PENDAHULUAN
1
Hubungan terapeutik antara perawat dengan klien lebih dari sekedar
mutual partnership. Hubungan ini merupakan sebuah proses dimana perawat
sebagai helper (penolong) mengintervensi kehidupan klien dan membantu
klien untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Hubungan ini disebut hubungan
pertolongan atau helping relationship.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Helping relationship adalah hubungan yang terjadi diantara dua atau lebih
individu maupun kelompok yang saling memberikan dan menerima bantuan
atau dukungan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sepanjang kehidupan.
Pada konteks keperawatan hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara
perawat dan klien. Ketika hubungan antara perawat dan klien terjadi, perawat
sebagai penolong (helper) membantu klien sebagai orang yang membutuhkan
pertolongan, untuk mencapai tujuan yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia klien.
3
Helping relationship dipengaruhi oleh karakteristik personal dan
profesional perawat dan klien. Usia, jenis kelamin, penampilan, diagnosis,
pendidikan, nilai-nilai, latar belakang etnik dan budaya, kepribadian, harapan,
dan tempat dapat mempengaruhi perkembangan helping relationship antara
perawat-klien. Dengan mempertimbangkan semua faktor diatas, disertai
kemampuan komunikasi yang baik serta minat yang tulus terhadap
kesejahteraan klien, perawat dapat menciptakan helping relationship.
a. Fase Pra-Interaksi
Fase pra-interaksi mirip dengan tahap perencanaan sebelum melakukan
wawancara. Biasanya, perawat memiliki informasi tentang klien sebelum
bertatap muka untuk yang pertama kali. Informasi tersebut dapat meliputi
nama klien, alamat, usia, riwayat medis, dan/atau riwayat sosial klien.
Perencanaan untuk kecemasan pertama dapat menimbulkan perasaan cemas
pada diri perawat. Jika perawat menyadari perasaan tersebut dan
mengidentifikasi informasi yang spesifik untuk dibahas, akan diperoleh hasil
yang positif.
Prainteraksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan
berkomunikasi dengan klien. Seorang perawat perlu mengevaluasi dirinya
tentang kemampuan yang dimilikinya. Jika merasa ada ketidaksiapan maka
perlu membaca kembali, diskusi dengan teman. Jika sudah siap perlu
membuat rencana interaksi dengan klien.
4
b. Fase Perkenalan
Fase perkenalan, yang disebut juga fase orientasi atau fase prabantuan,
sangat penting karena mengatur sifat keseluruhan hubungan. Selama
pertemuan awal ini, klien dan perawat mengamati dengan cermat dan
membuat penilaian tentang perilaku mereka satu sama lain. Menurut
Brammer (1998) dalam kozier (2004), tiga tahap yang terdapat dalam fase
perkenalan adalah membuka hubungan, mengklarifikasi masalah, dan
membuat serta memformulasi kontrak. Tugas penting lain dalam fase
perkenalan ini meliputi mengenal satu sama lain dan membina rasa percaya.
5
1) Menumbuhkan kepercayaan terhadap perawat.
2) Memandang perawat sebagai tenaga professional yang kompeten untuk
memberikan bantuan.
3) Memandang perawat sebagai pribadi yang jujur, terbuka dan peduli
dengan kesejahteraan mereka.
4) Percaya bahwa perawat akan mencoba memahami dan menghormati
keyakinan dan nilai budaya mereka.
5) Merasa nyaman berbicara dengan perawat mengenai perasaan dan
berbagai persoalan sensitif lainnya.
6) Memahami tujuan hubungan tersebut dan juga peran yang dijalani.
7) Merasa mereka adalah partisipan yang aktif dalam menyusun sebuah
rencana perawatan yang disepakati bersama.
c. Fase Kerja
Selama fase kerja, perawat dan klien mulai memandang satu sama lain
sebagai individu yang unik. Mereka mulai menghargai keunikan tersebut dan
saling peduli. Sikap caring menunjukkan kepedulian yang dalam dan tulus
terhadap kesejahteraan orang lain.saat sikap caring tumbuh, kemungkinan
munculnya sikap empati juga sangat besar. Fase kerja memiliki dua tujuan
utama, yaitu diantaranya:
1) Menggali serta Memahami Pikiran dan Perasaan
Perawat memerlukan berbagai keterampilan berikut untuk menjalani
fase kerja pada hubungan terapeutik, yaitu:
a) Mendengar dan berespons dengan empati. Perawat harus
mendengarkan dengan penuh perhatian dan berkomunikasi (berespons)
dengan cara yang menunjukkan bahwa mereka mendengarkan apa
yang telah disampaikan dan memahami bagaimana perasaan klien.
Perawat berespons terhadap isi percakapan atau perasaan atau
keduanya, sesuai keperluan. Perilaku nonverbal klien juga penting.
