Anda di halaman 1dari 15

TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN (BUDAYA DAN KEPERCAYAAN)

(DIVERSITY DALAM MASYARAKAT)

Dosen Pengampu : Ns. Yureya Nita, M.Kep.

Kelompok 1 :

1. Dea Firza
2. Fadhila Rahmi
3. Ferlinia Dhea Irawan
4. Ibnu Kamal
5. Muhammad Fiqi
6. Rahma Dona
7. Rolas aprilianti simanjuntak

2B

PROGRAM STUDI S-1 LMU KEPERAWATAN

STIKES PAYUNG NEGERI

PEKANBARU

2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, Sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis
membuat makalah mata kuliah Psikososial dan budaya keperawatan yang berjudul:
‘’Transkultural dalam keperawatan (budaya dan kepercayaan) (diversity dalam masyarakat)

Penulis Sadar makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari pihak lain yang
dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.Penulis sadar sepenuhnya makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu, Saya mengharapkan segala bentuk
saran serta masukan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya saya berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Penyusun

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................
1.3 Tujuan.........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Antropologi Kesehatan.................................................................


2.2 Unsur-unsur Keragaman Dalam Masyarakat Indonesia
2.3 Pengaruh keragaman dalam kehidupan beragama, bermasyarakat,
bernegara, dan kehidupan global................................................................
2.4 Problem Deskriminasi................................................................................
2.5 Contoh keberagaman dalam keperawata..................................................
2.6 Proses keperawatan Transkultural Nursing...............................................

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan .......


3.2 Saran .......

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut kamus besar bahasa Indonesia
artinya tingkah laku, macam jenis, lagu musik langgan, warna corak ragam, laras. Sehingga
keragaman berarti perihal beragam-ragam berjenis-jenis; perihal ragam hal jenis kergaman
yang di maksud di sini suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaaa-perbedaan
dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat
kesopanan serta situasi ekonomi.

Di Indonesia, terutama bagian barat mulai dari sulawesi adalah termasuk ras
mongoloid melayu muda. Kecuali batak dan toraja yang termasuk mongoloid melayu
tua, sebelah timur Indonesia termasuk ras austroloid, termasuk bagian NTT. Sedangkan
kelompok terbesar yang tidak termasuk kelompok pribumi adalah golongan chinayang
termasuk atratic mongoloid

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka makalah ini membahas “ Transkultural dalam
keperawatan (budaya dan kepercayaan) (diversity dalam masyarakat)’’

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas diketahui tujuan sebagai berikut:

1.     Untuk mendeskripsikan Konsep Transkultural dalam keperawatan (budaya dan


kepercayaan) (diversity dalam masyarakat)
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Makna Diversity (Keragaman)

Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut kamus besar bahasa Indonesia


artinya tingkah laku, macam jenis, lagu musik langgan, warna corak ragam, laras. Sehingga
keragaman berarti perihal beragam-ragam berjenis-jenis; perihal ragam hal jenis kergaman
yang di maksud di sini suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaaa-perbedaan
dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat
kesopanan serta situasi ekonomi.

2.2 Unsur-unsur Keragaman Dalam Masyarakat Indonesia

1.      Suku Bangsa dan Ras

Suku bangsa yang menempati wilayah Indonesia dari sabang sampai merauke sangat
beragam. Sedangkan perbedaan ras muncul karena adanya pengelompokkan besar manusia
yang memiliki ciri-ciri biologis lahiriyah yang sama seperti rambut, warna kulit, ukuran
tubuh, mata, ukuran kepala dan lain sebagainya.

Di Indonesia, terutama bagian barat mulai dari sulawesi adalah termasuk ras
mongoloid melayu muda. Kecuali batak dan toraja yang termasuk mongoloid melayu
tua, sebelah timur Indonesia termasuk ras austroloid, termasuk bagian NTT. Sedangkan
kelompok terbesar yang tidak termasuk kelompok pribumi adalah golongan chinayang
termasuk atratic mongoloid

2.      Agama dan Keyakinan

Agama mengandung arti ikatan yang harus di pegang dan di patuhi manusia. Ikatan
yang di maksud berasal dari kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan
gaib yang tak dapat di tangkap dengan panca indra. Namun mempunyai pengaruh besar yang
besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari ( Haru nasution: 10).

