Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ETHIC OF CARE (Etika Keperawatan)


Disusun untuk memenuhi tugas mata Kuliah Konsep Dasar Keperawatan

Disusun oleh :
WELLA VISTA EDWARD
2014201089
1B KEPERAWATAN

Dosen Pembimbing :
Ns. Amelia Susanti, M.Kep, Sp.Kep

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tugas mata kuliah konsep
dasar keperawatan yang berjudul “ETHIC OF CARE” tepat waktu. Makalah ini tidak akan
selesai tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini di masa mendatang. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca.

Padang, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Etika Keperawatan ........................................................................... 2
B. Tujuan Etika Keperawatan ............................................................................ 4
C. Pendekatan dalam Etika Keperawatan........................................................... 6
D. Tipe-tipe Etika Keperawatan ......................................................................... 7
E. Teori-teori dalam Etika Keperawatan ............................................................ 8
F. Prinsip-prinsip Etika Keperawatan ................................................................ 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 15
B. Saran .............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika Keperawatan adalah Etika (Yunani kuno: “ethikos“, berarti “timbul dari
kebiasaan”) adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Praktek
keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional diberikan berdasarkan ilmu
pengetahuan, menggunakan metodologi keperawatan dan dilandasi kode etik
keperawatan. Kode etik keperawatan mengatur hubungan antara perawat dan pasien,
perawat terhadap petugas, perawat terhadap sesama anggota tim kesehatan, perawat
terhadap profesi dan perawat terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air. Pada
hakikatnya keperawatan sebagai profesi senantiasa mangabdi kepada kemanusiaan,
mendahulukan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi, bentuk
pelayanannya bersifat humanistik, menggunakan pendekatan secara holistik,
dilaksanakan berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan serta menggunakan kode
etik sebagai tuntutan utama dalam melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan.
Dengan memahami konsep etik, setiap perawat akan memperoleh arahan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan yang merupakan tanggung jawab moralnya dan
tidak akan membuat keputusan secara sembarangan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan etika keperawatan?
2. Apakah tujuan dari etika keperawatan?
3. Bagaimana pendekatan dalam etika keperawatan?
4. Apasajakah tipe-tipe etika keperawatan?
5. Apasajakah prinsip-prinsip etika keperawatan?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah etika keperawatan
2. Untuk laporan diskusi kasus
3. Agar dapat mengetahui dan memahami konsep dari etika keperawatan
4. Agar dapat mengaplikasikan etika keperawatan dalam melakukan tindakan
keperawatan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Etika Keperawatan


