Anda di halaman 1dari 45

KONSEP CARING

                                                     ABSTRAK

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang
lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan perhatian, perasaan empati pada orang lain
dan perasaan cinta atau menyayangi yang merupakan kehendak keperawatan. (Potter, P. A. &
Perry A. G. (2005). Fundamentals of Nursing : Concepts, Process, and Practice. 6th Ed. St.
Luois, MI : Elsevier Mosby.). Caring juga mempelajari berbagai macam philosofi dan etis
perspektif. Perspektif klien mengenai caring juga perlu dipertimbangan untuk meningkatkan
kemampuan perawat dalam memberikan caring, selain itu untuk dijadikan penilaian kepuasaan
terhadap pelayanan kesehatan. Adapun nilai-nilai dalam konsep caring (Watson) diantaranya
konsep tentang manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan. Konsep tentang manusia
meliputi keinginan untuk dirawat, dihormati, mendapatkan asuhan, dipahami dan dibantu.
Kesehatan merupakan menekankan pada fungsi pemeliharaan dan adaptasi untuk
meningkatkan fungsi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Lingkungan. Lingkungan
mencakup pengaruh budaya sebagai strategi untuk melakukan mekanisme koping terhadap
lingkungan tertentu. Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan
caring ditujukan untuk klien baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Dalam hal melakukan
caring, ada tiga aspek pendorong yang membuat perawat melakukannya ialah aspek kontrak
(keterikatan dengan pekerjaan), etika dan spritualitas (keagamaan). Manfaat caring itu sendiri
amat beragam, yang pada dasarnya betujuan untuk meningkatkan status kesehatan klien.

Kata kunci : Caring, Perspektif klien, Konsep caring, Perilaku

                                                           BAB I
                                                 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman globalisasi seperti sekarang ini, segala hal dituntut untuk semakin maju dan
memenuhi kebutuhan masyarakat. Termasuk salah satunya merambah pada bidang kesehatan
terutama keperawatan. Kualitas pelayanan keperawatan sangat mempengaruhi kualitas
pelayanan kesehatan, bahkan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan
kesehatan (rumah sakit) di mata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan
kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan
orang lain, kesakitan, kesengsaraan yang dialami masyarakat. Salah satu indikator mutu
layanan keperawatan adalah kepuasan pasien. Perilaku Caring perawat menjadi jaminan
apakah layanan perawatan bermutu apa tidak.
Perawat memerlukan kemampuan khusus saat melayani orang atau pasien yang sedang
menderita sakit. Kemampuan khusus tersebut mencakup keterampilan intelektual, teknikal,
dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring (Johnson, 1989). Dengan mengetahui
bagaimana caring yang sebenarnya, diharapkan perawat mampu melakukan pelayanan secara
totalitas terhadap kliennya.

B. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1.      Menjelaskan pengertian caring secara umum dan teori caring menurut Watson.
2.      Memahami persepsi klien tentang caring.
3.       Menjelaskan perilaku caring dalam praktik keperawatan.
4.      Memahami perbedaan caring dan curing.
                                                   BAB II
                                      TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Caring

1. Pengertian Caring Secara Umum
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi
orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan perhatian, perasaan empati pada orang
lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang merupakan kehendak keperawatan. (Potter, P. A.
& Perry A. G. (2005). Fundamentals of Nursing : Concepts, Process, and Practice. 6th Ed. St.
Luois, MI : Elsevier Mosby.) Selain itu, caring mempengaruhi cara berpikir seseorang, perasaan
dan perbuatan seseorang. Caring juga mempelajari berbagai macam philosofi dan etis
perspektif.
Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan suatu cara
pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya
kepada klien. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam
praktik keperawatan. Saat ini, caring adalah isu besar dalam profesionalisme keperawatan.
Banyak ahli keperawatan yang mengungkapkan mengenai teori caring, antara lain sebagai
berikut:(Sartika,Nanda.(2011) Konsep Caring. Diambil dari http://www.pedoman.news.com).
1. Watson (1979), yang terkenal dengan Theory of Human Caring, mempertegas
bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan
penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan
demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.
2. Marriner dan Tomey (1994), menyatakan bahwa caring merupakan pengetahuan
kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal.Caring bukan
semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi
tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik
dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et
all, 1999).
3. Griffin (1983), membagi konsep caring kedalam dua domain utama. Salah satu
konsep caring ini berkenaan dengan sikap dan emosi perawat, sementara konsep caring yang
lain terfokus pada aktivitas yang dilakukan perawat saat melaksanakan fungsi keperawatannya.
Griffin menggambarkan caring dalam keperawatan sebagai sebuah proses interpersonal esensial
yang mengharuskan perawat melakukan aktivitas peran yang spesifik dalam sebuah cara
dengan menyampaikan ekspresi emosi-emosi tertentu kepada resepien. Aktivitas tersebut
menurut Griffin meliputi membantu, menolong, dan melayani orang yang mempunyai
kebutuhan khusus. Proses ini dipengaruhi oleh hubungan antara perawat dengan pasien.

4. Lydia Hall (1969) , mengemukakan perpaduan tiga aspek dalam teorinya. Sebagai


seorang perawat, kemampuan care, core, dan cure harus dipadukan secara seimbang sehingga
menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal untuk klien. Care merupakan komponen
penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Core merupakan dasar dari ilmu sosial yang terdiri
dari kemampuan terapeutik, dan kemampuan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain.
Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam memberikan
asuhan keperawatan secara total kepada klien, maka ketiga unsur ini harus dipadukan
(Julia, 1995).

5. Florence Nightingale (1860), caring adalah tindakan yang menunjukkan


pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan lingkungan
bersih, verifikasi yang baik dan tenang kepada klien.

6. Leinginger (1981), caring merupakan aktifitas, proses dan pengambilan keputusan


yang bersifat memelihara baik secara langsung maupun tidak langsung untuk meningkatkan
status kesehatan.

7. Barnum (1994), caring memiliki mana yang bersifat aktivitas, sikap (emosional) dan


kehati-hatian. Secara garis besar, dapat dikatakan caring adalah sentral praktik keperawatan
berupa tindakan yang memperhatikan kesehatan klien dengan menunjukkan perhatian, empati
maupun rasa menyayangi yang berupaya untuk meningkatkan kesehatan klien.

2. Persepsi Klien Tentang Caring


Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat dari perilaku Caring yang dimiliki
perawat. Teori Caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan
dan proses karakteristik pelayanan. Teori Caring Swanson (1991) menjelaskan tentang
proses Caring yang terdiri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam
hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti
melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam
menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidup.
(Potter & Perry, 2005 : 110).
Mengenali kebiasaan perawat yang dirasakan klien sebagai Caring menegaskan apa
yang klien harapkan dari pemberi pelayanan. Kemudian, klien menilai efektivitas perawat
dalam menjalankan tugasnya. Klien juga menilai pengaruh dari pelayanan keperawatan. Sikap
pelayanan yang dinilai klien terdiri dari bagaimana perawat menjadikan pertemuan yang
bermakna bagi klien, menjaga kebersamaan, dan bagaimana memberikan perhatian penuh.
Perbedaan persepsi klien dapat terlihat dari contoh berikut. Contoh pertama, perawat
masuk ke kamar klien dengan memberi salam dan senyuman, lalu melakukan kontak mata,
kemudian duduk, menyentuh klien dan bertanya tentang apa yang ada dipikiran klien lalu
mendengarkannya, kemudian memeriksa cairan intravena, mengkaji, dan memeriksa
rangkuman tanda vital klien sebelum meninggalkan ruangan. Contoh kedua, perawat masuk ke
kamar klien kemudian memeriksa cairan intravena, memeriksa rangkuman tanda vital,
melakukan salam tanpa duduk dan menyentuh klien, perawat bertanya tentang keadaan klien
kemudian pergi.
Pada contoh pertama terlihat kepedulian dan keramahan perawat sehingga klien merasa
nyaman. Contoh kedua mengekspresikan ketidakpedulian terhadap masalah klien sehingga
klien merasa kurang nyaman. Persepsi klien dapat berbeda-beda karena semua klien memiliki
ciri khas. Persepsi klien menjadi hal yang penting bagi perawat dalam meningkatkan
kemampuan
Penelitian terhadap persepi klien penting karena pelayanan merupakan fokus terbesar dari
tingkat kepuasan klien. Tingkat kepuasan klien dapat dinilai dari bagaimana klien
menggunakan sistem pelayanan kesehatan. Apa keuntungan yang klien dapat juga sebagai
indikator tingkat kepuasan klien.
Jika perawat memili sikap sensitif, simpatik, melindungi klien, memberi kenyamanan,
menunjukkan kemampuan, maka klien merasa lebih dekat serta mudah berbagi perasaan yang
dimilikinya. Klien merasa semakin puas saat perawat melakukan tindakan Caring. Pelayanan
keperawatan yang baik terdiri dari perhatian yang penuh, hubungan kerja yang baik, serta
perilaku Caring. Kepuasan klien tidak hanya terlihat dari kepuasan pelayanan kesehatan tetapi
juga kepuasan terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan.
Kepuasan klien juga merupakan faktor penting dalam memutuskan kembali untuk
berobat atau menjalani tindakan keperawatan. Tindakan Caring membangun kepercayaan klien
terhadap kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan. Kepercayaan pada tindakan
keperawatan juga memunculkan kepercayaan terhadap institusi kesehatan.
Hal yang penting adalah mengetahui bagaimana klien menerima Caring dan
pendekatan apa yang paling baik dalam menyelenggarakan pelayanan.
Sikap Caring merupakan permulaan yang baik. Hal ini juga penting untuk menjelaskan
persepsi dan harapan khusus klien. Membangun suatu hubungan yang baik terhadap klien
dapat membantu perawat mengetahui apa yang penting bagi klien. Sikap ini juga membantu
perawat mengatasi perbedaan antara persepsi perawat dan klien tentang Caring. Perawat harus
mengetahui siapa klien dan mengenali klien agar suatu hubungan yang baik terwujud dan
perawat mampu memilih pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan klien.

3. Teori Caring Menurut Watson


Caring merupakan sentral praktik keperawatan, tetapi hal ini lebih penting dalam
kekacauan lingkungan pelayanan kesehatan saat ini. Kebutuhan, tekanan, batas waktu dalam
waktu pelayanan kesehatan saat ini. Kebutuhan, tekanan, batas waktu dalam lingkungan
pelayanan kesehatan berada dalam ruang kecil praktik caring yang membuat perawat dan
profesi kesehatan klien (Watson, 2006 a). (Potter dan Perry edisi 7 : P.140). Watson
menjelaskan bahwa konsep dia didefinisikan untuk membawa arti baru untuk paradigma
keperawatan adalah “berasal dari pengalaman empiris klinis dilantik dikombinasikan dengan
latar belakang filsafat saya, intelektual dan experiental : dengan demikian pekerjaan awal saya
muncul dari nila sendiri-sendiri, keyakinan, dan persepsi tentang kepribadian, kehidupan,
kesehatan, dan persepsi tentang kepribadian, kehidupan, kesehatan, dan penyembuhan.
( Watson, 1997, P.49). (Tomey, AM, Alligood, MR.2006).
Dalam pandangan keperawatan Jean Watson, manusia diyakini sebagai person as a
whole, as a fully functional integrated self. Jean Watson mendefinisikan sehat sebagai kondisi
yang utuh dan selaras antara badan, pikiran, dan jiwa, ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian
antara diri yang dipersepsikan dan diri yang diwujudkan. Dari beberapa konsep sehat sakit di
atas dapat dikemukakan beberapa hal prinsip, antara lain:
1. Sehat menggambarkan suatu keutuhan kondisi seseorang yang sifatnya   multidimensional,
yang dapat berfluktuasi tergantung dari interrelasi antara faktor-faktor yang mempengaruhi.
2. Kondisi sehat dapat dicapai, karena adanya kemampuan seseorang untuk beradaptasi
terhadap lingkungan baik internal maupun eksternal.
3. Sehat tidak dapat dinyatakan sebagai suatu kondisi yang terhenti pada titik tertentu, tetapi
berubah-ubah tergantung pada kapasitasnya untuk berfungsi pada lingkungan yang dinamis.