Agama sebagai keyakinan memang sulit di ukur secaratepat dan rinci.Hal ini pula
yang barang kali menyulitkan para ahli untuk memberikan definisi yang tepat tentang agama.
Namun apapun bentuknya kepercayaan yang di anggap sebagai agama, tampaknya memang
memilki ciri umum yang hampir sama, baik dalam agama primitif maupun agama
monoteisme. Menurut Robert H. Thouless, fakta menunjukkan bahwa agama berpusat pada
Tuhan atau dewa-dewa sebagai ukuran yang menentukan yang takboleh di abaikan( psikologi
agama:14)

Masalah agama tak akan mungkin dapat di pisahkan dari kehidupan masyarakat. Dalam
praktiknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain adalah :

a) Berfungsi edukatif: ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang
b) Berfungsi penyelamat
c) Berfungsi sebagai perdamaian
d) Berfungsi sebagai sosial kontrol
e) Berfungsi sebagai pemupuk ras dan solidaritas
f) Berfungsi tranformatif
g) Berfungsi kreatif
h) Berfungsi sublimatif

Pada dasarnya agama dan keyakinan merupkan unsur penting dalam keragaman bangsa
Indonesia.Hal ini terlihat dari banyaknya agama yang di akui di Indonesia.

3.      Tata Krama

Tata krama yang di anggap sebagai dari bahasa jawa yang berarti “adat sopan santun,
basa basi” pada dasarnya ialah segala tindakan, perilaku, adat istiadat, tegur sapa,ucap dan
cakap sesuai kaidah atau norma tertentu. Tata krama di bentuk dan di kembangkan oleh
masyarakat yang terdiri dari aturan-aturan yang kalau di patuhi di harapkan akan tercipta
interaksi sosial yang tertib dan efektif di dalam masyarakat yang bersangkutan. Indonesia
memiliki keragaman suku bangsa dimana di setiap suku bangsa memiliki adat tersendiri
meskipun kerena adanya sosialisasi nila-nilai dan norma secara turun menurun dan
berkisenambungan dari generasi ke generasi menyebabkan suatu masyarakat yang ada dalam
suatu suku bangsa yang sama akan memiliki adat dan kesopanan yang relatif sama.

4.      Kesenjangan Ekonomi

Bagi sebagian negara, perkonomian akan menjadi salah satu perhatian yang harus di
tingkatkan namun umumnya, masyarakat kita berada di golongan tingkat ekonomi menengah
kebawah. Hal ini tentu saja menjadi sebuah pemicu adanya kesenjangan yang tak dapat di
hindari lagi .

5.      Kesenjangan Sosial

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dengan bermacam


tingkat pangkat, dan strata sosial yang hierarkis. Hal ini dapat terlihat dan di rasakan dengan
jelas dengan adanya penggologan orang berdasarkan kasta. Hal ini yang dapat menimbulkan
kesenjangan social yang tidak saja dapat menyakitkan, Namun juga membahayakan bagi
kerukunan masyarakat. Tak hanya itu bahkan menjadi sebuah pemicu perang antara etnis atau
suku.

2.3 Pengaruh Keragaman dalam Kehidupan Beragama, Bermasyarakat, Bernegara,


dan Kehidupan Global

Berdirinya negara Indonesia di latar belakangi oleh masyarakat yang demikian


majemuk baik secara etnis, biogarfis. kultural, maupun religius.Kita tidak dapat mengingkari
prulalistik bangsa kita. Sehingga kita perlu memberi tempat bagi berkembangnya kebudayaan
suku bangsa dan kebudayaan beragama yang di anut oleh warga Indonesia.Masalah suku
bangsa dan kesatuan di Indonesia telah menunjukkan kepada kita bahwa suatu negara yang
multietnik memerlukan suatu kebudayaan nasional untuk memanifestasikan peranan identitas
nasional dan solidaritas nasional di antara warganya.Gagasan tentang kebudayaan nasional
yang menyangkut kesadaran dan identitas suatu bangsa telah di rancang saat bangsa kita
belum merdeka.

