Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah
komunikasi dalam keperawatan dengan judul Konsep Dasar Komunikasi
Terapeutik dalam keperawatan.
Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh anggota kelompok yang telah
berkontribusi secara optimal sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Terima
kasih juga kami ucapkan kepada Ibu selaku dosen pembimbing. Ucapan terima
kasih tak lupa kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu proses
pembuatan makalah ini baik secara moril maupun materil.
Besar harapan kami makalah ini dapat memberi kontribusi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang bisa bermanfaat
nantinya. Sebagai penyusun kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak kami
harapkan. Atas segala masukan tersebut penulis mengucapkan terimakasih.

Padang, September 2019

Kelompok

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................... i


Daftar Isi ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2


C. Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB I I TINJAUAN TEORI


A. Konsep Dasar Komunikasi Terapeutik dalam Proses Keperawatan…… 3
1. Defenisi Komunikasi Terapeutik…………………………………….. 3
2. Tujuan Komunikasi Terapeutik………………………………………
3. Defenisi Helping Relationship……………………………………….
4. Perbedaan Hubungan Sosial dengan Terapeutik……………………..
5. Karakteristik Perawat dalam Helping Relationship………………….
B. Prinsip Dasar dalam Komunikasi……………………………………….
C. A Help Relationship…………………………………………………….
D. Karakteristik Perawat Self Awareness………………………………….
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Menggunakan Komunikasi
Terapeutik ...........................................................................................
1. Tahap Prainteraksi……………………………………………………
2. Tahap Orientasi………………………………………………………
3. Tahap Kerja…………………………………………………………..
4. Tahap Terminasi……………………………………………………..
F. Teknik Komunikasi Terapeutik
G. Hambatan dalam komunikasi terapeutik

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................................... 11
B. Saran.............................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit yang baik adalah rumah sakit yang memiliki kemampuan dalam
menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan yang ada dengan program-program
pelayanan kesehatan. Keberhasilan yang diperoleh rumah sakit dalam
meningkatkan mutu pelayanan sangat berhubungan erat dengan kepuasan pasien,
sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi. Menurut Nurjanah (2001) untuk
menghindari rendahnya mutu pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan
(perawat) dan beralihnya pasien atau pelanggan ke tempat yang lain. Maka
diperlukan suatu institusi pelayanan kesehatan dapat meningkatkan kualitas
pelayananya. Salah satu bentuknya adalah meningkatkan komunikasi yang baik
dan tepat bagi perawat khususnya.
Semua tingkah laku merupakan komunikasi (verbal atau non verbal) dan
semua komunikasi mempengaruhi tingkah laku, sehingga komunikasi pada
dasarnya dapat merupakan suatu alat untuk memfasilitasi hubungan terapeutik
atau bahkan dapat berfungsi sebagai penghalang terhadap tumbuhnya hubungan
yang terapeutik. Seorang perawat memerlukan pengetahuan tentang komunikasi
sebelum dapat membantu pasien dalam berkomunikasi ( Ode, Sharif La 2012).
Arwani (2002) berpendapat bahwa keterampilan berkomunikasi merupakan
keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk membangun suatu hubungan,
baik itu hubungan yang kompleks maupun hubungan yang sederhana melalui
sapaan atau hanya sekedar senyuman. Salah satu karakterisitik dasar dari
komunikasi yaitu ketika seseorang melakukan komunikasi terhadap orang lain
maka akan tercipta suatu hubungan diantara keduanya. Hal inilah yang pada
ahkhirnya membentuk suatu hubungan helping relationship ( Ode, Sharif La
2012).

