Anda di halaman 1dari 11

Asuhan keperawatan korban kekerasan seksual

Kasus :

An.Y usia 14 tahun,agama islam,pendidikan SMP,suku Jawa,belum menikah datang ke


RSJ diantar oleh keluarga dengan keluhan klien sering bermimpi buruk dan tidak dapat
tidur.Pada pengkajian klien mengatakan takut dan malu.Pemeriksaan fisik terdapat
perubahan tonus sfingter.Orang tua mengatakan bahwa anaknya selalu meminta maaf,
merasa bersalah dan tidak berharga lagi.disekolah anak tidak mau bergaul dan
berinteraksi dengan teman-temannya,anak takut bertemu dengan orang yang tidak
dikenalnya dan anak juga mengalami penurunan prestasi dalam hal
akademiknya.Sebelumnya klien pernah masuk RS dengan masalah kekerasan seksual
dan secara fisik telah sembuh namun setelah kembali ke rumah orang tua mengatakan
anaknya yang dulu aktif dan ceria sekarang tampak banyak diam dan dan menangis di
kamar.Orang tua An.Y mengatakan bahwa mereka telah mengusahakan anaknya agar
tidak bersedih lagi dengan memberikan perhatian namun An.Y tetap bersedih.orangtua
mengatakan tidak tahu harus berbuat apa lagi

1. PENGKAJIAN

A. Identitas klien
Nama : An.Y (perempuan)
Umur : 14 Tahun
Pendidikan : SMP
Alamat :-
agama : islam
No. CM :-
Tanggal MRS : 23 sepetember 2019
Tanggal pengkajian : 24 september 2019
Alamat :-
Penanggun jawab : orang tua

B. Alasan masuk atau faktor presipitasi


Klien dibawa ke RSJ karena sering bermimpi buruk dan tidak dapat tidur.
C. Faktor predisposisi
1. Pasien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ?
tidak
2. Pengobatan sebelumnya :
3. Truma : pernah mengalami kekerasan seksual dan di bawa ke
RS
D. Pemeriksaan fisik
1. Ttv
a. Tekanan darah :-
b. Suhu :-
c. RR :-
d. Nadi :-
2. Antropometri
BB : -
TB : -

E. Psikososial
1. Genogram : -
2. Konsep diri :
a. Citra tubuh : perubahan tonus sfingter
b. Ideal diri :-
c. Peran diri : -
d. Identitas diri : -
e. Harga diri : klien mengatakan malu,takut,merasa bersalah dan tidak berharga
3. Hubungan social
a. Orang yang berarti : orang tua
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : klien mengalami penurunan
prestasi akademik di sekolahnya
c. Hubungan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien tidak mau bergaul dan berinteraksi dengan teman – temannya,takut bertemu
dengan orang tidak dikenalnya
4. Spiritual : -
Spiritual :
F. Status mental
1. Penampilan :
masalah klien :
2. Pembicaraan :
3. Aktavitas motoric : -
4. Alam perasaan :
sedih
5. Afek :
6. Intoleransi selama wawancara :
7. Persepsi : -
8. Proses pikir :
a. Isi pikir
Rendah diri : klien mengatakan malu,takut dan tidak berharga
b. Arus pikir
Tidak terkaji
9. Memori :
10. Tingkat kosentrasi dan berhitung : -
11. Daya titik di : -

G. Kebutuhan persiapan pulang


Tidak terkaji
H. Mekanisme koping
Mekanisme koping pasien saat ini yaitu menangis di kamar dan meminta maaf pada
orangtuanya karena merasa tidak berharga lagi.

I. Masalah psikososial dan lingkungan


Masalah berhubungan dengan lingkungan, klien tidak mau berinteraksi dengan orang lain
dan takut bertemu orang yang tidak di kenalnya
J. Kurang pengetahuan :
K. Aspek medik : -

ANALISA DATA

NO DATA FOKUS MASALAH

1. DS : Sindrom trauma
klien mengatakan takut,terutama orang perkosaan
yang tidak dikenalnya dan malu
DO :
.Pemeriksaan fisik terdapat perubahan
tonus sfingter,riwayat kekerasan
seksual
.