Menurut Suhaemi (2010), Kata etika berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang
berhubungan dengan pertimbangan pembuat keputusan, benar atau tidaknya suatu
perbuatan karena tidak ada undang-undang atau peraturan yang menegaskan hal yang
harus dilakukan. Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber
dari martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari
profesi. Profesi menyusun kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi
individu yang dilayani.
Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina
profesi tertentu baik secara nasional maupun internasional. Kode etik menerapkan
konsep etis Karena profesi bertanggung jawab pada manusia dan menghargai
kepercayaan serta nilai individu. Kata seperti etika, hak asasi, tanggung jawab, mudah
didefinisikan, tetapi kadang-kadang tidak jelas letak istilah tersebut diterapkan dalam
suatu situasi. Contoh : benarkah dipandang dari segi etis, hak asasi, dan tanggung
jawab bila profesional kesehatan menghentikan upaya penyelamatan hidup pada
pasien yang mengidap penyakit yang pasti membawa kematian?
Faktor teknologi yang meningkat, ilmu pengetahuan yang berkembang
(pemakaian mesin dan teknik memperpanjang usia, legalisasi abortus, pencangkokan
organ manusia, pengetahuan biologi dan genetika, penelitian yang menggunakan
subjek manusia) ini memerlukan pertimbangan yang menyangkut nilai, hak-hak
manusia, dan tanggung jawab profesi. Organisasi profesi diharapkan mampu
memelihara dan menghargai, mengamalkan, mengembangkan nilai tersebut melalui
kode etik yang disusunnya.
Kadang-kadang perawat diharapkan pada situasi yang memerlukan keputusan
untuk mengambil tindakan. Perawat memberi asuhan kepada klien, keluarga, dan
masyarakat ; menerima tanggung jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik,
sosial, dan spiritual yang memungkinkan untuk penyembuhan; dan menekankan
pencegahan penyakit; serta meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan kesehatan.
Pelayanan kepada umat manusia merupakan fungsi utama perawat dan dasar adanya
profesi keperawatan. Kebutuhan pelayanan keperawatan adalah universal. Pelayanan
profesional berdasarkan kebutuhan manusia karena itu tidak membedakan
2
kebangsaan, warna kulit, politik, satatus sosial, dan lain-lain. Keperawatan adalah
pelayanan vital terhadap manusia yang menggunakan manusia juga, yaitu perawat.
Pelayanan ini berdasarkan kepercayaan bahwa perawat berbuat hal yang benar, hal
yang diperlukan, dan hal yang menguntungkan pasien dan kesehatannya. Oleh karena
manusia dalam interaksi bertingkah laku berbeda-beda maka diperlukan pedoman
untuk mengarahkan bagaimana harus bertindak, bagaimana perilaku manusia, dan
apakah hal dan tanggung jawabnya.
Etika memberi keputusan tentang tindakan yang diharapkan benar tepat atau
bermoral. Banyak profesi dibidang hukum, kedokteran, keperawatan, menyusun
pernyataan tentang keyakinan terhadap perilaku yang etis bagi anggotanya. Etika
profesi sebagai pedoman menumbuhkan tanggung jawab atau kewajiban bagi
angngota profesi tentang hak-hak yang diharapkan oleh orang lain. Anggota profesi
memiliki pengetahuan atau keterampilan khusus yangn dipergunakan untuk membuat
keputusan yang memengaruhi orang lain.
Organisasi profesi menggunakan hak-hak dasar manusia dan dasar hukum untuk
melindungi anggotanya dan keselamatan klien atau pasien, dengan menjamin
pelayanan yang diberikan berdasarkan standar dan pelaksana pelayanan merupakan
tenaga profesional yang berkompeten. Perawat harus membiasakan diri untuk
menerapkan kode etik yang memberi gambaran tanggung jawabnya dalam praktik
keperawatan. Perawat juga harus mengerti undang-undang dan hukum yang
berhubungan dengan kesehatan kepada umum, terutama undang-undang yang
mengatur praktik keperawatan. Perawat harus juga memperhatikan fungsi dan
tanggung jawabnya, seperti yang dijelaskan oleh hukum dan yang dikeluarkan oleh
organisasi profesi keperawatan. Etika profesi keperawatan dikenal sebagai practice
discipline, yang perwujudannya dikenal melalui asuhan atau praktik keperawatan.
Perawat adalah profesi yang sifat pekerjaanya selalu berada dalam situasi yang
menyangkut hubungan antar manusia, terjadi proses interaksi serta saling
memengaruhi dan dapat memberikan dampak terhadap tiap-tiap individu yang
bersangkutan.
Keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional bertujuan untuk tercapainya
kesejahteraan manusia. Sebagai suatu profesi, perawat mempunyai kontrak sosial
dengan masyarakat. Ini berarti masyarakat memberi kepercayaan bagi perawat untuk
terus menerus memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan. Untuk

3
menjamin kepercayaan ini, pelayanan keperawatan harus dilandasi ilmu pengetahuan,
metodologi, dan dilandasi pula dengan etika profesi.
Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab
moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan
adalah milik dan dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan, yaitu
perawat. Anggota profesi keperawatan dituntut oleh sesama perawat, profesi lain, dan
masyarakat sebagai penerima pelayanan keperawatan untuk menaati dan menentukan
kode etik yang telah disepakati.
Secara spesifik etika profesi memberi tuntutan praktik bagi anggota profesi dalam
melaksanakan praktik profesinya sesuai dengan standar moral yang diyakini.
Disamping itu, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan meningkatnya
kebutuhan masyarakat mengakibatkan ruang lingkup layanan keperawatan semakin
komplek untuk itu, perawat dituntut kemampuannya untuk dapat mengambil
keputusan atas dasar penalaran saintifik dan etis.
Dalam melaksanakan praktik keperawatan, seorang perawat harus mengambil
suatu keputusan dalam upaya pelayanan keperawatan klien. Keputusan yang diambil
berdasarkan pertimbangan dan kemampuan penalaran ilmiah dan penalaran etika, hal
yang baik bagi pelayanan keperawatan klien diukur dari sudut keyakinannya sendiri,
norma masyarakat, dan standar profesional. Dalam melaksankan praktik keperawatan,
perawat berhadapan dengan manusia atau klien. Perawat meyakini bahwa klien
mempunyai harga diri, martabat, dan otonomi; dan integritas perawat harus
dipertahankan dalam memberi pelayanan atau asuhan keperawatan. Disamping itu,
keperawatan mempunyai tanggung jawab untuk memciptakan lingkungan yang
kualitas pelayanannya juga ditentukan oleh pertimbangan hak, nilai budaya, dan adat
istiadat klien.