Fokus keperawatan ditujukan pada promosi kesehatan dan penyembuhan penyakit dan
dibangun dari sepuluh faktor carativ, yang meliputi :
a. Pembentukan sistem humanistic dan altruistic
Nilai-niai humanistic dan altruistic dipelajari sejak awal kehidupan tetapi dapat dipengaruhi
dengan sangat oleh para pendidik perawat. Faktor ini dapat didefinisikan sebagai kepuasan
melalui pemberian dan perpanjangan dari kesadaran diri.
b. Penanaman (melalui pendidikan) Faith-Hope
Merupakan hal yang sangat penting dalam caratif dan curatif. Perawat perlu selalu memiliki
positif thingking sehingga dapat menularkan kepada klien yang akan membantu meningkatkan
kesembuhan dan kesejahteraan klien.

c. Pengembangan sensisitifitas atau kepekaan diri kepada orang lain


Karena pikiran dan emosi seseorang adalah jendela jiwa.

d. Pengembangan hubungan yang bersifat membantu dan saling percaya


Sebuah hubungan saling percaya digambarkan sebagai hubungan yang memfasilitasi untuk
penerimaan perasaan positif dan negatif yang termasuk dalam hal ini, kejujuran, empati,
kehangatan dan komunikasi efektif

e. Meningkatkan dan saling menerima pengungkapan ekspresi perasaan baik


ekpresi perasaan positif maupun negatif

f.Menggunakan metode ilmiah dan menyelesaikan masalah dan    pengambilan


keputusan

g. Meningkatkan dan memfasilitasi proses belajar mengajar yang bersifat


interpersonal

h. Menciptakan lingkungan yang mendukung, melindungi dan meningkatkan atau


memperbaiki keadaan mental, sosial, kultural dan lingkungan spiritual

i. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan antusias (kebutuhan-


kebutuhan survival, fungsional, integratif dan grup)

j. Mengembangkan kekuatan faktor excistensial phenomenologic

Dalam praktek keperawatan “caring” ditujukan untuk perawatan kesehatan yang holistik
dalam meningkatkan kontrol, pengetahuan dan promosi kesehatan..

Asumsi dasar teori watson terletak pada 7 asumsi dasar yang menjadi kerangka kerja dalam
pengembangan teori; yaitu:
Caring dapat dilakukan dipraktekkan secara interpersonal.
Caring meliputi faktor-faktor caratif yang dihasilkan dari kepuasan terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar manusia.

Caring yang efektif akan menigkatkan status kesehatan dan perkembangan individu dan
keluarga.

Respon caring adalah menerima seseorang tidak hanya sebagai seseorang berdasarkan saat ini
tetapi seperti apa dia mungkin akan menjadi dimasa depannya.

Caring environment, menyediakan perkembangan potensi dan memberikan keluasan memilih


kegiatan yang terbaik bagi diri seseorang dalam waktu yang telah ditentukan.

Caring bersifat healthogenic” daripada sekedar curing. Praktek caring mengitegrasikan


pengetahuan biopisikal dan perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan. Dan untuk
membantu pasien yang sakit, dimana caring melengkapi curing.

Caring merupakan inti dari keperawatan.


(Tomey, AM, Alligood, MR.2006).

Nilai-nilai yang mendasari konsep caring menurut Jean Watson meliputi:


1. Konsep tentang manusia
Manusia merupakan suatu fungsi yang utuh dari diri yang terintegrasi (ingin dirawat,
dihormati, mendapatkan asuhan, dipahami dan dibantu) Manusia pada dasarnya ingin merasa
dimiliki oleh lingkungan sekitarnya merasa dimiliki dan merasa menjadi bagian dari kelompok
atau masyarakat, dan merasa dicintai dan merasa mencintai.
2. Konsep tentang kesehatan
Kesehatan merupakan keutuhan dan keharmonisan pikiran fungsi fisik dan fungsi sosial.
Menekankan pada fungsi pemeliharaan dan adaptasi untuk meningkatkan fungsi dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kesehatan merupakan keadaan terbebas dari keadaan
penyakit, dan Jean Watson menekankan pada usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai hal
tersebut.

3. Konsep tentang lingkungan


Berdasarkan teori Jean Watson, caring dan nursing merupakan konstanta dalam setiap keadaan
di masyarakat. Perilaku caring tidak diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya, akan
tetapi hal tersebut diwariskan dengan pengaruh budaya sebagai strategi untuk melakukan
mekanisme koping terhadap lingkungan tertentu.
4. Konsep tentang keperawatan
Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan caring ditujukan
untuk klien baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
4. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi
orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta
atau menyayangi. Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan
suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan
kepeduliannya kepada klien. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting
terutama dalam praktik keperawatan (Nanda Sartika, 2010).
Tindakan caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi
sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien. Kemudian caring juga menekankan
harga diri individu, artinya dalam melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu
menghargai klien dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa
memberikan pelayanan kesehatan yang tepat.
Mengapa perawat harus care? Pertanyaan ini dapat dijawab dalam beberapa cara, tetapi
terdapat tiga aspek penting yang mendasari keharusan perawat untuk care terhadap orang lain.
Aspek ini adalah aspek kontrak, dan aspek spiritual dalam caring terhadap orang lain yang
sakit (Fry, 1988).

1.      Aspek kontrak
Telah diketahui bahwa, sebagai profesional, kita berada di bawah kewajiban kontrak untuk care.
Radsma (1994) mengatakan, “perawat memiliki tugas profesional untuk memberikan care”.
Untuk itu, kita sebagai perawat yang profesional diharuskan untuk bersikap care sebagai
kontrak kerja kita.
2. Aspek etika
Pertanyaan etika adalah pertanyaan tentang apa yang benar atau salah, bagaimana membuat
keputusan yang tepat, bagaimana bertindak dalam situasi tertentu. Jenis pertanyaan ini akan
memengaruhi cara perawat memberikan asuhan. Seorang perawat harus care karena hal itu
merupakan suatu tindakan yang benar dan sesuatu yang penting. Dengan care perawat dapat
memberikan kebahagiaan bagi orang lain.
3. Aspek spiritual
Di semua agama besar di dunia, ide untuk saling caring satu sama lain adalah ide utama. Oleh
karena itu, berarti bahwa perawat yang religious adalah orang yang care, bukan karena dia
seorang perawat tetapi lebih karena dia adalah anggota suatu agama atau kepercayaan, perawat
harus care terhadap klien.

Caring dalam praktik keperawatan dapat dilakukan dengan mengembangkan hubungan


saling percaya antara perawat dan klien. Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan
bentuk komunikasi untuk menjalin hubungan dalam keperawatan. Perawat bertindak dengan
cara yang terbuka dan jujur. Empati berarti perawat memahami apa yang dirasakan klien.
Ramah berarti penerimaan positif terhadap orang lain yang sering diekspresikan melalui bahasa
tubuh, ucapan tekanan suara, sikap terbuka, ekspresi wajah, dan lain-lain (Nurachmah,2001;
Dwidiyanti,1998; Barnhart, etal, 1994, dalam Mariner-Tomey, 1994; Kozier & Erb, 1985).
Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan biofisik, psikososial,
psikofisikal dan interpersonal klien. Pemenuhan kebutuhan yang paling mendasar perlu dicapai
sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya. Perawat juga harus memberikan informasi kepada
klien. Perawat bertanggungjawab akan kesejahteraan dan kesehatan klien.
Caring mempuyai manfaat yang begitu besar dalam keperawatan dan seharusnya
tercermin dalam setiap interaksi perawat dengan klien, bukan dianggap sebagai sesuatu yang
sulit diwujudkan dengan alasan beban kerja yang tinggi, atau pengaturan manajemen asuhan
keperawatan ruangan yang kurang baik. Pelaksanaan caring akan meningkatkan mutu asuhan
keperawatan, memperbaiki image perawat di masyarakat dan membuat profesi keperawatan
memiliki tempat khusus di mata para pengguna jasa pelayanan kesehatan.

5. Perbedaan Caring dan Curing


Perawat memerlukan kemampuan khusus saat melayani orang atau pasien yang sedang
menderita sakit. Kemampuan khusus tersebut mencakup ketrampilan intelektual, teknikal, dan
interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring (Johnson, 1989). Caring merupakan
fenomena universal yang berhubungan dengan bagaimana seseorang berpikir, berperasaan, dan
bersikap terhadap orang lain. Dalam teori caring, human care merupakan hal yang mendasar.
Human care terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga atau
mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain, mencari arti dalam sakit,
penderitaan, dan keberadaannya serta membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan
dan pengendalian diri (Pasquali dan Arnold, 1989 dan Watson, 1979). Di samping itu, Watson
dalam Theory of Human Care mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi
yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi
pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.
Dari sini kita tahu, caring bukan semata-mata perilaku. Sikap caring dalam memberikan
asuhan keperawatan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut, sentuhan,
memberikan harapan, selalu berada di samping klien, dan bersikap sebagai media pemberi
asuhan (Carruth, Steele, Moffet, Rehmeyer, Cooper & Burroughs, 1999).
Caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja perawat dalam
merawat pasien. Perilaku caring perawat menjadi jaminan apakah perawat bermutu atau tidak.
Caring sebagai inti profesi keperawatan dan focus sentral dalam praktik keperawatan, bersifat
universal dan terdiri dari perilaku-perilaku khusus yang ditentukan oleh dan terjadi dalam
konteks budaya. Di dalamnya memiliki makna yang bersifat aktifitas, sikap (emosional) dan
kehati-hatian (Barnum, 1994).
Beberapa tokoh keperawatan seperti Watson (1979), Leininger (1984), Benner (1989)
menempatkan caring sebagai dasar dalam praktek keperawatan. Diperkirakan bahwa sekitar ¾
pelayanan kesehatan merupakan caring sedangkan ¼ -nya merupakan curing. Sebagai seorang
perawat, kemampuan care dan cure harus dipadukan secara seimbang sehingga menghasilkan
asuhan keperawatan yang optimal untuk klien. Curing sendiri memiliki pengertian yaitu upaya
kesehatan dari kegiatan dokter dalam prakteknya untuk mengobati pasien. Selain itu juga dapat
difahami bahwa curing merupakan ilmu yang empirik, mengobati berdasarkan bukti/data dan
mengobati dengan patofisiologi yang bisa dipertanggungjawabkan.
Lydia Hall mengemukakan perpaduan kedua aspek tersebut. Menurutnya, care
merupakan komponen penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Sedangkan cure merupakan
dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara total
kepada klien, maka kedua aspek ini harus dipadukan (Julia, 1995). Namun, tetap ada perbedaan
yang jelas diantara keduanya. Dalam UU no. 23 tahun 1992 menyebutkan bahwa penyembuh
penyakit dilaksanakan oleh tenaga dokter dan perawat melalui kegiatan pengobatan dan/ atau
keperawatan berdasarkan ilmu keperawatan. Dari situ terlihat bahwa antara caring dan curing
terdapat perbedaan. Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas
sekundernya.Begitu pula curing, curing merupakan tugas primer dokter dan caring sebagai
sebagi tugas sekundernya. Curing merupakan komponen dalam caring. Karena di dalam caring
termasuk salah satunya adanya kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk membantu
penyembuhan klien. Jadi, tetap mempunyai hubungan yang saling melengkapi.
Perbedaan antara caring dan curing dapat lebih jelas jika dilihat dari diagnosis,
intervensi, dan tujuannya. Di dalam caring terdapat diagnosis keperawatan yang merupakan
suatu kegiatan mengidentifikasi masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon
klien. Sedangkan di dalam curing terdapat diagnosis medis yaitu suatu bentuk kinerja yang
mengungkapkan penyakit yang diderita klien. Dengan kata lain dapat disebut diagnosa
penyakit. Dalam caring lebih dititik-beratkan pada kebutuhan dan respon klien untuk
ditanggapi dengan pemberian perawatan. Berbeda dengan curing lebih memperhatikan
penyakit yang diderita serta penanggulangannya.
Selain itu, dapat juga dilihat dari intervensinya. Intervensi keperawatan (caring) yaitu
membantu klien memenuhi masalah klien baik fisik, psikologis, sosial, dan spiritual dengan
tindakan keperawatan yang meliputi intervensi keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan,
dan konseling. Sedangkan intervensi kedokteran (curing) lebih ke melakukan tindakan
pengobatan dengan obat (drug) dan tindakan operatif. Dari sini dapat difahami bahwa caring
memperhatikan klien dari aspek fisik, psikologi, sosial, serta spiritualnya sedangkan curing
menekankan pada aspek kesehatan dan fisik kliennya.
Satu hal lagi yang dapat difahami dari perbedaan caring dan curing yaitu dari aspek
tujuan. Tujuan dari perilaku caring, yaitu:
1. Membantu pelaksanaan rencana pengobatan atau terapi.