Perilaku nonverbal yang menunjukkan empati meliputi anggukan
kepala yang wajar, tatapan yang stabil, gestur yang wajar dan sedikit
aktivitas atau pergerakan tubuh. Hasi akhir empati berupa sikap
6
menghibur dan caring terhadap klien serta sebuah hubungan saling
bantu yang menyembuhkan.
b) Respek. Perawat harus menunjukkan penghargaan atas kesediaan
klien, keinginan untuk bekerja sama dengan klien dan sikap yang
menunjukkan bahwa perawat memandang serius pendapat klien.
c) Ketulusan. Pernyataan pribadi dapat bermanfaat untuk memperkuat
antara perawat dan klien.
d) Kekonkretan. Perawat harus membantu klien dengan bersikap konkret
dan spesifik, bukan berbicara secara garis besar. Saat klien berkata,
“saya bodoh dan ceroboh,” perawat mempersempit pembicaraan ke
area spesifik yang menegaskan, “Anda tersandung keset.”
e) Konfrontasi. Perawat memaparkan ketidaksesuaian antara pikiran,
perasaan dan tindakan yang menghambat kesadaran diri klien atau
eksplorasi area tertentu. hal ini dilakukan dengan empati, bukan
dengan sikap menghakimi.
Selama tahap pertama fase kerja, intensitas interaksi meningkat dan
perasaan seperti rasa marah, malu atau kesadaran-diri dapat
terekspresikan. Jika perawat terampil dalam tahap ini dan klien bersedia
untuk melakukan eksplorasi-diri, hasilnya berupa pemahaman klien
tentang perilaku dan perasaan.
2) Memfasilitasi Pengambilan Tindakan
Pada akhirnya, klien harus membuat keputusan dan mengambil
tindakan untuk menjadi lebih efektif. Tanggung jawab untuk bertindak
ada di tangan klien. Meski demikian, perawat berkolaborasi terhadap
keputusan tersebut, memberi dukungan dan menawarkan pilihan atau
informasi.
d. Fase Terminasi
Fase terminasi dalam hubungan ini biasanya berjalan sulit dan diliputi
kebimbangan. Akan tetapi, jika fase sebelumnya berjalan dengan efektif,
klien umumnya memiliki pandangan yang positif serta mampu untuk
7
mengatasi masalah secara mandiri. Di sisi lain, karena perasaan caring telah
tumbuh, sangat wajar jika muncul perasaan kehilangan dan setiap individu
perlu mengembangkan cara untuk mengucapkan selamat tinggal.
1) Terminasi sementara
Terminasi sementara adalah setiap akhir dari pertemuan perawat
klien. Sehingga perawat masih akan bertemu lagi dengan klien.
2) Terminasi akhir
Terminasi akhir terjadi jika pasien akan pulang atau mahasiswa
yang selesai praktek dirumah sakit.
8
Berikut ini pula beberapa pengertian komunikasi terapeutik menurut para
ahli :
9
Menurut Roger terdapat beberapa karakteristik dari seorang perawat yang
dapatmemfasilitasi tumbuhnya hubungan terapeutik :
a. Kejujuran (trustworthy) Kejujuran merupakan modal utama agar dapat
melakukankomunikasi yang bernilai terapeutik, tanpa kejujuran mustahil
dapat membina hubungansaling percaya.
b. Tidak membingungkan dan cukup apresiasif Dalam berkomunikasi
hendaknya perawatmenggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh
klien.
c. Bersikap positif. Bersikap positif dapat diunjukkan dengan sikap yang
hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien.
d. Empati bukan simpati Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan
keperawatan,karena dengan sikap ini perawat akan mampu merasakan dan
memikirkan permasalahanklien seperti yang dirasakan dan dipikirkan oleh
klien.
e. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien Agar dapat membantu
klien dalammemecahkan masalah perawat harus memandang
permasalahan tersebut dari sudut pandang klien.
f. Menerima klien apa adanya Jika seseorang diterima dengan tulus,
seseorang akanmerasa nyaman dan aman menjalin hubungan intim
terapeutik.
g. Sensitif terhadap perasaan klien Tanpa kemampuan ini hubungan yang
terapeutik sulitterjalin dengan baik, karena jika tidak sensitif perawat dapat
saja melakukan pelanggaran batas, privasi dan menyinggung perasaan
klien.
h. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri
Seseorangyang selalu menyesali tentang apa yang telah terjadi di masa
lalunya tidak akan mampu berbuat yang terbaik hari ini. Sangat sulit bagi
perawat untuk membantu klien, jika perawat sendiri memiliki segudang
masalah dan ketidakpuasan dalam hidupnya.