B. Tujuan Etika Keperawatan


Menurut Suhaemi, (2010), Etika profesi keperawatan merupakan alat untuk
mengukur perilaku moral dalam keperawatan. Dalam penyusunan alat pengukur ini,
keputusan diambil berdasarkan kode etik sebagai standar yang mengukur dan
mengevaluasi perilaku moral perawat.
Dengan menggunakan kode etik keperawatan, organisasi profesi keperawatan
dapat dapat meletakkan kerangka berpikir perawat untuk mengambil keputusan dan
bertanggung jawab kepada masyarakat, anggota tim kesehatan yang lain, dan kepada
4
profesi (ANA, 1976 dalam buku Suhaemi, 2010). Secara umum tujuan etika profesi
keperawatan adalah menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien kepada
perawat, kepercayaan diantara sesama perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada
profesi keperawatan.
Sesuai dengan tujuan di atas, perawat ditantanng untuk mengembangkan etika
profesi secara terus-menerus agar dapat menampung keinginan dan masalah baru; dan
mampu menurunkan etika profesi keperawatan kepada perawat generasi muda, secara
terus-menerus juga meletakkan landasan filsafat keperawatan agar setiap perawat
tetap menyenangi profesinya. Selain itu pula, agar perawat dapat menjadi wasit untuk
anggota profesi yang bertindak kurang profesional karena melakukan tindakan “di
bawah” standar profesional atau merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi
keperawatan.
Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching dalam buku Suhaemi
2010, tujuan etika profesi keperawatan adalah mampu :
1. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan
2. Membentuk strategi atau cara dan menganalisis masalah moral yang
terjadi dalam praktik keperawatan
3. Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat di
pertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan kepada
Tuhan, sesuai dengan kepercayaannya
Perawat membutuhkan kemampuan untuk menghubungkan dan
mempertimbangkan peran prinsip moralitas, yaitu keyakinannya terhadap tindakan
yang dihubungkan dengan ajaran agama dan perintah Tuhan dalam:
1. Pelaksanaan kode perilaku yang disepakati oleh kelompok profesi,
perawat sendiri, maupun masyarakat
2. Cara mengambil keputusan yang didasari oleh sikap kebiasaan dan
pandangan (hal yang dianggap benar).
Menurut Veatch, yang mengambil keputusan tentang etika profesi keperawatan
adalah perawat sendiri, tenaga kesehatan lainnya; dan etika yang berhubunngan
dengan pelayanan keperawatan ialah masyarakat/orang awam yang menggunakan
ukuran dan nilai umum sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Menurut National League for Nursing (NLN [Pusat pendidikan keperawatan
milik perhimpunan perawat Amerika]) dalam buku Suhaemi, 2010, pendidikan etika
keperawatan bertujuan :
5
1. Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar profesi
kesehatan lain dan mengerti tentang peran dan fungsi anggota tim
kesehatan tersebut.
2. Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat
moraliltas, keputusan tentang baik dan buruk yang akan
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan sesuai dengan kepercayaannya
3. Mengembangkan sifat pribadi dan sikap profesional peserta didik
4. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk
dasar praktik keperawatan profesional. Diakui bahwa pengembangan
keterampilan ini melalui dilemma etika, artinya konflik yang dialami,
yang memerlukan pengambilan keputusan yang baik dan benar dipandang
dari sudut profesi, kemanusiaan, kemasyarakatan, kesehatan dan
keperawatan.
5. Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmu dan prinsip
etika keperawatan dalam praktik dan dalam situasi nyata.
Pendidikan etika sangat penting dalam pendidikan keparawatan yang berfungsi
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik tentang perbedaan nilai, norma yang
timbul dalam keputusan keperawatan. Namun, etika keperawatan tidak cukup hanya
diajarkan, tetapi harus ditanamkan dan diyakini oleh peserta didik melalui pembinaan,
tidak saja di pendidikan, tetapi dalam lingkungan pekerjaan dan lingkungan profesi.