Manusia secara kodrat diciptakan sebagai makhluk yang mengusung nilai


harmoni. Perbedaan yang berwujud baik secara fisik ataupun mental, sebenarnya merupakan
kehendak Tuhan yang seharusnya dijadikan sebagai sebuah potensi untuk menciptakan
sebuah kehidupan yang menjunjung tinggi toleransi di kehidupan sehari-hari, Kebudayaan
Suku Bangsa dan kebudayaan agama, bersama-sama dengan pedoman kehidupan berbangsa
dan bernegara, mewarisi perilaku dan kegiatan kita.berbagai kebudayaan itu beriringan,
saling melengkapi. Bahkan mampu saling menyesuaikan dalam kehidupan sehari-hari tetapi
sering kali yang terjadi malah sebaliknya. Perbedaan-perbedaan tersebut menciptakan
ketegangan hubungan antara anggota masyarakat. Hal ini di sebabkan oleh sifat dasar yang
selalu di miliki oleh masyarakat majemuk  sebagaimana di jelaskan oleh Van de Berghe:

1) Terjadinya sikmentasi kedalam kelompok-kelompok yang seringkali memiliki


kebudayaan yang berbeda.
2) Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat
non komplenter
3) Kurang mengembangkan konsensuf di antar anggota masyarakat tentang nilai-nilai
sosial yang bersifat dasar.
4) Secara relatif sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan yang
lainnya.
5) Secara relatif integrasi tumbuh di atas paksaan yang saling ketergantungan di dalam
bidang ekonomi.
6) Adanya dominasi politik oleh suatu kelomok terhadap kelompok yang lain.

Realitas di atas harus di akui dengan sikap terbuka logis, dan dewasa karena dengan
kemajemukan yang ada dapat di pertumpul. Jika keterbukaan dan kedewasaan sikap
dikesampingkan, besar kemungkinan tercipta masalah-masalah menggoyahkan persatuan dan
kesatuan bangsa seperti:

1.      Disharmonisasi, adalah tidak adanya kesesuaian atas keragaman antara manusia


dengan dunia lingkungannya. Disharmonisasi di bawa oleh virus paparoks yang ada
dalam globalisasi. Paket globalisasi begitu memikat masyarakat dunia dengan
tawarannya akan keseragman global untuk maju bersama dan komunikasi gaya
hidup ,manusia yang bebas dan harmonis dalam tatanan dunia, dengan
menyampingkan keunikan dan keberagaman indonesia sebagai pelaku utama.

2.      Perilaku diskriminatif terdapat etnis atau kelompok masyarakat tertentu


akanmunculmasalah yang lain, yaitu kesenjangan dalam berbagai bidang yang tentu
saja yang tidak mengentungkan bagi hidup berbangsa dan bernegara.
3.      Eksklusivme,realisis, bersumber dari superioritas, alasannya dapat bermacam-
macam antara lain; keyakinan bahwa secara koadrati ras/sukunya ke kelompoknya
lebih tinggi dari ras/suku/kelompok lain.

Ada beberapa halyang dapat dilakukan memperkecil masalah yang di akibatkan oleh
pengaruh negatif dari keragaman, yaitu:

a) Semangat religius
b) Semangat nasionalisme
c) Semangat pluralisme
d) Semangat humanisme
e) Dialog antar umat beragama
f) Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan
antara agama,media massa, dan harmonisasi dunia.

Keterbukaan, kedewasaan sikap, pemikiran globalyang bersifat inklusif, kesadaran


kebersamaan dalam mengarungi sejarah, merupakan modalyang menentukan bagi
terwujudnya sebuah bangsa yang berBhineka Tunggal Ika.menyatu dalamkeragaman, dan
beragam dalam kesatuan.Segala bentuk kesenjangan di dekatkan, segala keanekaragaman di
pandang sebagaikekayaan bangsa milik bersama.Sikap inilah yang perlu di kembangkan
dalampikiran masyarakat untuk menuju Indonesia Raya Merdeka.

2.4 Problem Deskriminasi

Diskriminasi adalah sebuah tindakan yang melakukan perbedaan terhadap seseorang


atau kelompok orang berdasarkan ras,agama,suku, etnis, kelompok, golongan, status, dan
kelas soaial ekonomi, jenis kelamin, kondisi fisik tubuh, usia,orientasi seksual, pandangan
ideologi dan politik. serta batas negara, dan kebangsaan seseorang.

Tuntutan atas kesamaan hak bagi setiap manusia di dasarkan pada prinsi-prinsip hak
asasi manusia.Sifat dari HAM adalah universal dan tanpa pengecuali tidak dapat di pisahkan
dan saling tenrgantung. Berangkat dari pemahaman tersebut seyogianyasikap-sikap yang
didasarkan pada ethnosentrisme, resisme, religius fanatisme,dan diskrimination harus
dipandang sebagai tindakan yang menghambat pengembangan kesederajatan dan demokrasi,
penegakan hukum dalam kerangka pemajuan dan pemenuhan HAM.

PASAL 218 Ayat (2) UUD NKRI 1945 telah menegaskan bahwa: “setiap orang
berhak bebas dari perlakuan bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.” Sementara itu pasal 3 UU
No 1999 tentang HAM telah menegaskan bahwa “... setiap orang di lahirkan bebas dengan
harkat dan martabat yang sama dan sederajat... “ ketentuan tersebut merupakan landasan
hukumyang mendasari prinsip non-diskriminasi di indonesia.

Pencantuman prinsip ini pada awal pasal berbagai instrumen hukum yang mengatur HAM
pada dasarnya menunjukkan bahwa diskriminasi telah menjadi realitas yang promblematika
sehingga:
a.  Komunitas internasional telah mengakui bahwa diskriminasi masih terjadi di
berbagai belahan dunia

b.  Prinsip non-diskriminasi harus mengawali kesepakatan antar bangsa untuk dapat


hidup dalamkebebasan keadilan dan perdamaian

Dalam demokrasi diskriminasi seharusnya telah ditiadakan dengan adanya kesetaraan dalam
bidang hukum, kesederajatan dalam perlakuan adalah salah satu wujud ideal dalam
kehidupan negara yang demokratis. Akan tetapi berbagai penelitian dan pengkajian
menunjukkan bahwa kondisi di Indonesia saat ini belum mencerminkan penerapan asas
persamaan di muka hukum secara utuh.

Promblematika lainnya timbul dan harus di waspadai adalah disintegrasi bangsa dari kajian
yang di lakukan terhadap berbagai kasus disintegrasi bangsa dan bubarnya sebuah negara
dapat di simpulkan adanya enam faktor utama secara gradual bisa menjadi penyebab utama
proses itu, yaitu:

1.      Kegagalan kepemimpinan

2.      Krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama

3.      Krisis politik

4.      Krisis sosial

5.      Demoralisasi tentara dan polisi

6.      Intervensi asing

2.5 Contoh keberagaman dalam keperawatan

Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan
keperawatan ditunjukkan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.

2.6 Proses keperawatan Transkultural Nursing

Model konseptual yang dikembangkan oleh leininger dalam menjelaskan


asuhankeperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit
(sunrise model). Geisser (1995) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh
perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew
and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah


kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Dafithizar,
1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “sun
risemodel” yaitu :

a. Faktor teknologi (tecnological faktors)

Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau


mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan.
Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau
mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan
klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan
dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat
ini

b. Faktor agama dan falsafah hidup (religios and philosophical factors)

Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang


amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motifasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran diatas segalanya, bahkan diatas
kehidupan sendiri.Faktor agama yang hars dikaji oleh perawat adalah : agama
yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab
penyakit, cara pengobatan dankebiasaan agama yang berdampak positif
terhadap kesehatan.

c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)

Perawat pada tahap ini harus mengkaji fakor-faktor : nama lengkap,


nama panggilan, umur dan tampat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien
dengan kepala keluarga.

d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and live ways)

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan


oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya
adalah suatu kaidah ia mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut
budaya terkait. Yang perudikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan
yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan
makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, seperti sakit berkaitan
dengan aktifitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.

e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku ( political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan
lintas budaya (andrew and boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini
adalah : peraturan dankebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung,
jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien
yang dirawat.

f. Faktor ekonomi (economical factors)

Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber


material yang dimiliki untuk membiayai penyakitnya agar segara sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien,
sumber biaya pengobatan,tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari
sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan
antar keluarga.

g. Faktor pendidikan (education factors)

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam


menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap
budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatan. Hal yang perlu dikaji pada
tahap ini adalah: tingkat pendidikanklien, jenis pendidikan serta
kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman
sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

