Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN

OLEH

Disusun Oleh:
Onis Rohnenti, NIM ns231212210
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pengertian etika keperawatan adalah cabang utama filsafat yang
mempeljar nilai atau kualitas yang menjadi study mengenai standar
penilaian moral. Etika mnecangkup analissi dan penerapan konsep seperti
benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. (Agus:2015)
Praktik keperawan adalah diberikan berdasarkan ilmu pengetahuan,
dengan menggunakan metodologi keperawatan dan dilandasi kode etik
keperawatan. Kode etik keperwatan mengatur hubungan antara perawat
dan pasien, perawat terhadap petugas, perawat tehadap anggota tim
kesehatan, perawat terhadap profesi dan perawat terhadap pemerintah
bangsa dan tanah air. Setiap perawat akan memperoleh arahan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan yang merupakan tanggung jawab
moralnya dan tidak akan membuat keputusan dengan sebarangan.
Prinsip etika profesi merupakan sikap dasar yang harus dimiliki oleh
setiap prifesi. Prinsip etika profesi dapat juga diartikan sebagai tuntunan
yang harus diamalkan oleh profesi dalam menjalankan tugas
keprofesiannya terutama dalam melayanikliennya. Bagi profesi
keperawatan merupakan amalan yang baik yang harus dilakukan.
(Siswanto:2013)
Norma-norma dalam etika kesehatan dibentuk oleh tenaga profesi
kesehatan itu sendiri, yang bila dihimpun sering disebut sebgai kode etik.
Kode etik kepertawartan merupakan suatu pernyataan komperhensif dari
profesi yang memberikan tuntunan bagi anggotanya dalam melaksnakan
praktik keperawatan, baik yang berhubungan dengan pasien, masyarakat,
teman sejawat, dan diri sendiri. Kode etik diorganisasikan dalam nilai
moral yang merupakan pusat bagi keperawatan yang sesuai dengan etika
semuanya bermuara dalam hubungan professional perawat dengan klien
dan menunjukkan apa yang dierduliakan perawat dalam hubungan tersebut.
Nilai-nilai tersebut adalah prinsip penghargaan (respek) terhadap
orang, dari prinsip penghargan timbul prinsip otonomi yang bekenaan
dengan hak orang lain.

Prinsip veracity merupakan suatu kewajiban untuk mengatan yang


sebenarnya atau
untuk tidak membohongi orang lain. Prinsipconfidintiality (kerahasiaan)
berarti perawat menghargai semua informasi tnetang klien merupakan hak
istimewa pasien dan tidak untuk disebarkan secara tidak tepat. Fidentilinty
atau kesetiaan , berarti perawat bekewajiban untuk setia dengan
kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat, meliputi menempaati
janji, menyimpan rahasia. Perinsip justice (keadilan), merupakan prinsip
keadilan untuk berlaku adil untuk setiap individu.
Semua nilai-nilai molral tersebut selalu dan harus dijalankan pada setap
pelaksanaan praktek keperawatan dan selama berinteraksi dengan pasien
dan tenaga kesehataan lain. Kondisi inilah yang sering kali menimbulkan
konflik dilema etik. Maka penyelesaian dari dilemma etik tersebut harus
dengan yang bijak dan saling memuaskan baik pemberi asukan
keperawatan (perawat), pasien dan profesi lain (teman sejawat).
1.2 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas makalah etika keperawatan
2. Untuk mengetahui prinsip prinsip etika keperawatan : otonomi,
beneficence, justice, moral right, nilai dan norma masyarakat.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian etik dan etika ?
2. Apa Tujuan dan fungsi etika keperawatan ?
3. Apa Prinsip – prinsip etik dan Tipe – tipe etik ?
4. Apa Pengertian Teori etik ?
5. Apa Nilai moral dan Nilai – nilai esensial dalam profesi ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika


Etika adalah kata yang berasal dai yunani yaitu etos yang berarti
kebiasaan atau model perilaku, atau standar yang diharapkan dan kriteria
tertentu untuk suatu tindakan, etika juga dapat di artikan segala sesuatu yang
berhubungan dengan pertimbangan pembuatan keputusan, benar atau
tidaknya suatu perbuatan. Maka dapat di artikan bahwa etika adalah
peraturan atau norma yang dapat di artikan sebagai acuan.

Pada hakikatnya keperawatan sebagai profesi senantiasa mengabdi


kepada kemanusiaan mendahulujkan kepentingan diatas kepentingan pribadi,
bentuk pelayanan berbentuk humanistik, menggunakan endekan secara
holistik, dilaksanakan pada ilmu dan kiat keperawatan serta menggunakan
kode etik sebagai tuntunan utanma dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Dengan memahami konsep etik , setiap perawat akan memperoleh arahan
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. yang merupakan tanggung jawab
moralnya dan tidak akan membuat keputusan secara sembarangan.