C. Pendekatan dalam Etika Keperawatan


Sebelum membahas tentang masalah etika, perawat penting memahami metode
pendekatan yang digunakan dalam diskusi permasalahan etika. Ladd.J (1978 dikutip
oleh Frell; lih. McCloskey, 1990 dalam buku Suhaemi, 2010) menyatakan ada empat
metode utama; otoritas, consensus hominum, pendekatan intuisi atau self-evidence,
dan metode argumentasi.
Metode otoritas menyatakan bahwa dasar setiap tindakan atau keputusan
berdasarkan pada otoritas. Otoritas dapat berasal dari manusia atau kepercayaan
supernatural, kelompok manusia, atau institusi seperti majelis ulama, dewan gereja,
atau pemerintah. Penggunaan metode ini terbatas hanya pada penganut yang percaya.
Metode consensum hominum menggunakan pendekatan berdasarkan pada
persetujuan masyarakat luas atau peda sekelompok manusia yang terlibat dalam

6
pengkajian suatu masalah. Segala sesuatu yang diyakini bijak, dan secara etika dapat
diterima, dimasukkan dalam keyakinan.
Metode pendekatan intuisi atau self-evidence --dinyatakan oleh para ahli filsafat--
berdasarkan pada apa yang mereka kenal sebagai konsep teknikintuisi. Metode
initerbatas hanya pada orang-orang yang mempunyaiintuisi tajam.
Metode argumentasi atau metide sokratik menggunakan pendekatan dengan
mengajukan pertanyaan atau mencari jawaban yang mempunyai alasan tepat. Metode
analitik ini digunakan untuk memahami fenomena etika.

D. Tipe-tipe Etika Keperawatan


Menurut Dalami (2010), tipe-tipe etika keperawatan terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Bioetik
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam
etik,menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetik
difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu
kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan theologi.
Pada lingkup yang lebih sempit,bioetik merupakan evaluasi etik pada
moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan
pada manusia. Pada lingkup yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua
tindakan moral yang mungkin membantu atau bahkan membahayakan
kemampuan organisme terhadap pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik antara
lain: peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberiaan pelayanan
kesehatan.
Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang
menyangkut perawatan kesehatan,kesehatan modern,aplikasi teori etik,dan prinsip
etik terhadap masalah-masalah pelayanan kesehatan
2. Clinical Ethics/Etik Klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada
masalah etik selama pemberian pelayanan pada klien.
Contoh clinical ethics: adanya persetujuan atau penolakan,dan bagaimana
seseorang sebaiknya merespons permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-
sia).
3. Nursing Ethics/Etik Keperawatan

7
Bagian dari bioetik,yang merupakan studi formal tentang isu etik dan
dikembangkan dalam tindakan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik.