1
B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dasar komunikasi terapeutik dalam keperawatan?.
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar komunikasi terapeutik dalam
keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami konsep komunikasi terapeutik dalam proses
keperawatan
b. Mampu Memahami Prinsip Dasar dalam Komunikasi
c. Mampu Memahami A Help Relationship
d. Mampu Memahami Karakteristik Perawat Self Awareness
e. Mampu memahami strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
menggunkaan komunikasi terapeutik
f. Mampu Memahami Teknik Komunikasi Terapeutik
g. Mampu Memahami Hambatan dalam komunikasi terapeutik

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi terapeutik dalam proses keperawatan


1. Defenisi Komunikasi Terapeutik
Stuart G.W dalam Ibadurokhman (2007), menyatakan bahwa komunikasi
terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan klien, dalam
hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama
dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. Mundakir (2006)
menyatakan komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara
perawat klien yamg bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Mulyana
(2000) juga mengatakan bahwa komunikasi terapeutik termasuk komunikasi
interpersonal yaitu komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara
langsung, baik secara verbal dan non verbal.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi terapeutik
adalah komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien dan dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien mencapai kembali kondisi yang adaptif
dan positif ( Ode, Sharif La 2012).

2. Tujuan Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah
yang lebih positif atau adaptifdan diarahkan pada pertumbuhan klien yang
meliputi :
a. Realisasi diri
Penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri. Melalui komunikasi
terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien yang
menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami
perubahan dalam dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan dirirnya,

3
mengalami gangguan gambaran diri, penurunan harga diri, merasa tidak
berartidan pada akhirnya merasa putus asa, dan depresi.
b. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superficial dan
saling bergantung dengan orang lain. Membantu mengambil tindakan
yang efektif untuk mengubah situasi yang ada. Melalui komunikasi
terapeutik, klien belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain.
Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima klien apa adanya,
perawat akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam membina
hubungan saling percaya.
c. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan yang realistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri
atau tujuan terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya.
d. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri. Klien
yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai
rasa percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi
terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klien meningkatkan
integritas dirinya dan identitas diri yang jelas.
( Ode, Sharif La 2012).

3.Defenisi Helping Relantionship


Helping relationship adalah hubungan yang terjadi diantara dua (atau lebih)
individu maupun kelompok yang saling memberikan dan menerima bantuan
atau dukungan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sepanjang kehidupan.
Pada konteks keperawatan hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara
perawat dan klien. Ketika hubungan antara perawat dan klien terjadi, perawat
sebagai penolong (helper) membantu klien sebagai orang yang membutuhkan
pertolongan, untuk mencapai tujuan yang terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia klien.

4
Tujuan dari helping relationship adalah :
a. Kesadaran diri, penerimaan diri, dan meningkatnya kehormatan diri.
Identitas pribadi yang jelas dan meningkatnya integritas pribadi
b. Kemampuan untuk membentuk suatu keintiman, saling ketergantungan,
hubungan interpersonal dengan kapasitas member dan menerima cinta.
c. Mendorong fungsi dan meningkatkan kemampuan terhadap kebutuhan
yang memuaskan dan mencapai tujuan pribadi yang realistic.
( Ode, Sharif La 2012).

4.Perbedaan Hubungan Sosial dengan Terapeutik


Komunikasi terapeuik berbeda secara spesifik dengan komunikasi social,
dengan demikian dapat dijelaskan bahwa hubungan terapeutik berbeda dengan
hubungan sosial. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mempunyai
tujuan spesifik, dilakukan berdasarkan rencana yang dibuat secara spesifik,
dilakukan oleh orang-orang yang spesifik, terjadi berbagi / sharing informasi
yang berbeda dan dibangun atas dasar untuk memenuhi kebutuhan klien.
Sedangkan komunikasi sosial adalah komunikasi yang dilakukan untuk tujuan
yang bersifat umum, tidak direncanakan secara spesifik (terjadi secara
spontan), dilakukan oleh siapa saja (masyarakat umum) yang mempunyai
minat yang sama, informasi yang disampaikan hampir sama antara pihak-
pihak yang terlibat dan dibangun atas dasar kebutuhan bersama semua pihak
yang terlibat komunikasi (Nurhasanah, Nunung 2010).