2. Membantu pasien/ klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri memenuhi


kebutuhan dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, dan meningkatkan fungsi
dari tubuh pasien. Sedangkan tujuan dari kegiatan curing adalah menentukan dan
menyingkirkan penyebab penyakit atau mengubah problem penyakit dan penanganannya.

Dari berbagai penjelasan tersebut, dapat kita tarik kesimpulan bahwa caring lebih
kompleks daripada curing. Karena caring memberikan pelayanan yang menyangkut seluruh
kebutuhan pasien baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. Curing hanya bagian dari caring.
Sebagai seorang perawat, kita harus mampu membedakannya dan melakukan caring dengan
sebaik-baiknya. Kesejahteraan klien didapat dari totalitas kita dalam melakukan caring. Caring
tidak akan pernah lepas dari profesi keperawatan. Karena caring merupakan esensi
keperawatan itu sendiri.

                                                       BAB III
                                                     PENUTUP
A. Kesimpulan
Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan suatu cara
pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya
kepada klien. Dalam caring terdapat tiga makna yang ketiganya tidak dapat dipisahkan yaitu
memberi perhatian, bertanggung jawab, dan ikhlas. Perawat, sebagai profesional, berada di
bawah kewajiban kontrak untuk care. Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat dari
perilaku caring yang dimiliki perawat. Jika perawat memiliki sikap sensitif, simpatik,
melindungi klien, memberi kenyamanan, menunjukkan kemampuan, maka klien merasa lebih
dekat serta mudah berbagi perasaan yang dimilikinya.
Watson mengemukakan sepuluh faktor carativ yang menjadi fokus keperawatan dalam
promosi kesehatan dan penyembuhan penyakit klien. Di antaranya yaitu pembentukan
sistem humanistic dan altruistic, penanaman (melalui pendidikan) Faith-
Hope, pengembangan sensisitifitas atau kepekaan diri kepada orang lain, dan lain-
lain. Caring dalam praktik keperawatan dapat dilakukan dengan mengembangkan hubungan
saling percaya antara perawat dan klien. Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan
bentuk komunikasi untuk menjalin hubungan dalam keperawatan. Selain itu caring juga dapat
ditunjukan oleh perawat melalui tindakan sebagai berikut:
1. Mengenalkan diri serta membuat kontrak hubungan
2. Menyebut klien dengan namanya
3. Menggunakan sentuhan
4. Meyakinkan klien, perawat akan membantu
5. Memenuhi kebutuhan dasar klien dengan ikhlas
6. Dan lain-lain
Dalam kesehatan selain ada caring juga ada curing. Perbedaan
antara caring dan curing dapat lebih jelas jika dilihat dari diagnosis, intervensi, dan tujuannya.
Di dalam caring terdapat diagnosis keperawatan yang merupakan suatu kegiatan
mengidentifikasi masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien. Sedangkan
di dalam curing terdapat diagnosis medis yaitu suatu bentuk kinerja yang mengungkapkan
penyakit yang diderita klien. Untuk itu sebagai seorang perawat kita harus bangga karena kita
melakukan tindakanyang mulia yaitu care, merawat. Namun, sebagai professional, kita harus
melakukan semua itu dengan penuh rasa ikhlas.
                                      DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Efy. Konsep Caring. Diambil dari http://staff.ui.ac.id

R.N, Joyce Smith. Caring in Nursing. Diambil dari legacy.owensboro.kctcs.edu.

Potter, P. A. & Perry A. G. (2005). Fundamentals of Nursing : Concepts, Process, and Practice.
6th Ed. St. Luois, MI : Elsevier Mosby.

Sartika, Nanda. (2011) Konsep Caring. Diambil dari http://www.pedoman.news.com.

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Fundamental of Nursing : Concepts,

Process, and Practice.6th Ed. St Louis, MI : Elsevier Mosby. Hal 110-111.

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2009). Fundamental Keperawatan. Edisi 7.

Buku I hal.164-165. Terjemahan Penerbit Salemba Medika.

Potter, P.A & Perry, A.G. 2009. Fundamental Keperawatan Edisi 7 Buku I. Terjemahan. Salemba
Medika : Jakarta

http://andaners.wordpress.com/2011/03/18/teori-filosofi-keperawatan-jean-watson/

Tomey, AM, Alligood, MR. 2006. Nursing Theorists. Six Edition. Mosby : US Of America

http://www.rnjournal.com/journalofnursing/caring.html

Morrison, Paul & Philip Burnard.1997. “Caring and Communicating Hubungan Interpersonal
dalam Keperawatan”. Jakarta : EGC

http://www.pedomannews.com/opini/berita-opini/ekonomi/1920-konsep-caring-menurut-
jean-watson
www.repository.usu.ac.id/bitstream/pdf.

Potter, P. A & Perry, A. G. (2009). Fundamental Keperawatan. Edisi 7.

Buku 1. Terjemahan. Jakarta: Salemba Medika.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A. J., & Snyder. (2004). Fundamentals of Nursing: Concepts,

Process, and Practice. 7th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Tomer, Marriner and Alligood. (1998). Nursing Theorists and their Work. Philadelphia: Mosby.

Http://www.fik.ui.ac.id/pkko/files/MEMBANGUN%20PRIBADI%20CARING
%20PERAWAT.doc (17 November 2011).

Http://trilestari.staff.umm.ac.id/files/2010/01/Konsep-Caring-vs-Curing1.ppt (17 November


2011).

Gustinerz.com | “Inti Dari Keperawatan adalah Caring” inilah kalimat yang sering kita dengar dari nara
sumber diseminar-seminar keperawatan atau dari dosen saat kita mengukuti kuliah. Pertanyaannya apakah kita
sudah mengaplikasikan perilaku caring dalam keseharian kita bekerja (khususnya saat memberikan asuhan
keperawatan) atau apakah kita sudah mengenal seperti apa caring perawat dan bagaimana penerapanya pada
pelayanan keperawatan?.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien/manusia/person merupakan pusat/sentral asuhan
keperawatan dan “CARE” sebagai dasar/landasan dalam praktik/asuhan keperawatan (Nursalam, 2014). 
Keunggulan perawat adalah Perilaku Caringnya dan ini sudah dikenal sejak diakuinya profesi perawat di dunia
bahwa salah satu yang harus dimiliki seorang perawat adalah “Mother Insting” atau jiwa keibuan yang
memiliki kepedulian seperti seorang ibu yang merawat anaknya (tidak perlu saya gambarkan lagi tentang jiwa
keibuan ini, lihatlah ibu anda saat merawat anda dan harapanya perawat saat merawat klien/pasien jiwanya
seperti seorang ibu yang merawat anaknya). Caring adalah esensi dari keperawatan yang membedakan dengan
profesi lain dan mendominasi serta mempersatukan dan menjiwai tindakan keperawatan.
Teori caring pertama kali dikemukakan oleh Jean Watson yang dikenal dengan 10 Faktor Karatif Caring yang
merupakan salah satu jenis teori filosofi keperawatan, kemudian dikembangkan lagi oleh Swanson (1993)
dengan teorinya Model Structure of Caring (Swanson Caring Theory) yang terdiri dari Maintaining belief
(mempertahankan keyakinan pada kejadian atau transisi dan melihatnya dengan penuh hikmahh), Knowing
(berusaha keras untuk memahami makna atas kejadian pada kehidupan orang lain), Being with (menunjukkan
perasaan kepada orang lain), Doing for (bekerja/melakukan sesuatu untuk orang lain seperti untuk diri snediri),
enabling (memfasilitasi orang lain pada kondisi transisi) yang masuk dalam jenis teori keperawatan Middle
Range, dan pada akhirnya di modifikasi oleh Carolina dikenal dengan Carolina Care Model dimana ia
membuat suatu model caring yang dapat diaplikasikan pada pelayanan keperawatan ia memperkenalkan
Multilevel rounding, words and way that work, relationship/service component, dan partnerships with support
service.

Baca Juga: 10 Faktor Karatif dan Caritas Caring Watson


Sebagai unggulan dari seorang perawat tentunya Perilaku Caring menjadi dasar dan wajib untuk diterapkan
pada pelayanan keperawatan baik dalam rumah sakit, klinik, rumah perawatan, dll. Berikut contoh kecil
aplikasi perilaku caring perawat saat memberikan asuhan keperawatan pada klien yang dapat meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan dan keselamatan klien yang tentunya diharapkan dapat membantu kesembuhan
klien.

 Perawat memperkenalkan diri saat pertama kali kontak dengan klien


 Selalu tersenyum saat kontak dengan klien
 Perawat Memiliki rasa empati (menolong klien misalnya dalam menghilangkan rasa sakit)
 Perawat menunjukan perhatian kepada klien (misalnya menyakan keadaan/keluhan yang
dirasakan)
 Perawat selalu melibatkan keluarga klien dalam proses kesembuhan klien
 Perawat melakukan pengkajian secara menyeluruh (pengkajian yang holistik/bio-psiko-sosio-
spritual-kultural)
 Perawat memiliki pendekatan yang konsisiten pada klien
 Perawat melakukan asuhan keperawatan dengan kemampuan yang kompeten
 Perawat mendengar keluhan, perasaan, dan masukan dari klien
 Perawat menunjukan sikap sabar dalam melakukan proses keperawatan pada klien
 Perawat memberikan rasa aman dan nyaman kepada klien
 Perawat menyarankan kepada klien bila ada kesulitan/menemui masalah segera menghubungi
perawat
 Perawat melakukan tindakan sesuai SPO
 Perawat menghormati hak-hak klien.
 Perawat membantu klien dan memberikan kesempatan untuk memandirikan klien dalam
mengatasi masalah
 Perawat memberikan motivasi klien untuk selalu berpikir positif tentang kondisi sakitnya
 Perawat mengajarkan cara untuk merawat diri sendiri jika itu memungkinkan untuk
dilakukan oleh klien.
 Perawat mendiskusikan kndisi klien dan memberikan umpan balik pada klien
Baca Juga: 8 Prinsip Etika Dalam Keperawatan
Itulah sebagian kecil perilaku caring perawat pada saat pentalaksanaan proses keperawatan pada klien yang
tentunya dapat membantu kesembuhan klien dan tentunya secara tidak langsung dapat meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan dan keselamatan klien. << Beranda
Referensi:

 Metodelogi Penelitian Keperawatan oleh Nursalam (2015)


 Orasi Ilmiah Prof. Nursalam Pengukuhan Guru Besar Keperawatan FKp UNAIR 2014

FacebookWhatsAppLineTwitterGoogle+

KATA PENGANTAR
              Rasa Syukur Alhamdulillah yang sedalam - dalamnya kami panjatkan kehadirat Allah
Yang Maha Kuasa karena hanya dengan rahmat dan petunjuk-Nya lah kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini.
Menyadari akan keterbatasan kemampuan kami, maka dalam hal ini kami  mengharap kritik dan
saran membangun.

            Besar harapan kami semoga penulisan makalah ini dapat memenuhi syarat.
Mudah-mudahan hasil dari tugas makalah ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi kita
sekalian, Amin.
Bagu,      januari 2016
                                                                                          
Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 .Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah............................................................................... 1
1.3  Tujuan ................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Caring Secara Umum........................................................ 2
2.2  Perbedaan Caring dan Curing............................................................. 5
2.3 Perilaku Caring Yang Dapat Ditemui Dalam Tatanan Keperawatan.. 7
2.4 Pengertian Transcultural Nursing........................................................ 9
2.5 contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa
 masalah kesehatan............................................................................... 11
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan......................................................................................... 18
3.2  Saran.................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 .Latar Belakang
Di era globalisasi ini,segala bidang kehidupan sedang mengalami perkembangan bahkan
kemajuan.Salah satunya adalah bidang pelayanan kesehatan.bidang pelayanan kesehatan tidak
hanya sarana dan prasarana yang mengalami kemajuan,tetapi juga profesionalisme dari tenaga
kesehatan.
Lingkungan kesehatan seperti rumah sakit,perawat akan berhadapan dengan klien dan tenaga
kesehatn lainnya.Oleh karena itu,Perawat harus terus meningkatkan profesionalismenya,
 yaitu meningkatkan perilaku caring.Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara
yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang
bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman
dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999).

1.2  Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian caring consept secara umum dalam keperawatan ?
2. Bagaimana perbedaan antara caring dan curing consept ?
3. Apasaja prilaku  caring yang dapat ditemui dalam tatanan pelayanan kesehatan?
4. Apa pengertian transkultural nursing ?
5. Apasaja contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa masalah         
kesehatan ?  

1.3  Tujuan
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan
I, menambah wawasan tentang Konsep Caring di Sepanjang Rentang Kehidupan, agar kami
mahasiswa mengerti tentang bagaimana perilaku caring dalam proses dan praktik keperawatan,
dan sebagai salah satu sarana belajar mahasiswa

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Caring Secara Umum


Secara bahasa, istilah caring diartikan sebagai tindakan
kepedulian. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi
bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, serta suatu perasaaan empati pada orang lain dan
perasaan cinta atau menyayangi.
Pengertian caring berbeda dengan care. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan
orang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku kepada individu, keluarga,
kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan aktual maupun potensial untuk
meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia. Sedangkan caring adalah tindakan nyata
dari care yang menunjukkan suatu rasa kepedulian.
Terdapat beberapa pengertian caring menurut beberapa ahli, antara lain :
 Florence nightingale (1860) : caring adalah tindakan yang menunjukkan pemanfaatan
lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan lingkungan bersih, ventilasi
yang baik dan tenang kepada pasien.
 Delores gaut (1984) : caring tidak mempunyai pengertian yang tegas, tetapi ada tiga makna
dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu perhatian, bertanggung jawab, dan ikhlas.
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi
bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya dengan orang
lain.
Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, tanggunggung jawab, dan ikhlas.
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi bagaimana
seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya dengan orang lain.
 Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, dukungan emosional pada klien, keluarga,
dan kerabatnya secara verbal maupun nonverbal.
Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi, mempertahankan,
dan meningkatkan emosional pada klien, keluarga, dan kerabatnya secara verbal maupun
nonverbal.
Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi, mempertahankan,
dan meningkatkan martabat manusia.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat bahwa pengertian caring secara umum
adalah suatu tindakan moral atas dasar kemanusiaan, sebagai suatu cerminan perhatian, perasaan
empati dan kasih sayang kepada orang lain, dilakukan dengan cara memberikan tindakan nyata
kepedulian, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kondisi kehidupan orang tersebut.
Caring merupakan inti dari keperawatan.

Persepsi Klien Tentang Caring


Penelitian tentang persepsi klien penting karena pelayanan kesehatan merupakan fokus terbesar
dari tingkat kepuasan klien. Jika klien merasakan penyelenggaraan pelayanan kesaehatan
bersikap sensitif, simpatik, merasa kasihan, dan tertarik terhadap mereka sebagai individu,
mereka biasanya menjadi teman sekerja yang aktif dalam merencanakan perawatan ( Attree,
2001 ). Klien dalam penelitian ini menunjukkan bahwa mereka semakin puas saat perawat
melakukan caring.
Biasanya klien dan perawat melakukan persepsi yang berbeda tentang caring ( Mayer, 1987;
Wolf, Miller, dan Devine, 2003 ). Untuk alasan tersebut, fokuskan pada membangun suatu
hubungan yang membuat perawat mengetahui apa yang penting bagi klien. Contoh, perawat
mempunyai klien yang takut untuk dipasang kateter intravena, perawat tersebut adalah perawat
yang belum terampil dalam memasukkan kateter intravena. Perawat tersebut memutuskan bahwa
klien akan lebih diuntungkan jika dibantu oleh perawat yang sudah terampil daripada
memberikan penjelasan prosedur untuk mengurangi kecemasan. Dengan mengetahui siapa klien,
dapat membantu perawat dalam memilih pendekatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien.

Etika Pelayanan
Watson ( 1988 ) menyarankan agar caring sebagai suatu sikap moral yang ideal, memberikan
sikap pendirian terhadap pihak yang melakukan intervensi seperti perawat. Sikap pendirian ini
perlu untuk menjamin bahwa perawat bekerja sesuai standar etika untuk tujuan dan motivasi
yang baik. Kata etika merujuk pada kebiasaan yang benar dan yang salah. Dalam setiap
pertemuan dengan klien, perawat harus mengetahui kebiasaan apa yang sesuai secara etika. Etika
keperawatan bersikap unik, sehingga perawat tidak boleh membuat keputusan hanya berdasarkan
prinsip intelektual atau analisis.
Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan karakter dan sikap
perawat terhadap orang lain. Etika keperawatan menempatkan perawat sebagai penolong klien,
memecahkan dilema etis dengan cara menghadirkan hubungan dan memberikan prioritas kepada
klien dengan kepribadian khusus.

Nurse Caring Behavior
1. Persepsi klien wanita ( Riemen, 1986 )
v  Berespon terhadap keunikan klien
v  Memahami dan mendukung perhatian klien
v  Hadir secara fisik
v  Memiliki sikap dan menunjukkan prilaku yang membuat klien merasa dihargai sebagai  manusia
v  Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
v  Menunjukkan perhatian yang memberi kenyamanan dan merelaksasi klien
v  Bersuara halus dan lembut
v  Memberi perasaan nyaman
2. Persepsi klien pria ( Riemen, 1986 )
v  Hadir secara fisik sehingga klien merasa dihargai
v  Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
v  Membuat klien merasa nyaman, relaks, dan aman
v  Hadir untuk memberi kenyamanan dan memenuhi kebutuhan klien sebelum diminta
v  Menggunakan suara dan sikap yang baik, halus, lembut dan menyenangkan
3. Persepsi klien kanker dan keluarga ( Mayer, 1986 )
v  Mengetahui bagaimana memberikan injeksi dan mengelola peralatan
v  Bersikap ceria
v  Mendorong klien untuk menghubungi perawat bila klien mempunyai masalah
v  Mengutamakan atau mendahulukan kepentingan klien
v  Mengantisipasi pengalaman pertama adalah yang terberat

4. Persepsi klien dewasa yang dirawat ( Brown, 1986 )


v  Kehadirannya menentramkan hati
v  Memberikan informasi
v  Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan profesional
v  Mampu menangani nyeri atau rasa sakit
v  Memberi waktu yang lebih banyak dari yang dibutuhkan
v  Mempromosikan otonomi
v  Mengenali kualitas dan kebutuhan individual
v  Selalu mengawasi klien
5. Persepsi dari keluarga
v  Jujur
v  Memberikan penjelasan dengan jelas
v  Selalu menginformasikan keluarga
v  Mencoba untuk membuat klien nyaman
v  Menunjukkan minat dalam menjawab pertanyaan
v  Memberikan perawatan emergensi bila perlu
v  Menjawab pertanyaan anggota keluarga secara jujur, terbuka dan ikhlas
v  Mengijinkan klien melakukan sesuatu untuk dirinya sebisa mungkin
v  Mengajarkan keluarga cara memelihara kondisi fisik yang lebih nyaman

2.2  Perbedaan Caring dan Curing

Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat adalah ilmu
kesehatan tentang asuhan atau pelayanan keperawatan atau The Health Science of
Caring (Lindberg,1990:40). Secara bahasa, caring dapat diartikan sebagai tindakan kepedulian
dan curing dapat diartikan sebagai tindakan pengobatan. Namun, secara istilah caring dapat
diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai advokasi pada individu yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Sedangkan curing adalah upaya kesehatan dari kegiatan
dokter dalam prakteknya untuk mengobati klien. Dalam penerapannya,
konsep caring dan curing mempunyai beberapa perbedaan, diantaranya:
1. Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas sekunder. Maksudnya
seorang perawat lebih melakukan tindakan kepedulian terhadap klien daripada memberikan
tindakan medis. Oleh karena itu, caring lebih identik dengan perawat.
2. Curing merupakan tugas primer seorang dokter dan caring adalah tugas sekunder.
Maksudnya seorang dokter lebih melibatkan tindakan medis tanpa melakukan tindakan caring
yang berarti. Oleh karena itu, curing lebih identik dengan dokter.
3. Dalam pelayanan kesehatan klien yang dilakukan perawat, ¾ nya adalah caring dan ¼ nya
adalahcuring.
4. Caring bersifat lebih “Healthogenic” daripada curing.
Maksudnya caring lebih menekankan pada peningkatan kesehatan daripada pengobatan. Di
dalam praktiknya, caring mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan pengetahuan perilaku
manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan dan untuk menyediakan pelayanan bagi mereka
yang sakit.
5. Tujuan caring adalah membantu pelaksanaan rencana pengobatan/terapi dan membantu
klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri memenuhi kebutuhan dasarnya, mencegah
penyakit, meningkatkan kesehatan dan meningkatkan fungsi tubuh sedangkan
tujuan curing adalah menentukan dan menyingkirkan penyebab penyakit atau mengubah problem
penyakit dan penanganannya.
6. Diagnosa dalam konsep curing dilakukan dengan mengungkapkan penyakit yang diderita
sedangkan diagnosa dalam konsep caring dilakukan dengan identifikasi masalah dan penyebab
berdasarkan kebutuhan dan respon klien.
2.3 Perilaku Caring Yang Dapat Ditemui Dalam Tatanan Keperawatan

Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari kebudayaan, nilai-
nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain. Sikap keperawatan yang berhubungan
dengancaring adalah kehadiran, sentuhan kasih sayang, mendengarkan, memahami klien, caring
dalam spiritual, dan perawatan keluarga.

1. Kehadiran
Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang lainnya yang merupakan
sarana untuk mendekatkan diri dan menyampaikan manfaat caring. Menurut Fredriksson (1999),
kehadiran berarti “ada di” dan “ada dengan”. “Ada di” berarti kehadiran tidak hanya dalam
bentuk fisik, melainkan juga komunikasi dan pengertian. Sedangkan “ada dengan” berarti
perawata selalu bersedia dan ada untuk klien (Pederson, 1993). Kehadiran seorang perawat
membantu menenangkan rasa cemas dan takut klien karena situasi tertekan.

2. Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana perawat dapat
mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian dan dukungan. Ada dua jenis
sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak. Sentuhan kontak merupakan sentuhan
langsung kullit dengan kulit. Sedangkan sentuhan non-kontak merupakan kontak mata. Kedua
jenis sentuhan ini digambarkn dalam tiga kategori :
a) Sentuhan Berorientasi-tugas
Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan sentuhan ini. Perlakuan yang
ramah dan cekatan ketika melaksanakan prosedur akan memberikan rasa aman kepada klien.
Prosedur dilakukan secara hati-hati dan atas pertimbangan kebutuhan klien.
b) Sentuhan Pelayanan (Caring)
Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang tangan klien, memijat punggung klien,
menempatkan klien dengan hati-hati, atau terlibat dalam pembicaraan (komunikasi non-verbal).
Sentuhan ini dapat mempengaruhi keamanan dan kenyamanan klien, meningkatkan harga diri,
dan memperbaiki orientasi tentang kanyataan (Boyek dan Watson, 1994).
c) Sentuhan Perlindungan
Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk melindungi perawat
dan/atau klien (fredriksson, 1999). Contoh dari sentuhan perlindungan adalah mencegah
terjadinya kecelakaan dengan cara menjaga dan mengingatkan klien agar tidak terjatuh.
Sentuhan dapat menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu harus digunakan secara bijaksana.

3. Mendengarkan
Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien, mendengarkan merupakan kunci, sebab
hal ini menunjukkan perhatian penuh dan ketertarikan perawat. Mendengarkan membantu
perawat dalam memahami dan mengerti maksud klien dan membantu menolong klien mencari
cara untuk mendapatkan kedamaian.

4. Memahami klien
Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami klien. Memahami klien
sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam membuat keputusan klinis. Memahami klien
merupakan pemahaman perawat terhadap klien sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya
(Radwin,1995). Pemahaman klien merupakan gerbang penentu pelayanan sehingga, antara klien
dan perawat terjalin suatu hubungan yang baik dan saling memahami.