2. DS : Klien mengatakan takut dan Perubahan pertumbuhan


malu,merasa tidak berharga dan perkembangan.
DO : Pemeriksaan fisik terdapat
perubahan tonus sfingter,klien
disekolah anak tidak mau bergaul dan
berinteraksi dengan teman-
temannya,anak takut bertemu dengan
orang yang tidak dikenalnya dan anak
juga mengalami penurunan prestasi
dalam hal akademiknya.orang tua
mengatakan anaknya yang dulu aktif
dan ceria sekarang tampak banyak
diam dan dan menangis di kamar
3. DS : klien mengatakan sering bermimpi Gangguan pola tidur
buruk dan tidak dapat tidur.

4. DS : Orang tua An.Y mengatakan bahwa Koping keluarga tidak


mereka telah mengusahakan anaknya agar efektif
tidak bersedih lagi dengan memberikan
perhatian namun An.Y tetap
bersedih.orangtua mengatakan tidak tahu
harus berbuat apa lagi

DO :

2.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Sindrom trauma perkosaan
2. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
3. Gangguan pola tidur
4. Koping keluarga tidak efektif

3.INTERVENSI KEPERAWATAN

Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al (2007), intervensi
keperawatan yang dapat dirumuskan untuk mengatasi diagnosa keperawatan diatas antara
lain :

a. Sindrom trauma perkosaan berhubungan dengan menjadi korban perkosaan seksual


yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan dan berlawanan dengan keinginan dan
persetujuan pribadi seseorang

Tujuan :

a. Tujuan jangka pendek : Luka fisik anak akan sembuh tanpa komplikasi
b. Tujuan jangka panjang : anak akan mengalami resolusi berduka yang sehat,
memulai proses penyembuhan psikologis.

Intervensi:

a. Smith (1987) menghubungkan pentingnya mengkomunikasikan empat ucapan


berikut ini pada korban perkosaan : saya prihatin hal ini terjadi padamu, anda aman
disini, saya senang anda hidup, anda tidak bersalah. Anda adalah korban. Ini bukan
kesalahan anda. Apapun keputusan yang Anda buat pada saat pengorbanan adalah hak
seseorang karena anda hidup.

Rasional : Wanita tau anak yang telah diperkosa secara seksual takut terhadap
kehidupannya dan harus diyakinkan kembali keamanannya. Ia mungkin juga sangat
ragu-ragu dengan dirinya dan menyalahkan diri sendiri dan pernyataan-pernyataan ini
membangkitkan rasa percaya secara bertahap dan menumbuhkan kembali harga diri
anak

b. Jelaskan setiap prosedur pengkajian yang akan dilakukan dan mengapa dilakukan.
Pastikan bahwa pengumpulan data dilakukan dalam perawatan, cara tidak menghakimi

Rasional : Untuk menurunkan ketakutan atau ansietas dan untuk meningkatkan rasa
percaya

c. Pastikan bahwa anak memiliki privasi yang adekuat untuk semua intervensi-
intervensi segera pasca krisis. Cobaan sedikit mungkin orang yang memberikan
perawatan segera atau mengumpulkan bukti segera.

Rasional : Anak pasca trauma sangat rentan. Penambahan orang dalam lingkungannya
meningkatkan perasaan rentan ini dan bertindak meningkatkan ansietas

d. Dorong anak untuk menghitung jumlah serangan kekerasan seksual. Dengarkan,


tetapi tidak menyelidiki

Rasional : Mendengarkan dengan tidak menghakimi memberikan kesempatan untuk


katarsis bahwa anak perlu memulai pemulihan. Jumlah yang rinci mungkin dibutuhkan
untuk tindak lanjut secara legal, dan seorang perawat sebagai pembela anak dapat
menolong untuk mengurangi trauma dari pengumpulan bukti

e. Diskusikan dengan anak siapa yang dapat dihubung untuk memberikan dukungan
atau bantuan. Berikan informasi tentang rujukan setelah perawatan

Rasional : Karena ansietas berat dan rasa takut, anak mungkin membutuhkan bantuan
dari orang lain selama periode segera pasca-krisis. Berikan informasi rujukan tertulis
untuk referensi selanjutnya (misalnya psikoterapi, klinik kesehatan jiwa, kelompok
pembela masyarakat)

b. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.

Tujuan :

a. Tujuan jangka pendek : Anak akan mengembangkan hubungan saling percaya


dengan perawat dan melaporkan bagaimana tanda cedera terjadi (dimensi waktu
ditentukan secara individu)

b. Tujuan jangka panjang : Anak akan mendemonstrasikan perilaku yang konsisten


dengan usia tumbuh dan kembangnya.

Intervensi :

a. Lakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh pada anak. Buat catatan yang teliti
dari luka memarnya (dalam berbagai tahap penyembuhan), laserasi, dan keluhan anak
tentang area nyeri pada derah yang spesifik, misalnya kemaluan. Jangan mengabaikan
atau melalaikan kemungkinan penganiayaan seksual. Kaji tanda nonverbal
penganiayaan, perilaku agresif, rasa takut yang berlebihan, hiperaktivitas hebat, apatis,
menarik diri, perilaku yang tidaks esuai dengan usianya

Rasional : Suatu pemeriksaan fisik yang akurat dan seksama dibutuhkan agar perawatan
yang tepat dapat diberikan untuk pasien

b. Adakan wawancara yang dalam dengan orang tua atau orang dekat yang menyertai
anak. Pertimbangkan jika cidera dilaporkan sebagai suatu kecelakaan, apakah
penjelasan ini beralasan? Apakah cedera tersebut konsisten dengan penjelasan yang
diberikan? Apakah cedera tersebut konsisten dengan kemampuan perkembangan anak ?

Rasional : Ketakutan terhadap hukuman penjara atau kehilangan kesempatan


memelihara anak mungkin menempatkan orang tua penyiksa pada sikap membela diri.
Ketidaksesuaian dapat ditandai dalam deskripsi kejadian, dan adanya usaha untuk
menutupu keterlibatan merupakan suatu pertahanan diri yang umum yang dapat
dilepaskan dalam suatu wawancara yang dalam.

c. Gunakan pertandingan atau terapi bermain untuk memperoleh rasa percaya anak.
Gunakan teknik-teknik ini untuk membantu dalam menjelaskan sisi lain dari cerita anak
tersebut

Rasional : Menetapkan hubungan saling percaya dengans eorang anak yang teraniaya
sangatlah sukar. Mereka mungkin tidak ingin untuk disentuh. Jenis-jenis aktivitas
bermain ini dapat memberikan suatu lingkungan yang tidak mengancam yang dapat
meningkatkan usaha anak untuk mendiskusikan masalah-masalah yang menyakitkan ini

d. Tentukan apakah cedera yang dialami dibenarkan untuk dilaporkan kepada yang
berwenang. Undang-Undang negara yang spesifik harus masuk ke dalam keputusan
apakah ya atau tidak untuk melaporkan dugaan penganiayaan seksual anak.