5.Karakteristik Perawat dalam Helping Relationship


Menurut Stuart G. W dalam Suryani (2007), ada beberapa karakteristik
seorang perawat yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang
terapeutik yaitu :
a. Kejujuran
Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran tidak akan
terbinanya hubungan saling percaya. Kepercayaan akan berkembang

5
ketika klien percaya bahwa perawat akan konsisten dalam kata-kata dan
tindakannya. Sangat penting bagi perawat untuk menjaga kejujuran saat
berkomunikasi dengan klien, karena apabila hal tersebut tidak dilakukan
maka klien akan menarik diri, merasa dibohongi, membenci perawat atau
bisa juga berpura-pura patuh terhadap perawat.
b. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan
kata-kata yang mudah dipahami oleh klien dan tidak menggunakan
kalimat yang berbelit-belit, komunikasi non verbal perawat harus cukup
ekspresif dan sesuai dengan verbalnyakarena ketidaksesuaian akan
menimbulkan kebingungan bagi klien.
c. Bersikap positif
Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan lewat
komunikasi nonverbal sangat penting baik dalam membina hubungan
saling percaya maupun dalam membuat rencana tindakan bersama klien.
Bersikap positif ditunjukkan dengan bersikap hangat, penuh perhatian dan
penghargaan terhadap klien. Untuk mencapai kehangatan dan ketulusan
dalam hubungan yang terapeutik tidak memerlukan kedekatan yang kuat
atau ikatan tertentu diantara perawat dan klien akan tetapi penciptaan
suasana yang dapat membuat klien merasa aman dan diterima.
d. Empati bukan simpati
Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan
sikap ini perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan
klien seperti yang dirasakan dan dipikirkan klien. Dengan bersikap empati
perawat dapat memberikan alternatif pemecahan masalah karena perawat
tidak hanya merasakan permasalahan klien tetapi juga tidak berlarut-larut
dalam permasalahan tersebut dan turut berupaya mencari penyelesaian
masalah secara objektif.
( Ode, Sharif La 2012).

6
B.Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Menggunakan Komunikasi
Terapeutik
Strategi kegiatan interaksi interaksi perawat-klien sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan/ Pra interaksi
a. Mengumpulkan data tentang klien
b. Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan mengidentifikasi
kecemasan, menganalisis kekuatan dan kelemahan diri, ,
c. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.
d. Evaluasi diri
Apa pengetahuan yang saya miliki ?
Apa yang akan saya ucapkan saat bertemu klien?
Bagaimana respon selanjutnya jika klien diam, menolak, marah atau
inkoheren ?
e. Penetapan tahap interaksi
Apakah pertemuan lanjutan ?
Apa tindakan yang akan saya lakukan ?
f. Rencana interaksi
Teknik komunikasi yang diterapkan, langkah-langkah tindakan, observasi
yang harus dilakukan
2. Tahap Perkenalan/ Orientasi
a. Memberikan salam
b. Melakukan validasi (membina rasa saling percaya, menunjukkan
penerimaan, dan komunikasi yang terbuka)
c. Memperkenalkan nama perawat, menanyakan nama klien
d. Menjelaskan tanggung jawab perawat dan peran perawat dan klien
e. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
f. Menjelaskan tujuan dan merumuskan waktu bersama pasien
Contoh :
1). Salam terapeutik
“Selamat pagi, Bu Neni”

7
“Nama saya Kiki, saya senang dipanggil Kiki”
“Saya perawat yang bekerja di…., saya yang akan merawat Yanti
selama 3 hari”. “Dimulai saat ini s.d …, saya datang jam 07.00 dan pulang
jam 14.00.”
2). Menyepakati kontrak
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap ? “
“Ayo kita duduk di sana . “ (sebutkan)
“Saya akan membantu Yanti untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi.”
3). Percakapan awal
fokus pada keluhan utama dan pengkajian lainnya
“Apa yang terjadi di rumah sampai Yanti dibawa kemari ?”
4). Menyepakati masalah klien
“Dari percakapan tadi tampaknya Yanti tidak nafsu makan karena
merasa nyeri pada ulu hati”.