5. Caring Dalam Spiritual


Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap kesehatan fisik seseorang.
Spiritual menawarkan rasa keterikatan yang baik, baik melalui hubungan intrapersonal atau
hubungan dengan dirinya sendiri, interpersonal atau hubungan dengan orang lain dan
lingkungan, serta transpersonal atau hubungan dengan Tuhan atau kekuatan tertinggi.
Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan klien dapat memahami satu
sama lain sehingga keduanya bisa menjalin hubungan yang baik dengan melakukan hal seperti,
mengerahkan harapan bagi klien dan perawat; mendapatkan pengertian tentang gejala, penyakit,
atau perasaan yang diterima klien; membantu klien dalam menggunakan sumber daya sosial,
emosional, atau spiritual; memahami bahwa hubungan caring menghubungkan manusia dengan
manusia, roh dengan roh.

6. Perawatan Keluarga
Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan intervensi keperawatan sering
bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi informasi dengan perawat untuk
menyampaikan terapi yang dianjurkan. Menjamin kesehatan klien dan membantu keluarga untuk
aktif dalam proses penyembuhan klien merupakan tugas penting anggota keluarga. Menunjukkan
perawatan keluarga dan perhatian pada klien membuat suatu keterbukaan yang kemudian dapat
membentuk hubungan yang baik dengan anggota keluarga klien.

2.4 Pengertian Transcultural Nursing
Transcultural Nursing adalah suatu keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek
keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau
keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Konsep Transcultural Nursing
Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis yang difokuskan pada prilaku
individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat
dan perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. (Leininger, 2002).
Konsep Utama Transcultural Nursing:
Care : perawat memberikan bimbingan dukungan kepada klien à untuk meningkatkan kondisi
klien
Caring : tindakan  mendukung, berbentuk aksi atau tindakan  
Culture : perawat mempelajari, saling share/berbagi pemahaman tentang kepercayaan dan
budaya klien
Cultural care : kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, norma/ kepercayaan
Nilai kultur : keputusan/kelayakan  untuk bertindak
Perbedaan kultur : berupa variasi-variasi pola nilai yang ada di masyarakat mengenai
keperawatan
Cultural care university : hal-hal umum dalam sistem nilai, norma dan budaya
Etnosentris : keyakinan ide, nilai, norma, kepercayaan lebih tinggi dari yang lain
Cultural Imposion : kecenderungan tenaga kesehatan memaksakan kepercayaan kepada klien
Peran dan Fungsi Transkultural
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu . Oleh sebab itu , penting
bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat ( Pasien ) . Misalnya kebiasaan
hidup sehari – hari , seperti tidur , makan , kebersihan diri , pekerjaan , pergaulan social , praktik
kesehatan , pendidikan anak  ekspresi perasaan , hubungan kekeluargaaan , peranan masing –
masing orang menurut umur . Kultur juga terbagi dalam sub – kultur .
Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya mengaanut pandangan
keompok kultur yang lebih besar atau memberi makna yang berbeda . Kebiasaan hidup juga
saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.
Nilai – nilai budaya Timur , menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat pelayanan dari
dokter pria . Dalam beberapa setting , lebih mudah menerima pelayanan kesehatan pre-natal dari
dokter wanita dan bidan . Hal ini menunjukkan bahwa budaya Timur masih kental dengan hal –
hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun – tahun terakhir ini , makin ditekankan pentingknya pengaruh kultur terhadap
pelayanan perawatan . Perawatan Transkultural merupakan bidang yang relative baru ; ia
berfokus pada studi perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya tentang kesehatan dan
hubungannya dengan perawatannya . Leininger ( 1991 ) mengatakan bahwa transcultural nursing
merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai –
nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda ras , yang mempengaruhi pada seseorang perawat saat
melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan
praktik budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional) . Caring
practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan kesehatan.
Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan transkultural adalah
berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan dengan
kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya ( kultur ) ,
baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan – persamaan . Lininger
berpendapat , kombinasi pengetahuan tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan
teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang
banyak dan berbagai kultur.

2.5 contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa masalah          kesehatan


     1. Aplikasi transkultural pada masalah penyakit kronik
Penyakit kronik adalah penyakit yang timbul bukan secara tiba-tiba, melainkan akumulasi dari
sesuatu penyakit hingga akhirnya menyebabkan penyakit itu sendiri. (Kalbe medical portal)
Penyakit kronik ditandai banyak penyebab. Contoh penyakit kronis adalah diabetes, penyakit
jantung, asma, hipertensi dan masih banyak lainnya. Ada hubungan antara penyakit kronis
dengan depresi. Depresi adalah kondisi kronis yang mempengaruhi pikiran seseorang, perasaan
dan perilaku sehingga sulit untuk mengatasi peristiwa kehidupan sehari-hari.  (Andres Otero-
Forero, Queensland Transcultural Mental Health Centre).

Seseorang yang menderita depresi memiliki kemungkinan lebih tinggi menderita penyakit
kronis seperti diabetes, penyakit jantung atau asma. Penyebab depresi itu sendiri kompleks,
terkait dengan lingkungan interaksi seseorang maupun kepribadiaannya sendiri. Beberapa faktor
penyebab umum adalah:
• Faktor herediter • Trauma  Berbagai jenis
• Isolasi atau kesepian • Pengangguran depresi memerlukan
•  konflik Keluarga • Kesulitan penyelesaian cara yang berbeda
dalam jenis
• Stres • Nyeri
pengobatannya. Untuk
depresi ringan, dapat
dianjurkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu. Dalam kasus depresi parah, dianjurkan
untuk mengkonsumsi obat dan psikoterapi. Salah satu pendekatan yang muncul menjadi lebih
umum untuk segala bentuk depresi adalah manajemen diri. Manajemen diri mengacu pada
strategi orang menggunakan untuk berurusan dengan kondisi mereka. Dimana seseorang
melibatkan tindakan, sikap atau tujuan dalam mengambil atau membuat keputusan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.
      Pengobatan terhadap penyakit kronik yang telah dilakukan di masyarakat saat ini amat
beragam. Tidak dapat dipungkiri bahwa sistem pengobatan tradisional juga merupakan sub unsur
kebudayaan masyarakat sederhana yang telah dijadikan sebagai salah satu cara pengobatan.
Pengobatan inilah yang juga menjadi aplikasi dari transkultural dalam mengobati suatu penyakit
kronik. Pengobatan tradisional ini dilakukan berdasarkan budaya yang telah diwariskan turun-
temurun. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut:
1.            Masyarakat negeri Pangean lebih memilih menggunakan ramuan dukun untuk
menyembuhkan penyakit TBC, yaitu daun waru yang diremas dan airnya dimasak sebanyak
setengah gelas.
2.            Masyarakat di Papua percaya bahwa penyakit malaria dapat disembuhkan dengan cara minta
ampun kepada penguasa hutan lalu memetik daun untuk dibuat ramuan untuk diminum dan
dioleskan ke seluruh tubuh.
3.      Masyarakat Jawa memakan pisang emas bersamaan dengan kutu kepala (Jawa:tuma) tiga kali
sehari untuk pengobatan penyakit kuning.
      Pengobatan tradisional yang sering dipakai berupa pemanfaatan bahan-bahan herbal. Herba
sambiloto menjadi sebuah contoh yang khasiatnya dipercaya oleh masyarakat dapat mengobati
penyakit-penyakit kronik, seperti hepatitis, radang paru (pneumonia), radang saluran nafas
(bronchitis), radang ginjal (pielonefritis), radang telinga tengah (OMA), radang usus buntu,
kencing nanah (gonore), kencing manis (diabetes melitus). Daun lidah budaya dan tanaman pare
juga dijadikan sebagai pengobatan herbal. Tumbuhan tersebut berkhasiat menyebuhkan diabetes
melitus.
      Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri pun masih ada negara yang meyakini bahwa
pengobatan medis bukan satu-satunya cara mengobati penyakit kronik. Misalnya, di Afrika,
penduduk Afrika masih memiliki keyakinan tradisional tentang kesehatan dan penyakit. Mereka
menganggap bahwa obat-obatan tradisional sudah cukup untuk mengganti produk yag akan
dibeli, bahkan mereka menggunakan dukun sebagai penyembuh tradisional. Hal seperti ini juga
terjadi di Amerika, Eropa, dan Asia.
           

2.      Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang actual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk
mencari bantuan perawatan kesehatan. Selanjutnya, definisi nyeri menurut keperawatan adalah
apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada
kapanpun individu mengatakannya. Peraturan utama dalam merawat pasien nyeri adalah bahwa
semua nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya belum diketahui. Keberadaan nyeri adalah
berdasarkan hanya pada laporan pasien bahwa nyeri itu ada.
Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri baik yang dilakukan oleh pasien berdasarkan
apa yang dipercaya olehnya atau yang dilakukan oleh perawat setelah melakukan pengkajian
tentang latar belakang budaya pasien adalah sebagai berikut:
a.    Dengan membatasi gerak dan istirahat. Seorang pasien yang mengalami nyeri diharuskan untuk
tidak banyak bergerak karena jika banyak bergerak dapat memperparah dan menyebabkan nyeri
berlangsung lama. Menurut pandangan umat Islam, seseorang yang menderita nyeri untuk
mengurangi tau meredakannya dengan posisi istirahat atau tidur yang benar yaitu badan lurus
dan dimiringkan ke sebelah kanan. Hal ini menurut sunah rasul. Dengan posisi tersebut
diharapkan dapat meredakan nyeri karena peredaran darah yang lancer akibat jantung yang tidak
tertindih badan sehingga dapat bekerja maksimal.
b.      Mengkonsumsi obat-obatan tradisional. Beberapa orang mempercayai bahwa ada beberapa
obat tradisional yang dapat meredakan nyeri bahkan lebih manjur dari obat yang diberikan oleh
dokter. Misalnya, obat urut dan tulang ‘Dapol Siburuk’ dari burung siburuk yang digunakan oleh
masyarakat Batak.
c.       Dengan dipijat atau semacamnya. Kebanyakan orang mempercayai dengan dipijat atau
semacamnya dapat meredakan nyeri dengan waktu yang singkat. Namun, harus diperhatikan
bahwa apabila salah memijat akan menyebabkan bertambah nyeri atau hal-hal lain yang
merugikan penderita. Dalam budaya Jawa ada yang disebut dukun pijat yang sering didatangi
orang banyak apabila mengalami keluhan nyeri misalnya kaki terkilir.
Dalam menerapkan transkultural pada gangguan nyeri harus tetap mempertahankan baik
buruknya bagi si pasien. Semua aplikasi transkultural sebaiknya dikonsultasikan kepada pihak
medis agar tidak menimbulkan hal yang tidak diinginkan.