Rasional : Suatu laporan (umumhya dibuat) jika ada alasan untuk mencurigai bahwa
seseorang anak telah dicederai sebagai suatu akibat penganiayaan seksual. Alasan untuk
mencirugai ditetapkan saat ada tanda-tanda ketidaksesuaian atau ketidakkonsistenan
dalam menjelaskan cedera pada anak. Kebanayakan negara membutuhkan individu-
individu berikut melaporkan kasus dari anak yang dicurigai dianiaya seksual : semua
pekerja kesehatan, semau terapis kesehatan jiwa, guru-guru, pengasuh-pengasuh anak,
pemadam kebakaran, anggota medis gawat darurat dan anggota penyelenggara hukum.
Laporan dibuat oleh Departemen Pelayanan Sosial dan rehabiulitasi atau Badan
penyelenggara Hukum.

c. Gangguan pola tidur

Tujuan :
i.Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7 jam setiap
malam dengan kriteria hasil:

ii.Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada waktu tidur

iii.Tidak ada gangguan-gangguan yang dialami oleh perawat

iv.Anak mampu untuk mulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6 sampai 7 jam tanpa
terbangun

Intervensi :

a. Amati pola tidur anak, catat keadaan-keadaan yang menganggu tidur

Rasional : Masalah harus diidentifikasi sebelum bantuan dapat diberikan

b. Kaji gangguan-gangguan pola tidur yang berlangsung berhubungan dengan rasa


takut dan ansietas-ansietas tertentu

Rasional : Ansietas yang dirasakan oleh anak dapat mengganggu pola tidur anak
sehingga perlu diidentifikasi penyebabnya

c. Duduk dengan anak sampai dia tertidur

Rasional : kehadiran seseorang yang dipercaya akan memberikan rasa aman

d. Pastikan bahwa makanan dan minuman yang mengandung kafein dihilangkan dari
diet anak

Rasional : Kafein adalah stimulan SSP yang dapat mengganggu tidur

e. Berikan sarana perawatan yang membantu tidur (misalnya : gosok punggung,


latihan gerak relaksasi dengan musik lembut, susu hangat dan mandi air hangat)

Rasional : Sarana-sarana ini meningkatkan relaksasi dan membuat bisa tidur

f. Buat jam-jam tidur yang rutin, hindari terjadinya penyimpangan dari jadwal ini

Rasional : Tubuh memberikan reaksi menyesuaikan kepada suatu siklus rutin dari
istirahat dan aktivitas
g. Beri jaminan ketersediaan kepada anak jika dia terbangun pada malam hari dan
dalam keadaan ketakutan

Rasional : Kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman

d. Koping keluarga tidak efektif

Tujuan :

i.Orang tua mendemonstrasikan metode intervensi yang lebih konsisten dan efektif dalam
berespons perilaku anak dengan kriteria hasil :

ii.Mengungkatkan dan mengatasi perilaku negatif pada anak

iii.Mengidentifikasi dan menggunakan sistem pendukung yang diperlukan

Intervensi :

a. Berikan informasi dan material yang berhubungan dengan gangguan anak dan
teknik menjadi orang tua yang efektif

Rasional : Pengetahuan dan ketrampilan yang tepat dapat meningkatkan keefektifan


peran orang tua

b. Dorong individu untuk mengungkapkan perasaan secara verbal dan menggali


alternatif cara berhubungan dengan anak

Rasional : Konseling suportif dapat membantu keluarga dalam mengembangkan strategi


koping

c. Beri umpan balik positif dan dorong metode menjadi orang tua yang efektif

Rasional : Penguatan positif dapat meningkatkan harga diri dan mendorong kontinuitas
upaya

d. Libatkan saudara kandung dalam diskusi keluarga dan perencanaan interaksi


keluarga yang lebih efektif

Rasional : Masalah keluarga mempengaruhi semua anggota keluarga dan tindakan lebih
efektif bila setiap orang terlibat dalam terapi tersebut
e. Libatkan dalam konseling keluarga

Rasional : terapi keluarga dapat membantu mengatasi masalah global yang


memengaruhi seluruh struktur keluarga. Gangguan pada salah satu anggota keluarga
akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga

f. Rujuk pada sumber komunitas esuai indikasi, termasuk kelompok pendukung orang
tua, kelas menjadi orang tua

Rasional : mengembangkan sistem pendukung dapat meningkatkan kepercayaan diri


dan keefektifan orang tua. Pemberian model peran atau harapan untuk masa depan

Anda mungkin juga menyukai