Prinsip-prinsip pengkajian budaya:

a. Jangan menggunakan asumsi


b. Jangan membuat streotip bisa terjadi konflik misalnya: orang padang
pelit,orang jawa halus
c. Menerima dan memahami metode komunikasi
d. Menghargai perbedaan individual
e. Menghargai kebutuhan personal dari setiap individu
f. Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien
g. Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respons klien sesuuai latar belakang


kebudayaan nya yang dapat dicegah, dubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Gigerand dafithizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang
sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu: gangguan
komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial
berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidak patuhan dalam pengobatan
berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

3. Perencanaan dan pelaksaan

Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transkultural adalah suatu


proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses
memilih strategi yang tepat dan pelaksaan adalah melaksakan tindakan yangsesuai
dengan latar belakang budaya klien (Giger and Dafithizar, 1995). Ada tiga pedoman
yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (andrew and boyle,1995) yaitu:
mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan
dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klienkurang
menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien
bertantangan dengan kesehatan.

a. Cultural care preservation/maintenance

Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak


bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi
keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah
dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan
status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.

1) Identivikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang poses


kelahiran dan perawatan bayi

2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi dengan klien

3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat

b. Cultural care accomodation/negatiation

Negosiasi budaya intervensi danimplementsi keperawatan pada tahap


ini dilakukan untuk membantu klien berdaptasi terhadap budaya tertentu
yang lebih menguntungkan kesehatan.Perawat membantu klien agar dapat
memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
kesehatan, misalnya klien sedang hamil.

mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat


diganti dengan sumber protein hewani yang lain.

1. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien


2. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien
dan standar etik

c. Cultual care repartening/reconstruction

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki


merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukrisasi gaya hidup
klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok.Pola rencana hidup yang
dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan
yang dianut.

1. Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang


diberikan dan melaksanakannya.
2. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari
budaya kelompok.
3. Gunakan pihak ketiga bila perlu.
4. Terjemahkan terminologi gejala pasien kedalam bahasa
kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua.
5. Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan
kesehatan perawat dan klien harus mencoba memahami
budaya masing-masing melalui proses aktulturasi, yaitu proses
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang
akhirnya akan memperkaya budaya-budaya mereka. Bila
perawat tidak memahami budaya klien makan akan tumbul
rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara
perawat dan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien
amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan
hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

4. Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan


kliententang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi
budayaklien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya
baru yangmungkin sangan bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui
evaluasidapat diketahui asuhan keperawatan yang ssuai dengan latar belakang
buadaya klien.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut kamus besar bahasa Indonesia


artinya tingkah laku, macam jenis, lagu musik langgan, warna corak ragam, laras. Sehingga
keragaman berarti perihal beragam-ragam berjenis-jenis; perihal ragam hal jenis kergaman
yang di maksud di sini suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaaa-perbedaan
dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat
kesopanan serta situasi ekonomi.

Di Indonesia, terutama bagian barat mulai dari sulawesi adalah termasuk ras
mongoloid melayu muda. Kecuali batak dan toraja yang termasuk mongoloid melayu
tua, sebelah timur Indonesia termasuk ras austroloid, termasuk bagian NTT. Sedangkan
kelompok terbesar yang tidak termasuk kelompok pribumi adalah golongan chinayang
termasuk atratic mongoloid

3.2 Saran

Semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat bermafaat bagi kita semua, serta dapat
memberikan informasi tentang pentingnya. Transkultural dalam keperawatan (budaya dan
kepercayaan) (diversity dalam masyarakat).dan kami juga meminta kritik dan saran dari
pembaca sekalian.
DAFTAR PUSTAKA

Sagar, P. (2012). Transcultural Nursing Thery and Models : Aplication in Nursing Adecation,

Practice and administration

Leiningger, MM & Mc. Farland, MR.Cultual Care Diversity and Universality : A

Worlwide Nursing Theory. 2th ed. Jones & Bartlett Publiser.


Indiyanto, Agus. 2013. Agama di Indonesia dalam Angka: Dinamika Demografis
Berdasarkan Sensus Penduduk 2000 dan 2010. Yogyakarta: CRCS

Modood, Tariq. 2013. Multiculturalism: A Civic Idea (Second Edition). Cambridge: Polity
Press

Anda mungkin juga menyukai