3.  Aplikasi transkultural pada gangguan kesehatan mental


Berbagai tingkahlaku luar biasa yang dianggap oleh psikiater barat sebagai penyakit
jiwa ditemukan secara luas pada berbagai masyarakat non-barat. Adanya variasi yang luas dari
kelompok sindroma dan nama-nama untuk menyebutkannya dalam berbagai masyarakat dunia,
Barat maupun non-Barat, telah mendorong para ilmuwan mengenai tingkahlaku untuk
menyatakan bahwa penyakit jiwa adalah suatu ‘mitos’, suatu fenomena sosiologis, suatu hasil
dari angota-anggota masyarakat yang ‘beres’ yang merasa bahwa mereka membutuhkan sarana
untuk menjelaskan, memberi sanksi dan mengendalikan tingkahlaku sesama mereka yang
menyimpang atau yang berbahaya, tingkahlaku yang kadang-kadang hanya berbeda dengan
tingkahlaku mereka sendiri. Penyakit jiwa tidak hanya merupakan ‘mitos’, juga bukan semata-
semata suatu masalah sosial belaka. Memang benar-benar ada gangguan dalam pikiran, erasaan
dan tingkahlaku yang membutuhkan pengaturan pengobatan.(Edgerton 1969 : 70). Nampaknya, sejumlah
besar penyakit jiwa non-barat lebih dijelaskan secara personalistik daripada naturalistik.
Sebagaimana halnya dengan generalisasi, selalu ada hal-hal yang tidak dapat dimasukkan
secara tepat ke dalam skema besar tersebut. Kepercayaan yang tersebar luas bahwa pengalaman-
pengalaman emosional yang kuat seperti iri, takut, sedih, malu, dapat mengakibatkan penyakit,
tidaklah tepat untuk diletakkan di dalam salah satu dari dua kategori besar tersebut. Mungkin
dapat dikatakan bahwa tergantung situasi dan kondisi, kepercayaan-kepercayaan tersebut boleh
dikatakan cocok untuk dikelompokkan ke dalam salah satu kategori. Misalnya, susto, penyakit
yang disebabkan oleh ketakutan, tersebar luas di Amerika Latin dan merupakan angan-angan.
Seseorang mungkin menjadi takut karena bertemu dengan hantu, roh, setan, atau karena hal-hal
yang sepele, seperti jatuh di air sehingga takut akan mati tenggelam. Apabila agen-nya berniat
jahat, etiologinya sudah tentu bersifat personalistik. Namun, kejadian-kejadian tersebut sering
merupakan suatu kebetulan atau kecelakaan belaka bukan karena tindakan yang disengaja.
Dalam ketakutan akan kematian karena tenggelam, tidak terdapat agen-agen apa pun.
Kepercayaan-kepercayaan yang sudah dijelaskan di atas menimbulkan pemikiran-
pemikiran untuk melakukan berbagai pengobatan jika sudah terkena agen. Kebanyakan
pengobatan yang dilakukan yaitu mendatangi dukun-dukun atau tabib-tabib yang sudah
dipercaya penuh. Terlebih lagi untuk pengobatan gangguan mental, hampir seluruh masyarakat
desa mendatangi dukun-dukun karena mereka percaya bahwa masalah gangguan jiwa/mental
disebabkan oleh gangguan ruh jahat. Dukun-dukun biasanya melakukan pengobatan dengan cara
mengambil dedaunan yang dianggap sakral, lalu menyapukannya ke seluruh tubuh pasien. Ada
juga yang melakukan pengobatan dengan cara menyuruh pihak keluarga pasien untuk membawa
sesajen seperti, berbagai macam bunga atau binatang ternak.
Para ahli antropologi menaruh perhatian pada ciri-ciri psikologis shaman. Shaman adalah
seorang yang tidak stabil dan sering mengalami delusi, dan mungkin ia adalah seorang wadam
atau homoseksual.namun apabila ketidakstabilan jiwanya secara budaya diarahkan pada bentuk-
bentuk konstruktif, maka individu tersebut dibedakan dari orang-orang lain yang mungkin
menunjukkan tingkahlaku serupa, namun digolongkan sebagai abnormal oleh para warga
masyarakatnya dan merupakan subyek dari upacara-upacara penyembuhan. Dalam pengobatan,
shaman biasanya berada dalam keadaan kesurupan (tidak sadar), dimana mereka berhubungan
dengan roh pembinanya untuk mendiagnosis penyakit. para penganut paham kebudayaan
relativisme yang ekstrim menggunakan contoh shamanisme sebagai hambatan utama dalam
arguentasi mereka bahwa apa yang disebut penyakit jiwa adalah sesuatu yang bersifat
kebudayaan.
Dalam banyak masyarakat non-Barat, orang yang menunjukkan tingkahlaku abnormal
tetapi tidak bersifat galak maka sering diberi kebebasan gerak dalam masyarakat mereka,
kebutuhan mereka dipenuhi oleh anggota keluarga mereka. Namun, jika mereka mengganggu,
mereka akan dibawa ke sutu temapt di semak-semak untuk ikuci di kamrnya. Sebuah pintu
khusus (2 x 2 kaki) dibuat dalam rumah, cukup untuk meyodorkan makanan saja bagi mereka
dan sebuah pintu keluar untuk keluar masuk komunitinya.
Usaha-usaha untuk membandingkan tipe-tipe gangguan jiwa secara lintas-budaya umumnya
tidak berhasil, sebagian disebabkan oleh kesulitan-kesulitan pada tahapan penelitian untuk
membongkar apa yang diperkirakan sebagai gejala primer dari gejala sekunder. Misalnya, gejala-
gejala primer yaitu yang menjadi dasar bagi depresi. Muncul lebih dulu dan merupakan inti dari
gangguan. Gejala-gejala sekunder dilihat sebagai reaksi individu terhadap penyakitya ; gejala-
gejala tersebut berkembang karena ia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan tingkahlakunya
yang berubah (Murphy, Wittkower, dan Chance 1970 : 476).

4. Kasus Transkultural terhadap Diabetes


1. Tinjauan Kasus
Nilai Gula Darah Normal
Kebanyakan manusia bervariasi sekitar 82-110 mg/dl pada keadaan sebelum makan. Setelah
makan akan naik sekitar 140 mg/dl. The American Diabetes Association merekomendasikan
kadar glukosa pasca-makan <180 mg/dl dan pra-makan pada kadar 90-130 mg/ dl. Pada laki-laki
dewasa sehat denagn berat 75 kg dan volume 5 liter darah, glukosa levelnya 110 mg/dl.
Pada penderita diabetes, kadar glukosa saat puasa >126 mg/ dl dan saat normal >200 mg/ dl.
a.   Masalah yang ditemukan pada kasus tersebut, diantaranya :
v  Laki-laki usia 50 tahun,
v  Pingsan saat rapat di kantornya,
v  Kadar gula darahnya mencapai 450mg/dl,
v  Dua tahun didiagnosis menderita Diabetes Mellitus tipe II,
v  Kegemukan, dan
v  Kesulitan mengatur makanannya karena kebiasaan budaya Jawanya makan makanan yang manis.

b.Analisis kasus
Ditinjau dari keadaan fisik :
-          Kegemukan
-          Kadar gula darah di atas normal
Ditinjau dari pola hidup :
-          Kurang aktivitas fisik
-          Banyak mengkonsumsi makanan mengandung gula
c.   Peran perawat
o   Memberi interferensi berupa konsultasi, penyuluhan komunitas dan pasien,bantuan dalam
menjaga pola makan dan melakukan implementasi independent dari dokter berupa pemberian
obat dan aturan pemakaian.
o   Memberikan pelayanan kesehatan selama medikasi di rumah sakit dan menjaga kondisi kesehatan
pasien agar tidak menurun bahkan meningkatkan kondisi kesehatannya.

d.   Peran dari segi transkultural


o   Memberi pendidikan kesehatan komunitas menyangkut deskripsi DM, diet dan bahayanya
o   Mengkaji jenis makanan yang biasa dikonsumsi komunitas tersebut
o   Menghimbau pola makan yang sesuai untuk diet DM dan juga dapat diterima pada budaya
pasien→dapat berupa mengganti gula yang ditolerir oleh penderita DM atau mengurangi
konsumsi gula yang biasa digunakan.

BAB III
PENUTUP

3.1.     KESIMPULAN
Pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga , kelompok dan
masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal. Keperwatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral
pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara
komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit
mencakup siklus hidup manusia.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental, keterbatasan
pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-
hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya
pelayanan kesehatan utama (Primary Health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai
kemampuan hidup sehat dan produktif.

3.2 SARAN
Dalam penyusunan kurikulum pendidikan perawatan seyogyanya memasukkan unsur caring
dalam setiap mata kuliah. Penekanan pada humansitik, kepedulian dan kepercayaan, komitmen
membantu orang lain dan berbagai unsur caring yang lain harus sudah dibangun sejak perawat
dalam masa pendidikan. Selain itu perlu dilakukan sosialisasi konsep caring pada perawat guna
memberikan pemahaman yang mendalam tentang apa yang harus dilakukan perawat agar
bersikap caring dalam setiap kontak dengan pasien. Indikator-indikator caring harus dikenal dan
diaplikasikan dalam perawatan serta dievaluasi secara terus menerus

DAFTAR PUSTAKA

 http://andaners.wordpress.com/2009/04/28/konsep-keperawatan-komunitas/
Watson, Jean. (2004). Theory of human Caring. Http: //www2.uchse.edu/son/caring
Meidiana Dwidiyanti. 2008. Keperawatan Dasar. Semarang. Hasani
 http://usfinit-engky.blogspot.com/2011/12/makalah-konsep-caring.html
  http://teguhyudi-teguhyudi.blogspot.com/2011/07/aplikasi-konsep-caring-dalam-praktek.html

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdediksi bagi orang lain,
pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi.
Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan.
Konsep caring pun mengalami perkembangan yang pesat. Jean Watson, seorang professeor
keperawatan memiliki persepsinya sendiri mengenai caring. Tulisan ini akan menjelaskan lebih lanjut
mengenai caring menurut Watson.

Watson mengemukakan bahwa caring merupakan inti dari keperawatan. Dalam hal ini, caring
merupakan perwujudan dari semua faktor yang digunakan perawat dalam memberikan pelayanan
kesehatan pada klien. Kemudian, caring juga menekankan harga diri individu, artinya dalam melakukan
praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai klien dengan menerima kelebihan maupun
kekurangan klien.

Watson juga mengemukakan bahwa respon setiap individu terhadap suatu masalah kesehatan unik,
artinya dalam praktik keperawatan, seorang perawat harus mampu memahami setiap respon yang
berbeda dari klien terhadap penderitaan yang dialaminya dan memberikan pelayanan kesehatan yang
tepat dalam setiap respon yang berbeda.Jadi dalam hal ini perawat dituntut untuk mampu menghadapi
klien dalam setiap respon yang berbeda baik yang sedang maupun akan terjadi. Selain itu, caring hanya
dapat ditunjukkan dalam hubungan interpersonal, yaitu hubungan yang terjadi antara perawat dengan
klien, dimana perawat menunjukkan caring melalui perhatian, intervensi untuk mempertahankan
kesehatan klien dan energi positif yang diberikan pada klien. Watson juga berpendapat bahwa caring
meliputi komitmen untuk memberikan pelayanan keperawatan yang didasarkan pada ilmu pengetahuan.

Sikap caring menurut Watson harus tercermin dalam sepuluh faktor kuratif, yaitu pembentukan
sistem nilai humanisme dan altruistik, memberikan kepercayaan dan harapan dengan memfasilitasi dan
meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik, menumbuhkan rasa sensitif terhadap diri dan orang
lain, mengembangkan hubungan saling percaya, meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif
dan negatif klien, penggunaaan sistematis metoda penyelesaian masalah untuk pengambilan keputusan,
peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, menciptakan lingkungan mental, sosial cultural
dan spiritual yang mendukung, memberi bimbingan dan memuaskan kebutuhan manusiawi dan
mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomologis agar petumbuahn diri dan kematangan jiwa
klien dapat dicapai.

Pembahasan di atas telah menunjukkan bahwa teori caring yang dikemukakan oleh Watson menekankan
akan kebutuhan klien secara jasmani dan kebutuhan pendekatan spiritual bagi iman klien. Dengan
demikian, perawat dituntut untuk mengenal dirinya sendiri secara spiritual dan menerapkannya dalam
profesi keperawatan dalam memberikan perawatan dengan cinta dan caring. Jadi, dari teori caring
menurut Watson dapat disimpulkan bahwa adanya keseimbangan antara aspek jasmani dan spiritual
dalam asuhan keperawatan.

B.     Tujuan Umum dan Tujuan khusus


  Tujuan umum
meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik, menumbuhkan rasa sensitif terhadap diri dan orang
lain, mengembangkan hubungan saling percaya, meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif
dan negatif klien, penggunaaan sistematis metoda penyelesaian masalah untuk pengambilan keputusan,
peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, menciptakan lingkungan mental, sosial cultural
dan spiritual yang mendukung, memberi bimbingan dan memuaskan kebutuhan manusiawi dan
mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomologis agar petumbuahn diri dan kematangan jiwa
klien dapat dicapai.

 
  Tujuan khusus
a.       Dipahaminya pengertian konsep caring oleh masyarakat.
b.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah KDK.
BAB II

PEMBAHASAN

            A.Pengertian

caring merupakan perwujudan dari semua faktor yang digunakan perawat dalam memberikan
pelayanan kesehatan pada klien. Kemudian, caring juga menekankan harga diri individu, artinya dalam
melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai klien dengan menerima
kelebihan maupun kekurangan klien.