3. Tahap Kerja
a. Memberi kesempatan klien untuk bertanya
b. Menanyakan keluhan utama/ keluhan yang mungkin berkaitan dengan
kelancaran pelaksanaan kegiatan
c. Memulai kegiatan dengan cara yang baik
d. Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana
Contoh :
“Apa yang menyebabkan Hoddie cemas?”
“Apa yang Hoddie lakukan saat cemas ?”
“hoddie ingin mencoba cara yang mana?”Baik saya akan beri contoh (lakukan
demonstrasi). “Coba Hoddie tiru cara yang tadi.”
“Bu, sekarang sudah pukul 12.00, saatnya ibu mendapat suntikan.”
“Bu, sesuai dengan keadaan suhu ibu yang tinggi maka setiap 2 jam saya akan
mengukur suhu, nadi dan pernapasan ibu ……….. “

8
4. Tahap Terminasi
a. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilakukan
(evaluasi objektif)
b. Menanyakan perasaan pasien setelah berinteraksi dengan perawat
(evaluasi subjektif)
c. Menyepakati tindak lanjut dari interaksi-interaksi yang telah dilakukan
d. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya.
(Nurhasanah, Nunung 2010).
1). Terminasi sementara
Evaluasi hasil : “ Coba Hoddie sebutkan hal-hal yang sudah kita
bicarakan tadi.”
Tindak lanjut : “ Yang mana yang ingin Hoddie coba?”
Kontrak yang akan datang
“Kapan kita ketemu lagi ?” (waktu)
“Apa saja yang akan kita bicarakan nanti/besok?” (topik )
2). Terminasi akhir
Evaluasi hasil : “Apa saja yang sudah hoddie ketahui selama dirawat
disini?”
Tindak lanjut : “Apa rencana kegiatan Hoddie di rumah?”
Kontrak yang akan datang :
Dilakukan pada keluarga

C. Hambatan Dalam Berkomunikasi


Menurut Pieter (2017) hambatan dalam melakukan komunikasi yaitu:
1. Kecakapan yang kurang dalam berkomunikasi.
Kurang cakap dalam berbicara (terutama di depan umum), berbicara
tersendat-sendat, menyebabkan pendengar menjadi jengkel dan tidak sabar.
2. Sikap yang kurang tepat.

9
Seorang dosen yang sedang memberi kuliah sambil duduk diatas meja
sehingga akan memberi kesan yang kurang baik bagi mahasiswa.
3. Kurang pengetahuan.
Seorang yang kurang pengetahuannya, jarang membaca atau mendengar
radio atau televisi, akan mengalami kesulitan dalam mengikuti pembicaraan
orang lain.
4. Kurang memahami sistem sosial
5. Prasangka  yang tidak beralasan
6. Jarak fisik.
Komunikasi menjadi kurang lancar bila jarak komunikan dan komunikator
berjauhan ataupun terlalu berdekatan.
7. Tidak ada persamaan persepsi
8. Indera yang rusak
9. Berbicara yang berlebihan.
Berbicara berlebihan seringkali akan mengakibatkan penyimpangan dari
pokok pembicaraan
10. Mendominir pembicaraan

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi
klien dan dilakukan oleh perawat untuk membantu klien mencapai kembali
kondisi yang adaptif dan positif. Helping relationship adalah hubungan yang

10
terjadi diantara dua (atau lebih) individu maupun kelompok yang saling
memberikan dan menerima bantuan atau dukungan untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya sepanjang kehidupan. Pada konteks keperawatan hubungan yang
dimaksud adalah hubungan antara perawat dan klien. Ketika hubungan antara
perawat dan klien terjadi, perawat sebagai penolong (helper) membantu klien
sebagai orang yang membutuhkan pertolongan, untuk mencapai tujuan yang
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia klien ( Ode, Sharif La 2012).
B. Saran
Makalah ini masih banyak kekurangan dari segi isi maupun
dalam sistem penulisan, kelompok mengharapkan makalah ini
dapat disempurnakan dari hasil diskusi bersama antar kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan. Graha


Ilmu : Yogyakarta.

Nurhasanah, Nunung.2010. Ilmu Komunikasi dalam Konteks Keperawatan.


TIM : Jakarta.

11
Nurjanah. 2001. Hubungan Terapeutik Perawat dan Pasien. FK UGM :
Yogyakarta .

Ode, La Sharif. 2012. Konsep Dasar Keperawatan. Nuha Medika : Yogyakarta.

Putri, Trikaloka H. & Achmad Fanani. 2013. Komunikasi Kesehatan. Merkid


Press : Yogyakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai