Anda di halaman 1dari 35

PRINSIP-PRINSIP ETIKA KEPERAWATAN

DAN ISUE LEGAL ETIK


DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN

OLEH KELOMPOK 1 :

A'ANG FAJAR RIZKI 0119056B


AGUS SUWANDITO 0119057B
ANITA SILVIANAH 0119058B
ARDYTAMA KUSUMA YUDHA 0119059B
ATHIROTUL WARDAH 0119060B
CHOLIK JUNAIDI 0119061B
DIAN EKA SARI RAHMAWATI 0119062B
DINA KHOLIDIYAH 0119063B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2020
Lembar Pernyataan
Dengan ini kami menyatakan bahwa: Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa kami
reproduksi jika makalah yang dikumpulkan hilang atau rusak. Makalah ini adalah hasil karya
kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali yang telah ditulis kan dalam
referensi, serta tidak ada seorangpun yang membuatkann makalah ini untuk kami.

Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia mendapatkan
sangsi sesuai peraturan yang berlaku.

Lamongan, 19/09/2020

Nama Mahasiswa NIM Tanda Tangan Mahasiswa

A'ANG FAJAR RIZKI 0119056B

AGUS SUWANDITO 0119057B

ANITA SILVIANAH 0119058B

ARDYTAMA KUSUMA YUDHA 0119059B

ATHIROTUL WARDAH 0119060B

CHOLIK JUNAIDI 0119061B

DIAN EKA SARI RAHMAWATI 0119062B

DINA KHOLIDIYAH 0119063B

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pengertian etika keperawatan adalah cabang utama filsafat yang mempeljar
nilai atau kualitas yang menjadi study mengenai standar penilaian moral. Etika
mnecangkup analissi dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan
tanggung jawab. (Agus:2015)
Praktik keperawan adalah diberikan berdasarkan ilmu pengetahuan, dengan
menggunakan metodologi keperawatan dan dilandasi kode etik keperawatan.
Kode etik keperwatan mengatur hubungan antara perawat dan pasien, perawat
terhadap petugas, perawat tehadap anggota tim kesehatan, perawat terhadap
profesi dan perawat terhadap pemerintah bangsa dan tanah air. Setiap perawat
akan memperoleh arahan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang
merupakan tanggung jawab moralnya dan tidak akan membuat keputusan dengan
sebarangan.
Prinsip etika profesi merupakan sikap dasar yang harus dimiliki oleh setiap
prifesi. Prinsip etika profesi dapat juga diartikan sebagai tuntunan yang harus
diamalkan oleh profesi dalam menjalankan tugas keprofesiannya terutama dalam
melayanikliennya. Bagi profesi keperawatan merupakan amalan yang baik yang
harus dilakukan. (Siswanto:2013)
Norma-norma dalam etika kesehatan dibentuk oleh tenaga profesi kesehatan
itu sendiri, yang bila dihimpun sering disebut sebgai kode etik. Kode etik
kepertawartan merupakan suatu pernyataan komperhensif dari profesi yang
memberikan tuntunan bagi anggotanya dalam melaksnakan praktik keperawatan,
baik yang berhubungan dengan pasien, masyarakat, teman sejawat, dan diri
sendiri. Kode etik diorganisasikan dalam nilai moral yang merupakan pusat bagi
keperawatan yang sesuai dengan etika semuanya bermuara dalam hubungan
professional perawat dengan klien dan menunjukkan apa yang dierduliakan
perawat dalam hubungan tersebut.

Nilai-nilai tersebut adalah prinsip penghargaan (respek) terhadap orang, dari


prinsip penghargan timbul prinsip otonomi yang bekenaan dengan hak orang lain.
Prinsip veracity merupakan suatu kewajiban untuk mengatan yang sebenarnya
atau untuk tidak membohongi orang lain. Prinsipconfidintiality (kerahasiaan)
berarti perawat menghargai semua informasi tnetang klien merupakan hak
istimewa pasien dan tidak untuk disebarkan secara tidak tepat. Fidentilinty atau
kesetiaan , berarti perawat bekewajiban untuk setia dengan kesepakatan dan
tanggung jawab yang telah dibuat, meliputi menempaati janji, menyimpan rahasia.
Perinsip justice (keadilan), merupakan prinsip keadilan untuk berlaku adil untuk
setiap individu.
Semua nilai-nilai molral tersebut selalu dan harus dijalankan pada setap
pelaksanaan praktek keperawatan dan selama berinteraksi dengan pasien dan
tenaga kesehataan lain. Kondisi inilah yang sering kali menimbulkan konflik
dilema etik. Maka penyelesaian dari dilemma etik tersebut harus dengan yang
bijak dan saling memuaskan baik pemberi asukan keperawatan (perawat), pasien
dan profesi lain (teman sejawat).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari etika keperawatan?
2. Apa pengertian dari etik?
3. Apa pengertian dari etiket?
4. Perbedaan antara etiket dan etika?
5. Apa pengertian dari kode etik keperawatan?
6. Apa Pengertian prinsip etika keperawatan?
7. Apa prinsip prinsip etika keperawatan?
8. Bagaimana Isue Legal Dalam Praktik Keperawatan?

1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah KDK
2. Untuk mengetahui prinsip prinsip etika keperawatan dan Isue Legal Dalam
Praktik Keperawatan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika


Etika adalah kata yang berasal dai yunani yaitu etos yang berarti kebiasaan
atau model perilaku, atau standar yang diharapkan dan kriteria tertentu untuk suatu
tindakan, etika juga dapat di artikan segala sesuatu yang berhubungan dengan
pertimbangan pembuatan keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan. Maka
dapat di artikan bahwa etika adalah peraturan atau norma yang dapat di artikan
sebagai acuan.

Pada hakikatnya keperawatan sebagai profesi senantiasa mengabdi kepada


kemanusiaan mendahulujkan kepentingan diatas kepentingan pribadi, bentuk
pelayanan berbentuk humanistik, menggunakan endekan secara holistik, dilaksanakan
pada ilmu dan kiat keperawatan serta menggunakan kode etik sebagai tuntunan
utanma dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan memahami konsep etik ,
setiap perawat akan memperoleh arahan dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
yang merupakan tanggung jawab moralnya dan tidak akan membuat keputusan secara
sembarangan.

Norma-norma dalam etika kesehatan dibentuk oleh kelompok profesi tenaga


kesehatan itu sendiri, yang bila dihimpun (dimodifikasikan) sering disebut dengan
kode etik. Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komperhensif dari
profesi yang memberikan tuntunan bagi anggotanya dalam melaksanakan praktik
keperawatan, baik yang berhubungan dengan pasien, masyarakat,teman sejawat dan
diri sendiri.

2.2 Pengertian Etik


Etik adalah ilmu yang mempelajari baik buruknya perbuatan secara moral.
Moral adalah perilaku yang di harapkan oleh masyarakat atau merupakan standar
yang harus di peratikan seorang bergabung dengan kelompok atau anggota
masyarakat tersebut. Etik juga diatur oleh kode etik. Kode etik adalah pedoman
tertulis yang mengatur tentang norma norma berperilaku.

3
2.3 Pengertian Etiket
Etiket adalah kebiasaan yang telah disepakati bersama dan digunakan sehari
hari. Maka dapat di artikan bahwa etiket adalah perilaku seorang sehari hari.
2.4 Perbedaan Etiket dan Etika
a. Etiket cara yang tepat atau ditentukan dalam kalangan masyarakat tertetu.
Sedangkan etika memberi norma tentang suatu perbuatan apakah suatu perbuatan
boleh dilakukan boleh atau tidak.
b. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan yang membutuhkan kehadiran orang lain.
Sedangkan etika selalu berlaku, meskipun tidak ada orang yang menyaksikan
c. Etiket bersifat relative kaena ukuran sopan santun anatara masyarakat satu dengan
lainnya. Sedangkan etika lebih bersifat mutlak atau tidak dapat diganggu gugat.
d. Etiket menyangkut aspek lahiriah atau dapat dilihat oleh masyarakat. Sedangkan
etika menyangkut aspek batiniah.
2.5 Kode Etik Keperawatan
Kode etik profesi merupakan pernyataan yang komperhensif dari bentuk tugas
dan pelayanan dari profesi yang memberi tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan
praktek dibidang profesinya.baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga,
masyarakat dan teman sejawat profesi dan diri sendiri .sedangkan kode etik
keperawatan merupakan daftar perilaku atau bentuk pedoman/panduan etik prilaku
profesi keperawatan secara professional (Aiken,2003).Dengan tujuan utama adanya
kode etik keperawatan adalah memberikan perlindugan bagi pelaku dan penerima
praktik keperawatan.
Kode etik profesi disusun dan disahkan oleh organisasi profesinya sendiri
yang akan membina anggota profesinya baik secara nasional maupun internasional
(rejeki,2005).konsep etik yang merupakan panduan profesi merupakan tanggung jawb
dari anggota untuk melaksanakannya.profesi keperawatan sebagai profesi yang
professional dan mempunyai nilai-nilai moral dalam melakukan praktiknya maka
kode etik sangatlah diperlukan. perawat sebagai anggota profesi keperawtan
hendaknya menjalankan kode etik keperawatan yang telah dibuat dengan sebaik-
baiknya dengan tetap memegang teguh dan selalu dilandasi oleh nilai-nilai moral
profesionalnya.(M isparsi,2005).
4
Etika keperawatan memberikan keputusan tentang tindakan yang diharapkan
benar-benar tepat atau bermoral. Etika keperawatan sebagai pedoman menunmbuhkan
tanggung jawab atau kewajiban bagi anggotanya tentang hak-hak yang diharapkan
oleh orang lain. Anggota profesi mempunyai pengetahuan atau keterampilan khusus
yang dipergunakan untuk membuat keputusan yang mempengaruhi orang lain.
(samporno,2005).
Etika profesi keperawatan merupakan practice discipline dan sebagai
implimentasi diwujudkan dalam asuhan praktik keperawatan. Perawat harus
membiasakan diri untuk sepenuhnya menerapkan kode etik yang ada sebagai
gambaran tanggung jawab dalam praktik keperawatan. (priharjo,1995).
2.6 Prinsip-prinsip etika keperawatan
Prinsip etika keperawatan adalah menghargai hak dan martabat manusia,
tidak akan pernah berubah. Prinsip ini juga diteapkan baik dalam bidang pendidikan
maupun pekerjaan. Juga dalam hak-haknya memperoleh pelayana kesehatan. Ketika
menambil keputusan klinis, perawat seringkali mengandalkan pertimbangan mereka
dengan menggunakan kedua konsekwensi dan prinsip serta kewajiban moral yang
universal. Hal yang fundamental dari prinsip ini adalah pengharggan atas sesama.
Macam-macam prinsip etika keperawatan :
1. Autonomy (Otonomi)
Prinsip otonomi didasarkan keyakinan bahwa individu mampu berfikir
logis dam memutuskan. Prinsip otonomi ini adalah bentuk respek terhadap
seseorang, di pandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak
secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu
yang menuntut pembedaan diri. Perawatan professional mereflesikan otonomi
saat perawat menghargai hak hak pasien dalam membuat keputusan tentang
keperawatan dirinya. Dengan kata lain otonomi adalah hak dari pasien untuk
memulai dengan yang kita sarankan atau mengatur dirinya sendiri.
2. Beneficience (berbuat baik)
Benefisiensi berarti mengajarkan sesuatu yang baik dengan lainya.
Kebaikan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan dari dan orang
lain. Dapat diartikan juga melakukan yang baik dan tidak merugikan pasien atau
tidak menimbulkan bahaya bagi pasien.

3. Justice (keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal, dan kemanusiaan.
Nilai ini di reflesikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja untuk
hal yang benar sesuai hukum, standar praktek keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Justice dapat di artikan juga prinsip
untuk bertindak keadilan bagi setiap individu, setiap individu mendapat
perlakuan dan tindak yang sama.
4. Nonmelesicience (tidak merugikan)
Prinsip ini berarti segala tindakan yang dilakukan pada klien tidak
menimbulkan bahaya atau cidera secara fisik dan psikologis. Biasanya sama
artinya dengan beneficience.
5. Veracity (kejujuran)
Prinsip veracity yaitu penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan
oleh pemberian layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada
setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip ini
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
Dengan kata lain prinsip ini merupakan prinsip moral dimana kita mempunyai
kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya atau tidak membohongi orang
lain atau pasien.
6. Fidelity (loyality/ketaatan)
Prinsip fidelity di butuhkan untuk menghargai janji dan komitmenya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmenya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia pasien.
7. Akuntabilitas
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa
tanggung jawab pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang
lain. Akuntabilitas merupakan standar pasti yang mana tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

2.7 Contoh Prinsip-prinsip Etika Keperawatan.


1. Prinsip Keadilan
Semua pasien berhak mendapatkan pelayanan yang sama tidak membeda-
bedakan dalam apapun.
2. Prinsip Otonomi
Bawahan mengatur sendiri apa yang seharusnya di jalankan tetapi tetap di
awasi oleh atasan
3. Prinsip kejujuran
Perawat tidak boleh membocorkan informasi yang di peroleh dari pasien.
4. Prinsip Benefisience
Setiap perawat harus dapat merawat dan memperlakukan pasien dengan baik.
5. Prinsip Nonmaleficience
Saat menangkap klien yang jatuh, perawat memegang klien dengan cukup erat
sehingga menyebabkan lebam pada lengan klien.
2.8 Isue Legal Dalam Praktik Keperawatan
A. Pengertian Isue Legal
Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat di perkirakan terjadi atau
tidak terjadi di masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, social, politik,
hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, hari kematian ataupun
tentang krisis.
Legal adalah sesuatu yang di anggap sah oleh hukum dan undang-undang
(Kamus Besar Bahasa Indonesia).Aspek legal yang sering pula disebut dasar hukum
praktik keperawatan mengacu pada hukum nasional yang berlaku di suatu negara.
Hukum bermaksud melindungi hak publik, misalnya undang-undang keperawatan
bermaksud melindungi hak publik dan kemudian melindungi hak perawatan.
Praktik keperawatan adalah Tindakan mandiri perawat professional melalui
kerja sama bersifat kolaboratif dengan pasien/klien dan tenaga kesehatan lainnya dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya.
Dengan demikian seseorang perawat profesional yang dalam memberikan
praktik asuhan keperawatan sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan/
hukum, maka dapat diartikan bahwa praktik asuhan keperawatan tersebut legal.

Jadi, Issue legal dalam praktik keperawatan adalah suatu peristiwa atau
kejadian yang dapat di perkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang dan Sah,
sesuai dengan Undang-Undang/Hukum mengenai tindakan mandiri perawat profesional
melalui kerjasama dengan klien baik individu, keluarga atau komunitas dan
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung jawabnya, baik tanggung jawab
medis/kesehatan maupun tanggung jawab hukum.
Perawat perlu tahu tentang hukum yang mengatur prakteknya untuk:
a. Memberikan kepastian bahwa keputusan & tindakan perawat yang dilakukan
konsisten dengan prinsip-prinsip hukum
b. Melindungi perawat dari liabilitas

1. Karakteristik praktik keperawatan professional


a. Otoritas (authority), yakni memiliki kewenangan sesuai dengan keahliannya
yang akan mempengaruhi proses asuhan melalui peran professional.
b. Akuntabilitas (accountability), yakni tanggung gugat terhadap apa yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan tanggung jawab
kepada klien,diri sendiri, dan profesi, serta mengambil keputusan yang
berhubungan dengan asuhan
c. Pengambilan keputusan yang mandiri (independent decision ,making), berarti
sesuai dengan kewenangannya dengan dilandasi oleh pengetahuan yang kokoh
dan keputusan (judgment) pada tiap tahap proses keperawatan dalam
menyelesaikan masalah klien.
d. Kolaborasi, artinya dapat bekerja sama, baik lintas program maupun lintas
sector dengan berbagai disiplin dalam mengakses masalah klien dan membantu
klien menyelesaikannya.
e. Pembelaan atau dukungan (advokasi), artinya bertindak demi hak klien untuk
mendapatkan asuhan yang bermutu dengan mengadakan intervensi untuk
kepentingan atau demi klien, dalam mengatasi masalahnya, serta behadapan
dengan pihak-pihak lain yang lebih luas (sistem at large).
f. Fasilitasi (Facilitation), artinya mampu memberdayakan klien dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatannya demi memaksimalkan potensi dari organisasi
dan sistem klien keluarga dalam asuhan.
Untuk melindungi masyarakat dan perawat dalam praktik keperawatan, perlu
disusun peraturan perundang-undangan keperawatan sebagai aspek legal dari profesi
keperawatan.Perundang-undangan yang mengatur praktik keperawatn disebut undang-
undang atau peraturan praktik kepperawatan.Bentuk perundang-undangan tersebut
diatur sesuai dengan kebutuhan dan jenjang peraturan perundang-undangan.
2. Peran Keperawatan Berkaitan Dengan Praktik Legal
Perawat bekerja di berbagai tempat di luar lingkungan perawatan yang
melembaga termasuk dalam lingkungan komunitas adalah tempat kerja
okupasional atau industri di mana perawat memberikan perawatan primer preventif
dan terus menerus bagi pekerja, kesehatan publik atau komunitas, dimana
pelayanan preventif seperti imunisasi dan perawatan anak yang baik diberikan di
sekolah, rumah dan klinik dan perawatan kesehatan rumah, yang memberikan
pelayanan lanjutan setelah hospitalisasi. Klien juga dapat dirawat dalam fasilitas
perawatan jangka panjang.
Penting bahwa perawat, terutama mereka yang dipekerjakan dalam lingkungan
kesehatan komunitas, memahami hukum kesehatan publik.Legislatur Negara
membuat undang-undang dibawah kode kesehatan, yang menjelaskan laporan
hukum untuk penyakit menular, imunisasi sekolah, dan hukum yang diharapkan
untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi resiko kesehatan di komunitas.
The center for disease control and prevention (CDC) the occupational health and
safety act (DHSA) juga memberikan pedoman pada tingkat nasional untuk
lingkungan komunitas dan bekerja dengan aman dan sehat. Kegunaan dari hukum
kesehatan publik adalah perlindungan kesehatan publik, advokasi untuk hak
manusia, mengatur pelayanan kesehatan dan keuangan pelayanan kesehatan dan
untuk memastikan tanggung jawab professional untuk pelayanan yang
diberikan.Perawat kesehatan komunitas memiliki tanggung jawab legal untuk
menjalankan hukum yang diberikan untuk melindungi kesehatan public. Hukum ini
dapat mencakup pelaporan kecurigaan adanya penyalahgunaan dan pengabaian,
laporan penyakit menular, memastikan bahwa imunisasi yang diperlukan telah
diterima oleh klien komunitas dan laporan masalah yang berhubungan dengan
kesehatan lain diberikan untuk melindungi kesehatan public.

B. Berbagai Issue Legal Dalam Keperawatan


Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan etik dan
kerahasiaan pasien sama seperti telehealth secara keseluruhan. Di banyak negara, dan di
beberapa negara bagian di Amerika Serikat khususnya praktek telenursing dilarang
(perawat yang online sebagai koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi
negara bagian dan pasien yang menerima telecare harus bersifat lokal) guna
menghindari malpraktek perawat antarnegara bagian.Isu legal aspek seperti
akontabilitas dan malprakatek, dan sebagainya dalam kaitan telenursing masih dalam
perdebatan dan sulit pemecahannya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan
kebijakan umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi
prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan
informasi yang diberikan.Kegiatan telenursing mesti terintegrasi dengan strategi dan
kebijakan pengembangan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan
keperawatan, dan sistem pendidikan dan pelatihan keperawatan yang menggunakan
model informasi kesehatan/berbasis internet.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan
privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait
dengan isu ini, yang secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi
dalam bidang kesehatan dalam merawat pasien adalah:
1. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang
diberikan harus tetap terjaga
2. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan
potensial resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui
internet atau telepon) dan keuntungannya
3. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol
dengan membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email
4. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan
penyalah gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek

1. Isu Legal Dalam Keperawatan Berkaitan Dengan Hak Pasien


Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan
dan tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan adanya
pemberi pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang aman, efektif dan
ramah terhadap mereka. Jika harapan ini tidak terpenuhi, maka masyarakat akan
menempuh jalur hukum untuk membela hak-haknya.
Klien mempunyai hak legal yang diakui secara hukun untuk mendapatkan
pelayanan yang aman dan kompeten.Perhatian terhadap legal dan etik yang
dimunculkan oleh konsumen telah mengubah sistem pelayanan
kesehatan.Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat
untuk mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang
dilaksanakan.Institusi telah membentuk berbagai komite etik untuk meninjau
praktik profesional dan memberi pedoman bila hak-hak klien terancam.Perhatian
lebih juga diberikan pada advokasi klien sehingga pemberi pelayanan kesehatan
semakin bersungguh-sungguh untuk tetap memberikan informasi kepada klien dan
keluarganya bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan.

2. Tipe Tindakan Legal


Terdapat dua macam tindakan legal: tindakan sipil/pribadi, dan tindakan
kriminal.
a. Tindakan sipil berkaitan dengan isu antara individu-individu. Contohnya:
seorang pria dapat mengajukan tuntutan terhadap seseorang yang diyakininya
telah menipunya.
b. Tindakan kriminal berkaitan dengan perselisihan antara individu dan
masyarakat secara keseluruhan. Contohnya: jika seorang pria menembak
seseorang, masyarakat akan membawanya ke persidangan.