                 Menurut watson:

Watson juga mengemukakan bahwa respon setiap individu terhadap suatu masalah kesehatan unik,
artinya dalam praktik keperawatan, seorang perawat harus mampu memahami setiap respon yang
berbeda dari klien terhadap penderitaan yang dialaminya dan memberikan pelayanan kesehatan yang
tepat dalam setiap respon yang berbeda.Jadi dalam hal ini perawat dituntut untuk mampu menghadapi
klien dalam setiap respon yang berbeda baik yang sedang maupun akan terjadi. Selain itu, caring hanya
dapat ditunjukkan dalam hubungan interpersonal, yaitu hubungan yang terjadi antara perawat dengan
klien, dimana perawat menunjukkan caring melalui perhatian, intervensi untuk mempertahankan
kesehatan klien dan energi positif yang diberikan pada klien. Watson juga berpendapat bahwa caring
meliputi komitmen untuk memberikan pelayanan keperawatan yang didasarkan pada ilmu pengetahuan.
Dalam praktiknya, perawat ditantang untuk tidak ragu dalam menggunakan pengetahuan yang dimilikinya
dalam praktik keperawatan.

Sikap caring menurut Watson harus tercermin dalam sepuluh faktor kuratif, yaitu pembentukan
sistem nilai humanisme dan altruistik, memberikan kepercayaan dan harapan dengan memfasilitasi dan
meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik, menumbuhkan rasa sensitif terhadap diri dan orang
lain, mengembangkan hubungan saling percaya, meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif
dan negatif klien, penggunaaan sistematis metoda penyelesaian masalah untuk pengambilan keputusan,
peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, menciptakan lingkungan mental, sosial cultural
dan spiritual yang mendukung, memberi bimbingan dan memuaskan kebutuhan manusiawi dan
mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomologis agar petumbuahn diri dan kematangan jiwa
klien dapat dicapai.

Pembahasan di atas telah menunjukkan bahwa teori caring yang dikemukakan oleh Watson
menekankan akan kebutuhan klien secara jasmani dan kebutuhan pendekatan spiritual bagi iman klien.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mengenal dirinya sendiri secara spiritual dan menerapkannya
dalam profesi keperawatan dalam memberikan perawatan dengan cinta dan caring. Jadi, dari teori caring
menurut Watson dapat disimpulkan bahwa adanya keseimbangan antara aspek jasmani dan spiritual
dalam asuhan keperawatan

     B.            Paradigma Keperawatan

1)      Konsep Manusia

Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial dan spiritual yang utuh dan unik, dalam arti merupakan satu
kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani dan unik karena mempunyai berbagai macam kebutuhan
sesuai dengan tingkat perkembangannya. (Konsorsium Ilmu kesehatan, 1992) Manusia selalu berusaha
untuk memahami kebutuhannya melalui berbagai upaya antara lain dengan selalu belajar dan
mengembangkan sumber-sumber yang diperlukan sesuai dengan potensi dan kemampuan yang
dimilikinya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia secara terus menerus mengahadapi perubahan
lingkungan dan selalu berusaha beradaptasi terhadap pengaruh lingkungan

Dimensi manusia sebagai satu kesatuan utuh antara aspek fisik, intelektual, emosional, social-kultural,
spiritual dan lingkungan ( Dikutip dari Taylor C. dkk. Fundamental of Nursing, 1989)

Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan. Sebagai
sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat.

a.       Individu sebagai klien

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, social
dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya
mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien/klien.

b.      Keluarga sebagai klien


Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan terjadi
interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya
sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup
kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis,
rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.

Hirarki Maslow berpendapat tentang Kebutuhan Dasar manusia

  Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu focus pelayanan keperawatan yaitu:
Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan
masyarakat

  Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, memperbaiki atau mengabaikan
maslah kesehatan dalam kelompoknya sendiri. Hampir setiap masalah kesehatan mulai dari awal sampai
pada penyelesaiannya akan dipengaruhi keluarga. Keluarga mempunyai peran utama dalam
pemeliharaan kesehatan seluruh anggota keluarga.

  Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan. Penyakit pada salah satu anggota keluarga akan
mempengaruhi seluruh anggota keluarga tersebut. Peran dari anggota-anggota keluarga akan
mengalami perubahan, bila salah satu angota menderita sakit. Disisi lain status kesehatan dari klien juga
sebagian akan ditentkan oleh kondisi keluarganya.

c.       Masyarakat sebagai klien


Kesatuan hidup manusia yang brinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tetentu yang bersifat terus
menerus dan terikat oleh suatu indentitas bersama
Ciri-ciri:

  Interaksi antar warga

  diatur oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas

  Suatu komuniatas dalam waktu

  identitas yang kuat mengikat semua warga

2)      Kesehatan

Sehat didefinisikan sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif (Parson).
Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan produktif
(Paplau). Menurut HL Bloom ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan

  Keturunan

  Perilaku

  Pelayanan kesehatan
  Lingkungan
Sehat merupakan tujuan dalam pemberian pelayanan keperawatan , dimana kondisi sehat-sakit berada
dalam suatu rentang dari kondisi sehat optimal sampai dengan status kesehatan yang terendah yaitu
kematian dan kondisi normal berada di tengah.

     C.                    Pandangan tentang konsep caring

  Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau, dapat diterima oleh semua orang.

  Penyusunan kebijaksanaan kesehatan seharusnya melibatkan penerima pelayanan kesehatan.

  Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan dan klien sebagai penerima pelayanan kesehatan dapat
membentuk kerjasama untuk mendorong dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan
pelayanan kesehatan.

  Lingkungan berpengaruh terhadap kesehatan penduduk, kelompok, keluarga dan individu.

  Pencegahan penyakit sangat diperlukan untuk peningkatan kesehatan.

  Kesehatan merupakan tanggung jawab individu.

  Klien merupakan anggota tetap team kesehatan. Individu dalam komunitas bertanggung jawab untuk
kesehatan sendiri dan harus didorong serta dididik untuk berperan dalam pelayanan kesehatan.

    D.            Prinsip dasar dalam praktek caring kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut:

1.      Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat

2.      Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

3.      Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bkerja untuk masyarakat.

4.      Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada upaya pomotif dan preventif dengan
tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.

5.      Dasar utama dalam peayanan perawatan kesehatan masyarakat adalah menggunakan pendekatan
pemecahan masalah yang dituangkan dalam proses keperawatan.

6.      kegiatan utama perawatan kesehatan mayarakat adalah dimasyarakat dan bukan di rumah sakit.

7.      Pasien adalah masyarakat secara keseluruhan baik yang sakit maupun yang sehat.

8.      Perawatan kesehatan masyarakat ditkankan kepada pembinaan perilaku hidup sehat masyarakat.

9.      Tujuan perawatan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan fungsi kehidupan sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin.

10.  Perawat kesehatan masyarakat tidak bekerja secara sendiri tetapi bekerja secara team.
11.  Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan masyarakat digunakan untuk kegiatan
meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang sehat atau yang sakit,
penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas, pasien yang baru kembali dari rumah sakit.

12.  Home visite sangat penting.

13.  Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama.

14.  Pelayanan perawatan kesehatan masyarakan harus mengacu pada sistem pelayanan kesehatan yang
ada.

     E.            Peran
perawat konsep caring komunitas dalam asuhan keperawatan
Komunitas adalah kelompok sosial yang tingga dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu sama lain,
saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama. (WHO).
Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah
pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mesekak tinggal, kelompok sosial yang
mempunyai interest yang sama (Linda Jarvis)
Komunitas dipandang sebagai target pelayanan kesehatan sehingga diperlukan suatu kerjasama yang
melibatkan secara aktif masyarakat untuk mencapai peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal, untuk itu dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan perawat komunitas merupakan
suatu upaya yang esensial atau sangat dibutuhkan oleh komunitas, mudah dijangkau, dengan
pembiayaan yang murah, lebih ditekankan pada penggunaan teknologi tepat guna.
Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dimana individu, keluarga maupun masyarakat sebagai
pelaku kegiatan upaya peningkatan kesehatan serta bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri
berdasrkan azas kebersamaan dan kemandirian.
Perawatan Kesehatan Masyarakat merupakan sintesa dari praktek keperawatan dan praktek kesehatan
masyarakat yang diaplikasikan untuk meningkatkan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan dari
masyarakat. Perawatan Kesehatan Masyarakat mempunyai tujuan membantu masyarakat dalam upaya
meningkatkan kesehatan dan pencegahan terhadap penyakit melalui:

1.      Pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada individu, keluarga, dan kelompok dalam
masyarakat, dengan strategi intervensi yaituproses kelompok, pendidikan kesehatan serta kerjasama
(partnership).

2.      Memperhatikan secara langsung terhadap status kesehatan seluruh masyarakat secara komprehensive.

Pada Perawatan Kesehatan Masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu:

1.      Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi komunitas.

2.      Kerjasama
Kerjasaman dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta melakukan kerja
sama lintas program dan lintas sektoral.
3.      Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan lingkunganya
termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan.

4.      Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu sendiri.

5.      Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif terbaik
dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.

BAB III

PENUTUP

    A.            KESIMPULAN

Pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga , kelompok dan
masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keperwatan
adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk
pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga
dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia.

Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental, keterbatasan
pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari
secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan
kesehatan utama (Primary Health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup
sehat dan produktif.

DAFTAR PUSTAKA

  http://andaners.wordpress.com/2009/04/28/konsep-keperawatan-komunitas/

  American Asociation of Occupational Health Nursing

  Hirarki Maslow tentang Kebutuhan Dasar manusia

  Konsorsium Ilmu kesehatan, 1992

  Dikutip dari Taylor C. dkk.  Fundamental of Nursing, 1989

  Logan, BB, 1986

  Potter, P.A.& Perry, A.G. (1997). Fundamental of nursing: concepts, process & practice. 4th ed. St. Louis:
Mosby. (terj.hlm.158-159, 814-820)

KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyusun makalah “ Caring Manajemen Keperawatan ” Selesainya
penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini
kami sampaikan terimakasih dan penghargaan kepada yang terhormat :

1.      Ibu Rusmawati Sitorus, S.Pd, S.Kep, MA selaku Direktur Akademi Keperawatan Harum Jakarta.


2.      Ns. Ria Ika Imelda, S.Kep Selaku Dosen Mata Ajar Caring Manajemen
3.      Ibu Ns. Ari Susiani, MKep selaku wali kelas tingkat I. 
4.      Rekan-rekan semua angkatan XVII Akademi Keperawatan Harum Jakarta.
5.      Secara khusus kami menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada kami, baik selama
mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan dan sebagai umpan balik yang positif demi
perbaikan dimana mendatang. Harapan kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang keperawatan.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan saya berharap agar makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak yang mmebutuhkan.

                                   
                                                                                                Jakarta, November 2016

                                                                                                                  Kelompok 3


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang………………………………………………………………… 1

B.     Tujuan Penulisan……………………………………………………………… 1

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A.    Pengertian Caring Keperawatan………………………………………………. 2

B.     Perbedaan Caring dan Curing…………………………………………………. 6

C.     Teori Florence Nightingale……………………………………………………. 8

D.    Faktor Pengaruh Teori Keperawatan………………………………………….. 11

E.     Sejarah Florence Nightingale…………………………………………………. 12


F.      Model Konsep Florence Nightingale………………………………………….. 15

BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan……………………………………………………………………. 16