Norma-norma dalam etika kesehatan dibentuk oleh kelompok profesi


tenaga kesehatan itu sendiri, yang bila dihimpun (dimodifikasikan) sering
disebut dengan kode etik. Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan
komperhensif dari profesi yang memberikan tuntunan bagi anggotanya dalam
melaksanakan praktik keperawatan, baik yang berhubungan dengan pasien,
masyarakat,teman sejawat dan diri sendiri.

2.2 Pengertian Etik


Etik adalah ilmu yang mempelajari baik buruknya perbuatan secara
moral. Moral adalah perilaku yang di harapkan oleh masyarakat atau
merupakan standar yang harus di peratikan seorang bergabung dengan
kelompok atau anggota masyarakat tersebut. Etik juga diatur oleh kode etik.
Kode etik adalah pedoman tertulis yang mengatur tentang norma norma
berperilaku.
2.3 Pengertian Etiket
Etiket adalah kebiasaan yang telah disepakati bersama dan digunakan
sehari hari. Maka dapat di artikan bahwa etiket adalah perilaku seorang sehari
hari.
2.4 Perbedaan Etiket dan Etika
a. Etiket cara yang tepat atau ditentukan dalam kalangan masyarakat tertetu.
Sedangkan etika memberi norma tentang suatu perbuatan apakah suatu
perbuatan boleh dilakukan boleh atau tidak.
b. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan yang membutuhkan kehadiran orang
lain. Sedangkan etika selalu berlaku, meskipun tidak ada orang yang
menyaksikan
c. Etiket bersifat relative kaena ukuran sopan santun anatara masyarakat satu
dengan lainnya. Sedangkan etika lebih bersifat mutlak atau tidak dapat
diganggu gugat.
d. Etiket menyangkut aspek lahiriah atau dapat dilihat oleh masyarakat.
Sedangkan etika menyangkut aspek batiniah.
2.5 Kode Etik Keperawatan
Kode etik profesi merupakan pernyataan yang komperhensif dari bentuk
tugas dan pelayanan dari profesi yang memberi tuntunan bagi anggota dalam
melaksanakan praktek dibidang profesinya.baik yang berhubungan dengan
pasien,keluarga,masyarakat dan teman sejawa,.profesi dan diri sendiri
.sedangkan kode etik keperawatan merupakan daftar perilaku atau bentuk
pedoman/panduan etik prilaku profesi keperawatan secara professional
(Aiken,2003).Dengan tujuan utama adanya kode etik keperawatan adalah
memberikan perlindugan bagi pelaku dan penerima praktik keperawatan.
Kode etik profesi disusun dan disahkan oleh organisasi profesinya sendiri
yang akan membina anggota profesinya baik secara nasional maupun
internasional (rejeki,2005).konsep etik yang merupakan panduan profesi
merupakan tanggung jawb dari anggota untuk melaksanakannya.profesi
keperawatan sebagai profesi yang professional dan mempunyai nilai-nilai
moral dalam melakukan praktiknya maka kode etik sangatlah diperlukan.
perawat sebagai anggota profesi keperawtan hendaknya menjalankan kode etik
keperawatan yang telah dibuat dengan sebaik-baiknya dengan tetap memegang
teguh dan selalu dilandasi oleh nilai-nilai moral profesionalnya.(M
isparsi,2005).

Etika keperawatan memberikan keputusan tentang tindakan yang


diharapkan benar-benar tepat atau bermoral. Etika keperawatan sebagai
pedoman menunmbuhkan tanggung jawab atau kewajiban bagi anggotanya
tentang hak-hak yang diharapkan oleh orang lain. Anggota profesi mempunyai
pengetahuan atau keterampilan khusus yang dipergunakan untuk membuat
keputusan yang mempengaruhi orang lain. (samporno,2005).
Etika profesi keperawatan merupakan practice discipline dan sebagai
implimentasi diwujudkan dalam asuhan praktik keperawatan. Perawat harus
membiasakan diri untuk sepenuhnya menerapkan kode etik yang ada sebagai
gambaran tanggung jawab dalam praktik keperawatan. (priharjo,1995).

2.6 Tujuan dari etika keperawatan adalah :

Mengidentifikasi, mengorganisasikan, memeriksa dan membenarkan


tindakan-tindakan kemanusiaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tertentu
Menegaskan tentang kewajiban-kewajiban yang diemban oleh perawat dan
mencari informasi mengenai dampak-dampak dari keputusan perawat.

Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi


yang memberikan tuntutan bagi anggotanya dalam melaksanakan praktek
keperawatan, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga masyarakat,
teman sejawat, diri sendiri dan tim kesehatan lain. Pada dasarnya, tujuan kode
etik keperawatan adalah upaya agar perawat, dalam menjalankan setiap tugas
dan fungsinya, dapat menghargai dan menghormati martabat manusia. Tujuan
kode etik keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :

Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien,
teman sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan
maupun dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.

Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang silakukan oleh praktisi


keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan
tugasnya.Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan
tugasnya diperlakukan secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat.

Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan kepoerawatan agar


dapat menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional
keperawatan.

Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai / pengguna tenaga


keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas
praktek keperawatan. ( PPNI, 2000 )

2.7 Pentingnya Etika,


dalam profesi keperawatan merupakan alat pengukur perilaku moral dalam
keperawatan. Dalam penyusunan alat pengukur ini, keputusan diambil
berdasarkan pada kode etik sebagai standar yang mengukur dan mengevaluasi
perilaku perawat dengan menggunakan kode etik keperawatan, organisasi
profesi keperawatan dapat meletakkan kerangka berpikir perawat untuk
mengambil keputusan dan bertanggung jawab kepada masyarakat, anggota tim
kesehatan lain, dan kepada profesi.
Untuk itu, etika keperawatan saat ini penting sekali untuk dilakukan agar
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan berperilaku sesuai dengan kode
etik keperawatan sehingga tidak menimbulkan kerugian pada pasien. Kerugian
yang dialami pasien akan menyebabkan ketidakpuasan pasien yang berdampak
pada citra perawat dan profesi keperawatan. Etika keperawatan tersebut diatur
didalam kode etik keperawatan. Di beberapa Negara dimana perawat tidak
mempunyai kode etik dalam penggunannya. Namun tidak ada jaminan bahwa
perawat yang dinegaranya terdapat kode etik atau tidak ada kode etik akan
memberikan perawatan pasien dengan etika (Leino,2006).
Menurut Lin et al, (2013) menyatakan bahwa salah satu cara melaksanakan
etika profesi keperawatan adalah dengan menjaga privasi klien dan
meningkatkan kepuasan klien terhadap layanan asuhan keperawatan.
Pendekatan lingkungan yang dilakukan adalah dengan memberikan privasi dan
kenyamanan klien pada saat dirumah sakit.
Dalam berkomunikasi kita sebagai perawat etika juga sangat penting karena
dengan kita beretika yang baik komunikasi kepada pasien, keluarga
pasien,Kolega, dan masyarakat akan lancar terjalin dengan baik.
2.8 Prinsip-prinsip etika keperawatan
Prinsip etika keperawatan adalah menghargai hak dan martabat
manusia, tidak akan pernah berubah. Prinsip ini juga diteapkan baik dalam
bidang pendidikan maupun pekerjaan. Juga dalam hak-haknya memperoleh
pelayana kesehatan. Ketika menambil keputusan klinis, perawat seringkali
mengandalkan pertimbangan mereka dengan menggunakan kedua
konsekwensi dan prinsip serta kewajiban moral yang universal. Hal yang
fundamental dari prinsip ini adalah pengharggan atas sesama.
Macam-macam prinsip etika keperawatan
1. Autonomy (Otonomi)
Prinsip otonomi didasarkan keyakinan bahwa individu mampu
berfikir logis dam memutuskan. Prinsip otonomi ini adalah bentuk
respek terhadap seseorang, di pandang sebagai persetujuan tidak
memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
Perawatan professional mereflesikan otonomi saat perawat menghargai
hak hak pasien dalam membuat keputusan tentang keperawatan
dirinya. Dengan kata lain otonomi adalah hak dari pasien untuk
memulai dengan yang kita sarankan atau mengatur dirinya sendiri.
2. Beneficience (berbuat baik)
Benefisiensi berarti mengajarkan sesuatu yang baik dengan
lainya. Kebaikan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau
kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan dari dan
orang lain. Dapat di
artikan juga melakukan yang baik dan tidak merugikan pasien atau tidak
menimbulkan bahaya bagi pasien.
3. Justice (keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal, dan
kemanusiaan. Nilai ini di reflesikan dalam praktek professional ketika
perawat bekerja untuk hal yang benar sesuai hukum, standar praktek
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
Justice dapat di artikan juga prinsip untuk bertindak keadilan
bagi setiap individu, setiap individu mendapat perlakuan dan tindak
yang sama.
4. Nonmelesicience (tidak merugikan)
Prinsip ini berarti segala tindakan yang dilakukan pada klien
tidak menimbulkan bahaya atau cidera secara fisik dan psikologis.
Biasanya sama artinya dengan beneficience.
5. Veracity (kejujuran)
Prinsip veracity yaitu penuh dengan kebenaran. Nilai ini
diperlukan oleh pemberian layanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien
sangat mengerti. Prinsip ini berhubungan dengan kemampuan
seseorang untuk mengatakan kebenaran. Dengan kata lain prinsip ini
merupakan prinsip moral dimana kita mempunyai kewajiban untuk
mengatakan yang sebenarnya atau tidak membohongi orang lain atau
pasien.
6. Fidelity (loyality/ketaatan)
Prinsip fidelity di butuhkan untuk menghargai janji dan
komitmenya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmenya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia pasien.
7. Akuntabilitas
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa
tanggung
jawab pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai
orang lain. Akuntabilitas merupakan standar pasti yang mana tindakan
seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau
tanpa terkecuali.
2.9 Contoh Prinsip-prinsip Etika Keperawatan.
1. Prinsip Keadilan
Semua pasien berhak mendapatkan pelayanan yang sama tidak
membeda-bedakan dalam apapun.
2. Prinsip Otonomi
Bawahan mengatur sendiri apa yang seharusnya di jalankan tetapi tetap
di awasi oleh atasan
3. Prinsip kejujuran
Perawat tidak boleh membocorkan informasi yang di peroleh dari
pasien.
4. Prinsip Benefisience
Setiap perawat harus dapat merawat dan memperlakukan pasien
dengan baik.
5. Prinsip Nonmaleficience
Saat menangkap klien yang jatuh, perawat memegang klien dengan
cukup erat sehingga menyebabkan lebam pada lengan klien.

2.10 Teori Etika Keperawatan

Perawat sebagai profesi yang ikut serta dalam mengusahakan


tercapainya kesejahteraan fisik, material dan mental spiritual bagi masyarakat,
selalu berpedoman pada sumbernya, yaitu kebutuhan pelayanan keperawatan
masyarakat. Perawat dibutuhkan secara universal bagi klien. Oleh karena itu,
pelayanan yang diberikan perawat harus baik dan benar. Melaksanakan tugas
yang profesional perawat harus berdaya guna serta ikhlas memberikan
pelayanan yang bermutu dengan memelihara dan meningkatkan integritas
pribadi yang luhur.
Upaya untuk memberikan keperawatan bermutu ini dapat dimulai perawat dari
adanya rasa tanggung jawab perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
secara profesional.
Keperawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga dan masyarakat.
Sebagai salah satu tenaga profesional, keperawatan menjalankan dan
melaksanakan kegiatan praktek keperawatan dengan mengunakan ilmu
pengetahuan dan teori keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan .
Dalam melaksanakan tugas keperawatan, seorang perawat harus mengambil
keputusan dalam upaya palayanan keperawatan klien. Keputusan yang diambil
berdasarkan pertimbangan dan kemampuan secara ilmiah dan beretika. Hal
yang baik bagi pelayanan keperawatan dapat dilihat dari norma, standar
professional dan keyakinannya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang sangat besar.
Manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menggunakan rasa, karsa dan daya cipta yang dimiliki. Kemajuan inilah yang
menimbulkan berbagai permasalahan atau dilemma etika kesehatan yang
sebagian besar belum teratasi. Salah satu bidang iptek yang berkembang pesat
dewasa ini adalah teknologi reproduksi. Teknologi reproduksi adalah ilmu
reproduksi atau ilmu tentang perkembangbiakan yang menggunakan peralatan
serta prosedur tertentu untuk menghasilkan suatu produk (keturunan). Salah
satu teknologi reproduksi yang telah banyak dikembangkan adalah inseminasi
buatan. Inseminasi buatan merupakan terjemahan dari artificial insemination
yang berarti memasukkan cairan semen (plasma semen) yang mengandung sel-
sel kelamin pria (spermatozoa) yang diejakulasikan melalui penis pada waktu
terjadi kopulasi atau penampungan semen terhadap sel telur wanita. Hal ini
akhirnya memunculkan isu etis yaitu masalah-masalah etis yang berkembang
dalam dilema etik itu sendiri.
Contoh kasus nya misalnya ada seorang pasien bernama ibu Desi yang berusia
40 tahun,setelah 10 tahun menikah namun dia belum dikaruniai seorang
anak,setelah dites kehamilan ibu tersebut mengalami endometriosis ringan,dan
pasien tersebut sangat menginginkan punya anak sendiri dan bukan anak dari
adobsi,dan pasien tersebut ingin melakukan inseminasi buatan atau bayi
tabung,namun dilihat dari umur nya yang memang cukup tua untuk dilakukan
tindakan tersebut,pihak rumah sakit sudah memberitahukan resiko-resiko apa
saja yang mungkin muncul jika ibu Desi melakukan inseminasi buatan kepada
nya,salah satu resiko nya adalah dampak dari pemasangan bayi tabung itu
sendiri seperti pendarahan saat tahap pengambilan telur,infeksi,keguguran
yang mencapai 20%,trauma, Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS) dll
sedangkan bagi anak hasil dari pemasangan bayi tabung seperti cacat
bawaan,lupus,dan apabila bayi dewasa bisa lebih mudah terserang tekanan
darah tinggi,diabetes,jantung,stroke dll juga yang paling penting tingkat
keberhasilan dari pemasangan bayi tabung pada usia tua kurang dari 30 %
.Dari tim rumah sakit tidak mau mengambil resiko besar untuk
kedepannya,namun ibu Desi tetap bersikeras ingin melakukannya dan ingin
memiliki keturunan. Apabila pihak keluarga meminta pendapat kita sebagai
perawat apakah sebaiknya dilakukan inseminasi buatan atau tidak,bagaimana
pendapat kita berdasarkan ethical theories.
Pada kasus ini,perawat dimintai pendapatnya apakah sebaiknya dilakukan
inseminasi buatan atau tidak ,maka menurut perspektif teori etik deontologi
perbuatan menjadi baik bukan dilihat dari hasilnya melainkan karena
perbuatan tersebut wajib dilakukan,perawat tetap menyerahkan semua hak
kepada pasien untuk menentukan akan dilakukan tindakan atau keputusan
berdasarkan rencana yang dipilihnya (hak otonomi). Dengan teori
utilitarianisme dan konsekuensi suatu perbuatan adalah baik jika membawa
manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang
melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Jadi sebaik nya ibu tersebut tidak
dilakukan pemasangan bayi tabung karena banyak kerugian yang ditimbulkan
baik dari pasien maupun janin nya nanti, yang perlu dilakukan adalah
menjelaskan dengan baik,dampak pemasangan bayi tabung kepada ibu Desi .
Dalam konsep teori virtue atau keutamaan yaitu memandang sikap atau akhlak
seseorang dan mengukur perbuatan dengan prinsip dan norma . Perawat harus
menghormati(respect)terhadap segala keputusan pasien,tetap berbuat baik,adil
dengan memberikan apa yang menjadi haknya,bijaksana, Peduli kepada klien
merupakan salah satu aspek dari prinsip keataatan. Peduli kepada klien
merupakan komponen paling penting dari praktik keperawatan, terutama pada
klien dalam keadaan terminal. Rasa kepedulian perawat diwujudkan dalam
memberi perawatan dengan pendekatan individual, bersikap baik kepada klien,
memberikan kenyamanan, dan menunjukkan kemampuan professional .

Perawat harus berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara mandiri


atau secara bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan untuk
menyelesaikan suatu dilema etik Dalam membuat keputusan terhadap masalah
dilema etik, perawat dituntut dapat mengambil keputusan yang
menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak bertentang dengan nilai-nilai
yang diyakini pasien. Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan tidak ada
pihak yang dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu asuhan
keperawatan dapat dipertahankan.

PENGEMBANGAN DAN TRANSMISI NILAI-NILAI

Individu tidak lahir dengan membawa nilai-nilai (values). Nilai-nilai ini diperoleh dan
berkembang melalui informasi, lingkungan keluarga, serta budaya sepanjang
perjalanan hidupnya. Mereka belajar dari keseharian dan menentukan tentang nilai-
nilai mana yang benar dan mana yang salah. Untuk memahami perbedaan nilai-nilai
kehidupan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi dimana mereka tumbuh dan
berkembang. Nilai-nilai tersebut diambil dengan berbagai cara antara lain: (1) Model
atau contoh, dimana individu belajar tentang nilai-nilai yang baik atau buruk melalui
observasi perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan masyarakat lingkungannya
dimana dia bergaul; (2) Moralitas diperoleh dari keluarga, ajaran agama, sekolah, dan
institusi tempatnya bekerja dan memberikan ruang dan waktu atau kesempatan kepada
individu untuk mempertimbangkan nilai-nilai yang berbeda; (3) Sesuka hati adalah
proses dimana adaptasi nilai-nilai ini kurang terarah dan sangat tergantung kepada
nilai-nilai yang ada di dalam diri seseorang dan memilih serta mengembangkan sistem
nilai-nilai tersebut menurut kemauan mereka sendiri. Hal ini lebih sering disebabkan
karena kurangnya pendekatan, atau tidak adanya bimbingan atau pembinaan sehingga
dapat menimbulkan kebingungan, dan konflik internal bagi individu tersebut; (4)
Penghargaan dan Sanksi; Perlakuan yang biasa diterima seperti: mendapatkan
penghargaan bila menunjukkan perilaku yang baik, dan sebaliknya akan mendapat
sanksi atau hukuman bila menunjukkan perilaku yang tidak baik; (5) Tanggung jawab
untuk memilih; adanya dorongan internal untuk menggali nilai-nilai tertentu dan
mempertimbangkan konsekuensinya untuk diadaptasi. Disamping itu, adanya
dukungan dan bimbingan dari seseorang yang akan menyempurnakan perkembangan
system nilai dirinya sendiri.
KLARIFIKASI NILAI-NILAI (VALUES)

Klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana seseorang dapat mengerti sistem
nilai-nilai yang melekat pada dirinya sendiri. Hal ini merupakan proses yang
memungkinkan seseorang menemukan sistem perilakunya sendiri melalui perasaan
dan analisis yang dipilihnya dan muncul alternatif-alternatif, apakah pilihan–pilihan
ini yang sudah dianalisis secara rasional atau merupakan hasil dari suatu kondisi
sebelumnya (Steele&Harmon, 1983). Klarifikasi nilai-nilai mempunyai manfaat yang
sangat besar didalam aplikasi keperawatan dan kebidanan. Ada tiga fase dalam
klarifikasi nilai-nilai individu yang perlu dipahami oleh perawat dan bidan.

Pilihan: (1) Kebebasan memilih kepercayaan serta menghargai keunikan bagi setiap
individu; (2) Perbedaan dalam kenyataan hidup selalu ada perbedaan-perbedaan,
asuhan yang diberikan bukan hanya karena martabat seseorang tetapi hendaknya
perlakuan yang diberikan mempertimbangkan sebagaimana kita ingin diperlakukan.
(3) Keyakinan bahwa penghormatan terhadap martabat seseorang akan merupakan
konsekuensi terbaik semua masyarakat.

Penghargaan: (1) Merasa bangga dan bahagia dengan pilihannya sendiri (anda akan
merasa senang bila mengetahui bahwa asuhan yang anda berikan dihargai pasen atau
klien serta sejawat) atau supervisor memberikan pujian atas keterampilan hubungan
interpersonal yang dilakukan; (2) Dapat mempertahankan nilai-nilai tersebut bila ada
seseorang yang tidak bersedia memperhatikan martabat manusia sebagaimana
mestinya.

Tindakan (1) Gabungkan nilai-nilai tersebut kedalam kehidupan atau pekerjaan sehari-
hari; (2) Upayakan selalu konsisten untuk menghargai martabat manusia dalam
kehidupan pribadi dan profesional, sehingga timbul rasa sensitif atas tindakan yang
dilakukan.
Semakin disadari nilai-nilai profesional maka semakin timbul nilai-nilai moral yang
dilakukan serta selalu konsisten untuk mempertahankannya. Bila dibicarakan dengan
sejawat atau pasen dan ternyata tidak sejalan, maka seseorang merasa terjadi sesuatu
yang kontradiktif dengan prinsip-prinsip yang dianutnya yaitu; penghargaan terhadap
martabat manusia yang tidak terakomodasi dan sangat mungkin kita tidak lagi merasa
nyaman. Oleh karena itu, klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana kita
perlu meningkatkan serta konsisten bahwa keputusan yang diambil secara khusus
dalam kehidupan ini untuk menghormati martabat manusia. Hal ini merupakan nilai-
nilai positif yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari dan dalam masyarakat
luas.

PELAKSANAAN ETIK DAN MORAL DALAM PELAYANAN KLINIS


KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

Aplikasi dalam praktek klinis bagi perawat/bidan diperlukan untuk menempatkan


nilai-nilai dan perilaku kesehatan pada posisinya. Perawat/bidan bisa menjadi sangat
frustrasi bila membimbing atau memberikan konsultasi kepada pasen yang
mempunyai nilai-nilai dan perilaku kesehatan yang sangat rendah. Hal ini disebabkan
karena pasen kurang memperhatikan status kesehatannya. Pertama-tama yang
dilakukan oleh perawat/bidan adalah berusaha membantu pasen untuk
mengidentifikasi nilai-nilai dasar kehidupannya sendiri.
Sebagai ilustrasi dapat dicontohkan kasus sebagai berikut: Seorang pengusaha yang
sangat sukses dan mempunyai akses di luar dan dalam negeri sehingga dia menjadi
sibuk sekali dalam mengelola usahanya. Akibat kesibukannya dia sering lupa makan
sehingga terjadi perdarahan lambung yang menyebabkan dia perlu dirawat di rumah
sakit. Selain itu dia juga perokok berat sebelumnya. Ketika kondisinya telah mulai
pulih perawat berusaha mengadakan pendekatan untuk mempersiapkannya untuk
pulang. Namun perawat menjadi kecewa, karena pembicaraan akhirnya mengarah
pada keberhasilan serta kesuksesannya dalam bisnis. Kendati demikian upaya tersebut
harus selalu dilakukan dan kali ini perawat menyusun list pertanyaan dan
mengajukannya kepada pasen tersebut. Pertanyaannya, “Apakah tiga hal yang paling
penting dalam kehidupan bapak dari daftar dibawah ini ?” Pasen diminta untuk
memilih atas pertanyaan berikut:
1. Bersenang-senang dalam kesendirian (berpikir, mendengarkan musik atau
membaca).
2. Meluangkan waktu bersama keluarga.
3. Melakukan aktifitas seperti: mendaki gunung, main bola atau berenang.
4. Menonton televisi.
5. Membantu dengan sukarela untuk kepentingan orang lain.
6. Menggunakan waktunya untuk bekerja.
Langkah berikutnya adalah mengajaknya untuk mendiskusikan prioritas yang dibuat
berdasarkan nilai-nilai yang dianutnya, dengan mengikuti klarifikasi nilai-nilai sebagai
berikut:
1. Memilih: Setelah menggali aspek-aspek berdampak terhadap kesehatan pasen,
misalnya stress yang berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan dan mengganggu
aktifitasnya, maka sarankan kepadanya memilih secara bebas nilai-nilai kunci yang
dianutnya. Bila dia memilih masalah kesehatannya, maka hal ini menunjukkan tanda
positif.
2. Penghargaan: Berikan dukungan untuk memperkuat keinginan pasen dan
promosikan nilai-nilai tersebut dan bila memungkinkan dapatkan dukungan dari
keluarganya. Contoh: istri dan anak anda pasti akan merasa senang bila anda
memutuskan untuk berhenti merokok serta mengurangi kegiatan bisnis anda, karena
dia sangat menghargai kesehatan anda.
3. Tindakan: Berikan bantuan kepada pasen untuk merencanakan kebiasaan baru yang
konsisten setelah memahami nilai-nilai pilihannya. Minta kepada pasen untuk
memikirkan suatu cara bagaimana nilai tersebut dapat masuk dalam kehidupan sehari-
hari. Kata-kata yang perlu diucapkan perawat/bidan kepada pasennya: “Bila anda
pulang, anda akan menemukan cara kehidupan yang berbeda, dan anda menyatakan
ingin mulai menggunakan waktu demi kesehatan anda”.

PERILAKU ETIS PROFESIONAL

Perawat atau bidan memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan yang
berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktek asuhan profesional.
Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan perawat atau bidan, dan
berlanjut pada diskusi formal maupun informal dengan sejawat atau teman. Perilaku
yang etis mencapai puncaknya bila perawat atau bidan mencoba dan mencontoh
perilaku pengambilan keputusan yang etis untuk membantu memecahkan masalah
etika. Dalam hal ini, perawat atau bidan seringkali menggunakan dua pendekatan:
yaitu pendekatan berdasarkan prinsip dan pendekatan berdasarkan asuhan
keperawatan /kebidanan.
Pendekatan Berdasarkan Prinsip

Pendekatan berdasarkan prinsip, sering dilakukan dalam bio etika untuk menawarkan
bimbingan untuk tindakan khusus. Beauchamp Childress (1994) menyatakan empat
pendekatan prinsip dalam etika biomedik antara lain; (1) Sebaiknya mengarah
langsung untuk bertindak sebagai penghargaan terhadap kapasitas otonomi setiap
orang: (2) Menghindarkan berbuat suatu kesalahan; (3) Bersedia dengan murah hati
memberikan sesuatu yang bermanfaat dengan segala konsekuensinya; (4) Keadilan
menjelaskan tentang manfaat dan resiko yang dihadapi.
Dilema etik muncul ketika ketaatan terhadap prinsip menimbulkan penyebab konflik
dalam bertindak. Contoh; seorang ibu yang memerlukan biaya untuk pengobatan
progresif bagi bayinya yang lahir tanpa otak dan secara medis dinyatakan tidak akan
pernah menikmati kehidupan bahagia yang paling sederhana sekalipun. Di sini terlihat
adanya kebutuhan untuk tetap menghargai otonomi si ibu akan pilihan pengobatan
bayinya, tetapi dilain pihak masyarakat berpendapat akan lebih adil bila pengobatan
diberikan kepada bayi yang masih memungkinkan mempunyai harapan hidup yang
besar. Hal ini tentu sangat mengecewakan karena tidak ada satu metoda pun yang
mudah dan aman untuk menetapkan prinsip-prinsip mana yang lebih penting, bila
terjadi konflik diantara kedua prinsip yang berlawanan. Umumnya, pendekatan
berdasarkan prinsip dalam bioetik, hasilnya terkadang lebih membingungkan. Hal ini
dapat mengurangi perhatian perawat atau bidan terhadap sesuatu yang penting dalam
etika.

Pendekatan Berdasarkan Asuhan

Ketidakpuasan yang timbul dalam pendekatan berdasarkan prinsip dalam bioetik


mengarahkan banyak perawat atau bidan untuk memandang “care” atau asuhan
sebagai fondasi dan kewajiban moral. Hubungan perawat/bidan dengan pasen
merupakan pusat pendekatan berdasarkan asuhan, dimana memberikan langsung
perhatian khusus

kepada pasen, sebagaimana dilakukan sepanjang kehidupannya sebagai perawat atau


bidan. Perspektif asuhan memberikan arah dengan cara bagaimana perawat/bidan
dapat membagi waktu untuk dapat duduk bersama dengan pasen atau sejawat,
merupakan suatu kewajaran yang dapat membahagiakan bila diterapkan berdasarkan
etika. Karakteristik perspektif dari asuhan meliputi : (1) Berpusat pada hubungan
interpersonal dalam asuhan; (2) Meningkatkan penghormatan dan penghargaan
terhadap martabat klien atau pasen sebagai manusia; (3) Mau mendengarkan dan
mengolah saran-saran dari orang lain sebagai dasar yang mengarah pada tanggung-
jawab profesional; (4) Mengingat kembali arti tanggung-jawab moral yang meliputi
kebajikan seperti: kebaikan, kepedulian, empati, perasaan kasih-sayang, dan menerima
kenyataan. (Taylor,1993).

Asuhan juga memiliki tradisi memberikan komitmen utamanya terhadap pasen dan
belakangan ini mengklaim bahwa advokasi terhadap pasen merupakan salah satu
peran yang sudah dilegimitasi sebagai peran dalam memberikan asuhan
keperawatan/kebidanan. Advokasi adalah memberikan saran dalam upaya melindungi
dan mendukung hak-hak pasen. Hal tersebut merupakan suatu kewajiban moral bagi
perawat atau bidan, dalam menemukan kepastian tentang dua sistem pendekatan etika
yang dilakukan yaitu pendekatan berdasarkan prinsip dan asuhan. Perawat atau bidan
yang memiliki komitmen tinggi dalam mempraktekkan keperawatan profesional dan
tradisi tersebut perlu mengingat hal-hal sbb: (1) Pastikan bahwa loyalitas staf atau
kolega agar tetap memegang teguh komitmen utamanya terhadap pasen; (2) berikan
prioritas utama terhadap pasen dan masyarakat pada umumnya; (3) Kepedulian
mengevaluasi terhadap kemungkinan adanya klaim otonomi dalam kesembuhan
pasen. Bila menghargai otonomi, perawat atau bidan harus memberikan informasi
yang akurat, menghormati dan mendukung hak pasien dalam mengambil keputusan.
BAB III

PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam masakalah ini tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini penulis banyak berharap para pembaca yang
budiman memberiakn kritikk dan saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnanya makalah ini dan penulis makalah ini di kesempatan-kesempatan
berikutnya,.semoga makalah ini berghuna bagi poenyuulids pada khususnya juga para
pewmbaca yang budiman pada umumnya.

3.1 Kesimpulan

Keperawatan sebagai suatu profesi bertanggung jawab dan brtanggung gugat


atas pelayanan/asuhan keperawatan harus berdasarkan pada landasan hukum dan etika
keperawatan.Standar asuhan perawatan di Indonesia sangat diperlukan untuk
melaksanakan praktek keperawatan,sedangkan etika keperawatan telah diatur oleh
organisasi profsi,hanya saja kode etik yang dibuat masih sulit dilaksanakan dilapangan
karena bentuk kode etik yg ada masih belum dijabarkan secara terinci dan lengkap
dalam bentuk petunjuk tekhnis.

Etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap perilaku yang


dipertanggung jawabkan ,etik bicara tentang hal yang benar dan hal yang salah dan
didalam etik terdapat nilai-nilai moral yang merupakan dasar dari perilaku
manusia(niat). Prinsip –prinsip moral telah banyak diuraikan dalam teori termasuk
didalamnya bagaimana nilai-nilai moral di dalam profsi keperawatan. Penerapan
nilai moral professional sangat penting dan sesuatu yang tidak boleh di tawar lagi dan
harus dilaksanakan dalam praktek keperawatan.

Setiap manusia mempunyai hak dasar dan hak untuk berkembang dmikian juga
bagi pasien sebagai penerima asuhan keperawatan mempunyai hak yang sama
walaupun sedang dalam kondisi sakit. Demikian juga perawat sebagian pemberi
asuhan keperawatan
mempunyai hak dan kewajiban masing-masing. Kedua-duanya mepunyai hak dan
kewajiban sesuai posisinya. Disinilah sering terjadi dilemma etik,dilemma etik
merupakan bentuk konflik yang terjadi disebabkan oleh beberapa factor,baik factor
internal maupun ekstrnal,disamping itu karena adanya interaksi atau hubungan yang
saling membutuhkan. Oleh sebab itu dilemma etik harus diselesaikan baik pada
tingkat individu dan institusi serta organisasi profsi dengan penuh tanggung jawab

3.2 Saran
1. Pentingnya membuat standar praktek keperawatan yang jelas dan dapat
diprtanggung jawabkan.
2. Perlunya peraturan atau perundang-undangan yang mengatur dan
sebagai bentuk pelindung hukum baik pemberi dan penerima praktek
keperawatan.
3. Kode etik di Indonesia yang sudah ada perlu didukung dengan adnya
perangkat-perangkat aturan yang jelas agar dapat dilaksanakan secara
baik dilapangan.
4. Sebgai seorang mahasiswa,khususnya mahasiswa fakultas keperawatan
kita harus mengetahui dengan pasti segala bentuk etim maupun isu eti
keperawatan,dan makalah ini merupakan salah satu bagian pembelajran
yg sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bertens, K.2001. Etika. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama


2. Ismani, Nila.2001. Etika Kperawatan. Jakarta : Widya Merdeka
3. Notoatmodjo, Soekijo.2010. Etika dan Hukkum Kesehatan.Jakarta : PT Rineka
Cipta
4. Weitzel, marlene.1984. Dasar-dasar ilmu Keperawatan. Jakarta : Gunung
Agunng
5. Roper,nancy.1996. Prinsip-prinsip Keperawatan.Yogyakarta :Abdi Yogyakarta
6. Kozier,(2000).Fundomentals of Nursing :concept theory
andpractices.Philadelphia. Addison Wesley.

Anda mungkin juga menyukai