E. Teori-teori dalam Etika Keperawatan


Teori dasar etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis praktik
professional (Fry,1991 dalam buku Suhaemi, 2010). Teori etik digunakan dalam
pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara prinsip dan aturan. Ahli filsafat moral
telah mengembangkan beberapa teori etik, yang secara garis besar dapat
diklasifikasikan menjadi teori teleologi dan deontology.
1. Teleologi
Teleologi (berasal dari bahasa Yunani, darin kata telos, berarti akhir).
Istilah teleologi dan utilitarianisme sering digunakkan saling bergantian.
Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena
berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi.
Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan the end justifies the means
atau makna dari suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi.
Teori ini menekankan pada pencapaian hasil akhir yang terjadi.
Pencapaian hasil akhir dengan kebaikan yang maksimal dan ketidakbaikan
sekecil mungkin bagi manusia (Kellly, 1987 dalam buku Suhaemi, 2010).
Teori teleologi atau utilitarianisme dapat dibedakan menjadi rule
utilitarienisme dan act utilitarianisme. Rule utilitarianisme berprinsip
bahwa manfaat atau niiali suatu tindakan bergantung pada sejauh mana
tindakan tersebut memberikan kebaikan atau kebahagiaan kepada manusia.
Act utilitarianisme bersifat lebih terbatas; tidak melibatkan aturan umum,
tetapi berupaya menjelaskan pada suatu situasi tertentu dengan
pertimbangan terhadap tindakan apa yang dapat memberikan kebaikan
sebanyak-banyaknya atau ketidakbaikan sekecil-kecilnya pada individu.
Contoh penerapan teori ini; bayi yang lahir cacat lebih baik diizinkan
meninggal daripada nantinya menjadi beban masyarakat.
2. Deontologi
Deontologi (berasal dari bahasa Yunani, Deon, berarti tugas)
berprinsip pada aksi atau tindakan. Menurut Kant, benar atau salah bukan
ditentukan oleh hasil akhir atau konsekuensi dari suatu tindakan,
8
melainkan oleh nilai moralnya. Dalam konteks ini, perhatian difokuskan
pada tindakann melakukan tanggung jawab moral yang dapat memberikan
penentu apakah tindakan tersebut secara moral benar atau salah. Kant
berpendapat bahwa prinsip moral atau yang terkait dengan tugas harus
bersifat universal, tidak kondisional, dan imperative. Contoh penerapan
deontologi adalah seorang perawat yang yakin bahwa klien harus diberi
tahu tentang yang sebenarnya terjadi walaupun kenyataan tersebut sangat
menyakitkan. Contoh lain: seorang perawat menolak membantu
pelaksanaan abortus karena keyakinan agamanya yang melarang tindakan
membunuh. Dalam menggunakan pendekatan teori ini, perawat tidak
menggunakan pertimbangan, misalnya tindakan abortus dilakukan untuk
menyelamatkan nyawa ibunya karena setiap tindakan yang mengakhiri
hidup (dalam hal ini calon bayi) merupakan tindakan buruk secara moral.
Secara lebih luas, teori deontologi dikembangkan menjadi lima prinsip
penting, yaitu kemurahan hati, keadilan, otonomi, kejujuran dan ketaatan
(Fry, 1991 dalam buku Suhaemi, 2010).