B.     Saran…………………………………………………………………………... 16

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Florence nightingale lahir pada tanggal 12 Mei 1820 di Florence Italia dan meninggal dunia pada
tanggal 13 Agustus 1910 di London Inggris pada usiannya yang ke-90 tahun. Florence
nightingale dibesarkan dalam keluarga yang berada, namanya diambil dari kota tempat ia lahir.
Semasa kecilnya ia tinggal di lea hurst sebuah rumah besar dan mewah milik ayahnya yang
brenama William nightingale yang merupakan seorang tuan tanah terkaya di Derbishire dan
ibunya adalah keturunan ningrat dan terpandang.
Florence nightingale memiliki seorang saudara perempuan yang bernama parthenope. Pada masa
remajanya Florence nightingale lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang
membutuhkan. Ia jatuh cinta pada pekerjaan sosial keperawatan, hingga akhirnya pada usianya
yang cukup muda ia hanya menghabiskan waktu untuk merawat orang-orang yang sakit,
Florence nightingale menghidupkan konsep penjagaan kebersihan rumah sakit dan kiat-kiat juru
keperawatan. Kemudian, Florence nightingale dikenal dengan nama “bidadari berlampu (the lady
with the lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang pada perang
krimea.
Florence nightingale adalah perawat pertama kali ada di dunia dan beliau dikenal sebagai wanita
yang pantang menyerah dalam merawat pasien dan memiliki jiwa penolong serta sangat berperan
penting dalam perkembangan ilmu keperawatan. Teori Florence nightingale lebih
mengemukakan tentang lingkungan. Pandangan model konsep dan teori ini merupakan gambaran
dari bentuk pelayanan keperawatan yang akan diberikan dalam memenuhi kebutuhan dasar
manusia berdasarkan tindakan dan lingkup pekerjaan dengan arah yang jelas dalam pelayanan
keperawatan.pada masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang kontras daan parthenope
hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri,seorang tuan tanah.pada masa itu wanita
ningrat,kaya,dan berpendidikan aktifitasnya cenderung bersenag-senang saja dan
malas,sementara florance lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang
membutuhkan.perawat pada masa itu perawat dianggap pekerjaan hina karena
a.      Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau “buntut” (keluarga tentara yang miskin ) Yng
mwngikuti kemana tentara pergi.
b.      Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan terbuka,sehingga
dianggap profesi ini bukan profesi sopan wanita baik-baik dan bnayak pasien memperlakukan
wanita tidak berpendidikan yang berada dirumah sakit dengan tidak senonoh perawat inggris
pada masa itu lebih banyak laki-laki dripada perempuan karena alasan-alasan tersebut di atas.
c.       Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak.nama harum florance melejit saat
pecah perang krim antara inggris,peranci,dan turki melawan rusia pada tahun 1854-1856. Saat itu
banyak sekali tentara inggris yang terluka dan dibiarkan terlantar dirumah sakit darurat dimedan
perang karena tak cukupnya tenaga perawat ditempat itu.florance dengan tulus dan berani
membawa 38 orang perawat kerumah sakit itu.selama 21 bulan

B.         Tujuan Masalah
Tujuan Umum :
Untuk memenuhi salah satu tugas Caring Manajemen Keperawatan

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Pengertian Caring Keperawatan


Secara bahasa, istilah caring diartikan sebagai tindakan kepedulian. Caring secara umum dapat
diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan
waspada serta suatu perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi.
Pengertian caring berbeda dengan care. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan orang
berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku kepada individu, keluarga,
kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan actual maupun potensial untuk
meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia. Sedangkan caring adalah tindakan nyata
dari care yang menunjukan suatu rasa kepedulian. Terdapat beberapa pengertian caring menurut
beberapa ahli, antara lain :.
a.       Delores gaut (1984):
caring tidak mempunyai pengertian yang tegas, tetapi ada tiga makna dimana ketiganya tidak
dapat dipisahkan, yaitu perhatian, bertangung jawab dan ikhlas.
b.      Crips dan Taylor (2001):
caring merupakamn fenomena universal yang mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir,
merasakan dan berperilaku dalam hubungannya dengan oang lain.

c.       Rubenfild (1999):
caring yaitu memberikan asuhan, tanggung jawab, dan ikhlas. Crips dan Taylor (2001): caring
merupakan fenomena universal yang mempengaruhi bagaimana seorang berpikir, merasakan dan
berperilaku, dalam hubungannya dengan orang lain.

d.      Jean watson (1985):


caring merupakan komitmen moral untuk melindungi , mempertahankan, dan meningkatkan
martabat manusia.

e.       Florence Nightingale (1860)


Caring adalah tindakan yang menujukkan pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu
penyembuhan, memberikan lingkungan bersih,ventilasi yang baik dan tenang kepada pasien.
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untukberdedikasi bagi orang lain,
pengawasan dengan waspada, serta suatu perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta
atau menyayangi

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat bahwa pengertian caring secara uum
adalah suatu cermin perhatian,perasaan empati dan kasih sayang kepada orang lain, dilakukan
dengan cara memberikan tindakan nyata kepedulian, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
dan kondisi kehidupan orang tersebut. Caring merupakan inti dari keperawatan.

B.     Perbedaan caring dan curing


Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat adalah ilmu
kesehatan tetang asuhan atau pelayanan keperawatan atau The Health Science ofCaring
(Lindberg, 1990:40). Secara bahasa, caring dapat diartikan sebagai tindakan kepedulian dan
curing dapat diartikan sebagai tindakan pengobatan. Namun, secara istilah caring dapat diartikan
memberikan bantuan kepada individu atau sebagai advokasi pada idividu yang tidak mampu
kebutuhan dasarnya. Sedangkan curing adalah upaya kesehatan dari kegiatan dokter dalam
prakteknya untuk mengobati klien. Dalam penerapannya, konsep caring dan curing mempunyai
beberapa perbedaan, diantarannya
Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas sekunder. Maksudnya seorang
perawat lebih melakukan tidakan kepedulian pada klien dari pada memberikan tindakan medis.
Oleh karena itu, caring lebih identik dengan perawat.
Curing merupakan tugas primer seorang dokter dan caring adalah tugas sekunder. Maksudnya
seorang dokter lebih melibatkan tindakan medis tanpa melakukan tindakan caring yang berarti.
Oleh karena itu, curing lebih identik dengan dokter.
Dalam pelayanan kesehatan klien yang dilakukan perawat, adalah caring dan ¼ nya adalah
curing.
Caring bersifat lebih “healthogenic”daripada curing.maksudnya caring lebih menekankan pada
peningkatan kesehatan daripada pengobatan.didalam praktiknya,caring mengintegrasikan
pengetahuan biofisik dan pngetahuan perilaku manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan
dan untuk menyediakan pelayanan bagi mereka yang sakit.
e.       Tujuan caring adalah membantu pelaksanaan rencana pengobatan/terapi dan membantu
klienberadaptasi dengan masalah kesehatan,mandiri memenuhi kebutuhan dasarnya,mencegah
penyakit,meningkatkan kesehatan dan meningkatkan fungsi tubuh sedangkan tujuan curing
adalah menentukan dan menyingkirkan penyebab penyakit atau mengubah problem penyakit
atau mengubah problem penyakit dan penangannya.
f.       Diagnosa dalam konsep curing dilakukan dengan mengungkapkan penyakit yang diderita
sedangkan diagnosa dalam konsep caring dilakukan dengan identifikasi masalah dan penyebab
berdasarkan kebutuhan dan respon klien.

C.    Teori Florence Nightingale


Caring adalah tindakan yang menujukkan pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu
penyembuhan, memberikan lingkungan bersih,ventilasi yang baik dan tenang kepada pasien.
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untukberdedikasi bagi orang lain,
pengawasan dengan waspada, serta suatu perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta
atau menyayangi
Florence Nightingale membuat sebuah teori yang dikenal sebagai teori Keperawatan modern
(modern nursing).Titik berat teori ini adalah pada aspek lingkungan.Nightingale meyakini bahwa
kondisi lingkungan yang sehat penting untuk penanganan perawatan yang layak.Komponen
lingkungan yang berpengaruh pada kesehatan, antara lain:
Udara segar
 Air bersih

Saluran pembuangan yang efesien


Kebersihan
Cahaya

Asumsi Utama Teori Nightingale


Nightingale mendefenisikan kesehatan sebagai kondisi sejahtera dan mampu memanfaatkan
setiap daya yang dimiliki hingga batas maksimal, sedangkan penyakit merupakan proses
perbaikan yang dilakukan tubuh untuk membebaskan diri dari gangguan yang dialami sehingga
individu kembali sehat. Prinsip perawatan adalah menjaga agar proses reparitive ini tidak
terganggu dan tidak menyedian kondisi yang optimal untu prose tersebut.untuk mencapai kondisi
kesehatan, perawat harus menggunakan nalarnya, disertai ketekunan observasi.

Sejarah florance nigthtingle


Florance nigthingle lahir di firenze ( florance ),italia tanggal 12 mei 1820.Ayah florance bernama
Wiliam Nightingle seorang tuan tanah kaya di Derbyshire,London.Ibunya frances ( “Fanny “)
Nightingle nee smith keturunan ningrat,keluarga nightingle adalah keluarga terpandang.florance
memiliki seorang kakak bernama parthnope.semasa kecil florance nihgtingle di Lea hurst yaitu
sebuah
D.    Faktor Pengaruhi Teori Keperawatan
a.      Filsofi Florence Nightingale
Florence merupakan salah satu pendiri dasar-dasar teori keperawatan yang melalui filosofi
keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi peran perawat dalam menemukan kebutuhan dasar
manusia pada klien serta penting pengaruh lingkungan dalam perawatan orang sakit dikenal
dengan teori lingkungannya. Selain florence juga membuat standar pada pendidikan keperawatan
serta standar pelaksanaan asuhan keperawatan yang efesien. Beliau juga membedakan praktik
keperawatan dengan kedokteran dan perbedaan perawatan yang sakit dengan yang sehat.

b.      Kebudayaan
Kebudayaan juga mempunyai pengaruh dalam perkembangan teori-teori keperawatan
diantaranya dengan adanya pandangan bahwa dalam memberikan pelayanan keperawatan akan
lebih baik dilakukan wanita karena wanita mempunyai jiwa yang sesuai dengan kebutuhan
perawat, akan tetapi perubahan identitas dalam proses telah berubah seiring dengan
perkembangan keperawatan.

c.       Sistem pendidikan
Pada sistem pendidikan telah terjadi perubahan besar dalam perkembangan besar dalam teori
keperawatan dahulu pendidikan keperawatan beliau mempunyai sistem dan kurikulum
keperawatan yang jelas, akan tetapi keperawatan telah memiliki sistem pendidikan keperawatan
yang terarah sesuai dengan kebutuhan RS sehingga teori-teori keperawatan juga berkembang
dengan orientasi pada pelayanan keperawatan.
d.      ilmu Perkembangan keperawatan
Perkembangan ilmu keperawatan ditandai dengan adanya pengelompokan ilmu keperawatan
dasar ilmu menjadi ilmu keperawatan klinik dan ilmu keperawatan komunitas yang merupakan
cabang ilmu keperawatan yang khusus atau subspesialisasi yang diakui sebagai bagian ilmu
keperawatan.

e.       Pengaruh Teori Nightingale Terhadap Keperawatan


Teori Nigtingale, Keperawatan modern (modern nurshing) merupakan langka awal  dalam
formalisasi dan pengembangan ilmu keperawatan selanjutnya. Ia telah meletakan suatu pijakan
bagi pengembangan teori keperawatan sesudahnya. Didasari atau tidak,  Nightingale telah
member pedoman umum bagi perawat dalam merawat klien.

E.     Model Konsep Florence Nightingale


Model konsep Florence nightingale memposisikan lingkungan adalah sebagai focus asuhan
keperawatan dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit model konsep ini dalam
upaya memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran. Orientasi pemberian asuhan
keperawatan atau tindakan keperawatan lebih diorientasikan pada pemberian udara, lampu,
kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adekuat dengan dimulai dari
pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya teori tersebut dalam
rangka perawat mampu menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa tergantung dengan
profesi lain. Model konsep ini memberikan inspinisi dalam perkembangan praktik keperawatan,
sehingga dikembangkan secara luas, paradigma perawat dalam tindakan keperawatan hanya
memberikan kebersihan lingkungan adalah kurang benar, akan tetapi lingkungan dapat
memengaruhi proses perawatan pada pasien sehingga perlu diperhatikan.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Caring merupakan fenomena yang berhubungan dengan orang berhubungan dengan bimbingan,
bantuan, dukungan perilaku kepada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk
memenuhi kebutuhan actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas
kehidupan manusia.Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang
situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual
keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi
agar mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dan tahu apa yang harus perawat
kerjakan. Teori keperawatan digunakan sebagai dasar dalam menyusun suatu model konsep
dalam suatu keperawatan, dan model konsep keperawatan digunakan dalam menentukan model
praktek keperawatan. Ada beberapa yang mempengarauhi teori keperawatan yaitu, filosopi
Nightingale, kebudayaan, pendidikan, dan ilmu keperawan.

B.     Saran
Dalam penyusunan makalah sebaiknya mahasiswa menggunakan minimal tiga literatur untuk
menghasilkan makalah yang isinya lengkap dan sebaiknya perlu ditambahkan lagi buku-buku
kesehatan lainnya yang belum tersedia di perpustakaan untuk menunjang penyelesaian tugas
mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: salemba medika.

Http://Indonesiannursing.com/2008/07/30/konsep-model-florence nightingale.

Anda mungkin juga menyukai