3. Masalah Legal Dalam Keperawatan


Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh warga
negara. Setiap orang yang tidak mematuhi hukun akan terikat secara hukum untuk
menanggung denda atau hukuman penjara. Beberapa situasi yang perlu dihindari
seorang perawat :
a. Pelanggaran adalah perlakuan seseorang yang dapat merugikan orang lain
berupa harta atau milik lainnya secara di sengaja atau tidak disengaja. Jika ada
tuntutan hukum, biasanya diselesaikan secara perdata dengan mengganti
kerugia tersebut.
Contoh : menghilangkan barang titipan klien atau merugikan nama baik klien.
b. Kejahatan adalah suatu perlakuan merugikan publik. Karena terlalu parah,
kejahatan yang dianggap tindakan perdata (tort) dapat digolongkan sebagai
tindakan kriminal (tindakan pidana). Tindak kriminal atau pidana ini dapat
dijatuhi hukuman denda atau penjara, atau kedua-duanya.
Contoh :
a) Kecerobohan luar biasa yang menunjukkan bahwa pelaku tidak
mengindahkan sama sekali nyawa orang lain (korban). Kejahatan ini dapat
dikenakan tindak perdata maupun pidana.
b) Kealpaan mematuhi undang-undang kesehatan yang mengakibatkan
tewasnya orang lain atau mengonsi/mengedarkan obat-obatan terlarang.
Kejahatan ini dapat dianggap sebagai tindakan kriminal (lepas dari
kenyataan disengaja atau tidak).
c. Kecerobohan dan praktik sesat. Kecorobohan adalah suatu perbuatan yang
tidak akan dilakukan oleh seseorang yang bersikap hati-hati dalam situasi yang
sama. Dengan kata lain, perbuatan yang dilakukan di luar koridor standar
keperawatan yang telah ditetapkan dan dapat menimbulkan kerugian.
Apabila hal tersebut terjadi dan ada penuntutan, hakim/juri biasanya
menggunakan saksi ahli (orang yang ahli di bidang tersebut).
Contoh:
a) Sembarangan menguras barang pribadi klien (pakaian, uang, kacamata,
dll) sehingga rusak atau hilang.
b) Tidak menjawab tanda panggilan klien yang di rawat sehingga klien
mencoba mengatasinya sendiri dan terjadi cedera.
c) Tidak melakukan tindakan perlindungan pada klien yang mengakibatkan
klien cedera, misalnya tidak mengambilkan air panas dari dekat klien yang
mengakibatkan air tersebut tumpah kena klien dan klien mengalami luka
bakar.
d) Gagal melaksanakan perintah perawatan, gagal memberi obat secara tepat
atau melaporkan tanda dan gejala yang tidak sesuai dengan kenyataan,
tidak menyelidiki perintah yang meragukan sebelumnya sehingga dengan
kelalaian/kegagalan tersebut menimbulkan cedera.
Selanjutnya, secara profesional dikatakan bahwa kecerobohan sama
dengan pelaksanaan praktik buruk, praktik sesat, atau malpraktik.
d. Pelanggaran penghinaan, yaitu suatu perkataan atau tulisan yang tidak benar
mengenai seseorang sehingga orang tersebut merasa terhina dan dicemooh.
Jika pernyataan tersebut dalam bentuk lisan, disebut slander dan jika
berbentuk tulisan, disebut libel.
Contoh :
a) Pernyataan palsu
b) Menuduh orang secara keliru
c) Memberi keterangan palsu kepada klien.
Orang yang di dakwa dengan tuduhan slander atau libel tidak dapat diancam
hukuman jika ia dapat membuktikan kebenaran pernyataan (lisan/tulisan).
Tuduhan ini dapat dibela dengan komunikasi yang didasarkan pada anggapan
bahwa petugas profesional tidak dapat memberi pelayanan yang baik tanpa
pembeberan fakta secara lengkap mengenai masalah yang di hadapinya.Jadi,
informasi berprivilese merupakan informasi rahasia antarpetugas profesional
dengan kliennya, misalnya antara perawat/dokter dengan kliennya, antara
pngacara dengan kliennya, antara kiai dengan pemeluk agamanya.
e. Penahanan yang keliru adalah penahanan klien tanpa alasan yang tepat atau
pencegahan gerak seseorang tanpa persetjuannya, misalnya menahan klien
pulang dari rumah sakit guna mendapat perawatan tambahan tanpa persetujuan
klien yang bersangkutan, kecuali jika klien tersebut mengalami gangguan jiwa
atau penyakit menular yang apabila di pulangkan dari rumah sakit akan
membahayakan masyarakat. Untuk itu, rumah sakit mempunyai formulir
khusus yang ditandatangani klien/keluarga, yang menyatakan bahwa rumah
sakit yang bersanguktan tidak bertanggung jawab apabila klien cedera karena
meninggalkan rumah sakit tersebut.
f. Pelanggaran privasi, yaitu tindakan mengekspos/ memamerkan/
menyampaikan seseorang (klien) kepada publik, baik orangnya langsung,
gambar ataupun rekaman, tanpa persetujuan orang/klien yang bersangkutan,
kecuali ekspos klien tersebut memang diperlukan menurut prosuder
perawatannya.
Contoh:
a) Menyebar gosip atau memberi informasi klien kepada orang yang tidak
berhak memperoleh informasi itu.
b) Memberi perawatan tanpa memerhatikan kerahasiaan klien, yaitu klien di
lihat/didengar orang lain sehingga klien merasa malu.
g. Ancaman dan pemukulan. Ancaman (assault) adalah suatu
percobaan/ancaman, melakukan kontak badan dengan orang lain tanpa
persetujuannya. Pemukulan (batter) adalah ancaman yang dilaksanakan. Setiap
orang diberi kebebasan dari kontak badan dari orang lain, keculi jika ia telah
menyatakan perseujuannya.
Contoh: jika klien dioperasi tanpa persetujuan yang bersangkutan/keluarganya,
dokter/rumah sakit tersebut dapat dituntut secara hukum.
h. Penipuan adalah pemberian gambaran salah secara sengaja yang dapat
mengakibatkan atau telah mengakibatkan kerugian atau cedera pada seseorang
atau hartanya..
Contoh : memberi data yang keliru guna mendapat lisensi keperawatan.

C. Proses Legalisasi Praktik Keperawatan


Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau
penyempurnaan perangkat hukumyang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan kiat
dalam praktik keperawatan (Sand,Robbles1981).
Legislasi praktek keperawatan merupakan ketetapan hukum yang mengatur
hak dan kewajiban seorang perawat dalam melakukan praktek keperawatan.Legislasi
praktek keperawatan di Indonesia diatur melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan
tentang registrasi dan praktek perawat.   

Legislasi (Registrasi dan Praktek Keperawatan) Keputusan Menteri Kesehatan


No.1239/Menkes/XI/2001, Latar belakang “Perawat sebagai tenaga profesional
bertanggung jawab dan berwenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri
dan atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan
kewenangannya.Untuk itu perlu ketetapan yang mengatur tentang hak dan kewajiban
seseorang untuk terkait dengan pekerjaan/profesi.”
1. Tujuan utama Legislasi adalah untuk melindungi masyarakat serta melindungi
perawat.
2. Tujuan Yang lainnya adalah:
a. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
b. Melidungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan
c. Menetapkan standar pelayanan keperawatan
d. Menapis IPTEK keperawatan
e. Menilai boleh tidaknya praktik
f. Menilai kesalahan dan kelalaian
3. Prinsip dasar legislasi untuk praktik keperawatan
a. Harus jelas membedakan tiap katagori tenaga keperawatan.
b. Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab aatas system keperawatan.
c. Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan ujian sesuai
ketetapan.
d. Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan perawat.
4. Fungsi legislasi keperawatan
a. Memberi perlindungan  kepada masyarakat terhadap pelayanan keperawatan
yang diberikan.
b. Memelihara  kualitas layanan keperawatan yang diberikan
c. Memberi kejelasan batas kewenangan setiap katagori tenaga keperawatan.
d. Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat.
e. Memotivasi pengembangan profesi.
f. Meningkatkan proffesionalisme tenaga keperawatan.
Legislasi Keperawatan ini dapat dibagi atas 3 tahap, antara lain :
1. Surat Izin Perawat (SIP)
Surat ini diberikan oleh Departemen Kesaehatan kepada perawat setelah lulus
dari pendidikan keperawatan sebagai bukti tertulis pemberian kewenangan untuk
menjalankan praktek keperawatan.
Registrasi SIP adalah suatu proses dimana perawat harus (wajib)
mendaftarkan diri pada kantor wilayah Departemen Kesehatan Propinsi untuk
mendapat Surat Izin Perawat (SIP) sebagai persyaratan menjalankan pekerjaan
keperawatan dan memperoleh nomor registrasi. Sasarannya adalah semua
perawat.Sedangkan yang berwenang mengeluarkannya adalah Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi dimana institusi perawat itu berasal. Bagi perawat yang sudah
bekerja sebelum ditetapkan keputusan ini memperolah SIP dari pejabat kantor
kesehatan kabupaten/kota diwilayah tempat kerja perawat yang bersangkutan.
Jenis dan waktu registrasi :
a. Registrasi awal dilakukan setelah yang bersangkutan lulus pendidikan
keperawatan selambat-lambatnya 2 tahun sejak peraturan ini di keluarkan.
b. Registrasi ulang dilakukan setelah 5 tahun sejak tanggal registrasi sebelumnya,
diajukan 6 bulan berakhir berlakunya SIP.
2. Surat Izin Kerja (SIK)
Surat ini merupakan bukti yang diberikan kepada perawat untuk melakukan
praktek keperawatan di sarana pelayanan kesehatan.SIK hanya berlaku pada satu
tempat sarana pelayanan kesehatan. Pejabat yang berwenang menerbitkan SIK
adalah kantor dinas kabupaten / kota dimana yang bersangkutan akan
melaksanakan praktek keperawatan.
3. Surat Izin Praktek Perawat (SIPP)
Surat ini merupakan bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk
menjalankan praktek keperawatan secara perorangan atau kelompok.SIPP hanya
berlaku untuk satu tempat praktek perorangan atau kelompok dimana yang
bersangkutan mendapat izin untuk melakukan praktek perawat. Pejabat yang
berwenang menerbitkan SIPP adalah kantor dinas kabupaten / kota dimana yang
bersangkutan akan melaksanakan praktek keperawatan.
4. Kredensial
Kredensial merupakan proses untuk menentukan dan mempertahankan
kompetensi keperawatan. Proses kredensial merupakan salah satu cara profesi
keperawatan mempertahankan standar praktik dan akuntabilitas persiapan
pendidikan anggotanya. Kredensial meliputi pemberian izin praktik (lisensi),
registrasi (pendaftaran), pemberian sertifikat (sertifikasi) dan akreditasi (Kozier
Erb, 1990).
Proses penetapan dan pemeliharaan kompetensi dalam praktek keperawatan
meliputi:
a. Pemberian lisensi
Pemberian lisensi adalah pemberian izin kepada seseorang yang memenuhi
persyaratan oleh badan pemerintah yang berwenag, sebelum ia diperkenankan
melakukan pekerjaan dan prakteknya yang telah ditetapkan. Tujuan lisensi ini:
1) Membatasi pemberian kewenangan melaksanakan praktik keperawatan
hanya bagi yang kompeten
2) Meyakinkan masyarakat bahwa yang melakukan praktek mempunyai
kompetensi yang diperlukan
b. Registrasi
Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dan informasi lain pada
badan resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah. Perawat yang
telah terdaftar diizinkan memakai sebutan registered nurse. Untuk dapat
terdaftar, perawat harus telah menyelesaikan pendidikan keperawatan dan
lulus ujian dari badan pendaftaran dengan nilai yang diterima. Izin praktik
maupun registrasi harus diperbaharui setiap satu atau dua tahun. Dalam masa
transisi professional keperawatan di Indonesia, sistem pemberian izin praktik
dan registrasi sudah saatnya segera diwujudkan untuk semua perawat baik bagi
lulusan SPK, akademi, sarjana keperawatan maupun program master
keperawatan dengan lingkup praktik sesuai dengan kompetensi masing-
masing.
Register Nurse:
1) Mengkaji status kesehatan individu dan kelompok
2) Menegakkan diagnosa keperawatan
3) Menentukan tujuan untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan
4) Membuat rencana strategi perawatan
5) Menyusun intervensi keperawatan untuk mengimplementasikan strategi
perawatan
6) Memberi kewenangan intervensi keperawatan yang dapat dilaksanakan
orang lain, dan tidak bertentangan dengan undang-undang
Tujuan registrasi:
1) Menjamin kemampuan perawat untuk melakukan praktek keperawatan
2) Mempertahankan prosedur penatalaksanaan secara objektif
3) Mengidentifikasi jumlah dan kwalifikasi perawat yg akan melakukan
praktek keperawatan
4) Mempertahankan proses pemantauan dan pengendalian jumlah dan
kwalitas perawat profesional
c. Sertifikasi
Sertifikasi merupakan proses pengabsahan bahwa seorang perawat telah
memenuhi standar minimal kompetensi praktik pada area spesialisasi tertentu
seperti kesehatan ibu dan anak, pediatric, kesehatan mental, gerontology dan
kesehatan sekolah. Sertifikasi telah diterapkan di Amerika Serikat.Di
Indonesia sertifikasi belum diatur, namun demikian tidak menutup
kemungkinan dimasa mendatang hal ini dilaksanakan.
Tujuan sertifikasi:
1) Menyatakan pengetahuan, keterampilan dan perilaku perawat sesuai
dengan pendidikan tambahan yg diikutinya
2) Menetapkan klasifikasi, tingkat dan lingkup praktek perawat sesuai
pendidikan
3) Memenuhi persyaratan registrasi sesuai dengan area praktek keperawatan
d. Akreditasi
Akreditasi merupakan suatu proses pengukuran dan pemberian status
akreditasi kepada institusi, program atau pelayanan yang dilakukan oleh
organisasi atau badan pemerintah tertentu. Hal-hal yang diukur meliputi
struktur, proses dan kriteria hasil. Pendidikan keperawatan pada waktu tertentu
dilakukan penilaian/pengukuran untuk pendidikan  DIII keperawatan dan
sekolah perawat kesehatan dikoordinator oleh Pusat Diknakes sedangkan
untuk jenjang S 1 oleh Dikti. Pengukuran rumah sakit dilakukan dengan suatu
sistem akrteditasi rumah sakit yang sampai saat ini terus dikembangkan.

D. Perlindungan Legal Keperawatan


Untuk menjalankan praktiknya secara hukum perawat harus dilindungi dari
tuntutan malpraktik dan kelalaian pada keadaan darurat.Contoh :
a. UU di AS yang bernama Good Samaritan Acts yang memberikan perlindungan
tenaga kesehatan dalam memberikan pertolongan pada keadaan darurat.
b. Di kanada terdapat UU lalu lintas yang memperbolehkan setiap orang untuk
menolong korban pada setiap situasi kecealakaan  yang bernama Traffic Acrt.
c. Di Indonesia UU kesehatan No.23 tahun 1992.
Undang-undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para
perawat.PPNI pada kongres Nasional ke duanya di Surabaya tahun 1980 mulai
merekomendasikan perlunya bahan-bahan perundang-undangan untuk
perlindungan hukum bagi tenaga keperawatan.Tidak adanya Undang-Undang
perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat secara penuh belum dapat
bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan. Tumpang tindih
antara tugas dokter dan perawat masih sering tejadi dan beberapa perawat lulus
pendidikan tinggi merasa prustasi karena tidak adanya kejelasan tentang peran,
fungsi dan kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan semua perawat dianggap
sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar belakang ilmiah
yang mereka miliki.

1. Pentingnya Undang-undang Praktik Keperawatan


Ada beberapa alasan mengapa Undang-Undang Praktik Keperawatan
dibutuhkan.
a. Pertama, alasan filosofi. Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam
peningkatan derajat kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan
pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan pemerintah dan swasta, dari
perkotaan hingga pelosok desa terpencil dan perbatasan. Tetapi pengabdian
tersebut pada kenyataannya belum diimbangi dengan pemberian perlindungan
hukum, bahkan cenderung menjadi objek hukum (WHO, 2002).
b. Kedua, alasan yuridis. UUD 1945, pasal 5, menyebutkan bahwa Presiden
memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat. Demikian Juga UU Nomor 23 tahun 1992, Pasal
32, secara eksplisit menyebutkan bahwa pelaksanaan pengobatan dan atau
perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan, hanya
dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu. Sedang pasal 53, menyebutkan bahwa tenaga kesehatan
berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya.Ditambah lagi, pasal 53 bahwa tenaga kesehatan dalam
melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan
menghormati hak pasien. Disisi lain secara teknis telah berlaku Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan
Praktik Perawat.
c. Ketiga, alasan sosiologis. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
khususnya pelayanan keperawatan semakin meningkat. Hal ini karena adanya
pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan, dari model
medikal yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan
pengobatan, ke paradigma sehat yang lebih holistik yang melihat penyakit dan
gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen, 1996).
Disamping itu, masyarakat membutuhkan pelayanan keperawatan yang mudah
dijangkau, pelayanan keperawatan yang bermutu sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan, dan memperoleh kepastian hukum kepada pemberian dan
penyelenggaraan pelayanan keperawatan.Keperawatan merupakan salah satu
profesi dalam dunia kesehatan.Sebagai profesi, tentunya pelayanan yang diberikan
harus professional, sehingga perawat/ners harus memiliki kompetensi dan
memenuhi standar praktik keperawatan, serta memperhatikan kode etik dan moral
profesi agar masyarakat menerima pelayanan dan asuhan keperwatan yang bemutu.

2. Undang-Undang yang Berkaitan dengan Praktik Keperawatan


a. UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan
Bab II (tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa pemerintah
mengatur kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan hukum.
b. UU No. 6 tahun 1963 tentang tenaga kesehatan
UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960.UU ini
membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana.Tenaga sarjana
meliputi dokter, doter gigi dan apoteker.Tenaga perawat termasuk dalam
tenaga bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah,
termasuk bidan dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas dibawah
pengawasan dokter, dokter gigi dan apoteker.Pada keadaan tertentu kepada
tenaga pendidik rendah dapat diberikaqn kewenangan terbats untuk
menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan langsung.

UU ini boleh dikatakan sudah using karena hanya mengklaripikasikan


tenaga kesehatan secara dikotomis (tenaga sarjana dan bukan sarjana).UU ini
juga tidak mengatur landasan hukum bagi tenaga kesehatan dalam
menjalankan pekerjaannya.Dalam UU ini juga belum tercantum berbagai jenis
tenaga sarjana keperawatan seperti sekarang ini dan perawat ditempatkan pada
posisi yang secara hukum tidak mempunyai tanggung jawab mandiri karena
harus tergantung pada tenaga kesehatan lainnya.
c. UU kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang wajib kerja paramedis
Pada pasal 2,ayat (3) dijelasakan bahwa tenaga kesehatan sarjana
muda, menengah dan rendah wqajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah
selama 3 tahun.Dalam pasal 3 dihelaskan bahwa selama bekerja pada
pemerintah, tenaga kesehatan yang dimaksut pada pasal 2 memiliki kedudukan
sebagain pegawai negeri sehingga peraturan-peraturan pegawai negeri juga
diberlakukan terhadapnya.UU ini untuk saat ini sudah tidak sesuai dengan
kemampuan pemerintah dalam mengangkat pegawai negeri. Penatalaksanaan
wajib kerja juga tidak jelas dalam UU tersebut sebagai contoh bagai mana
sisitem rekruitmen calon pesrta wajib kerja, apa sangsinya bila seseorang tidak
menjalankaqn wajib kerja dll. Yang perlu diperhatikan dalam UU ini,lagi
posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga
kesehatan akademis termasuk dokter, sehingga dari aspek propesionalisasian,
perawat rasanya masih jauh dari kewenangan tanggung jawab terhadap
pelayanannya sendiri.
d. SK Menkes No. 262/per/VII/1979 tahun 1979
Membedakan para medis menjadi dua golongan yaitu paramedic
keperawatan (termasuk bidan) dan paramedic non keperawata.Dari aspek
hukum, sartu hal yang perlu dicatat disini bahwa tenaga bidan tidak lagi
terpisah tetapi juga termasuk kategori tenaga keperawatan.
e. Permenkes. No. 363/ Menkes/ per/XX/1980 tahun 1980
Pemerintah membuat suatu pernyataan yang jelas perbedaan antara
tenaga keperawatan dan bidan.Bidan seperti halnya dokter, diizinkan
mengadakan praktik swasta, sedangkan tenaga keperawatan secara resmi
tidak diizinkan.Dokter dapat membuka praktik swasta untuk mengobati orang
sakit dan bidan dapat menolong persalinan dan pelayanan KB.Peraturan ini
boleh dikatakan kurang relevan atau adil bagi propesi keperawatan.
Kita ketahuai Negara lain perawat diizinkan membuka praktik swasta.
Dalam bidang kuratif banyak perawat harus menggantikan atau mengisi
kekujrangan tenaga dokter untuk mengobati penyakit terutam dipuskesmas-
puskesmas tetapi secara hukum hal tersebut tidak dilindungi terutama bagi
perawat yang memperpanjang pelayanan dirumah.Bila memang secara resmi
tidak diakui, maka seharusnya perawat dibebaskan dari pelayanan kuratif atau
pengobatan untuk benar-benar melakuan nursing care.
f. SK Mentri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 94/Menpan/
1986,tanggal 4 Nopember 1989, tentang jabatan fungsional tenaga
keperawatan dan system kredit poin.
Dalam system ini dijelaskan bahwa tenaga keperawatan dapat naik
jabatannya atau naik pangkatnya setiap 2 tahun bila memenuhi angka kredit
tertentu. Dalam SK ini, tenaga keperawatan yang dimaksud adalah :
penyenang kesehatan, yang sudah mencapai golongan II/a, Pengatur Rawat/
Perawat Kesehatan/Bidan, Sarjana Muda/D III Keperawatan dan Sarjana/S I
Keperawatan.
System ini menguntungkan perawat karena dapat naik pangkatnya dan
tidak tergantung kepada pangkat/ golongan atasannya
g. UU kesehatan No. 23 tahun 1992
Merupakan UU yang banyak member kesempatan bagi perkembangan
termasuk praktik keperawatan professional karena dalam UU ini dinyatakan
tentang standar praktik, hak-hak pasien, kewenangan, maupun perlindungan
hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan.
Beberapa pernyataan UU kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai
sebagai acuan pembuatan UU praktik keperawatan adalah :
1) Pasal 32 ayat 4
Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran
dan ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
2) Pasal 53 ayat I
Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesui dengan profesinya.

3) Pasal 53 ayat 2
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.

E. Tanggung Gugat dalam Keperawatan


Acountability : dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam
membuat suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-
konsekunsinya.
Tanggung Gugat dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam
membuat suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-
konsekuensinya. Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak
yang menggugat ia menyatakan siap dan berani menghadapinya. Terutama yang
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan profesinya.Perawat harus mampu untuk
menjelaskan kegiatan atau tindakan yang dilakukannya.
Hal ini bisa dijelaskan dengan mengajukan tiga pertanyaan berikut
1. Kepada siapa tanggung gugat itu ditujukan?
Sebagai tenaga perawat kesehatan prawat memiliki tanggung gugat terhadap
klien, sedangkan sebagai pekerja atau karyawan perawat memilki tanggung jawab
terhadap direktur, sebagai profesional perawat memilki tanggung gugat terhadap
ikatan profesi dan sebagai anggota team kesehatan perawat memiliki tanggung
gugat terhadap ketua tim biasanya dokter sebagai contoh:  perawat memberikan
injeksi terhadap klien. Injeksi ditentukan berdasarkan advis dan kolaborasi dengan
dokter, perawat membuat daftar biaya dari tindakan dan pengobatan yang diberikan
yang harus dibayarkan ke pihak rumah sakit.Dalam contoh tersebut perawat
memiliki tanggung gugat terhadap klien, dokter, RS dan profesinya.
2. Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat?
Perawat memilki tanggung gugat dari seluruh kegitan professional yang
dilakukannya mulai dari mengganti laken, pemberian obat sampai persiapan
pulang.Hal ini bisa diobservasi atau diukur kinerjanya.

3. Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik buruknya?
Ikatan perawat, PPNI atau Asosiasi perawat atau Asosiasi Rumah sakit telah
menyusunstandar yang memiliki krirteria-kriteria tertentu dengan cara
membandingkan apa-apa yang dikerjakan perawat dengan standar yang tercantum.
Baik itu dalam input, proses atau outputnya. Misalnya apakah perawat mencuci
tangan sesuai standar melalui 5 tahap yaitu mencuci kuku, telapak tangan, punggung
tangan, pakai sabun di air mengalir selama 3 kali dan sebagainya.
Tanggung Gugat artinya dapat memberikan alasan atas tindakannya.Seorang
perawat bertanggung gugat atas dirinya sendiri, klien, profesi, atasan, dan masyarakat.
Jika dosis medekasi salah diberikan, perawat  bertanggung gugat pada klien yang
menerima medekasi tersebut, dokter yang memprogramkan tindakan, perwat yang
menetapkan standar perilaku yang diharapkan, serta masyarakat, yang semuanya
menghendaki perilaku professional. Untuk dapat melakukan tanggung gugat, perawat 
harus bertindak menurut kode etik professional. Jika suatu kesalhan terjadi, perawat
melaporkannya dan memulai perawatan untuk mencegah trauma lebih
lanjut.Tanggung gugat memicu evaluasi efektifitas perawat dalam praktik. Tanggung
gugat professional memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengevaluasi praktisi professional baru dan mengkaji ulang yang telah ada.
2. Untuk mempetahankan standar perawatan kesehatan.
3. Untuk memudahkan refleksi pribadi, pemikiran etis, dan pertumbuhan pribadi pada
pihak profesional perawatan kesehatan.
4. Untuk memberikan dasar pengambilan keputusan etis.
Untuk dapat bertanggung gugat, perawat melakukan praktik dalam kode
profesi.Tanggung gugat membutuhkan evaluasi kinerja perwat dalam memberikan
perawatan kesehatan.Joint commission on accreditation of healthcare organization
(JCAHO) telah merekomendasikan penetapan standar pemberian asuhan
keperwatan.Standar tersebut dikembangkn oleh ahli klinis, memberikn struktur dasar di
mana asuhan keperawatan secara objektif diukur.Standar tersebut tidak membatasi
kebutuhan rencana perawatan individu, bahkan, perawat justru memasukan standar
tersebut kedalam rencana perawatan untuk setiap klien.Tanggung gugat dapat dijamin
dan diukur dengan lebih baik ketika “kualitas perawatan” telah ditetapkan.Sebagian
besar instituisi menyandarkan panduan yang ditawarkan berdasarkan JCAHO dan
ANA.

a. Tanggung Gugat Pada Setiap Tahap Proses Keperawatan


1) Tahap pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang mempunyai
tujuan mengumpulkan data. Perawat bertanggunggugat untuk pengumpulan
data/informasi, mendorong partisipasi pasien dan penentuan keabsahan data
yang dikumpulkan.Pada saat mengkaji perawat bertanggung gugat untuk
kesenjangan-kesenjangan dalam data atau data yang bertentangan, data yang
tidak/kurang tepat atau data yang meragukan.
2) Tahap diagnosa keperawatan
Diagnosa merupakan keputusan profesional perawat menganalisa data dan
merumuskan respon pasien terhadap masalah kesehatan baik aktual atau
potensial.Perawat bertanggunggugat untuk keputusan yang dibuat tentang
masalah-masalah kesehatan pasien seperti pernyataan diagnostik.Masalah
kesehatan yang timbul pada pasien apakah diakui oleh pasien atau hanya
perawat.Apakah perawat mempertimbangkan nilai-nilai, keyakinan dan
kebiasan/kebudayan pasien pada waktu menentukan masalah-masalah
kesehatan.Pada waktu membuat keputusan para perawat bertanggung gugat
untukmempertimbangkan latar belakang sosial budaya pasien.
3) Tahap perencanaan
Perencanaan merupakan pedoman perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan, terdiri dari prioritas masalah, tujuan serta rencana kegiatan
keperawatan. Tanggung gugat yang tercakup pada tahap perencanaan meliputi:
penentuan prioritas, penetapan tujuan dan perencanaan kegiatan-kegiatan
keperawatan. Langkah ini semua disatukan kedalam rencana keperawatan
tertulis yang tersedia bagi semua perawat yang terlibat dalam asuhan
keperawatan pasien.Pada tahap ini perawat juga bertanggunggugat untuk
menjamin bahwa prioritas pasien juga dipertimbangkan dalam menetapkan
prioritas asuhan.
4) Tahap implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari rencana asuhan
keperawatan dalam bentuk tindakan-tindakan keperawatan.Perawat
bertanggung gugat untuk semua tindakan yang dilakukannya dalam
memberikan asuhan keperawatan.
Tindakan-tindakan tersebut dapat dilakukan secara langsung atau
dengan bekerjasama dengan orang lain atau dapat pula didelegasikan kepada
orang lain. Meskipun perawat mendelegasikan suatu kegiatan kepada
oranglain, perawatt tersebut harus masih tetap bertanggung gugat untuk
tindakan yang didelegasikan dan tindakan pendelegasiannya itu sendiri.
Perawat harus dapat memberi jawaban nalar tentang mengapa kegiatan
tersebut didelegasikan, mengapa orang itu yang dipilih untuk melakukan
kegiatan tersebut dan bagaimana tindakan yang didelegasikan itu
dilaksanakan.Kegiatan keperawatan harus dicatat setelah dilaksanakan, oleh
sebab itu dibuat catatan tertulis.
5) Tahap evaluasi
Evaluasi merupakan tahap penilaian terhadap hasil tindakan keperawatan yang
telah diberikan, termasuk juga menilai semua tahap proses keperawatan.
Perawat bertanggung gugat untuk keberhasilan atau kegagalan tindakan
keperawatan.Perawat harus dapat menjelaskan mengapa tujuan pasien tidak
tercapai dan tahap mana dari proses keperawatan yang perlu dirubah.

b. Mempertahankan Akontabilitas Profesional dalam Asuhan Keperawatan


1) Terhadap Diri Sendiri
a) Tidak dibenarkan setiap personal melakukan tindakan yang
membahayakan keselamatan status kesehatan pasien.
b) Mengikuti praktek keperawatan berdasarkan standar baru dan
perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi canggih.
c) Mengembangkan opini berdasarkan data dan fakta.
2) Terhadap Klien atau Pasien
a) Memberikan informasi yang akurat berhubungan dengan asuhan
keperawatan.
b) Memberikan asuhan keperawatan berdasarkan standar yang menjamin
keselamatan, dan kesehatan pasien.
3) Terhadap Profesinya
a) Berusaha mempertahankan, dan memelihara kualitas asuhan keperawatan
berdasarkan standar, dan etika profesi.
b) Mampu dan mau mengingatkan sejawat perawat untuk bertindak
profesional, dan sesuai etik moral profesi.
4) Terhadap Institusi/Organisasi
Mematuhi kebijakan dan peraturan yang berlaku, termasuk pedoman yang
disiapkan oleh institusi atau organisasi.
5) Terhadap Masyarakat
Menjaga etika dan hubungan interpersonal dalam memberikan pelayanan
keperawatan yang berkualitas tinggi.
c. Jenis Atau Macam-Macam Tanggung Gugat Perawat
Istilah tanggung gugat, merupakan istilah yang baru berkembang untuk
meminta pertanggung jawaban seseorang karena kelalaiannya menimbulkan
kerugian bagi pihak lain. Di bidang pelayanan kesehatan, persoalan tanggung gugat
terjadi sebagai akibat adanya hubungan hukum antara tenaga medis (dokter, bidan,
perawat) dengan pengguna jasa (pasien) yang diatur dalam perjanjian.Tanggung
Gugat dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu
keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-konsekunsinya. Perawat
hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggugat ia
menyatakan siap dan berani menghadapinya. Terutama yang berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan profesinya.Perawat harus mampu untuk menjelaskan kegiatan
atau tindakan yang dilakukannya.
Macam-Macam Jenis Tanggung Gugat:
1) Contractual Liability. 
Tanggung gugat jenis ini muncul karena adanya ingkar janji, yaitu tidak
dilaksanakannya sesuatu kewajiban (prestasi) atau tidak dipenuhinya sesuatu
hak pihak lain sebagai akibat adanya hubungan kontraktual. Dalam kaitannya
dengan hubungan terapetik, kewajiban atau prestasi yang harus dilaksanakan
oleh health care provider adalah berupa upaya (effort), bukan hasil (result).
Karena itu dokter atau tenaga kesehatan lain  hanya bertanggunggugat atas
upaya medik yang tidak memenuhi standar, atau dengan kata lain, upaya
medik yang dapat dikatagorikan sebagai civil malpractice

2) Liability in Tort
Tanggung gugat jenis ini merupakan tanggung gugat yang tidak didasarkan
atas adanya contractual obligation, tetapi atas perbuatan melawan hukum .
Pengertian melawan hukum tidak hanya terbatas pada perbuatan yang
berlawanan dengan hukum, kewajiban hukum diri sendiri atau kewajiban
hukum orang lain saja tetapi juga yang berlawanan dengan kesusilaan yang
baik & berlawanan dengan ketelitian yang patut dilakukan dalam pergaulan
hidup terhadap orang lain atau benda orang lain (Hogeraad, 31 Januari 1919).
3) Strict Liability 
Tanggung gugat jenis ini sering disebut tanggung gugat tanpa kesalahan
(liability whitout fault) mengingat seseorang harus bertanggung jawab
meskipun tidak melakukan kesalahan apa-apa; baik yang bersifat intensional,
recklessness ataupun negligence. Tanggung gugat seperti ini biasanya berlaku
bagi product sold atau article of commerce, dimana produsen harus membayar
ganti rugi atas terjadinya malapetaka akibat produk yang dihasilkannya,
kecuali produsen telah memberikan peringatan akan kemungkinan terjadinya
risiko tersebut
4) Vicarious Liability
Tanggung gugat jenis ini timbul akibat kesalahan yang dibuat oleh
bawahannya (subordinate).Dalam kaitannya dengan pelayanan medik maka
RS (sebagai employer) dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dibuat
oleh tenaga kesehatan yang bekerja dalam kedudukan sebagai sub-ordinate
(employee).

F. Perjanjian/Kontrak dalam Keperawatan


Kontrak mengandung arti ikatan persetujuan atau perjanjian resmi antara dua
atau lebih partai untuk mengerjakan sesuatu atau tidak.Dalam konteks hukum, kontrak
sering disebut dengan perikatan atau perjanjian. Perikatan artinya mengikat orang yang
satu dengan orang lain.
Hukum perikatan di atur dalam UU Hukum Perdata pasal 1239:
“semuaperjanjian baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak mempunyai
nama tertentu, tunduk pada ketentuan-ketentuan umum yang termasuk dalam bab ini
dan bab yang lalu.” Lebih lanjut menurut ketentuan pasal 1234 KUHPdt, setiap
perikatan adalah untuk memberikan, berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu.
Perjanjian dapat diaktakan sah bila memenuhi syarat sebagai berikut :
1) Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang membuat janji (Consencius)
2) Ada kecakapan terhadap pihak-pihak untuk membuat perjanjian (Capacity)
3) Ada sesuatu hal tertentu (a certain subject matter) dan ada sesuatu sebab yang halal
4) Kontrak perawat pasien dilakukan sebelum melakukan asuhan keperawatan
5) Kontrak juga dilakukan sebelum menerima dan diterima di tempat kerja
6) Kontrak perawat pasien digunakan untuk melindungi hak-hak kedua belah pihak
yang bekerjasama
7) Kontrak juga untuk menggugat pihak yang melanggar kontrak yang di sepakati.

 
BAB III

PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberiakn kritikk dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulis makalah
ini di kesempatan-kesempatan berikutnya,.semoga makalah ini berghuna bagi poenyuulids
pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

3.1 Kesimpulan

Keperawatan sebagai suatu profesi bertanggung jawab dan brtanggung gugat atas
pelayanan/asuhan keperawatan harus berdasarkan pada landasan hukum dan etika
keperawatan.Standar asuhan perawatan di Indonesia sangat diperlukan untuk melaksanakan
praktek keperawatan,sedangkan etika keperawatan telah diatur oleh organisasi profsi,hanya
saja kode etik yang dibuat masih sulit dilaksanakan dilapangan karena bentuk kode etik yg
ada masih belum dijabarkan secara terinci dan lengkap dalam bentuk petunjuk tekhnis.

Etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap perilaku yang dipertanggung


jawabkan ,etik bicara tentang hal yang benar dan hal yang salah dan didalam etik terdapat
nilai-nilai moral yang merupakan dasar dari perilaku manusia(niat). Prinsip –prinsip moral
telah banyak diuraikan dalam teori termasuk didalamnya bagaimana nilai-nilai moral di
dalam profsi keperawatan. Penerapan nilai moral professional sangat penting dan sesuatu
yang tidak boleh di tawar lagi dan harus dilaksanakan dalam praktek keperawatan.

Setiap manusia mempunyai hak dasar dan hak untuk berkembang dmikian juga bagi
pasien sebagai penerima asuhan keperawatan mempunyai hak yang sama walaupun sedang
dalam kondisi sakit. Demikian juga perawat sebagian pemberi asuhan keperawatan
mempunyai hak dan kewajiban masing-masing. Kedua-duanya mepunyai hak dan kewajiban
sesuai posisinya. Disinilah sering terjadi dilemma etik,dilemma etik merupakan bentuk
konflik yang terjadi disebabkan oleh beberapa factor,baik factor internal maupun
ekstrnal,disamping itu karena adanya interaksi atau hubungan yang saling membutuhkan.
Oleh sebab itu dilemma etik harus diselesaikan baik pada tingkat individu dan institusi serta
organisasi profsi dengan penuh tanggung jawab

3.2 Saran
1. Pentingnya membuat standar praktek keperawatan yang jelas dan dapat
diprtanggung jawabkan.
2. Perlunya peraturan atau perundang-undangan yang mengatur dan sebagai
bentuk pelindung hukum baik pemberi dan penerima praktek keperawatan.
3. Kode etik di Indonesia yang sudah ada perlu didukung dengan adnya
perangkat-perangkat aturan yang jelas agar dapat dilaksanakan secara baik
dilapangan.
4. Sebgai seorang mahasiswa,khususnya mahasiswa fakultas keperawatan kita
harus mengetahui dengan pasti segala bentuk etim maupun isu eti
keperawatan,dan makalah ini merupakan salah satu bagian pembelajran yg
sesuai.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Mengetahui Legislasi Praktik Keperawatan.
http://bkulpenprofil.blogspot.com/2013/10/mengetahui-legislasi-praktik-keperawatan.html.
Diakses tanggal 16 September 2014.

Bertens, K.2001. Etika. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Dewi, Virgiyati Tungga. 2013. Tanggung Jawab dan Tanggung


Gugat.http://virgiyatitd.blogspot.com/2013/04/tanggung-jawab-dan-tanggung-gugat.html.
Diakses tanggal 16 September 2014.

Dicky.2013. Pola Hubungan Kerja Perawat dalam Praktik


Profesional.http://putrakietha.blogspot.com/2013/11/pola-hubungan-kerja-perawat-
dalam.html#ixzz3DUpWd8di. Diakses tanggal 16 September 2014.

Didit, Ditya. 2011. Praktik Keperawatan. http://dityanurse.blogspot.com/2011/04/praktik-


keperawatan.html. Diakses tanggal 16 September 2014.

Hazel. 2014. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat.http://yonokomputer.com/2014/03/tanggung-


jawab-dan-tanggung-gugat/. Diakses tanggal 16 September 2014.

Ismani, Nila.2001. Etika Kperawatan. Jakarta : Widya Merdeka

Kozier, Barbara, dkk. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.

Kozier,(2000).Fundomentals of Nursing :concept theory andpractices.Philadelphia. Addison


Wesley.

Krista. 2011. Praktek Keperawatan Profesional. http://ns-krista.blogspot.com/2011/11/praktek-


keperawatan-profesional.html. Diakses tanggal 16 September 2014.

Lukman.2011. Prinsip Moral dan Legalisasi.http://lukman-


goresanpenakehidupan.blogspot.com/2011/05/prinsip-moral-dan-legalisasi.html. Diakses
tanggal 16 September 2014.
Moshii, El. 2013. Makalah Aspek Legal Keperawatan. (http://el-
moshii.blogspot.com/2013/11/makalah-aspek-legal-keperawatan.html.Diakses 16 September
2014

Notoatmodjo, Soekijo.2010. Etika dan Hukkum Kesehatan.Jakarta : PT Rineka Cipta

Nukienut. 2011. Tanggung Jawab Perawat. http://nutnyildnyild.blogspot.com/2011/05/tanggung-


jawab-perawat.html. Diakses tanggal 16 September 2014.

Potter, Patricia A., dan Anne G. Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.

Prasetyo, Agus. 2013. Aspek Hukum dalam Praktek


Keperawatan.http://akpermalahayatimedan.blogspot.com/2013/05/aspek-hukum-dalam-
praktek-keperawatan.html. Diakses tanggal 16 September 2014.

Rizka, Aditya. 2012. Aspek Legal Praktik dalam Keperawatan.


http://theadityarizka.blogspot.com/2012/11/aspek-legal-praktik-dalam-keperawatan.html.
Diakses tanggal 16 September 2014.

Roper,nancy.1996. Prinsip-prinsip Keperawatan.Yogyakarta :Abdi Yogyakarta

Shabrina Azzahra. 2012. Isu Legal Dalam Praktik


Keperawatan.http://shabrinaazz.blogspot.com/2012/12/isu-legal-dalam-praktik-
keperawatan.html. Diakses tanggal 16 September 2014.

Weitzel, marlene.1984. Dasar-dasar ilmu Keperawatan. Jakarta : Gunung Agunng

Anda mungkin juga menyukai