10
2.4 Faktor -faktor yang Mempegaruhi Hubungan Perawat – Klien
a. Perkembangan
Lingkungan yang diciptakan oleh orang tua mempengaruhi
kemampuan anak untuk berkomunikasi. Perawat menggunakan teknik
khusus ketika berkomunikasi pada anak sesuai dengan berbagai tahap
perkembangannya. Oleh karena itu, agar dapat berkomunikasi secara
efektif dengan anak, perawat harus mengerti pengaruh perkembangan
bahasa dan proses berpikir yang mempengaruhi cara dan sikap dalam
berkomunikasi.
b. Persepsi
Persepsi merupakan pandangan personal terhadap suatu kejadian.
Persepsi dibentuk oleh harapan dan pengalaman. Perbedaan persepsi
menghambat komunikasi.
c. Sistem nilai
Faktor ketiga yang menjadi faktor yang mempengaruhi adalah sistem
nilai. Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting
bagi perawat untuk menyadari nilai seseorang. Berusaha mengetahui dan
mengklarifikasi nilai adalah penting dalam membuat keputusan dan
interaksi. Jangan sampai perawat dipengaruhi oleh nilai personalnya dalam
hubungan profesional.
d. Latar belakang sosial budaya
Seringkali ketika memberi asuhan keperawatan kepada klien, perawat
menggunakan bahasa dan gaya komunikasi yang berbeda. Gaya
komunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya juga
membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.
e. Faktor emosi
Emosi adalah perasaan subyektif tentang suatu peristiwa. Cara
seseorang berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain dipengaruhi
11
oleh keadaan emosinya. Emosi mempengaruhi kemampuan salah tafsir
atau tidak mendengarkan pesan yang disampaikan. Perawat dapat
mengkaji emosi klien dengan mengobservasi klien ketika berinteraksi
dengan keluarga, dokter atau perawat lain. Perawat juga perlu
mengevaluasi emosinya, karena sangat sulit untuk menyembunyikan
emosi, sementara klien sangat perseptik terhadap emosi yang terpindahkan
melaluikomunikasi interpersonal.
f. Pengetahuan
Faktor keenam adalah pengetahuan. Komunikasi sulit dilakukan jika
orang yang berkomunikasi memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda.
Perawat mengkaji tingkat pengetahuan klien dengan memperhatikan
respon klien terhadap pernyataan yang diajukan. Setelah pengkajian,
perawat mempergunakan istilah dan kalimat yang dimengerti oleh klien
sehingga dapat menarik perhatian dan minatnya.
g. Faktor Peran
Cara berkomunikasi sesuai dengan peran dan hubungan orang yang
berkomunikasi. Gaya perawat berkomunikasi dengan klien akan berbeda
dengan caranya berbicara dengan dokter dan perawat lain. Perawat perlu
menyadari perannya saat berhubungan dengan klien ketika memberikan
asuhan keperawatan. Perawat menyebut nama klien untukmenunjukkan
rasa hormatnya dan tidak menggunakan humor jika baru mengenal klien.
h. Tatanan Interaksi
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan dalam
suatu lingkungan yang menunjang, karena bising, kurang keleluasaan
pribadi dan ruang yang sempit dapat menimbulkan kerancuan, ketegangan
dan ketidaknyamanan. Perawat perlu memilih tatanan yang memadai
ketika berkomunikasi dengan klien.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
a. Helping relationship adalah hubungan yang terjadi diantara dua atau lebih
individu maupun kelompok yang saling memberikan dan menerima
bantuan atau dukungan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sepanjang
kehidupan. Pada konteks keperawatan hubungan yang dimaksud adalah
hubungan antara perawat dan klien.
b. Proses pembinaan helping relationship dapat dijelaskan dalam empat fase
berurutan, yang masing-masing dikarakteristikkan dengan tugas-tugas
dan keterampilan yang dapat diidentifikasi. Perawat dapat
mengidentifikasi perkembangan hubungan dengan memahami fase
berikut: fase pra-interaksi, fase perkenalan, fase kerja (pemeliharaan) dan
fase terminasi.
c. Menurut Roger terdapat beberapa karakteristik dari seorang perawat yang
dapatmemfasilitasi tumbuhnya hubungan terapeutik : kejujuran, tidak
membingungkan, bersikap positif, empati, penerima klien apa adanya,
dan sensitive terhadap perasaan klien.
d. Faktor yang dapat mempengaruhi hubungan antara perawat-klien yaitu:
perkembangan, presepsi, sistem nilai, sosial budaya, dan pengetahuan.
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Blais, K., K., Hayes, J., S., Kozier, B., & Erb, G. (2007) . Praktik Keperawatan
Professional: Konsep & Perspektif, Ed. 7. Jakarta: EGC
Nasir, A., Muhith, A., Sajidin & Mubarak, W., I. (2011). Komunikasi dalam
Keperawatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika
14