Anda di halaman 1dari 31

PRINSIP DAN PROSEDUR PELAKSANAAN

PEMBERIAN OBAT ORAL DAN TOPIKAL

OLEH:
KELAS A15-A
Dosen Fasilitator: Ns. Ni Kadek Yuni Lestari, S.Kep., M.Fis.
Nama Anggota Kelompok 5 :
NI PUTU RISMA PEBRIANI (27) (213213295)
I PUTU DUTA RYASA ARDANA (28) (213213296)
PUTU AYU DESI ARENI (29) (213213297)
SANG PUTU ADI WIGUNA (30) (213213298)
NI KOMANG TRIYULIANI (31) (213213299)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2022
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmatnya-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Prinsip dan Prosedur Pelaksanaan Pemberian Obat Oral dan Topikal” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
bidang studi Keterampilan Dasar Keperawatan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Prinsip dan Prosedur Pelaksanaan Pemberian Obat Oral dan
Topikal.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Ni Kadek Yuni Lestari, S.Kep.,
M.Fis., selaku dosen fasilitator Program Studi Keperawatan Program Sarjana Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Denpasar, 13 Febuari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................


DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................
1.3. Tujuan Penulisan..........................................................................................................
1.4. Manfaat Penulisan .......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi Pemberian Obat Oral dan Topikal .................................................................
2.2. Prinsip Pemberian Medikasi .......................................................................................
2.3. Menghitung Dosis Obat ...............................................................................................
2.4. Jenis Obat Yang Dapat Diberikan Melalui Oral dan Topikal ......................................
2.5 Prosedur Pemberian Medikasi Oral ..............................................................................
2.6 Prosedur Pemberian Medikasi Topikal .........................................................................
2.7 Hal Yang Perlu Dievaluasi Setelah Pemberian Obat ....................................................

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan ..................................................................................................................
3.2. Saran ............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Obat merupakan semua zat kimia, hewani, nabati, yang dalam dosis layak dapat
menyembuhkan, meringankan, dan mencegah penyakit gejalanya, yang diberikan kepada
pasien dengan tujuan tertentu sesuai dengan guna obat tersebut. Pemberian obat yang
aman dan akurat adalah tanggung jawab penting bagi seorang perawat. Salah satu tugas
terpenting dari seorang perawat adalah memberi obat yang aman dan akurat kepada klien.
Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah. Obat
bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Meskipum obat menguntungkan
klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau
mungkin menimbulkan efek berbahaya bila obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran
yang tepat.

Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan
efek yang ditimbulkan oleh obat yang diberikan, memberikan obat dengan tepat,
menyederhanakan respons klien, dan membantu klien untuk menggunakannya dengan
benar dan berdasarkan pengetahuan. Dalam pemberian obat banyak sekali jalur-jalur
pemberian obat, baik itu pemberian obat secara oral, topikal, parenteral, supositoria,
sublingual, bukal dan lain sebagainya.

Akan tetapi dalam pembahasan kali ini, hanya membahas pemberian obat secara
oral dan topikal. Obat oral merupakan obat yang pemakaiannya dengan cara
memasukkannya lewat mulut. Obat topikal adalah obat yang diberikan melalui kulit dan
membran mukosa pada prinsipnya menimbulkan efek lokal. Perawat adalah mata rantai
terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien.

Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan
bahwa obat itu benar diminum. Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus
menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang
kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang suka menelan,
muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul). Rencana perawatan
harus mencangkup rencana pemberian obat, berdasarkan hasil pengkajian, pengetahuan
tentang kerja dan interaksi, efek samping, lama kerja, dan program dokter. Oleh karena
itu, kelompok tertarik untuk menyusun makalah mengenai " Prinsip dan Prosedur
Pelaksanaan Pemberian Obat Oral dan Topikal”.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari pemberian obat Oral dan Topikal ?
2. Bagaimana prinsip pemberian medikasi ?
3. Bagaimana cara menghitung dosis obat ?
4. Apa saja jenis obat yang dapat diberikan melalui Oral dan Topikal ?
5. Bagaimana prosedur pemberian medikasi Topikal ?
6. Bagaimana prosedur pemberian medikasi Oral ?
7. Hal apa saja yang perlu dievaluasi setelah pemberian obat ?

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Tujuan Umum
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Prinsip dan Prosedur
Pelaksanaan Pemberian Obat Oral dan Topikal dalam keperawatan.

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari pemberian obat Oral dan Topikal.
2. Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemberian medikasi.
3. Mahasiswa mampu mengetahui cara menghitung dosis obat.
4. Mahasiswa mampu mengetahui jenis obat yang dapat diberikan melalui Oral dan
Topikal.
5. Mahasiswa mampu mengetahui prosedur pemberian medikasi Topikal.
6. Mahasiswa mampu mengetahui prosedur pemberian medikasi Oral.
7. Mahasiswa mampu mengetahui hal yang perlu di evaluasi setelah pemberian obat.

1.4. Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Menambah pengetahuan tentang pemberian obat melalui Oral dan Topikal.
2. Menambah pemahaman tentang cara pelaksanaan pemberian obat melalui Oral dan
Topikal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Pemberian Obat Oral dan Topikal


A. Pemberian Obat Oral

Pemberian obat peroral adalah memberikan obat yang dimasukkan melalui mulut.
Memberikan obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan
cara memberikan obat-obatan melalui mulut sesuai dengan program pengobatan dari dokter.
Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai karena ini merupakan
cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagai bentuk bentuk obat
dapat diberikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer. Untuk
membantu membantu absorbsi, maka pemberian pemberian obat per oral dapat di sertai dengan
pemberian setengah gelas air atau cairan yang lain.

Tujuan pemberian pemberian obat oral :


1. Untuk memudahkan dalam pemberian.
2. Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari obat tersebut
dapat segera diatasi.
3. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri.
4. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan pasien
mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter. batan dokter.
5. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.

Indikasi dan kontraindikasi pemberian obat oral


1. Indikasi
a. Pada pasien yang tidak membutuhkan abso an absorbsi obat secara cep cara cepat.
b. Pada pasien yang tidak mengalami gangg Pada pasien yang tidak mengalami gangguan
pencernaa uan pencernaan.
2. Kontraindikasi
Pasien dengan gangguan pada sistem pecernaan, seperti kanker oral, gangguan menelan, dsb.

