasaan lain : gelisah (korban selamat). T
6) Manifestasi psikiatrik (misal : fenomena disosiatif meliputi kepribadian ganda
(penganiayaan seksual), gangguan kepribadian ambang (koeban Inses dewasa)
7) Adanya defisit neurologis/kerusakaan SSP tanpa tanda-tanda cedera eksternal
F
M
Asuhan Keperawatan
g. Nyeri atau ketidaknyamanan
1) Bergantung pada cedera/bentuk penganiayaan seksual. T
2) Berbagai keluhan somatik (misalnya nyeri perut, nyeri panggul kronis, spastik kolon,
PENGKAJIAN
sakit kepala)
X
h. Keamanan
1) Memar, tanda bekas gigitan, bilur pada kulit, terbakar (tersiran air panas, rokok) ada
bagian botak di kepala, laserasi, perdarahan yang tidak wajar, ruam/gatal di area genital,
fisura anal, goresan kulit, hemoroid, jaringan parut, perubahan tonus sfingter.
2) Cedera berulang, riwayat bermacam kecelakaan, fraktur/ cedera internal. T
3) Perilaku mencederai diri sendiri (bunuh diri), keterlibatan dalam aktivitas dengan risiko
tinggi
4) Kurangnya pengawasan sesuai usia, tidak ada perhatian yang dapat menghindari bahaya
di dalam rumah
F
M
Asuhan Keperawatan
T
PENGKAJIAN
i. Seksualitas
F
M
Asuhan Keperawatan
T
PENGKAJIAN
j. Interaksi sosial
Merikan diri dari rumah, pola interaksi dalam keluarga secara verbal kurang responsif,
peningkatan penggunaan perintah langsung dan pernyataan kritik, penurunan penghargaan X
atau pengakuan verbal, merasa rendah diri. Pencapaian restasi disekolah rendah atau prestasi
di sekolah menurun.
F
M
Asuhan Keperawatan
Sindrom trauma perkosaan berhubungan dengan menjadi korban perkosaan
T
seksual yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan dan berlawanan
dengan keinginan dan persetujuan pribadi seseorang
Ketidakberdayaan berhubungan dengan harga diri rendah
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan pengasuhan X
yang tidak adekuat dan penderitaan oleh pengasuh dari nyeri fisik atau cidera
dengan tujuan untuk menyebabkan bahaya, biasanya terjadi dalam waktu
lama.
Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak
T
efektif
F
D IAG N O SA K E PE RAWATAN
M
Asuhan Keperawatan
T
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
pengasuhan yang tidak adekuat dan penderitaan oleh pengasuh dari
nyeri fisik atau cidera dengan tujuan untuk menyebabkan bahaya,
biasanya terjadi dalam waktu lama. X
F
D IAG N O SA K E PE RAWATAN
M
Asuhan Keperawatan
Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif
Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan balik T
atau umpan balik negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan
makna diri
Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan perasaan bersalah yang
X
berlebihan, marah atau saling menyalahkan diantara anggota keluarga
mengenai perilaku anak, kepenatan orang tua karena menghadapi anak
dengan gangguan dalam jengka waktu lama
Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebutuhan
terapi berhubungan dengan kurang sumber informasi, interpretasi yang salah T
tentang informasi.
F
D IAG N O SA K E PE RAWATAN
M
Asuhan Keperawatan
I N T E R V E N S I : DX 1
1) Smith (1987) menghubungkan pentingnya mengkomunikasikan empat ucapan berikut T
ini pada korban perkosaan : saya prihatin hal ini terjadi padamu, anda aman disini,
saya senang anda hidup, anda tidak bersalah. Anda adalah korban. Ini bukan
kesalahan anda. Apapun keputusan yang Anda buat pada saat pengorbanan adalah
hak seseorang karena anda hidup. X
2) Jelaskan setiap prosedur pengkajian yang akan dilakukan dan mengapa dilakukan.
Pastikan bahwa pengumpulan data dilakukan dalam perawatan, cara tidak
menghakimi
3) Pastikan bahwa anak memiliki privasi yang adekuat untuk semua intervensi-
intervensi segera pasca krisis. Cobaan sedikit mungkin orang yang memberikan T
perawatan segera atau mengumpulkan bukti segera. Atau mengumpulkan bukti
segera
4) Dorong anak untuk menghitung jumlahs erangan kekerasan seksual. Dengarkan,
tetapi tidak menyelidiki F
5) Diskusikan dengan anak siapa yang dapat dihubung untuk memberikan dukungan
atau bantuan. Berikan informasi tentang rujukan setelah perawatan
M
Asuhan Keperawatan
I N T E R V E N S I : DX 2
T
1) Dalam berkolaburasi dengan tim medis, pastikan bahwa semua cedera fisik, fraktur,
luka bakar mendapatkan perhatian segera, mengambiul foto jika anak mengijinkan
merupakan ide yang baik
2) Bawa anak wanita tersebut ke dalam area yang pribadi untuk melakukan wawancara
X
3) Jika seorang anak wantia datang sendiri atau berserta dengan orang tuanya,
pastikan tentang keselamatannya. Dorong untuk mendiskusikan peristiwa
pemerkosaan yang telah dilakukan. Tanyakan pertanyaan tentang apakah hal ini
telah terjadi sebelumnya. Jika pelaku kekerasan seksual minum obat bius, jika anak
tersebut memiliki tempat yang aman untuk pergi dan apakah ia berminat dalam T
tuntutan yang mendesak
4) Pastikan bahwa usaha-usaha menyelamatkan tidak diusahakan oleh perawat.