F. Prinsip- prinsip Etika Keperawatan


Prinsip bahwa dasar kode etik adalah menghargai hak dan martabat manusia,
tidak akan pernah berubah. Prinsip ini juga diterapkan baik dalam bidang pendidikan
maupun pekerjaan. Juga dalam hak-haknya memperoleh pelayanan kesehatan
(Suhami,2010).
Apabila menghadapi suatu situasi yang melibatkan keputusan yang bersifat etis
dan moralitas, perawat hendaknya bertanya kepada dirinya sendiri:
1. Bagaimana pengaruh tindakan saya kepada pasien?
2. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap atasan dan orang-orang yang
bekerja sama dengan saya?
3. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap diri saya sendiri?
4. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap profesi?
Bila jawaban atas pertanyaan diatas positif berdasarkan ukuran yang seharusnya,
perilaku yang ditampilkan akan berkenan dan sesuai dengan hak-hak pasien, dan
haknya sendiri untuk mempertahankan kewibawaan. Fungsi kode etik menurut
Hipocrates :
1. Menghindari ketegangan antar-manusia
9
2. Memperbaiki status kepribadian
3. Menopang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan
Kode etik penting dalam sistem pelayanan kesehatan dan dalam praktik
keperawatan menurut Kozier & Erb (1990) dalam Suhaemi, (2010):
1. Etika akan menunjukkan standar profesi untuk kegiatan keperawatan.
Standar ini akan melindungi perawat dan pasien
2. Kode etik menjadi alat untuk menyusun standar praktik profesional,
memperbaiki, dan memelihara standar tersebut
3. Kode etik adalah pedoman resmi untuk tindakan profesional, akan diikuti
orang-orang dalam profesi dan harus diterima sebagai nilai pribadi bagi
anggota professional
4. Kode etik memberi kerangka pikir kepada anggota profesi untuk membuat
keputusan dalam situasi keperawatan
Jadi, kode etik mengimbau perawat tentang hal yang boleh dilakukan dan yang
tidak boleh dilakukan.Sebetulnya bukan soal paksaan, semuanya bergantung pada
perawat sendiri. Perawat bebas mendengarkan kata hatinya bila telah menerima nilai
yang baik, kata hati akan menuntunnya, dan akan tertanam nilai moral.
Prinsip moral mempunyai peran yang penting dalam menentukan perilaku yang
etis dan dalam pemecahan masalah etik. Prinsip moral merupakan standar umum
dalam melakukan sesuatu sehingga membentuk suatu sistem etik.Prinsip moral
berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan,
atau diizinkan dalam suatu keadaan.Terdapat tiga prinsip moral yang sering
digunakan dalam diskusi moral, yaitu autonomy, non-maleficience, dan justice
(Johnstone, 1989 dalam buku Suhaemi, 2010).
1. Otonomi
Otonomi berasal dari bahasa Latin, yaitu autos, yang berarti sendiri dan
nomos, artinya aturan.Otonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri
atau mengatur diri sendiri.Menghargai otonomi berarti menghargai manusia
sebagai sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat yang
mampu menentukan sesuatu bagi dirinya.Prinsip otonomi sangat penting
dalam keperawatan.Perawat harus menghargai harkat dan martabat manusia
sebagai individu yang dapat memutuskan hal yang terbaik bagi dirinya.
Perawat harus melibatkan klien untuk berpartisipasi dalam membuat
keputusan yang berhubungan dengan asuhan keperawatan klien tersebut.
10
Beberapa tindakan yang tidak memperhatikan otonomi adalah :
1. Melakukan sesuatu bagi klien tanpa mereka diberitahu
sebelumnya
2. Melakukan sesuatu tanpa memberi informasi relevan yang
penting diketahui klien dalam membuat suatu pilihan
3. Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat
gangguan atau penyimpangan
4. Tidak memberikan informasi yang lengkap walaupun klien
menghendaki informasi tersebut
5. Memaksa klien memberi informasi tentang hal-hal yang
mereka sudah tidak bersedia menjelaskannya
Perawat yang menghargai manusia dalam penerapan otonomi, termasuk juga
menghargai profesi lain dalam lingkup tugas perawat, misalnya dokter, ahli farmasi,
dan sebagainya.
1. Non-maleficience
Non-maleficience berarti tidak melukai atau tidak menimbulkan
bahaya/cedera bagi orang lain. Johnson (1989) dalam buku Suhaemi (2010)
menyatakan bahwa prinsip untuk tidak melukai orang lain berbeda dan lebih
keras daripada prinsip untuk melakukan yang baik.
Beneficience merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak
merugikan orang lailn.Contoh : seorang klien yang mempunyai kepercayaan
bahwa pemberian transfusi darah bertentangan dengan keyakinannya,
mengalami pendarahan hebat akibat penyakit hati yang kronis. Sebelum
kondisi klien bertambah berat, klien sudah memberikan pernyataan tertulis
kepada dokter bahwa ia tidak mau dilakukan transfuse darah. Pada suatu saat,
ketika kondisi klien bertambah buruk dan terjadi pendarahan hebat, dokter
seharusnya mengintruksikan untuk memberikan transfusi darah.Dalam hal
ini, akhirnya transfusi darah tidak diberikan karena prinsip beneficience,
walaupun sebenarnya pada saat yang bersamaan terjadi penyalahgunaan
prinsip maleficienc.
2. Keadilan
Keadilan (justice) merupakan prinsip moral berlaku adil untuk semua
individu. Tindakan yang dilakukan untuk semua orang sama. Tindakan yang
sama tidak selalu identic, tetapi dalam hal ini persamaan mempunyai
11
kontribusi yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Dalam
aplikasinya, prinsip moral ini tidak berdiri sendiri, tetapi bersifat
komplementer sehingga kadang-kadang menimbulkan masalah dalam
berbagai situasi.
Hubungan perawat-klien.Kontak yang terus-menerus antara perawat dengan klien
membutuhkan suatu hubungan perawat-klien yang spesiifik, yang dibina atas dasar
saling percaya.Hubungan yang spesifik ini merupakan dasar dalam etika keperawatan.
Hubungan perawat klien didasarkan pada penghargaan atas harkat dan martabak
manusia, penumbuhan rasa saling percaya, cara pemecahan masalah, dan kolaborasi.
Dalam hubungan perawat-klien, perawat dapat berfungsi sebagai narasumber dalam
memberi informasi yang relevan dengan masalah klien.Perawat juga dapat berfungsi
sebagai konselor, yaitu ketika klien menjelaskan perasaannya dan hal-hal yang
berkaitan dengan keadaan sakitnya.
Disamping itu, perawat juga dapat berfungsi sebagai pengganti orang tua,
saudara kandung, atau orang yang paling dekat dengan klien sehingga memungkinkan
klien mengeksplorasi perasaanya sesuai dengan sifat hubungan tersebut. Fungsi lain
yang dilaksanakan perawat adalah sebagai seorang ahli yang mempunyai pengetahuan
dan keterampilan dalam mengatasi masalah dalam kebutuhan kllien. Pada proses
hubungan perawat-klien, klien mengutarakan masalahnya dalam rangka mendapatkan
pertolongan, artinya klien mempercayakan dirinya terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan, untuk ini perawat mempunyai kewajiban menghargai kepercayaan klien
dengan memberikan asuhan secara kompeten, melindungi harkat dan martabat klien,
dan menjaga kerahasian klien. Hubungan ini memerlukan perlakuan yang adil dan
penghargaan atats hak dan kewajiban kedua belah pihak.
Dalam hubungan saling percaya terdapat kewajiban untuk mengatakan kebenaran
dan kewajiban untuk tidak menipu. Perawat diharapkan berinteraksi dengan klien
dengan cara selalu mengatakan yang sebenarya. Kepercayaan ini dibutuhkan klien
dalam menghadapi keadaan sakitnya dan hal ini sangat penting dalam menjamin
kolaborasi perawat-klien yang optimal.Hubungan perawat-klien ini menjadi dasar
dalam peran perawat sebagai pembela klien.
Menurut Dalami (2010), prinsip-prinsip etika keperawatan adalah sebagai
berikut:
1. Otonomy (Autonomy)