B. Pemberian Obat Topikal


Pemberian obat secara topikal adalah pemberian obat secara lokal dengan cara
mengoleskan atau menetskan obat pada permukaan kulit tergantung dimana letak penyakit itu
terjadi.
a. Pada Kulit
Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topikal pada kulit adalah obat

3
yang berbentuk krim, lotion, sprei atau salep. Hal ini dilakukan dengan tujuan
melakukan perawatan kulit atau luka, atau menurunkan gejala gangguan kulit yang
terjadi (contoh : lotion). Krim, dapat mengandung zat anti fungal (jamur),
kortikosteorid, atau antibiotic yang dioleskan pada kulit dengan menggunakan kapas
lidi steril.
Krim dengan antibiotic sering digunakan pada luka bakar atau ulkus dekubitus.
Krim adalah produk berbasis air dengan efek mendinginkan dan emolien. Mereka
mengandung bahan pengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur, tetapi
bahan pengawet tertentu dapat menyebabkan sensitisasi dan dermatitis kontak
alergi.Krim kurang berminyak dibandingkan salep dan secara kosmetik lebih baik
ditoleransi.
Sedangkan salep, dapat digunakan untuk melindungi kulit dari iritasi atau
laserasi kulit akibat kelembaban kulit pada kasus inkontenansia urin atau fekal. Salep
tidak mengandung air, mereka adalah produk berbasis minyak yang dapat membentuk
lapisan penutup diatas permukaan kulit yang membantu kulit untuk mempertahankan
air. Salep nenghidrasi kulit yang kering dan bersisik serta meningkatkan penyerapan
zat aktif, dan karena itu berguna dalam kondisi kulit kering kronis. Salep tidak
mengandung bahan pengawet.
Losion adalah suspensi berair yang dapat digunakan pada permukaan tubuh
yang luas dan pada daerah berbulu.Losion memiliki efek mengeringkan dan
mendinginkan.
Obat transdermal adalah obat yang dirancang untuk larut kedalam kulit untuk
mendapatkan efek sistemik.Tersedia dalam bentuk lembaran.Lembaran obat tersebut
dibuat dengan membran khusus yang membuat zat obat menyerap perlahan kedalam
kulit. Lembaran ini juga dapat sekaligus mengontrol frekuensi penggunaan obat selama
24 ± 72 jam.
Tujuan pemberian pada kulit, yaitu :
1. Untuk mempertahankan hidrasi
2. Melindungi permukaan kulit
3. Mengurangi iritasi kulit
4. Mengatasi infeksi
b. Pada Mata
Pemberian obat pada mata dilakukan dengan cara meneteskan obat mata atau
mengoleskan salep mata. Persiapan pemeriksaan struktur internal mata dilakukan

4
dengan cara mendilatasi pupil, untuk mengukur refraksi lensa dengan cara melemahkan
otot lensa, kemudian dapat juga digunakan untuk menghilangkan iritasi mata Obat mata
biasanya berbentuk cairan dan ointment/ obat salep mata yang dikemas dalam tabung
kecil.Karena sifat selaput lendir dan jaringan mata yang lunak dan responsif terhadap
obat, maka obat mata biasanya diramu dengan kakuatan yang rendah misalnya 2 %.
c. Pada Telinga
Pemberian obat pada telinga dilakukan dengan cara memberikan tetes telinga atau
salep. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga,
khususnya pada telinga tengah (otitis eksternal) dan dapat berupa obat antibiotik.

2.2. Prinsip Pemberian Medikasi


Perawat bertanggungjawab terhadap keamanan pasien dalam pemberian terapi, oleh
karena itu dalam memberikan obat, seorang perawat harus melakukan tujuh hal yang benar :
klien yang benar, obat yang benar, dosis yang benar, waktu yang benar, rute yang benar, dan
dokumentasi yang benar serta informasi yang benar.

1. Benar Klien
a. Selalu dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dengan memeriksa memeriksa
dan meminta menyebutkan namanya sendiri.
b. Klien berhak untuk mengetahui alasan obat
c. Klien berhak untuk menolak penggunaan obat
d. Membedakan klien dengan dua nama yang sama

2. Menerima obat yang telah diresepkan Perawat bertanggung jawab untuk mengikuti
perintah yang tepat
a. Perawat harus menghindari kesalahan, yaitu dengan membaca label obat minimal tiga
kali:
b. Pada saat melihat botol atau kemasan obat,
c. Sebelum menuang/menghisap obat
d. Setelah menuang/ menyedot obat
e. Memeriksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah
f. Mengetahui alasan mengapa klien menerima obat tersebut
g. Memberikan obat-obatan tanda: nama obat, tanggal kadaluarsa

5
3. Benar Dosis Obat
a. Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien.
b. Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang
bersangkutan.
c. Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan dibe rikan,
dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: tersedianya obat dan dosis obat
yang diresepkan diminta, pertimbangan berat badan klien (mg/KgBB/hari), jika ragu-
ragu dosis obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain. yang pasti bagi
dosis obat tertentu.

4. Benar Waktu Pemberian


a. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
b. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya seperti dua kali
sehari, tiga kali sehat, empat kali sehari dan 6 kali sehari sehingga kadar obat dalam
plasma tubuh dapat dipertimbangkan. Obat yang diberikan waktu paruh waktu yang
lama diberikan sekali sehari, dan untuk obat yang diberikan waktu paruh waktu yang
singkat beberapa kali sehari pada selang waktu tertentu
c. Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sebelum makan atau
bersama makanan
d. Memberikan obat-obatan seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi mukosa
lambung bersama-sama dengan makanan.
e. Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah memeriksa
diagnostik, seperti tes darah puasa yang merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.

5. Benar Cara Pemberian (rute)


a. Memperhatikan proses penyerapan obat dalam tubuh harus tepat dan
memadai.
b. Memperhatikan kemampuan klien dalam sebelum memberikan obat-obat
peroral
c. Menggunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat melalui rute
parenteral
d. Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama dengan klien
sampai obat oral telah ditelan.

6
e. rute yang lebih sering dari absorpsi adalah : oral ( melalui mulut ): cairan ,
suspensi , pil , kaplet , atau kapsul . ;
f. sublingual ( di lidah bawah untukabsorpsi vena ) ;
g. bukal (diantara gusi dan pipi)
h. topikal ( dipakai pada kulit );
i. inhalasi ( semprot aerosol );
j. instilasi ( pada mata, hidung, telinga, rektum atau vagina );
k. parenteral : intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena.

6. Benar Dokumentasikan.Pemberian obat sesuai dengan prosedur standar yang berlaku di


rumah sakit. Dan selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan
serta respons klien terhadap pengobatan.

7. Benar pendidikan kesehatan klienPerawat memiliki tanggung jawab dalam melakukan


pendidikan kesehatan pada pasien, keluarga dan masyarakat luas terutama yang berkaitan
dengan obat secara umum, penggunaan obat yang baik dan benar, alasan terapi obat dan
kesehatan yang menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah pembeian obat, efek samping dan
reaksi yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat dan makanan, perubahan-
perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari selama sakit, dsb.

8. Hak klien untuk menolakKlien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat
harus memberikan Inform consent dalam mempersembahkan obat.

9. Benar pengkajianikan TTV (Tanda-tanda vital) sebelum pemberian obat.Perawat selalu


memer

10. Benar evaluasi Perawata selalu melihat/ menyatukan efek dari obat setelah
mempersembahkannya.

11. Benar reaksi terhadap makananObat memiliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang
tepat. Jika obat itu harus diminum sebelum makan (ante cimum atau ac) untuk memperoleh
kadar yang diperlukan harus satu jam sebelum makan, misalnya tetrasiklin, dan sebaiknya ada
obat yang harus diminum setelah makan misalnya indometasin.

7
12. Benar reaksi dengan obat lainPada penggunaan seperti obat kloramfenikol diberikan
dengan omeprazol penggunaan padapenyakit kronis

2.3. Menghitung Dosis Obat


Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam satuan berat
(gram, milli gram, mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau unit-unit lainnya (unit
internasional). Kecuali bila dinyatakan lain maka yang dimaksud dengan dosis obat yaitu
sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada penderita dewasa, juga disebut dosis
lazim atau dosis medicinalis atau dosis terapeutik. Bila dosis obat yang diberikan melebihi
dosis terapeutik terutama obat yang tergolong racun ada kemungkinan terjadi keracunan,
dinyatakan sebagai dosis toksik. Dosis toksik ini dapat sampai mengakibatkan kematian
disebut sebagai dosis letal.

Macam-macam dosis Obat.


a. Dosis Terapi adalah dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat
menyembuhkan orang sakit.
b. Dosis Maksimum merupakan batas dosis yang relatif masih aman yang diberikan
kepada penderita. Dosis terbesar yang dapat diberikan kepada orang dewasa untuk
pemakaian sekali dan sehari .
c. Dosis Toksik adalah dosis yang diberikan melebihi dosis terapeutik, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya keracunan obat
d. Dosis Letal (Lethal dose)yaitu dosis atau jumlah obat yang dapat mematikan bila
dikonsumsi. Bila mencapai dosis ini orang yang mengkonsumsi akan mengalami
kelebihan dosis (Over dose)
e. Initial Dose merupakan dosis permulaan yang diberikan pada penderita dengan
konsentrasi/kadar obat dalam darah dapat dicapai lebih awal.
f. Loading Dose adalah dosis obat untuk memulai terapi, sehingga dapat mencapai
konsentrasi terapeutik dalam cairan tubuh yang menghasilkan efek klinis.
g. Maintenance Dose adalah dosis obat yang diperlukan untuk memelihara dan
mempertahankan efek klinik atau konsentrasi terapeutik obat yang sesuai dengan
regimen dosis.

8
Diberikan dalam tiap obat untuk menggantikan jumlah obat yang dieliminasi dari dosis
sebelumnya. Penghitungan dosis pemeliharaan yang tepat dapat mempertahankan suatu
keadaan stabil konsentrasi obat di dalam tubuh.
Cara penghitungan Dosis Obat.
2.3.1. Dosis Maksimum.
Kecuali dinyatakan lain, dosis maksimum adalah dosis maksimum dewasa (20-60
tahun) untuk pemakaian melalui mulut, injeksi sub kutan dan rektal. Untuk orang lanjut usia
karena keadaan fisik sudah mulai menurun, pemberian dosis obat harus lebih kecil dari dosis
maksimum.

2.3.2. Dosis maksimum gabungan ( DM sinergis )


Jika dalam satu resep terdapat dua atau lebih zat aktif (bahan obat) yang kerjanya pada
reseptor atau tempat yang sama maka jumlah obat yang digunakan tidak boleh melampaui
jumlah dosis obat-obat yang berefek sama tersebut, baik sekali pemakaian ataupun dalam
pemberian dosis harian.
Contoh obat yang memiliki efek yang sama - Atropin sulfat dengan ekstrak belladoina
- Pulvis opii dengan pulvis overi - Kofein dan aminofilin - Arsen trioxida dan Natrii arsenas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat Dosis obat yang diberikan kepada penderita
dipengaruhi oleh beberapa faktor: faktor obat, cara pemberian obat tersebut dan penderita.
Terutama faktor-faktor penderita seringkali kompleks sekali, karena perbedaan individual
terhadap respons obat tidak selalu dapat diperkirakan. Ada kemungkinan ketiga faktor tersebut
di bawah ini didapat sekaligus.

2.5.1. Faktor obat


a. Sifat fisika: daya larut obat dalam air/lemak, Kristal/amorf, dan sebagainya
b. Sifat kimiawi: asam, basa, garam, ester, garam kompleks, pH, pKa
c. Toksisitas: dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya

2.5.2. Cara pemberian obat kepada penderita


a. Oral: dimakan atau diminum
b. Parenteral: subkutan, intramuskular, intravena, dan sebagainya
c. Rectal, vaginal, uretral
d. Local, topikal, transdermal

9
e. implantasi, sublingual, intrabukal, dan sebagainya
2.5.3. faktor penderita/karakteristik penderita
a. Umur: neonatus, bayi, anak, dewasa, geriatric
b. Berat badan: biarpun sama-sama dewasa berat badan dapat berbeda besar
c. Jenis kelamin: terutama untuk obat golongan hormone
d. Ras: “slow & fast acetylators”
e. Tolerance
f. Obesitas: untuk obat-obat tertentu faktor ini harus dierhitungkan
g. Sensitivitas individual
h. Keadaan pato-fisiologi: kelainan pada saluran cerna mempengaruhi absorpsi obat;
penyakit hati mempengaruhi metabolism obat; kelainan pada ginjal mempengaruhi
eksreksi obat.
i. Kehamilan
j. Laktasi
k. “Circadian rhyhm
l. Lingkungan

2.4. Jenis Obat Yang Dapat Diberikan Melalui Oral dan Topikal
1. Oral Bentuk oral adalah obat yang masuk melalui mulut. Pada umumnya cara ini lebih
disukai karena paling murah dan nyaman untuk diberikan. Bentuk obat sediaan padat yang
diberikan melalui oral yaitu :

a. Serbuk, campuran kering bahan obat atau zat kimia, diameter 1,2-1,7 µm dengan atau tanpa
vehikulum serta untuk penggunaan. Macam serbuk :
 Serbuk terbagi
1) Pulveres, dikemas dalam suatu bungkus/sachet untuk dosis tunggal. Cara
penggunaan dilarutkan atau disuspensikan dalam aquadest sebelum diminum.
 Serbuk tak terbagi
1) Bulk powder tersedia sebagai sirup oral antibiotik dan serbuk kering lainnya yang
tidak poten (antasida,dll) untuk multiple dose. Cara penggunaan dilarutkan atau
disuspensikan dalam aquadest sebelum diminum.
2) Serbuk tabur, ditaburkan pada kulit.
3) Serbuk injeksi, dilarutkan atau disuspensikan dalam aqua pro injeksi.

10
b. Granul, sediaan bentuk padat berupa partikel serbuk dengan diameter 2-4µm dengan atau
tanpa vehikulum. Cara penggunaan sebelum diminum dilarutkan atau disuspensikan dulu
dalam air pelarut yang sesuai.

c. Tablet, sediaan obat berbentuk padat kompak dan merupakan tipe umum dari suatu tablet.
Berdasarkan formulasinya, tablet dapat berupa : tablet padat biasa, tablet sublingual (dilarutkan
dibawah lidah), tablet bukal (dilarutkan antara pipi dan gusi), tablet bersalut gula (menutupi
bau dan rasa tidak enak), tablet bersalut enteric (untuk mencegahnya larut dalam lambung dan
sampai dan di usus halus baru dipecah). Berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi 2 yaitu
bulat pipih dengan kedua permukaannya rata atau cembung, dalam perdagangannya disebut
Tablet. Sedangkan silindris seperti kapsul, dalam perdagangannya disebut Kaplet.

d. Kapsul, sediaan padat, bahan aktifnya berbentuk padat atau setengah padat dengan atau tanpa
bahan tambahan dan terbungkus suatu cangkang yang keras terbuat dari gelatin dengan atau
tanpa bahan tambahan.

2. Topikal Bentuk obat ini dipakai untuk permukaan luar badan dan berfungsi melindungi atau
sebagai ventrikel untuk menyampaikan obat.
a. Lotion Lotion ini mirip dengan shake lotion tapi lebih tebal dan cenderung lebih
emollient di alam dibandingkan dengan shake lotion. Lotion biasanya terdiri dari
minyak dicampur dengan air, dan tidak memiliki kandungan alkohol. Bisanya
lotion akan cepat mengering jika mengandung alkohol yang tinggi.

b. Shake lotion Shake lotion merupakan campuran yang memisah menjadi dua atau tiga
bagian apabila didiamkan dalam jangka waktu tertentu. Minyak sering dicampur
dengan larutan berbasis air.Perlu dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.

c. Cream/ Krim Cream adalah campuran yang lebih tebal dari lotion dan akan
mempertahankan bentuknya apabila dikeluarkan wadahnya. Cream biasanya digunakan
untuk melembabkan kulit. Cream memiliki risiko yang signifikan karena dapat
menyebabkan sensitifitas imunologi yang tinggi. Cream memiliki tingkat penerimaan
yang tinggi oleh pasien. Cream memiliki variasi dalam bahan, komposisi, pH, dan
toleransi antara merek generik.

11
d. Salep Salep adalah sebuah homogen kental, semi-padat, tebal, berminyak dengan
viskositas tinggi, untuk aplikasi eksternal pada kulit atau selaput lendir. Salep
digunakan sebagai pelembaban atau perlindungan, terapi, atau profilaksis sesuai
dengan tingkat oklusi yang diinginkan.Salep digunakan pada kulit dan selaput lendir
yang terdapat pada mata (salep mata), vagina, anus dan hidung.Salep biasanya sangat
pelembab, dan baik untuk kulit kering selain itu juga memiliki risiko rendah sensitisasi
akibat beberapa bahan minyak atau lemak.

e. Tetes Tetes biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek lokal pada pengobatan
bagian permukaan mata atau pada telinga pada bagian dalamnya. Larutan yang sering
di pakai adalah air dengan campuran alkaloid dan bahan kimia yang lain.

3. Obat tablet Tablet adalah sedian farmasi yang padat, berbentuk bundar dan pipih atau
cembung rangkap. Jenis-jenis tablet :
a. Tablet biasa Yaitu tablet yang dicetak, tidak disalut diabsorpsi disaluran cerna dan
pelepasan obatnya cepat untuk segera memberikan efek terapi. Contoh : tablet
paracetamol.

b. Tablet kompresi Tablet kompresi Yaitu tablet yang dibuat dengan sekali tekanan
menjadi berbagai bentuk tablet dan ukuran, biasanya kedalam bahan obatnya diberi
tambahan sejumlah bahan pembantu. Contoh : Bo pembantu. Contoh : Bodrexin.
drexin.

c. Tablet kompresi ganda Yaitu tablet kompresi berlapis, dalam Yaitu tablet kompresi
berlapis, dalam pembuatannya memerlukan lebih dari lukan lebih dari satu kali tekanan.
Contoh : Decolgen.

d. Tablet trikurat Yaitu tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris dan
biasanya mengandung sejumlah kecil obat keras. mengandung sejumlah kecil obat
keras. Sudah jarang Sudah jarang ditemukan. ditemukan.
e. Tablet hipodermik Yaitu tablet yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut
sempurna dalam air. Contoh : Atropin Sulfat.

12
f. Tablet sublingual Dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan
meletakkan tablet dibawah lidah. Contoh : Tablet Isosorbit dinitrat, Nitroglicerin.

g. Tablet bukal Tablet yang digunakan dengan meletakkan diantara pipi dan gusi. Contoh
: progesterone.

h. Tablet efervescen Yaitu tablet berbuih dilakukan dengan cara kompresi granulasi yang
mengandung garam-garam effer adalah bahan bahan lain yang mampu melepaskan gas
ketika bercampur bercampur dengan air. Harus dikemas dikemas dalam wadah
tertutup tertutup rapat atau kemasan kemasan tahan lembab. Pada etiket tertulis “tidak
langsung untuk ditelan”. Contohnya : CDR.

i. Tablet diwarnai coklat Tablet ini menggunakan coklat untuk menyalut dan mewarnai
tablet, misalnya dengan menggunakan oksida besi yang dipakai sebagai warna tiruan
coklat.

j. Tablet kunyah Tablet kunyah Tablet yang cara penggunaannya dikunyah.


Meninggalkan sisa rasa tidak enak di rongga mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan
rasa pahit atau tidak enak, biasanya biasanya digunakan untuk digunakan untuk tablet
anak ata anak atau pada beberapa beberapa multivitamin. Contoh multivitamin. Contoh
: Fitkom, Antasida.

k. Tablet salut gula Merupakan tablet kempa yang terdiri dari penyalut gula. Tujuan
penyalutan ini adalah untuk melindungi obat dari udara dan kelembapan serta memberi
rasa atau untuk menghindarkan gangguan dalam pemakaiannya akibat rasa atau bau
bahan obat. Contoh : Pahezon, Arcalion.

l. Tablet salut selaput Tablet ini disalut dengan selaput yang tipis yang akan larut atau
hancur di daerah lambung atau usus. Contoh : Fitogen.

m. Tablet hisap Digunakan untuk pengobatan lokal disekitar mulut. Contoh : Ester C,
Biovision Kids.

13
n. Tablet salut enteric Tablet yang disalut dengan lapisan yang tidak atau hancur
dilambung tapi di usus. Contoh : Voltaren 50 mg, Enzymfort.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN


1. Tablet
Kelebihan dan kekurangan tablet
a. Kelebihan :
 Lebih mudah disimpan.
 Memiliki usia pakai Memiliki usia pakai yang lebih panjang disbanding
 Bentuk obatnya lebih praktis.
 Konsentrasi yang bervariasi.
 Dapat dibuat tablet kunyah dengan bahan mentol dan gliserin yang dapat larut dan rasa
yang enak, dimana dapat diminum, atau memisah dimulut.
 Untuk anak-anak dan orang-orang secara kejiwaan, tidak mungkin menelan tablet,
maka tablet tersebut dapat ditambahkan penghancur, dan pembasah dengan air lebih
dahulu untuk pengolahannya.
 Tablet oral mungkin mudah digunakan untuk pengobatan tersendiri dengan bantuan
segelas air.
 Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan,
terutam terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak
segera terjadi.
 Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuataannya paling rendah.
 Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan yang terbaik
dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan
yang paling lemah.
 Secara umum, bentuk mengobatan dengan menggunakan tablet lebih disukai karena
bersih, praktis dan efisien.
 Sifat alamiah dari tablet yaitu tidak dapat dipisahkan, kualitas bagus dan dapat dibawa
kemana-mana, bentuknya kompak , fleksibel dan mudah pemberiannya. mudah
pemberiannya.
 Tablet tidak mengandung alkohol.
 Tablet dapat dibuat dengan berbagai dosis.

14
a. Kekurangan :
 Warnanya cenderung memberikan bahaya.
 Tablet dan semua obat harus disimpan diluar jangkauan anak-anak
untuk menjaga kesalahan menurut mereka tablet tersebut adalah permen.
 Orang yang sukar menelan atau meminum obat/
 Keinginan konsumen berbeda dengan yang kita buat/produk.
 Beberapa obat tidak dapat dikepek menjadi padat dan kompak.

2. Obat kapsul Yaitu obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang
dapat dibuat dari bahan gelatin, atau bahan lainnya yang sesuai.

Kelebihan dan kekurangan obat kapsul


a. Kelebihan :
 Cukup stabil dalam penyimpanan dan transportasi.
 Dapat menutupi rasa dan bau tidak enak.
 Tepat untuk obat yang teroksidasi dan mempunyai bau dan rasa yang
tidak enak.
 Bentuk kaplus lebih mudan ditelan daripada bentuk tablet.
 Bentuknya lebih praktis dan menarik.
 Bahan obat dapat cepat hancur dan Bahan obat dapat cepat hancur dan larut
di larut di dalam perut sehingg dalam perut sehingga dapat segera dapat
segera diabsorpsi.
 Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahar matahari.
 Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis
yang berbeda-beda sesuai kebutuhan pasien.
 Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan tambahan
/pembantu seperti pada pembuatan pil dan tablet.

b. Kekurangan :
 Tidak dapat digunakan untuk zat-zat Tidak dapat digunakan untuk zat-zat
yang mudah meng yang mudah menguap karena pori-pori uap karena pori-
pori kapsul tidak dapat menahan penguapan.

15
 Tidak dapat digunakan untuk zat-zat Tidak dapat digunakan untuk zat-zat
yang higroskopi yang higroskopis (menyerap lembab).
 Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang
kapsul.
 Tidak dapat digunakan untuk balita.
 Tidak bisa dibagi-bagi.

3. Obat kaplet Kaplet (kapsul tablet) adalah bentuk tablet yang dibungkus dengan lapisan
gula dan biasanya biasanya diberi zat warna yang menarik. menarik. Bentuk dragee ini
selain supaya bentuk bentuk tablet lebih menarik juga untuk melindungi obat dari
pengaruh kelembapan udara atau untuk melindungi obat dari keasaman lambung. Kaplet
pun merupakan sedian padat kompak dibuat secara kempa cetak, bentukn padat kompak
dibuat secara kempa cetak, bentuknya oval seperti kapsul. oval seperti kapsul.

Kelebihan dan kekurangan kaplet


a. Kelebihan :
 Bentuk tablet lebih menarik.
 Kaplet mungkin mudah digunakan untuk pengobatan tersendiri sendiri
dengan bantuan dengan bantuan segelas air.

b. Kekurangan :
 Kaplet dan semua obat harus disimpan diluar jangkauan anak-anak
untuk menjaga kesalahan karena menurut mereka kaplet tersebut adalah
permen.
 Orang sukar menelan atau meminum obat.
4. Obat cair Merupakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat
larut, biasanya biasanya dilarutkan dilarutkan dalam air, yang karena bahan-
bahannya,bahan-bahannya,caraperacikan-;peracikan
atau penggunaannya, penggunaannya, tidak dimasukkan dimasukkan dalam golongan
golongan produk lainnya. lainnya.
Cara penggunaannya yaitu larutan penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) oral
(diminum) dan laruan dan laruan topical. Formula topical. Formula obat tidak obat
tidak hanya mudah ditelan tap mudah ditelan tapi juga bisa diberi tambahan rasa. diberi

16
tambahan rasa.
Kelebihan dan kekurangan
a. Kelebihan :
 Bentuk obat ini lebih mudah diserap didalam saluran pencernaan,
 Mudah ditelan.
 Kerja obat lebih cepat.
 Penyerapan obat hampir sempurna.
 Bioavaibilitas tinggi.
 Mudah bercampur dengan cairan biologis (getah lambung saluran cerna).
 Merupakan campuran homogen.
 Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan.
 Kerja awal obat lebih cepat karena obat mudah diabsopsi.
 Mudah diberi pemanis, bau-bauan dan warna dan hal ini cocok
untuk pemberian obat pada anak-anak.
 Untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah Untuk pemakaian luar, bentuk
larutan mudah digunaka digunakan.
b. Kekurangan : Kekurangan :
 Stabilitas larutan kurang dibanding sediaan padat, contoh vitamin
 Kurang dapat menutupi rasa obat tidak enak.
 Relatif lebih mahal daripadaa sediaan padat.

2.5. Prosedur Pemberian Medikasi Oral


Pemberian Oral
a. Peralatan :
 Baki berisi obat-obatan atau kereta sorong obat-obat (tergantung sarana yang ada)
 Kartu rencana pengobatan
 Cangkir disposible untuk tempat obat
 Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)
b. Tahap kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan
3. Kaji kemampuan pasien untuk dapat minum obat per oral (kemampuan
menelan, mual dan muntah, akan dilakukan penghisapan cairan lambung, atau

17
tidak boleh makan/minum).
4. Periksa kembali order pengobatan (nama pasien, nama dan dosis obat, waktu
dan cara pemberian). Bila ada keraguan laporkan ke perawat jaga atau dokter.
5. Ambil obat sesuai yang diperlukan.
6. Bantu untuk minum obat dengan cara :
7. Apabila memberikan tablet atau kapsul dari botol, tuangkan jumlah yang
dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan
menyentuh obat dengan tangan. Obat berupa kapsul jangan dilepaskan
pembungkusnya.
8. Yakin bahwa tidak pada pasien yang salah
9. Atur posisi pasien duduk bila mungkin
10. Kaji tanda-tanda vital pasien
11. Berikan cairan/air yang cukup untuk membantu menelan, bila sulit menelan
anjurkan pasien meletakan obat di lidah bagian belakang, kemudian pasien
dianjurkan minum
12. Bila obat mempunyai rasa tidak enak, beri pasien beberapa butir es batu untuk
diisap sebelumnya, atau berikan obat dengan menggunakan lumatan apel atau
pisang.
13. Catat tindakkan yang telah dilakukan meliputi nama dan dosis obat yang
diberikan, setiap keluhan dan hasil pengkajian pada pasien. Bila obat tidak dapat
masuk, catat secara jelas dan tulis tanda tangan dengan jelas.
14. Kembalikan semua peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar kemudian
cuci tangan.
15. Lakukan evaluasi menegenai efek obat pada pasien kurang lebih 30 menit
setelah waktu pemberian.

2.6. Prosedur Pemberian Medikasi Topikal


Pemberian Topikal Selain dikemas dalam bentuk untuk diminum atau diinjeksikan,
berbagai jenis obat dikemas dalam bentuk obat luar seperti lotion, liniment,ointment, pasta dan
bubuk biasanya dipakai untuk pengobatan gangguan dermatologis misalnya gatal-gatal, kulit
kering, infeksi dan lainlain. Obat topikal juga dikemas dalam bentuk obat tetes (instilasi) yang
dipakai untuk tetes mata, telinga atau hidung serta dalam bentuk untuk irigasi baik mata,
telinga, hidung, vagina maupun rektum.

18
a. Pemberian obat kulit (dermatologis)
Obat dapat diberikan pada kulit dengan cara digosokkan, ditepukkan, disemprotkan,
dioleskan dan iontoforesis (pemberian obat pada kulit dengan listrik). Prinsip kerja
pemberian obat pada kulit antara lain meliputi :
1) Gunakan teknik steril bila ada luka pada kulit.
2) Bersihkan kulit sebelum memberikan obat (bahan pembersih dilentukkan oleh
dokter). 3) Ambil obat kulit dari tempatnya dengan batang spatel lidah dan bukan
dengan tangan. 4) Bila obat perlu digosok, gunakan tekanan halus.
5) Oleskan obat tipis-tipis kecuali ada petunjuk lain.
6) Obat dalam bentuk cair harus diberikan dengan aplikator.
7) Bila digunakan kompres atau kapas lembab maka pelembab harus steril.

b. Irigasi dan instilasi mata


Irigasi mata merupakan suatu tindakan pencucian kantung konjungtiva mata. Berbagai
bentuk spuit tersedia khusus untuk melakukan irigasi tetapi bila tidak ada dapat digunakan
spuit dengan tabung yang besar. Peralatan yang digunakan harus dalam keadaan steril. Obat
mata biasanya berbentuk cairan (obat tetes mata) dan ointment/obat salep mata yang
dikemas dalam tabung kecil. Karena sifat selaput lendir dan jaringan mata yang lunak dan
responsif terhadap obat, maka obat mata biasanya diramu dengan kekuatan yang rendah
misalnya 2%

 Cara irigasi dan instilasi mata :


1. Pastikan tentang adanya order pengobatan.
2. Siapkan peralatan.
 Untuk irigasi :
a. Tabung steril untuk tempat cairan.
b. Cairan irigasi sebanyak 60 sampai dengan 240cc dengan suhu 37ºC. 13
c. Alas irigator mata atau spuit steril.
d. Bengkok steril
e. Bola kapas steril.
f. Cairan normal salin steril (bila diperlukan).
g. Perlak.
h. Sarung tangan steril.
19
 Instilasi :
a. Obat yang diperlukan.
b. Kapas kering steril.
c. Kapas basah (normal saline) steril.
d. Kassa/penutup mata dan plester.
e. Sarung tangan steril.

3. Siapkan pasien yaitu dengan memberitahu pasien tentang irigasi/pengobatan yang


diberikan. Bantu pasien mengatur posisi duduk atau berbaring saling memiringkan kepala
ke arah mata yang sakit. Pasang kain penutup untuk melindungi pasien dan baju pasien agar
tidak basah dan pasang bengkok di bawah mata yang sakit (pada pelaksanaan irigasi).

4. Kaji mata pasien. Amati adanya gangguan pada mata misalnya warna merah, adanya
kotoran, bengkak, pandangan kabur, mata sering dikucek-kucek dan lain-lain.

5. Bersihkan kelopak mata dan bulu mata dengan nola kapas yang telah dibasahi dengan
cairan irigasi dengan arah dari kantus dalam menuju kantus keluar.

6. Masukkan cairan irigasi atau obat mata


 Untuk irigasi : Buka mata dengan jari telunjuk dan ibu jari sehingga kantong
konjungtiva dapat dilihat. Pegang irigator yang telah berisi cairan 2,5cm di atas mata.
Arahkan air pada kantong konjungtiva bawah dari kantus dalam menuju kantus luar.
Lanjutkan irigasi sampai air yang meninggalkan mata tampak bersih. Anjurkan pasien
untuk 14 membuka dan menutup mata secara teratur. Bila sudah selesai, bersihkan sekitar
mata dengan bola kapas.

 Untuk instilasi : Periksa nama, kekuatan dan jenis obat. Anjurkan pasien memandang ke
atas dan beri pasien sebuah bola kapas. Buka mata dengan cara menarik kelopak mata
bawah dengan jempol atau jarijari tangan yang tidak memegang obat. Pegang obat tetes
dengan tangan satunya. Dekatkan ke mata sampai berjarak 1 sampai 2 cm dari mata lalu
teteskan obat sesuai yang dibutuhkan pada kantong konjungtiva bawah 1/3 dari luar. Bila
obat berupa salep mata, pegang pipa salep di atas kantung konjungtiva atas dan oleskan
sekitar 3 cm salep dari kantus dalam ke luar. Lalu anjurkan pasien menutup mata tanpa

20
mengusap obat keluar. Untuk obat cair, pasien dianjurkan menutup mata selama 30 detik
dan menekan hati-hati duktus nasolakrimalis agar obat tidak masuk ke dukus tersebut.

7. Bersihkan mata dengan cara mengusap dari arah dalam keluar.

8. Tutup mata bila diperlukan dan kaji respon pasien.

9. Bereskan alat yang digunakan dan catat tindakan dengan singkat dan jelas.

c. Instilasi hidung Obat yang diberikan melalui tetesan hidung (instilasi hidung) diberikan
biasanya dengan maksud menimbulkan astringent efekyang merupakan efek obat
dalam mengkerutkan selaput lendir yang bengkak. Obat tetes hidung diberikan pula
dengan tujuan untuk menyembuhkan infeksi pada rongga atau sinus-sinus hidung.

 Cara kerja instilasi hidung :


1. Pastikan tentang adanya order pengobatan.
2. Siapkan peralatan :
a. Obat tetes hidung.
b. Bola kapas.
3. Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan dan siapkan pasien. Posisi
pasien diatur berbaring terlentang dengan bagian bahu disokong sebuah bantal sehingga
kepala mengadah. Anjurkan pasien untuk menghembuskan napas sedikit kuat sehingga
lubang hidung akan bersih.
4. Elevasikan lubang hidung dengan cara menekan ujung hidung dengan jempol.
5. Pegang obat tetes hidung di atas lubang hidung dan teteskan obat pada bagian tengah
konka superior tulang etmoidalis (beritahu pasien untuk bernapas melalui mulut
sewaktu obat diteteskan).
6. Anjurkan pasien tetap dalam posisi ini selama 1 menit sehingga obat dapat sampai
pada semua dinding hidung.
7. Atur posisi pasien yang nyaman dan beritahu untuk bernapas melalui hidung
kembali.
8. Bereskan peralatan dan catat tindakan secara jelas dan singkat.

21
Cara kerja irigasi dan istilasi telinga :
1. Pastikan tentang adanya order pengobatan.
2. Siapkan peralatan :
 Untuk irigasi :
a. Tabung berisi cairan irigasi dengan jumlah dan konsentrasi sesuai yang
dikehendaki. 2) Alat suntik/spuit.
b. Bengkok.
c. Perlak handuk.
d. Kapas pengusap.
e. Bola kapas.
f. Sarung tangan (kadang-kadang)

 Untuk intilasi :
a. Obat tetes dalam tempatnya.
b. Kapas dibungkus dalam kasa.
c. Batang karet (tambahan) terutama digunakan untuk tetesan terakhir
untuk mencegah gerakan tiba-tiba anak atau pasien tidak sadar.

3. Bantu pasien berbaring ke samping dengan posisi telinga yang sakit menghadap ke
atas.
4. Kaji keadaan daun telinga dan saluran telinga bagian luar. Lakukan inspeksi untuk
mengetahui adanya kemerah-merahan, lecet dan setiap kotoran yang keluar. Bila
diperlukan gunakan otoskop dan bila ditemukan adanya benda asing atau genderang
telanga (membran timpani) tidak utuh, jangan lakukan irigasi dan laporkan keadaan ini
pada perawat senior.
5. Bersihkan daun telinga dan lubang telinga dengan bola kapas basah.
6. Siapkan peralatan : Untuk irigasi : isi spuit dengan cairan irigasi atau bila
menggunakan tabung irigasi, angkat tabung ke atas dan alirkan cairan mengisi pipa.
Untuk instilasi : siapkan obat tetes yang diperlukan.
7. Masukkan cairan irigasi atau obat tetes telinga. Untuk irigasi : buka daun telinga
(untuk bayi daun telinga di tarik ke bawah, untuk dewasa di tarik ke atas belakang),
masukkan ujung spuit dan pancarkan cairan pada dinding atas saluran telinga sesuai

22
yang diperlukan. Bila sudah selesai, keringkan bagian luar telinga dengan kapas dan
bantu berbaring ke samping ke arah telinga yang telah diirigasi. Untuk instilasi :
hangatkan obat dengan atau masukkan botol dalam cairan hangat beberapa detik. Buka
dan luruskan lubang telinga dan teteskan obat pada sisi telinga. Tekan tragus secara
hati-hati beberapa kali untuk membantu obat masuk. Anjurkan pasien tetap berbaring
miring lebih kurang selama 5 menit. Pasang kapas pada 17 lubang telinga (tidak
ditekan) selama 15 menit sampai dengan 20 menit.
8. Kaji respon manusia terhadap adanya rasa nyeri, keadaan saluran telinga, kotoran
yang ada dan pada irigasi amati keadaan dan bau cairan yang keluar.
9. Rapikan pasien dan catat tindakan secara singkat dan jelas.

d. Irigasi dan instilasi vagina


Irigasi vagina merupakan suatu prosedur membersihkan vagina dengan aliran air yang
pelan. Tindakan ini dilakukan terutama untuk memasukkan larutan antimikroba guna
mencegah pertumbuhan mikroorganisme penyebab infeksi, mengeluarkan kotoran
dalam vagina mencegah perdarahan (dengan cairan dingin atau hangat) dan mengurangi
peradangan. Peralatan steril digunakan untuk melakukan irigasi vagina di rumah sakit,
terutama bila terdapat luka terbuka pada vagina.
Jenis cairan yang digunakan tergantung pada prosedur rumah sakit dan tujuan irigasi.
Biasanya digunakan cairan normal salin, sodium bikarbonat, air ledeng dan lain-lain.
Jumlah cairan bervariasi antara 1000 sampai dengan 2000 ml dan cairan dibandingkan
pada suhu 40,5ºC. Instilasi vagina dilakukan berbagai tujuan, antara lain untuk
mengobati infeksi atau menghilangkan rasa nyeri, maupun gatal pada vagina. Obat yang
dimasukkan melaui vagina dikemas dalam bentuk yang bervariasi antara lain : cream,
jelly, foam atau supositoria.

Cara kerja irigasi dan isntilasi vagina :


1. Pastikan tentang adanya order pengobatan
2. Siapkan peralatan
 Untuk irigasi vagina :
a. Set irigasi vagina (sering dikemas untuk pemakaian disposible) yang
terdiri dari ujung lancip/corong, pipa, klem dan kantong cairan.
b. Perlak
c. Cairan irigasi
23
d. Kapas lembab termometer
e. Bedpan
f. Kertas tissue
g. Sarung tangan
h. Tiang/standart infus
 Untuk instilasi vagina :
a. Obat yang berbentuk supositoria atau krim
b. Sarung tangan disposible
c. Pelumas untuk obat supositoria
d. Aplikasi untuk krim vagina
e. Kertas tissue/handuk
f. Kapas pembersih perineum

3. Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan dan jelaskan rasa tidak
nyaman yang mungkin dirasakan selama tindakan. Buka/suruh pasien menanggalkan
pakaian bawah (tetap jaga privacy pasien).
4. Atur posisi pasien dan tutupi bagian tubuh yang tidak digunakan. Pada pelaksanaan
irigasi, pertama-tama pasang perlak di bawah bokong pasien, pasang bedpan dan atur
posisi pasien di atas bedpan dengan bahu lebih rendah dari pada panggul. Di bawah
bagian lumbal dapat dipasang bantal untuk mengurangi rasa tidak nyaman. Pada
tindakan instilasi obat, pasien diatur dalam posisi berbaring dengan lutut ditekuk dan di
rentangkan ke luar (dorsal recumbent)
5. Atur peralatan yang akan digunakan : Untuk irigasi : tutup/klem pipa, gantung tabung
cairan pada tiang infus setinggi 30 cm dari vagina. Alirkan/isi pipa dan corong dengan
air. Untuk instilasi : buka pembungkus obat supositoria dan letakkan di atas
pembungkusnya yang terbuka. Bila menggunakan aplikator, isi aplikator dengan krim,
jelly, atau foam sesuai kebutuhan.
6. Kaji keadaan dan bersihkan area perineal dengan cara pakailah sarung tangan,
inspeksi lubang vagina untuk mengetahui setiap peradangan, perhatikan bau dan setiap
cairan yang keluar. Lakukan pembersihan parineal untuk menghilangkan
mikroorganisme
7. Masukkan cairan irigasi, supositoria, krim, foam atau jelly sesuai dengan kebutuhan
Untuk irigasi : alirkan sedikit cairan di area perineal, pelan-pelan masukkan corong
sedalam antara 7 sampai sampai dengan 10 cm kemudian alirkan cairan pelan-pelan.
24
Setelah semua cairan masuk dan keluar, ambil corong dan bantu pasien duduk di atas
depan Untuk supositoria : lumasi ujung supositoria dan ujung jari telunjuk anda dengan
jelly. Buka labia sehingga lubang vagina dapat dilihat. Dorong supositoria ke dalam
lubang vagina dengan jari telunjuk sedalam 8-10cm. Setelah supositoria masuk, tarik
jari telunjuk dan anjurkan pasien tetap dalam posisi supinasi (terlentang) selama 5
sampai dengan 10 menit. Untuk krim, jelly atau foam : pelan-pelan masukan aplikator
ke dalam lubang vagina, dorong pengokang secara hati-hati sampai obat obat habis
kemudian keluarkan aplikator.
8. Setelah selesai keringkan area perineal, ambil bedpan dan perlak dan atur pasien
dalam posisi yang nyaman.
9. Bereskan peralatan dan catat tindakan.
10. Kaji respon pasien yang antara lain meliputi : rasa sakit dan kotoran atau cairan
yang keluar.

2.7 Hal Yang Perlu Dievaluasi Setelah Pemberian Obat


1. Pemberian obat melalui oral
a. Perhatikan respon klien dan hasil tindakan
b. Yakinkan obat sudah ditelah oleh pasien.
c. Evaluasi apakah obat dapat diabsorpsi seluruhnya
d. Evaluasi perasaan pasien

2. Pemberian obat melalui topical


a. Evaluasi perasaan pasien
b. Perhatikan respon klien dan hasil tindakan
c. Evaluasi apakah obat dapat diabsorpsi seluruhnya

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemberian obat oral dan topikal adalah suatu tindakan untuk membantu proses
penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan melalui mulut dan melalui organ yang
terkena penyakit sesuai dengan program pengobatan dari dokter. Tujuan dari pengobatan antara
lain mencegah, mengobati dan mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat,
dan menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan.

Pemberian obat peroral adalah memberikan obat yang dimasukkan melalui mulut.
Memberikan obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan
cara memberikan obat-obatan melalui mulut sesuai dengan program pengobatan dari dokter.
Sedangkan hal yang harus diperhatikan meliputi indikasi, kontraindikasi, penggunaan prinsip
6 benar, jenis obat, serta memastikan bahwa pasien benar-benar meminum obat tersebut.
Pemberian obat secara topikal adalah pemberian obat secara lokal dengan cara mengoleskan atau
menetskan obat pada permukaan kulit tergantung dimana letak penyakit itu terjadi.

Prinsip Pemberian Medikasi Perawat bertanggungjawab terhadap keamanan pasien


dalam pemberian terapi, oleh karena itu dalam memberikan obat, seorang perawat harus
melakukan tujuh hal yang benar : klien yang benar, obat yang benar, dosis yang benar, waktu
yang benar, rute yang benar, dan dokumentasi yang benar serta informasi yang benar.

3.2 Saran
Setiap obat merupakan racun jika dosis yang diberikan tidak tepat, yang mana dapat
memberikan efek samping yang tidak baik jika kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya
dapat menimbulkan kerugian bahkan akibatnya bisa fatal. Oleh karena itu, sebagai seorang
perawat harus melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah
masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.
1Bagi mahasiswa dan mahasiswi diharapkan untuk menambah wawasan dengan banyak
membaca buku dan terus mencari informasi tetang pengobatan melalui oral dan topical.

26
DAFTAR PUSTAKA

Guest.(2020).Prinsip12BenarPemberianObat-PDFCOFFEE.COM.Pdfcoffee.com;

PDFCOFFEE.COM. https://pdfcoffee.com/prinsip-12-benar-pemberian-obat-pdf-free.html

27

Anda mungkin juga menyukai