Berikan dukungan, tetapi ingat bahwa keputusan akhir harus dibuat oleh anak
5) Tekankan pentingnya keamanan, smith (1987) menyarankan suatu pernyataan
seperti, ya itu telah terjadi. Sekarang ke mana anda ingin pergi dari sini ?. F
M
Asuhan Keperawatan
I N T E R V E N S I : DX 3
1) Lakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh pada anak. Buat catatan yang teliti dari T
luka memarnya (dalam berbagai tahap penyembuhan), laserasi, dan keluhan anak
tentang area nyeri pada derah yang spesifik, misalnya kemaluan. Jangan mengabaikan
atau melalaikan kemungkinan penganiayaan seksual.
2) Adakan wawancara yang dalam dengan orang tua atau orang dekat yang menyertai X
anak. Pertimbangkan jika cidera dilaporkan sebagai suatu kecelakaan, apakah
penjelasan ini berlasan? Apakah cedera tersebut konsisten dengan penjelasan yang
diberikan? Apakah cedera tersebut konsisten dengan kemampuan perkembangan anak
?
3) Gunakan pertandingan atau terapi bermain untuk memperoleh rasa percaya anak. T
Gunakan teknik-teknik ini untuk membantu dalam menjelaskan sisi lain dari cerita anak
tersebut
4) Tentukan apakah cedera yang dialami dibenarkan untuk dilaporkan kepada yang
berwenang. Undang-Undang negara yang spesifik harus masuk ke dalam keputusan F
apakah ya atau tidak untuk melaporkan dugaan penganiayaan seksual anak.
M
Asuhan Keperawatan
I N T E R V E N S I : DX 4
1) Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realistis T
2) Sampaikan perhatian tanpa syarat pada anak
3) Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada saty ke satu basis dan pada aktivitas
aktivitas kelompok
4) Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari dan dalam X
mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang lihatnya sebagai
negatif
5) Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme sikap
defensif. Memberikan bantuan yang positif bagi identifikasi masalah dan
pengembangan dari perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif T
6) Memberi dorongan dan dukungan kepada anak dalam menghadapi rasa takut terhadap
kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan tugas-tugas
baru. Beri pangakuan tentang kerja keras yang berhasil dan penguatan positif bagi
usaha-usaha yang dilakukan F
M
Asuhan Keperawatan
I N T E R V E N S I : DX 5
1) Kenali dan dukung kekuatan-kekuatan ego dasar T
2) Beri semangat kepada anak untuk menteahui dan mengungkapkan dan bagaimana
perasaan ini menimbulkan perilaku defensif, seperti menyalahkan oprang lain karena
prilakunya sendiri
3) Berikan segera sebenarnya umpan balik yang tidaj mengancam untuk perilaku-perilaku X
yang tidak dapat diterima
4) Bantu anak untuk mengidentifikasi situasi-situasi yang menimbulkan sifat defensif dan
praktik bermain peran dengan respons-respons yang lebih sesuai
5) Berikan dengans egera umpan balik positif bagi perilaku-perilaku yang dapat diterima
6) Membantu anak untu menetapkan sasaran-sasaran yang realistis, konkret dan T
memerlukan tindakan-tindakan yang cocok untuk mencapai sasaran- sasaran ini
7) Evaluasi dengan anak keefektifan perilaku-perilaku yang baru dan diskusikan adanya
perubahan untuk perbaikan
F
M
Asuhan Keperawatan
I N T E R V E N S I : DX 6
T
1) Berikan lingkungan yang tenang, ruang kelas berisi dirinya sendiri, aktivitas kelompok
kecil. Hindari tempat yang terlalu banyak stimulasi, seperti bus sekolah, kafetaria yang
ramai, aula yang ramai
2) Beri materi petunjuk format tertulis dan lisan dengan penjelasan langkah demi langkah
X
3) Ajarkan anak dan keluarga tentang penggunaan psikostimulan dan antisipasi respons
perilaku
4) Koordinasi seluruh rencana terapi dengan sekolah personel sederajat, anak, dan
keluarga
T
F
M
Selesai
THANK X
YOU T