12
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri.Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri,memilih dan
memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang
lain.Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang,atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktik profesional merefleksikan otonomi saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan
dirinya.
2. Berbuat Baik (Beneficience)
Beneficience berarti,hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Terkadang dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip
ini dengan otonomi.
a. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapainya sesuatu yang
sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip
moral,legal,dan kemanusiaan.Nilai ini Direfleksikan dalam praktik
profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai
hukum,standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan.
b. Tidak Merugikan (Non Maleficienci)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan
psikologis selama perawat memberikan asuhan keperawatan pada
klien dan keluarga.
c. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran.Nilai
diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien
sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan
seseorang untuk mengatakan kebenaran.Informasi harus ada agar
menjadi akurat,komprehensif,dan objektif untuk memfasilitasi
13
pemahaman dan penerimaan materi yang ada,dan mengatakan yang
sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.Walaupun
demikian,terdapat beberapa argumen mengatakan adanya batasan
untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien
untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa “doctors
know best” sebab individu memiliki otonomi,mereka memiliki hak
untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran
merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
d. Menepati Janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain.Perawat setia pada komitmennya
dan menepati janji serta menyimpan rahasia
klien.Ketaatan,kesetiaan,adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmennya yang dibuatnya.
Kesetiaan,menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik
yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah
untuk meningkatkan kesehatan,mencegah penyakit,memulihkan
kesehatan,dan meminimalkan penderitaan.
e. Kerahasian (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang
klien harus dijaga privasi klien.Segala sesuatu yang terdapat dalam
dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka
pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi
tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien diluar area pelayanan,
menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga
kesehatan lain harus dihindari.
f. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan
seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau
tanpa terkecuali.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab
moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan
adalah milik dan dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan, yaitu
perawat.
Secara umum tujuan etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan
mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan diantara sesama
perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada profesi keperawatan.

B. Saran
Sebagai seorang calon perawat, hendaknya dapat memahami konsep dari etika
keperawatan agar dapat mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari
pelaksanaan praktik keperawatan nantinya.

1
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E, dkk. 2010. Etika Keperawatan. Jakarta: TIM

Nisya, R. 2013. Prinsip-prinsip Dasar Keperawatan. Jakarta: Dunia Cerdas

Suhaemi, M. 2010. Etika Keperawatan Aplikasi pada Praktik. Jakarta: EGC

Wulan,K. 2011. Pengantar Etika Keperawatan. Jakarta: PT Prestasi Pustaka Raya

Hendrik. 2013. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai