Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BUDAYA BALI

Latar belakang :

Dibali mempunyai kepercayaan dan budaya kental dengan bali balian.jadi masyarakat
bali masih tidak percaya dengan adanya dokter dan perawat. Yang mereka percayai
saat mereka terkenapenyakit dikarenakan mereka merasa sedang diserang oleh orang
lain dengan kekuatan gaib.

Cara pandang :

Cara pandang masyarakat bali terhadap kepercayaan pengobatan dukun daripada


dokter.

1. Faktor tekonologi
Pengkajian :
Dalam kehidupan orang bali tidak percaya pada kemampuan dokter,tetapi
lebih percaya pada dukun. Orang bali yang mengalami suatu penyakit akan
lebih percaya bahwa hal itu terjadi karena serangan dari orang lain.
Dikehidupan bali terdapat pengobatan yang dinamakan balian ketakson,dalam
pengobatan balian ketakson dukun akan meminta bantuan roh-roh halus,dewa
gamang,pitara,bhuta dan sebagainya dengan jalan membiarkan dirinya
dimasuki sehingga tampak seperti orang kerasukan (kesurupan) dan bisa
menangkap firasat atau petunjuk dari roh atau kekuatan gaib itu. Dengan
jalan mendapat penjelasan dari kekuatan gaib dari luar inilah dia bisa
mengetahui apa sakit pasien dan cara pengobatannya,dengan cara memantra-
mantrai pasienya misalnya obat untuk melawan keracunan : ma : ah ih,lh ah.
Metode pengobatan ini terus melekat bukan karena tidak tersentuhnya orang
bali dengan teknologi kesehatan modern saat ini melainkan faktor
kepercayaan turun- menurun pada orang bali.

1
Intervensi :
Kita memberi wawasan pada orang bali bahwasannya penyakit terjadi bukan
karena kekuatan gaib,tetapi karena keadaan tubuh yang abnormal (tidak
normal) dan memberi tahu serta memperkenalkan bahwa ada pengobatan yang
lebih efektif dibandingkan pengobatan dukun yaitu teknologi pengobatan
modern yang ada pada saat ini.

2. Faktor keagamaan
Pengkajian :

Faktor agama dan filosofi ini dapat dikaji dari keadaan religius atau
keagamaan dari masyarakat tersebut, kebiasaan masyarakat bali yang
mempercayai orang balian untuk mengobati penyakit yang mereka derita, dan
yang mereka percayai bahwa penyakit yang mereka alami yaitu berdasarkan
guna-guna atau kiriman dari orang jauh, Agama yang banyak dianut oleh
orang bali yaitu agama hindu, dalam agama hindu pada dasarnya
memperbolehkan umatnya untuk berobat pada orang balian , namun agama
mereka juga menganjurkan untuk mengutamakan pengobatan medis terlebih
dahulu , dan apabila memang tidak kunjung sembuh maka baru bisa pergi ke
balian untuk berobat.

Intervensi :

Karna dalam agama mereka telah memperbolehkan melakukan pengobatan


pada orang balian maka tidak adanya intervensi atau hal2 yang harus diubah
dalam faktor keagamaan ini,akan tetapi kita memberikan penyuluhan tentang
pentingnnya pengobatan secara medis.

3. Faktor sosial dan keterikatan


Pengkajian :
Kebiasaan sebuah keluarga dan masyarakat di Bali,jika salah satu keluarga
terkena penyakit,maka akan di bawa ke “balian” karena mereka mempercayai
bahwa yang terkena penyakit diserang oleh orang dengan kekuatan gaib.
Biasanya orang balian tersebut mengobati dengan cara memegang tangan
pasien sambil membacakan mantra. Setelah itu, baru diberi obat-obatan

2
tradisional,sebagai contoh boreh yang merupakan obat ramuan yang
dilulurkan pada bagian yang sakit dan orang balian tersebut memberikan saran
agar pada bagian tubuh yang sakit tersebut tidak boleh dikasih apa-apa selama
beberapa hari karena dapat menghilangkan kekuatan orang balian tersebut.

Intervensi :

Mengajak individu,keluarga,dan masyarakat untuk mengikuti suatu kegiatan


sosialisasi. Misalnya penyuluhan tentang kesehatan seperti bagaimana
penyebab,gejala suatu penyakit itu dapat terjadi dan cara
pengobatannya,sehingga mereka dapat terhindar dari resiko yang tidak
diinginkan. Lalu mereka bisa mempertimbangkan atau bahkan meninggalkan
kebisaan berobat kedukun balian tersebut.

4. Faktor nilai budaya dan gaya hidup


Pengkajian :
Dibali mempunyai kepercayaan dan budaya yg kental tentang balian, faktor
ini dapat dikaji berdasarakan nilai budaya dan kepercayaan diyakini oleh Tn.a
nilai budaya dan keprcayaan yg dianut oleh keluarga Tn.a terlihat sangat
kental. Dari kepercayaan diamana salah satu dr keluarga Tn.a terjatuh dari
atap rumah dan mengalami patah tulang, dan beranggapan mereka diserang
ilmu ghaib dari orang lain.
Intervensi :
Memberikan informasi yang sedang dialaminya bahwasannya itu patah tulang
dan harus segera di tangani secara medis, dan memberikan penjelasan
bahwasaanya tindakan medis yang akan dilakukan tidak melanggar budaya
dan adat yang sudah ada.
5. Faktor peraturan dan kebijakan
Pengkajian :

3
Masalah :“cara pandang masyarakat bali terhadap kepercayaan pengobatan
dukun daripada medis” .

Dimasyarakat bali keluarga Ny. B membawa Tn. Ake orang “balian lung”
atau balian spesalis patah tulang, orang balian menjelaskan bahwa Tn.Adi
serang oleh orang jauh dengan kekuatan gaibnya dan setelah itu diberi mantra.

Kebijakan dan peraturan ini dapat dikaji bedasarkan peraturan yang berlaku
dalam lingkungan masyarakat sekitar bali, setelah ke orang “balian” keluarga
Tn.A sangat mematuhi aturan adat yang berlaku dibali yaitu terkait setelah
dilakukannya pengobatan tidak boleh dikasih apapun karna dapat
menghilangkan kekuatannya .Sedangkan pemerintah telah memberikan
jaminan kesehatan yaitu dalam UU No. 36 Th2009 tentang kesehatan dan
menjamin pengobatan masyarakat melalui jalan medis,Kalaupun ada yang
masih percaya bahwa dukun itu benar menurut sebagian masyarakat selama
tidak membahayakan dan memperparah kesehatan fisik.

Intervensi

1. Memberikan sosialisi kepada masyarakat tentang UU medis agar


masyarakat tersebut mengetahui tindakan yang sesuai prosedur.

6. Faktor Ekonomi
Pengkajian :
Faktor ekonomi dalam kehidupan pada budaya ini yang mempunyai
kepercayaan kental terhadap “balian”. Masyarakat yang masih tidak percaya
dengan adanya dokter dan perawat. Mereka selalu mempercayai balian jika
mereka merasa terserang menurut mereka itu bukanlah suatu penyakit tetapi
kekuatan gaib atau santet. Masyarakat bali pun lebih memilih balian untuk

4
pengobatan dikarenakan faktor ekonomi jika mereka berobat ke balian
mereka tidak mengeluarkan uang banyak. Menurut mereka jika berobat ke
dokter dan perawat itu sangat membutuhkan biaya yang sangat besar maka
dari itu mereka lebih percaya berobat ke balian/dukun karena mereka hanya
membayar seikhlasnya saja dan mereka sangat percaya akan pengobatan
tersebut dan setelah mereka datang kesana mereka merasa jauh lebih baik.
Intervensi :
1. Mencari tahu pekerjaan klien terlebih dahulu untuk mengetahui apa
faktor mereka tidak mau pergi berobat ke dokter dan perawat
2. Mengajak klien untuk berbagi cerita agar menemukan jalan keluar dan
solusinya
3. Memberikan pendidikan mengenai dunia kesehatan
4. Mengajak klien untuk mengkuti sosialisasi agar klien mendapatkan
pengetahuan seperti mencari pertolongan sumber-sumber material
untuk menemui dokter dan perawat
5. Memberitahu sumber-sumber yang bisa klien dapatkan sepereti
mengajak klien untuk mendaftar BPJS, asuransi dan menyarankan
klien menabung untuk pengobatannya.

7. Faktor Pendidikan
Pengkajian :

Faktor ini dapat dikaji berdasarkan tingkat pendidikan dari keluarga. Mereka
hidup dibali dengan kentalnya budaya disana. Dibali ada orang yang memiliki
kekuatan dan bisa menyembuhkan penyakit disebut orang balian.mereka
percaya bahwa orang balian ini memiliki kekuatan gaib dan semua
perkataanya dipercaya oleh masyarakat disana bahwa semua perkataannya
benar. Hal ini sangat mempengaruhi perilaku ketidak patuahan dengan
pengobatan keluarga terkait kesehatan.

5
Intervensi :

1. Kita memberikan penyuluhan terhadap keluarga tentang penyakit yang


diderita atau dialaminya. Misal, apa yang akan terjadi jika penyakit
tersebut tidak segera ditanganni secar medis.
2. setelah memberikan penyuluhan dengan keluarga kita memberikan
sosialisasi kepada masyarakat sekitar tentang pentingnya penaganan
medis terhadap penyakit penyakit yang diderita masyaarakat sekitar.tetapi
kita tidak dapat memaksakan pilihan dari seseorang keputusan
dikembalikan kepada keluarga dan masyarakat untuk percaya atau tidak
nya dengan medis.

Anda mungkin juga menyukai