OLEH KELOMPOK 1 :
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia mendapatkan
sangsi sesuai peraturan yang berlaku.
Lamongan, 19/09/2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah KDK
2. Untuk mengetahui prinsip prinsip etika keperawatan dan Isue Legal Dalam
Praktik Keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.3 Pengertian Etiket
Etiket adalah kebiasaan yang telah disepakati bersama dan digunakan sehari
hari. Maka dapat di artikan bahwa etiket adalah perilaku seorang sehari hari.
2.4 Perbedaan Etiket dan Etika
a. Etiket cara yang tepat atau ditentukan dalam kalangan masyarakat tertetu.
Sedangkan etika memberi norma tentang suatu perbuatan apakah suatu perbuatan
boleh dilakukan boleh atau tidak.
b. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan yang membutuhkan kehadiran orang lain.
Sedangkan etika selalu berlaku, meskipun tidak ada orang yang menyaksikan
c. Etiket bersifat relative kaena ukuran sopan santun anatara masyarakat satu dengan
lainnya. Sedangkan etika lebih bersifat mutlak atau tidak dapat diganggu gugat.
d. Etiket menyangkut aspek lahiriah atau dapat dilihat oleh masyarakat. Sedangkan
etika menyangkut aspek batiniah.
2.5 Kode Etik Keperawatan
Kode etik profesi merupakan pernyataan yang komperhensif dari bentuk tugas
dan pelayanan dari profesi yang memberi tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan
praktek dibidang profesinya.baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga,
masyarakat dan teman sejawat profesi dan diri sendiri .sedangkan kode etik
keperawatan merupakan daftar perilaku atau bentuk pedoman/panduan etik prilaku
profesi keperawatan secara professional (Aiken,2003).Dengan tujuan utama adanya
kode etik keperawatan adalah memberikan perlindugan bagi pelaku dan penerima
praktik keperawatan.
Kode etik profesi disusun dan disahkan oleh organisasi profesinya sendiri
yang akan membina anggota profesinya baik secara nasional maupun internasional
(rejeki,2005).konsep etik yang merupakan panduan profesi merupakan tanggung jawb
dari anggota untuk melaksanakannya.profesi keperawatan sebagai profesi yang
professional dan mempunyai nilai-nilai moral dalam melakukan praktiknya maka
kode etik sangatlah diperlukan. perawat sebagai anggota profesi keperawtan
hendaknya menjalankan kode etik keperawatan yang telah dibuat dengan sebaik-
baiknya dengan tetap memegang teguh dan selalu dilandasi oleh nilai-nilai moral
profesionalnya.(M isparsi,2005).
4
Etika keperawatan memberikan keputusan tentang tindakan yang diharapkan
benar-benar tepat atau bermoral. Etika keperawatan sebagai pedoman menunmbuhkan
tanggung jawab atau kewajiban bagi anggotanya tentang hak-hak yang diharapkan
oleh orang lain. Anggota profesi mempunyai pengetahuan atau keterampilan khusus
yang dipergunakan untuk membuat keputusan yang mempengaruhi orang lain.
(samporno,2005).
Etika profesi keperawatan merupakan practice discipline dan sebagai
implimentasi diwujudkan dalam asuhan praktik keperawatan. Perawat harus
membiasakan diri untuk sepenuhnya menerapkan kode etik yang ada sebagai
gambaran tanggung jawab dalam praktik keperawatan. (priharjo,1995).
2.6 Prinsip-prinsip etika keperawatan
Prinsip etika keperawatan adalah menghargai hak dan martabat manusia,
tidak akan pernah berubah. Prinsip ini juga diteapkan baik dalam bidang pendidikan
maupun pekerjaan. Juga dalam hak-haknya memperoleh pelayana kesehatan. Ketika
menambil keputusan klinis, perawat seringkali mengandalkan pertimbangan mereka
dengan menggunakan kedua konsekwensi dan prinsip serta kewajiban moral yang
universal. Hal yang fundamental dari prinsip ini adalah pengharggan atas sesama.
Macam-macam prinsip etika keperawatan :
1. Autonomy (Otonomi)
Prinsip otonomi didasarkan keyakinan bahwa individu mampu berfikir
logis dam memutuskan. Prinsip otonomi ini adalah bentuk respek terhadap
seseorang, di pandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak
secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu
yang menuntut pembedaan diri. Perawatan professional mereflesikan otonomi
saat perawat menghargai hak hak pasien dalam membuat keputusan tentang
keperawatan dirinya. Dengan kata lain otonomi adalah hak dari pasien untuk
memulai dengan yang kita sarankan atau mengatur dirinya sendiri.
2. Beneficience (berbuat baik)
Benefisiensi berarti mengajarkan sesuatu yang baik dengan lainya.
Kebaikan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan dari dan orang
lain. Dapat diartikan juga melakukan yang baik dan tidak merugikan pasien atau
tidak menimbulkan bahaya bagi pasien.
3. Justice (keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal, dan kemanusiaan.
Nilai ini di reflesikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja untuk
hal yang benar sesuai hukum, standar praktek keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Justice dapat di artikan juga prinsip
untuk bertindak keadilan bagi setiap individu, setiap individu mendapat
perlakuan dan tindak yang sama.
4. Nonmelesicience (tidak merugikan)
Prinsip ini berarti segala tindakan yang dilakukan pada klien tidak
menimbulkan bahaya atau cidera secara fisik dan psikologis. Biasanya sama
artinya dengan beneficience.
5. Veracity (kejujuran)
Prinsip veracity yaitu penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan
oleh pemberian layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada
setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip ini
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
Dengan kata lain prinsip ini merupakan prinsip moral dimana kita mempunyai
kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya atau tidak membohongi orang
lain atau pasien.
6. Fidelity (loyality/ketaatan)
Prinsip fidelity di butuhkan untuk menghargai janji dan komitmenya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmenya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia pasien.
7. Akuntabilitas
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa
tanggung jawab pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang
lain. Akuntabilitas merupakan standar pasti yang mana tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
Jadi, Issue legal dalam praktik keperawatan adalah suatu peristiwa atau
kejadian yang dapat di perkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang dan Sah,
sesuai dengan Undang-Undang/Hukum mengenai tindakan mandiri perawat profesional
melalui kerjasama dengan klien baik individu, keluarga atau komunitas dan
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung jawabnya, baik tanggung jawab
medis/kesehatan maupun tanggung jawab hukum.
Perawat perlu tahu tentang hukum yang mengatur prakteknya untuk:
a. Memberikan kepastian bahwa keputusan & tindakan perawat yang dilakukan
konsisten dengan prinsip-prinsip hukum
b. Melindungi perawat dari liabilitas
3) Pasal 53 ayat 2
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.
3. Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik buruknya?
Ikatan perawat, PPNI atau Asosiasi perawat atau Asosiasi Rumah sakit telah
menyusunstandar yang memiliki krirteria-kriteria tertentu dengan cara
membandingkan apa-apa yang dikerjakan perawat dengan standar yang tercantum.
Baik itu dalam input, proses atau outputnya. Misalnya apakah perawat mencuci
tangan sesuai standar melalui 5 tahap yaitu mencuci kuku, telapak tangan, punggung
tangan, pakai sabun di air mengalir selama 3 kali dan sebagainya.
Tanggung Gugat artinya dapat memberikan alasan atas tindakannya.Seorang
perawat bertanggung gugat atas dirinya sendiri, klien, profesi, atasan, dan masyarakat.
Jika dosis medekasi salah diberikan, perawat bertanggung gugat pada klien yang
menerima medekasi tersebut, dokter yang memprogramkan tindakan, perwat yang
menetapkan standar perilaku yang diharapkan, serta masyarakat, yang semuanya
menghendaki perilaku professional. Untuk dapat melakukan tanggung gugat, perawat
harus bertindak menurut kode etik professional. Jika suatu kesalhan terjadi, perawat
melaporkannya dan memulai perawatan untuk mencegah trauma lebih
lanjut.Tanggung gugat memicu evaluasi efektifitas perawat dalam praktik. Tanggung
gugat professional memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengevaluasi praktisi professional baru dan mengkaji ulang yang telah ada.
2. Untuk mempetahankan standar perawatan kesehatan.
3. Untuk memudahkan refleksi pribadi, pemikiran etis, dan pertumbuhan pribadi pada
pihak profesional perawatan kesehatan.
4. Untuk memberikan dasar pengambilan keputusan etis.
Untuk dapat bertanggung gugat, perawat melakukan praktik dalam kode
profesi.Tanggung gugat membutuhkan evaluasi kinerja perwat dalam memberikan
perawatan kesehatan.Joint commission on accreditation of healthcare organization
(JCAHO) telah merekomendasikan penetapan standar pemberian asuhan
keperwatan.Standar tersebut dikembangkn oleh ahli klinis, memberikn struktur dasar di
mana asuhan keperawatan secara objektif diukur.Standar tersebut tidak membatasi
kebutuhan rencana perawatan individu, bahkan, perawat justru memasukan standar
tersebut kedalam rencana perawatan untuk setiap klien.Tanggung gugat dapat dijamin
dan diukur dengan lebih baik ketika “kualitas perawatan” telah ditetapkan.Sebagian
besar instituisi menyandarkan panduan yang ditawarkan berdasarkan JCAHO dan
ANA.
2) Liability in Tort
Tanggung gugat jenis ini merupakan tanggung gugat yang tidak didasarkan
atas adanya contractual obligation, tetapi atas perbuatan melawan hukum .
Pengertian melawan hukum tidak hanya terbatas pada perbuatan yang
berlawanan dengan hukum, kewajiban hukum diri sendiri atau kewajiban
hukum orang lain saja tetapi juga yang berlawanan dengan kesusilaan yang
baik & berlawanan dengan ketelitian yang patut dilakukan dalam pergaulan
hidup terhadap orang lain atau benda orang lain (Hogeraad, 31 Januari 1919).
3) Strict Liability
Tanggung gugat jenis ini sering disebut tanggung gugat tanpa kesalahan
(liability whitout fault) mengingat seseorang harus bertanggung jawab
meskipun tidak melakukan kesalahan apa-apa; baik yang bersifat intensional,
recklessness ataupun negligence. Tanggung gugat seperti ini biasanya berlaku
bagi product sold atau article of commerce, dimana produsen harus membayar
ganti rugi atas terjadinya malapetaka akibat produk yang dihasilkannya,
kecuali produsen telah memberikan peringatan akan kemungkinan terjadinya
risiko tersebut
4) Vicarious Liability
Tanggung gugat jenis ini timbul akibat kesalahan yang dibuat oleh
bawahannya (subordinate).Dalam kaitannya dengan pelayanan medik maka
RS (sebagai employer) dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dibuat
oleh tenaga kesehatan yang bekerja dalam kedudukan sebagai sub-ordinate
(employee).
BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberiakn kritikk dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulis makalah
ini di kesempatan-kesempatan berikutnya,.semoga makalah ini berghuna bagi poenyuulids
pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
3.1 Kesimpulan
Keperawatan sebagai suatu profesi bertanggung jawab dan brtanggung gugat atas
pelayanan/asuhan keperawatan harus berdasarkan pada landasan hukum dan etika
keperawatan.Standar asuhan perawatan di Indonesia sangat diperlukan untuk melaksanakan
praktek keperawatan,sedangkan etika keperawatan telah diatur oleh organisasi profsi,hanya
saja kode etik yang dibuat masih sulit dilaksanakan dilapangan karena bentuk kode etik yg
ada masih belum dijabarkan secara terinci dan lengkap dalam bentuk petunjuk tekhnis.
Setiap manusia mempunyai hak dasar dan hak untuk berkembang dmikian juga bagi
pasien sebagai penerima asuhan keperawatan mempunyai hak yang sama walaupun sedang
dalam kondisi sakit. Demikian juga perawat sebagian pemberi asuhan keperawatan
mempunyai hak dan kewajiban masing-masing. Kedua-duanya mepunyai hak dan kewajiban
sesuai posisinya. Disinilah sering terjadi dilemma etik,dilemma etik merupakan bentuk
konflik yang terjadi disebabkan oleh beberapa factor,baik factor internal maupun
ekstrnal,disamping itu karena adanya interaksi atau hubungan yang saling membutuhkan.
Oleh sebab itu dilemma etik harus diselesaikan baik pada tingkat individu dan institusi serta
organisasi profsi dengan penuh tanggung jawab
3.2 Saran
1. Pentingnya membuat standar praktek keperawatan yang jelas dan dapat
diprtanggung jawabkan.
2. Perlunya peraturan atau perundang-undangan yang mengatur dan sebagai
bentuk pelindung hukum baik pemberi dan penerima praktek keperawatan.
3. Kode etik di Indonesia yang sudah ada perlu didukung dengan adnya
perangkat-perangkat aturan yang jelas agar dapat dilaksanakan secara baik
dilapangan.
4. Sebgai seorang mahasiswa,khususnya mahasiswa fakultas keperawatan kita
harus mengetahui dengan pasti segala bentuk etim maupun isu eti
keperawatan,dan makalah ini merupakan salah satu bagian pembelajran yg
sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Mengetahui Legislasi Praktik Keperawatan.
http://bkulpenprofil.blogspot.com/2013/10/mengetahui-legislasi-praktik-keperawatan.html.
Diakses tanggal 16 September 2014.
Potter, Patricia A., dan Anne G. Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.