Anda di halaman 1dari 57

Keperawatan Kesehatan Jiwa

Konsep dan Askep Kasus Korban Pemerkosaan

Oleh Kelompok 3 A
2018 2
Anggota Kelompok

Datin Suhailah (1811112710) Nur Fitriani (1811112456)


Dinda Bucira Alma (1811112458) Nursyahfitri Rizky Ramadhani (1811112505)
Dinar Rafif Kajaspa S (1811112898) Reflina Milenia (1811112546)
Delvi Saidah (1811112543) Rizka Asriyanti P (1811112427)
Hajar Adhara (1811112450) Sonia Dewita (1811112485)
Keness Purnanin Grat (1811112659) Suci Dwi Hidayanti (1811112507)
Khairunnisa Fitri de Firda (1811112417)
Pembahasan 1

1. Definisi pemerkosaan
2. Klasifikasi pemerkosaan
3. Etiologi 2
4. Prevalensi kasus korban pemerkosaan
5. Dampak korban kasus pemerkosaan
6. Psikopatologi
7. Rehabilitasi 3
8. Rentang respon
9. Asuhan keperawatan korban kasus pemerkosaan

4
Definisi Pemerkosaan 1

Kata pemerkosaan berasal dari bahasa latin yaitu rapere yang berarti mencuri,
memaksa, merampas atau membawa pergi. 2

Pemerkosaan
merupakan suatu tindakan kriminal berwatak seksual yang terjadi
ketika seorang manusia (atau lebih) memaksa manusia lain untuk melakukan 3
hubungan seksual dalam bentuk penetrasi vagina atau anus dengan penis,
anggota tubuh lainnya seperti tangan, atau dengan benda-benda tertentu secara
paksa baik dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.
4
M
Klasifikasi pemerkosaan

T
1 Korban murni
• Korban perkosaan yang belum pernah berhubungan dengan pelaku sebelum
perkosaan.
X
• Korban perkosaan yang pernah berhubungan dengan pihak pelaku sebelum
perkosaan.

2 Korban ganda
T
Korban perkosaan selain mengalami penderitaan selama diperkosa, juga
mengalami berbagai penderitaan mental, fisik, dan sosial, misalnya: mengalami
ancaman-ancaman yang mengganggu jiwanya, mendapat pelayanan yang tidak
baik selama pemeriksaaan pengadilan, tidak mendapat ganti kerugian, F
mengeluarkan uang pengobatan, dan lain-lain.
M
Klasifikasi pemerkosaan

T
3 Korban Semu

Korban yang sebenarnya sekaligus juga pelaku, ia berlagak diperkosa dengan


tujuan mendapat sesuatu dari pelaku. X

F
M
Klasifikasi pemerkosaan
Macam-macam perkosaan :
T
1. Sadistic Rape
Pada tipe ini seksualitas dan agresif berpadu dalam bentuk yang merusak. Pelaku
perkosaan telah nampak menikmati kesenangan erotik bukan melalui hubungan seksnya, X

tetapi melalui serangan yang mengerikan atas alat kelamin dan tubuh korban.
2. Angea Rape
Penganiayaan seksual yang bercirikan seksualitas menjadi sarana untuk menyatakan T
dan melampiaskan perasaan geram dan marah yang tertahan. Disini tubuh korban seakan-
akan merupakan objek terhadap siapa pelaku yang memproyeksikan pemecahan atas
prustasi-prustasi, kelemahan, kesulitan, dan kekecewaan hidupnya. F
M
Klasifikasi pemerkosaan
Macam-macam perkosaan :
T

3. Dononation Rape
Yakni suatu perkosaan yang terjadi ketika pelaku mencoba untuk gigih atas
X
kekuasaan dan superioritas terhadap korban. Tujuannya adalah penaklukan seksual,
pelaku menyakiti korban, namun tetap memiliki keinginan berhubungan seksual.
4. Seductive Rape
Suatu perkosaan yang terjadi pada situasi-situasi yang merangsang, yang tercipta oleh T

kedua belah pihak. Pada mulanya korban memutuskan bahwa keintiman personal harus
dibatasi tidak sampai sejauh kesenggamaan. Pelaku pada umumnya mempunyai rasa
bersalah yang menyangkut seks. F
M
Klasifikasi pemerkosaan
Macam-macam perkosaan :
T

5. Victim Precipitatied Rape


Yakni perkosan yang terjadi (berlangsung) dengan menempatkan korban sebaagi
X
pencetusnya.
6. Exploitation Rape
Perkosaan yang menunjukkan bahwa setiap kesempatan melakukan hubungan seksual
yang diperoleh oleh laki-laki dengan mengambil keuntungan yang berlawanan dengan posisi T

wanita yang bergantung padanya secara ekonomis dan sosial. Misalnya, istri yang diperkosa
oleh suaminya atau pembantu rumah tangga yang diperkosa majikannya, sedangkan
pembantunya tidak mempersoalkan (mengadukan) kasusnya ini kepada pihak yang berwajib. F
M
Etiologi

1 2 T

Seductive Rape Sadistic Rape


Pemerkosaan yang dilakukan X
secara sadis, yang mana si
Pemerkosaan terjadi karena
pelaku akan merasa
pelaku merasa terangsang nafsu
mendapatkan kepuasan seksual
birahinya dan biasanya
bukan karena bersetubuh.
pemerkosaaan ini terjadi pada T
Namun mendapatkan kepuasan
mereka yang sudah saling
dari cara penyiksaan terhadap
mengenal
korban yang tidak didapatkan
dalam hubungan seksual secara
normal. F
M
Etiologi

3 4 T

Anger Rape Domination Rape


X
Pemerkosaan yang dilakukan
untuk mengungkapkan rasa
Pemerkosaan ini hanya ingin
marahnya pada korban.
menunjukan dominasinya pada
Kepuasan seksual bukan tujuan
korban dan pelaku hanya ingin T
utama yang diharapkan pelaku.
menguasai korban secara
Namun sekedar untuk
seksual.
melampiaskan rasa marahnya
pada korban.
F
M
Etiologi

5 T

Exploitation Rape
X

Pemerkosaan yang terjadi karena


ada rasa ketergantungan korban
terhadap pelaku baik secara
ekonomi maupun sosial. Dan T
biasa kasus ini terjadi tanpa
adanya kekerasan oleh pelaku
terhadap korban
F
Prevalensi Kasus Korban Pemerkosaan 1

Menurut Fatkhurozi, pada tahun 1999 – 2011 kasus kekerasan


seksual terutama pemerkosaan mencapai 4.845 kasus dari
400.939 kasus. 2

Pada tahun 2011 terdapat 140 kasus

t 3
ka
n in g
Me

2013 4
172 korban 4 meninggal
Prevalensi Kasus Korban Pemerkosaan 1

KOMNAS Perempuan mencatat pada tahun 2015 terdapat


321.752 kasus kekerasan terhadap perempuan
2

Perkosaan : 72% atau 2.399 kasus

Pencabulan : 18% atau 601 kasus 3

Pelecehan seksual : 5% atau 166 kasus

4
M
Dampak Korban Kasus Pemerkosaan

Akibat fisik yang dapat dialami oleh korban antara T


lain:

• Kerusakan organ tubuh seperti robeknya selaput X


dara, pingsan, meninggal
• Korban sangat mungkin terkena penyakit
menular seksual (PMS)
• Kehamilan tidak dikehendaki. T

F
Dampak Korban Kasus Pemerkosaan 1

Perkosaan sebagai salah satu bentuk kekerasan jelas dilakukan dengan adanya
paksaan baik secara halus maupun kasar. Hal ini akan menimbulkan dampak
sosial bagi perempuan yang menjadi korban perkosaan tersebut.
2

Hubungan
Hubungan seksual
seksual seharusnya
seharusnya dilakukan
dilakukan dengan
dengan adanya
adanya berbagai
berbagai persiapan
persiapan baik
baik fisik
fisik
maupun
maupun psikis
psikis dari
dari pasangan
pasangan yang
yang akan
akan melakukannya.
melakukannya. Hubungan
Hubungan yang
yang dilakukan
dilakukan
dengan 3
dengan cara
cara tidak
tidak wajar,
wajar, apalagi
apalagi dengan
dengan cara
cara paksaan
paksaan akan
akan menyebabkan
menyebabkan gangguan
gangguan
pada perilaku seksual.
pada perilaku seksual.

4
M
Dampak Korban Kasus Pemerkosaan

Korban berpotensi trauma


T

Korban perkosaan dapat menjadi murung,


menangis, mengucilkan diri, menyesali diri,
merasa takut, dan sebagainya
X

Trauma yang dialami oleh korban perkosaan


T
ini tidak sama antara satu korban dengan
korban yang lain

F
M
Dampak Korban Kasus Pemerkosaan

Selain kemungkinan untuk terserang depresi,


fobia, dan mimpi buruk, korban juga dapat T
menaruh kecurigaan terhadap orang lain
dalam waktu yang cukup lama.

X
Bagi korban perkosaan yang mengalami
trauma psikologis yang sangat hebat, ada
kemungkinan akan merasakan dorongan
yang kuat untuk bunuh diri
T

F
M
Dampak Korban Kasus Pemerkosaan

Berdasarkan penelitian dengan


mengambil data perempuan T
korban perkosaan di Amerika,
yang diteliti 2-3 jam, didapatkan
hasil...
X

Hasil yang diperoleh menyebutkan bahwa 96%


mengalami pusing; 68% mengalami kekejangan
otot yang hebat. Sementara pada periode post-
T
rape yang dialami adalah 96% kecemasan; 96%
rasa lelah secara psikologis; 88% kegelisahan
tak henti; 88% terancam dan 80% merasa
diteror oleh keadaan.
F
M
Dampak Korban Kasus Pemerkosaan

Penelitian yang dilakukan oleh T


majalah MS Magazine (dalam
Warshaw, 1994) mengatakan..

 30% dari perempuan yang diindetifikasi


mengalami perkosaan bermaksud untuk
bunuh diri,
 31% mencari psikoterapi, 22% mengambil T
kursus bela diri,
 dan 82% mengatakan bahwa pengalaman
tersebut telah mengubah mereka secara
permanen, dalam arti tidak dapat F
dilupakan.
M
Dampak Korban Kasus Pemerkosaan

Korban perkosaan memiliki kemungkinan mengalami stres paska perkosaan yang dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu stres yang langsung terjadi dan stres jangka panjang. T

Stres yang langsung terjadi merupakan Stres jangka panjang merupakan


reaksi paska perkosaan seperti kesakitan gejala psikologis tertentu yang
secara fisik, rasa bersalah, takut, cemas, dirasakan korban sebagai suatu trauma X
malu, marah, dan tidak berdaya yang menyebabkan korban memiliki
rasa percaya diri, konsep diri yang
negatif, menutup diri dari pergaulan,
dan juga reaksi somatik seperti jantung
berdebar dan keringat berlebihan. T
Stres jangka panjang yang
berlangsung lebih dari 30 hari juga
dikenal dengan istilah PTSD atau
Post Traumatic Stress Disorder
F
M
Psikopatologi
Proses Utama dalam Mekanisme Terjadinya Trauma
T
Adanya peristiwa
Peristiwa yang ditafsirkan tidak berbahaya tidak akan memicu trauma. Akan tetapi
peristiwa yang ditafsirkan berbahaya dan tidak dapat ditanggulangi bisa memicu
trauma. X

Trauma
Trauma muncul ketika seseorang tidak dapat mengatasi peristiwa yang terjadi.

Respon stress terhadap peristiwa traumatic T


Jika trauma terjadi, akan muncul respon-respon stress sebagai bentuk adaptasi
terhadap peristiwa traumatik yang dialami. Secara umum, respons yang muncul
masih akan dianggap normal.
F
M
Psikopatologi
Proses Utama dalam Mekanisme Terjadinya Trauma
T
PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder)
Ganguan pasca trauma atau PTSD adalah gangguan sebenarnya dari trauma. Sesuai
dengan namanya PTSD yang tidak normal. Biasanya, respon stres terhadap trauma
akan disebut ganguan pasca trauma atau PTSD apabila tidak berhasil ditangani X
dengan baik secara tiga bulan sejak kejadian traumatiknya. PTSD bisa muncul
setelah bertahun-tahun setelah kejadian traumatiknya berlalu.

F
M
Psikopatologi
Dinamika Psikologis
T

Segala dampak psikologis maupun fisik selalu diawali oleh system kerja
kognisi. Dari kognisi akan berpengaruh pada perasaan dan tindakan,
perasaan dan tindakan akan mempengaruhi kondisi fisik seseorang. Sistem X
kognisi yang negatif akan membuat individu memiliki pola piker negatif
yang diulang-ulang. Pengulangan pola pikir negatif inilah yang kemudian
akan membuat individu memiliki negative belief. Adanya negative belief
ini kemudian dikunci dan dibekukan ke dalam sistem kognisinya yang
T
kemudian berpengaruh pada kondisi fisik individu dan memunculkan
banyak penyakit.

F
Rehabilitasi 1

Rehabilitasi adalah pemulihan ke bentuk atau fungsi yang


normal setelah terjadi luka atau sakit, atau pemulihan pasien
3
yang sakit atau cedera pada tingkat fungsional optimal di
rumah dan masyarakat, dalam hubungan dengan aktivitas
fisik, psikososial, kejuruan dan rekreasi.

4
Rehabilitasi 1

Jenis-jenis Rehabilitasi
Rehabilitasi Medis
2
Layanan yang diberikan kepada individu yang mengalami gangguan – gangguan dalam
koordinasi gerak, komunikasi, sensorik motor, dan penyesuaian sosial.
Rehabilitasi Pendidikan
Rehabilitasi pendidikan adalah layanan yang diberikan kepada individu yang
membutuhkan layanan khusus dalam bidang pendidikan (praakademik, yaitu baca,
tulis, dan hitung) 3
Rehabilitasi Sosial
Dinas sosial mempunyai program melaksanakan rehabilitasi di bidang sosial,
misalnya layanan rehabilitasi sosial melalui mobil keliling yang memberikan layanan
kepada masyarakat terutama di pedesaan.

4
Rehabilitasi 1

Jenis-jenis Rehabilitasi
Rehabilitasi Berbasis Masyarakat
2
Rehabillitasi Berbasis Masyarakat (RBM) adalah layanan rehabilitasi yang
memanfaatkan potensi sumber daya masyarakat. Strategi ini dilaksanakan dengan
tujuan agar leyanan rehabilitasi dapat dilakukan sedini mungkin dan merata bagi
seluruh masyarakat yang memerlukannya.
Rehabilitasi Vokasional
Rehabilitasi vokasional dimasudkan untuk memberikan layanan khusus dalam bidang 3
vokasional atau keterampilan
Rehabilitasi dalam Keluarga
Rehabilitasi dalam keluarga merupakan model layanan rehabilitasi yang
dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya yang mengalami gangguan.

4
Rehabilitasi 1

Objek/Sasaran Rehabilitasi
Sasaran atau Obyek yang menjadi fokus rehabilitasi adalah manusia 2
(insan) secara utuh, yakni yang berkaitan atau menyangkut dengan
gangguan pada mental.

4
Rehabilitasi 1

Fungsi Rehabilitasi
2
Fungsi Pemahaman

Memberi pemahaman dan pengertian tentang manusia dan masalahnya dalam


hidup, serta bagaimana menyelesaikan masalah dalam hidup secara baik,
benar dan mulia
3

Fungsi Pengendalian

Memberikan potensi yang dapat mengarahkan aktifitas setiap hamba Allah


agar tetap terjaga dalam pengendalian dan pengawasan Allah SWT. 4
Rehabilitasi 1

Fungsi Rehabilitasi
Fungsi Analisa Kedepan 2

Sesungguhnya dengan ilmu ini seseorang akan memiliki potensi dasar untuk
melakukan analisa ke depan tentang segala peristiwa, kejadian, dan
perkembangan.
3

Fungsi Pencegahan

Dengan mempelajari, memahami dan mengaplikasikan ilmu ini, seseorang


dapat terhindar dari keadaan atau peristiwa yang membahayakan dirinya,
jiwa, mental, dan spiritual atau mentalnya. 4
Rehabilitasi 1

Fungsi Rehabilitasi
2
Fungsi Penyembuhan/Perawatan

Rehabilitasi akan membantu seseorang melakukan pengobatan,


penyembuhan dan perawatan terhadap gangguan atau penyakit, khususnya
terhadap gangguan mental, spiritual dan kejiwaan seperti dengan 3
berdzikrullah, hati dan jiwa menjadi tenang dan damai, spirit dan etos kerja
akan bersih dan suci dari gangguan setan, jin, iblis, dan sebagainya.

4
Rehabilitasi 1

Tujuan Rehabilitasi
2
o Terwujudnya sikap masyarakat yang konstruktif memperkuat
ketaqwaan dan amal keagamaan di dalam masyarakat;
o Memberikan kepada setiap individu agar sehat jasmaniyah dan
rohaniyah, atau sehat mental, spiritual, dan moral, atau sehat jiwa
dan raganya; 3
o Responsif terhadap gagasan-gagasan pembinaan/rehabilitasi;
o Menggali dan mengembangkan potensi esensial sumber daya
insani;

4
Rehabilitasi 1

Tujuan Rehabilitasi
2
o Mempertahankan masyarakat dan mengamalkan pancasila dan
UUD 1945;
o Mengantarkan individu kepada perubahan konstruksi dalam
kepribadian;
o Memperkuat komitmen (keterikatan) bangsa Indonesia, mengikis 3
habis sebab sebab dan kemungkinan, timbul serta berkembangnya
ateisme, komunisme, kemusyrikan dan kesesatan masyarakat;
o Mengembangkan generasi muda yang sehat, cakap, dan terampil.

4
M
Rentang Respon
1. Respon individu terhadap konsep dirinya
sepanjang rentang respon konsep diri : T

Respon Adaptif Respon Maladaptif


X

Harga Diri Keracunan


Aktualisasi Diri Konsep Diri Depersonalitasi
Rendah Identitas T

F
M
Rentang Respon
Akualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang
T
pengalaman nyata yang sukses diterima.
Konsep diri positif adalah mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
X
Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep
diri maladaptif.

Keracunan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek


psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis T

Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realitis terhadap diri sendiri


yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain F
M
Rentang Respon
2. Respon klien ditinjau dari interaksi dengan lingkungan
sosial T

Menyendiri Menarik Diri Manipulasi


Otonomi Dependensi Impulsif X
Bekerjasama Curiga Narcissisme

Respon Adaptif Respon Maladaptif


F
M
Rentang Respon
Adaptif :
T
Menyendiri (Solitude) : Respons yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan
merupakan suatu cara mengevaluasi diri dan menentukan langkah berikutnya
X

Otonomi : Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan


ide-ide pikiran dan perasaan dalam hubungan social
T
Bekerjasama (Mutuality): Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal
dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima,
merupakan kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama
lain. F
M
Rentang Respon
Maladaptif :
Menarik diri : Seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara
terbuka dengan orang lain, merupakan gangguan yang terjadi apabila seseorang T
memutuskan untuk tidak berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketenangan
sementara waktu.
Ketergantungan (Dependen) : Terjadi bila individu gagal mengembangkan rasa percaya X
diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses sehinggan tergantung dengan
orang lain

Curiga : Seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.


T
Manipulasi :Seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu, hubungan
terpusat pada masalah pengendalian dan berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan,
bukan berorientasi pada orang lain sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara
F
mendalam
M
Rentang Respon

Impulsif : Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari T


pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk dan cenderung
memaksakan kehendak.

X
Narcissisme : Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan marah jika orang
lain tidak mendukung

F
M
Rentang Respon
3. Perasaan marah adalah normal bagi individu, namun
perilaku yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat T
berubah dalam rentang adatif maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Respon Adaptif Respon Maladaptif

F
M
Rentang Respon
Asertif
T
Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.
Frustasi
Frustasi adalah respon marah akibat individu gagal mencapai tujuan yang realistik. Dalam hal ini
seseorang tidak dapat menemukan alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.
Pasif X
Respon lanjut, dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan.
Agresif
Perilaku destruktif (memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain
dengan ancaman) tapi masih terkontrol.
Amuk T
Dapat disebut juga dengan amuk yaitu perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan kontrol diri individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Contohnya membanting barang-barang menyakiti diri sendiri (bunuh diri).
F
M
Asuhan Keperawatan
a. Aktivitas atau istirahat : Masalah tidur (misalnya tidak padat tidur atau T
tidur berlebihan, mimpi buruk, berjalan saat tidur, tidur di tempat yang asing,
PENGKAJIAN

keletihan.

b. Integritas ego
1) Pencapaian diri negatif, menyalahkan diri sendiri X
2) Harga diri rendah (pelaku/korban penganiayaan seksual yang selamat.)
3) Perasaan bersalah, marah, takut dan malu, putus asa dan atau tidak berdaya
4) Minimisasi atau penyangkalan signifikasi perilaku (mekanisme pertahanan
yang paling dominan/menonjol)
T
5) Penghindaran atau takut pada orang, tempat, objek tertentu, sikap
menunduk, takut (terutama jika ada pelaku)
6) Permusuhan terhadap/objek/tidak percaya pada orang lain

F
M
Asuhan Keperawatan
c. Eliminasi T
1) Enuresisi, enkopresis.
PENGKAJIAN

2) Infeksi saluran kemih yang berulang


3) Perubahan tonus sfingter.

d. Makan dan minum : Muntah sering, perubahan selera makan (anoreksia), X


makan berlebihan, perubahan berat badan, kegagalan memperoleh berat
badan yang sesuai.

e. Hygiene
T
1) Mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan kondisi cuaca
(penganiayaan seksual) atau tidak adekuat memberi perlindungan.
2) Mandi berlebihan/ansietas (penganiayaan seksual), penampilan kotor/tidak
terpelihara.
F
M
Asuhan Keperawatan
f. Neurosensori
1) Perilaku ekstrem (tingkah laku sangat agresif/menuntut), sangat amuk atau pasivitas dan T
menarik diri, perilaku tidak sesuai dengan usia
PENGKAJIAN

2) Status mental : memori tidak sadar, periode amnesia, laporan adanya pengingatan
kembali. Pikiran tidak terorganisasi, kesulitan konsentrasi/membuat keputusan. Afek tidak
sesuai, mungkin sangat waspada, cemas dan depresi. X
3) Perubahan alam perasaan, kepribadian ganda, cinta, kebaikan dan penyesalan yang dalam
setelah penganiayaan seksual terjadi.
4) Kecemburuan patologis, pengendalian impuls yang buruk, ketrampilan koping terbatas,
kurang empati terhadap orang lain.
5) Membantung. Menghisap jempol atau perilaku kebiasaan lain : gelisah (korban selamat). T
6) Manifestasi psikiatrik (misal : fenomena disosiatif meliputi kepribadian ganda
(penganiayaan seksual), gangguan kepribadian ambang (koeban Inses dewasa)
7) Adanya defisit neurologis/kerusakaan SSP tanpa tanda-tanda cedera eksternal
F
M
Asuhan Keperawatan
g. Nyeri atau ketidaknyamanan
1) Bergantung pada cedera/bentuk penganiayaan seksual. T
2) Berbagai keluhan somatik (misalnya nyeri perut, nyeri panggul kronis, spastik kolon,
PENGKAJIAN

sakit kepala)

X
h. Keamanan
1) Memar, tanda bekas gigitan, bilur pada kulit, terbakar (tersiran air panas, rokok) ada
bagian botak di kepala, laserasi, perdarahan yang tidak wajar, ruam/gatal di area genital,
fisura anal, goresan kulit, hemoroid, jaringan parut, perubahan tonus sfingter.
2) Cedera berulang, riwayat bermacam kecelakaan, fraktur/ cedera internal. T
3) Perilaku mencederai diri sendiri (bunuh diri), keterlibatan dalam aktivitas dengan risiko
tinggi
4) Kurangnya pengawasan sesuai usia, tidak ada perhatian yang dapat menghindari bahaya
di dalam rumah
F
M
Asuhan Keperawatan

T
PENGKAJIAN

i. Seksualitas

1) Perubahan kewaspadaan/aktivitas seksual, meliputi masturbasi kompulsif, permainan seks


dewasa sebelum waktunya, kecenderungan mengulang atau melakukan kembali pengalaman X
inses. Kecurigaan yang berlebihan tentang seks, secara seksual menganiaya anak lain.
2) Perdarahan vagina , laserasi himen linier, bagian mukosa berlendir.
3) Adanya PMS, vaginitis, kutil genital atau kehamilan (terutama pada anak).
T

F
M
Asuhan Keperawatan

T
PENGKAJIAN

j. Interaksi sosial

Merikan diri dari rumah, pola interaksi dalam keluarga secara verbal kurang responsif,
peningkatan penggunaan perintah langsung dan pernyataan kritik, penurunan penghargaan X
atau pengakuan verbal, merasa rendah diri. Pencapaian restasi disekolah rendah atau prestasi
di sekolah menurun.

F
M
Asuhan Keperawatan
 Sindrom trauma perkosaan berhubungan dengan menjadi korban perkosaan
T
seksual yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan dan berlawanan
dengan keinginan dan persetujuan pribadi seseorang
 Ketidakberdayaan berhubungan dengan harga diri rendah
 Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan pengasuhan X
yang tidak adekuat dan penderitaan oleh pengasuh dari nyeri fisik atau cidera
dengan tujuan untuk menyebabkan bahaya, biasanya terjadi dalam waktu
lama.
 Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak
T
efektif

F
D IAG N O SA K E PE RAWATAN
M
Asuhan Keperawatan

T
 Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
pengasuhan yang tidak adekuat dan penderitaan oleh pengasuh dari
nyeri fisik atau cidera dengan tujuan untuk menyebabkan bahaya,
biasanya terjadi dalam waktu lama. X

 Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan koping individu


tidak efektif
T

F
D IAG N O SA K E PE RAWATAN
M
Asuhan Keperawatan
 Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif
 Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan balik T
atau umpan balik negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan
makna diri
 Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan perasaan bersalah yang
X
berlebihan, marah atau saling menyalahkan diantara anggota keluarga
mengenai perilaku anak, kepenatan orang tua karena menghadapi anak
dengan gangguan dalam jengka waktu lama
 Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebutuhan
terapi berhubungan dengan kurang sumber informasi, interpretasi yang salah T
tentang informasi.

F
D IAG N O SA K E PE RAWATAN
M
Asuhan Keperawatan
I N T E R V E N S I : DX 1
1) Smith (1987) menghubungkan pentingnya mengkomunikasikan empat ucapan berikut T
ini pada korban perkosaan : saya prihatin hal ini terjadi padamu, anda aman disini,
saya senang anda hidup, anda tidak bersalah. Anda adalah korban. Ini bukan
kesalahan anda. Apapun keputusan yang Anda buat pada saat pengorbanan adalah
hak seseorang karena anda hidup. X
2) Jelaskan setiap prosedur pengkajian yang akan dilakukan dan mengapa dilakukan.
Pastikan bahwa pengumpulan data dilakukan dalam perawatan, cara tidak
menghakimi
3) Pastikan bahwa anak memiliki privasi yang adekuat untuk semua intervensi-
intervensi segera pasca krisis. Cobaan sedikit mungkin orang yang memberikan T
perawatan segera atau mengumpulkan bukti segera. Atau mengumpulkan bukti
segera
4) Dorong anak untuk menghitung jumlahs erangan kekerasan seksual. Dengarkan,
tetapi tidak menyelidiki F
5) Diskusikan dengan anak siapa yang dapat dihubung untuk memberikan dukungan
atau bantuan. Berikan informasi tentang rujukan setelah perawatan
M
Asuhan Keperawatan
I N T E R V E N S I : DX 2
T
1) Dalam berkolaburasi dengan tim medis, pastikan bahwa semua cedera fisik, fraktur,
luka bakar mendapatkan perhatian segera, mengambiul foto jika anak mengijinkan
merupakan ide yang baik
2) Bawa anak wanita tersebut ke dalam area yang pribadi untuk melakukan wawancara
X
3) Jika seorang anak wantia datang sendiri atau berserta dengan orang tuanya,
pastikan tentang keselamatannya. Dorong untuk mendiskusikan peristiwa
pemerkosaan yang telah dilakukan. Tanyakan pertanyaan tentang apakah hal ini
telah terjadi sebelumnya. Jika pelaku kekerasan seksual minum obat bius, jika anak
tersebut memiliki tempat yang aman untuk pergi dan apakah ia berminat dalam T
tuntutan yang mendesak
4) Pastikan bahwa usaha-usaha menyelamatkan tidak diusahakan oleh perawat.
Berikan dukungan, tetapi ingat bahwa keputusan akhir harus dibuat oleh anak
5) Tekankan pentingnya keamanan, smith (1987) menyarankan suatu pernyataan
seperti, ya itu telah terjadi. Sekarang ke mana anda ingin pergi dari sini ?. F
M
Asuhan Keperawatan
I N T E R V E N S I : DX 3
1) Lakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh pada anak. Buat catatan yang teliti dari T
luka memarnya (dalam berbagai tahap penyembuhan), laserasi, dan keluhan anak
tentang area nyeri pada derah yang spesifik, misalnya kemaluan. Jangan mengabaikan
atau melalaikan kemungkinan penganiayaan seksual.
2) Adakan wawancara yang dalam dengan orang tua atau orang dekat yang menyertai X
anak. Pertimbangkan jika cidera dilaporkan sebagai suatu kecelakaan, apakah
penjelasan ini berlasan? Apakah cedera tersebut konsisten dengan penjelasan yang
diberikan? Apakah cedera tersebut konsisten dengan kemampuan perkembangan anak
?
3) Gunakan pertandingan atau terapi bermain untuk memperoleh rasa percaya anak. T
Gunakan teknik-teknik ini untuk membantu dalam menjelaskan sisi lain dari cerita anak
tersebut
4) Tentukan apakah cedera yang dialami dibenarkan untuk dilaporkan kepada yang
berwenang. Undang-Undang negara yang spesifik harus masuk ke dalam keputusan F
apakah ya atau tidak untuk melaporkan dugaan penganiayaan seksual anak.
M
Asuhan Keperawatan
I N T E R V E N S I : DX 4
1) Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realistis T
2) Sampaikan perhatian tanpa syarat pada anak
3) Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada saty ke satu basis dan pada aktivitas
aktivitas kelompok
4) Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari dan dalam X
mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang lihatnya sebagai
negatif
5) Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme sikap
defensif. Memberikan bantuan yang positif bagi identifikasi masalah dan
pengembangan dari perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif T
6) Memberi dorongan dan dukungan kepada anak dalam menghadapi rasa takut terhadap
kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan tugas-tugas
baru. Beri pangakuan tentang kerja keras yang berhasil dan penguatan positif bagi
usaha-usaha yang dilakukan F
M
Asuhan Keperawatan
I N T E R V E N S I : DX 5
1) Kenali dan dukung kekuatan-kekuatan ego dasar T
2) Beri semangat kepada anak untuk menteahui dan mengungkapkan dan bagaimana
perasaan ini menimbulkan perilaku defensif, seperti menyalahkan oprang lain karena
prilakunya sendiri
3) Berikan segera sebenarnya umpan balik yang tidaj mengancam untuk perilaku-perilaku X
yang tidak dapat diterima
4) Bantu anak untuk mengidentifikasi situasi-situasi yang menimbulkan sifat defensif dan
praktik bermain peran dengan respons-respons yang lebih sesuai
5) Berikan dengans egera umpan balik positif bagi perilaku-perilaku yang dapat diterima
6) Membantu anak untu menetapkan sasaran-sasaran yang realistis, konkret dan T
memerlukan tindakan-tindakan yang cocok untuk mencapai sasaran- sasaran ini
7) Evaluasi dengan anak keefektifan perilaku-perilaku yang baru dan diskusikan adanya
perubahan untuk perbaikan
F
M
Asuhan Keperawatan
I N T E R V E N S I : DX 6
T
1) Berikan lingkungan yang tenang, ruang kelas berisi dirinya sendiri, aktivitas kelompok
kecil. Hindari tempat yang terlalu banyak stimulasi, seperti bus sekolah, kafetaria yang
ramai, aula yang ramai
2) Beri materi petunjuk format tertulis dan lisan dengan penjelasan langkah demi langkah
X
3) Ajarkan anak dan keluarga tentang penggunaan psikostimulan dan antisipasi respons
perilaku
4) Koordinasi seluruh rencana terapi dengan sekolah personel sederajat, anak, dan
keluarga
T

F
M
Selesai

THANK X

YOU T

Anda mungkin juga menyukai