1.3 Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan etika
2. Mengetahui apa saja kode-kode etik keperawatan
3. Mengetahui hubungan etika dengan keparawatan
1
4. Mengetahui apa saja tipe-tipe keperawatan
5. Mengetahui prinsip-prinsip etika keerawatan
2
BAB II PEMBAHASAN
3
11. Perawat bekerjasama dengan anggota profesi kesehatan atau warga masyarakat Iainnya
dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan nasional untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan publik.
12. Tanggung jawab Keperawatan
Aplikasi dalam praktek klinis bagi perawat diperlukan untuk menempatkan etika, nilai-
nilai dan perilaku kesehatan pada posisinya. Perawat bisa menjadi sangat frustrasi bila
membimbing atau memberikan konsultasi kepada pasien yang mempunyai nilai-nilai dan
perilaku kesehatan yang sangat rendah. Hal ini disebabkan karena pasien kurang
memperhatikan status kesehatannya. Pertama-tama yang dilakukan oleh perawat adalah
berusaha membantu pasien untuk mengidentifikasi etika dan nilai-nilai dasar kehidupannya
sendiri.
Perawat memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan yang berkualitas
berdasarkan standar perilaku etika yang etis dalam praktek asuhan keperawatan. Pengetahuan
tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan perawat dan berlanjut pada diskusi formal
maupun informal dengan sejawat. Perilaku yang etis mencapai puncaknya bila perawat
mencoba dan mencontoh perilaku pengambilan keputusan yang etis untuk membantu
memecahkan masalah etika. Dalam hal ini, perawat seringkali menggunakan dua pendekatan
yaitu :
4
4. Mengingat kembali arti tanggung jawab moral yang meliputi kebajikan
seperti: kebaikan, kepedulian, empati, perasaan kasih sayang, dan menerima kenyataan.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa etika dalam praktek keperawatan
sangat berhubungan penting sebagai dasar atau landsasan yang mengatur bagaimana cara
perawat melakukan asuhan keperawatan berdasarakan etika keperawatan agar
dapat melakukan sesuai konsep dan teori keperawatan.
5
2.5 Prinsip-Prinsip Etik
2.5.1 Otonomi (Autonomy)
Autonomy berarti mengatur dirinya sendiri, prinsip moral ini sebagai dasar perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan dengan cara menghargai pasien, bahwa pasien adalah
seorang yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Perawat harus melibatkan pasien dalam
membuat keputusan tentang asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien.
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai
oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan
tentang perawatan dirinya.
Aplikasi prinsip moral otonomi dalam asuhan keperawatan ini contohnya adalah
seorang perawat apabila akan menyuntik harus memberitahu untuk apa obat tersebut, prinsip
otonomi ini dilanggar ketika seorang perawat tidak menjelaskan suatu tindakan keperawatan
yang akan dilakukannya, tidak menawarkan pilihan misalnya memungkinkan suntikan atau
injeksi bisa dilakukan di pantat kanan atau kiri dan sebagainya. Perawat dalam hal ini telah
bertindak sewenang-wenang pada orang yang lemah.
6
harus diberikan tranfusi darah, tetapi pasien mempunyai kepercayaan bahwa pemberian
tranfusi bertentangan dengan keyakinanya, dengan demikian perawat mengambil tindakan
yang terbaik dalam rangka penerapan prinsip moral ini yaitu tidak memberikan tranfusi setelah
pasien memberikan pernyataan tertulis tentang penolakanya. Perawat tidak memberikan
tranfusi, padahal hal tersebut membahayakan pasien, dalam hal ini perawat berusaha berbuat
yang terbaik dan menghargai pasien.
Keadilan (Justice)
Setiap individu harus mendapatkan tindakan yang sama, merupakan prinsip dari justice
(Perry and Potter, 1998 ; 326). Justice adalah keadilan, prinsip justice ini adalah dasar dari
tindakan keperawatan bagi seorang perawat untuk berlaku adil pada setiap pasien, artinya
setiap pasien berhak mendapatkan tindakan yang sama. Prinsip keadilan dibutuhkan untuk
terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal
dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja
untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
Tindakan yang sama tidak selalu identik, maksudnya setiap pasien diberikan
konstribusi yang relatif sama untuk kebaikan kehidupannya. Prinsip Justice dilihat dari alokasi
sumber-sumber yang tersedia, tidak berarti harus sama dalam jumlah dan jenis, tetapi dapat
diartikan bahwa setiap individu mempunyai kesempatan yang sama dalam mendapatkannya
sesuai dengan kebutuhan pasien. (Sitorus, 2000).
Sebagai contoh dari penerapan tindakan justice ini adalah dalam keperawatan di ruang
penyakit bedah, sebelum operasi pasien harus mendapatkan penjelasan tentang persiapan
pembedahan baik pasien di ruang VIP maupun kelas III, apabila perawat hanya memberikan
kesempatan salah satunya maka melanggar prinsip justice ini.
7
Jangan membunuh, menghilangkan nyawa orang lain, jangan menyebabkab nyeri atau
penderitaan pada orang lain, jangan membuat orang lain berdaya dan melukai perasaaan orang
lain.
Ketika menghadapi pasien dengan kondisi gawat maka seorang perawat harus
mempertahankan kehidupan pasien dengan berbagai cara. Tetapi menurut Chiun dan Jacobs
(1997 : 40) perawat harus menerapkan etika atau prinsip moral terhadap pasien pada kondisi
tertentu misalnya pada pasien koma yang lama yaitu prinsip avoiding killing, Pasien dan
keluarga mempunyai hak-hak menentukan hidup atau mati. Sehingga perawat dalam
mengambil keputusan masalah etik ini harus melihat prinsip moral yang lain yaitu
beneficience, nonmaleficience dan otonomy yaitu melakukan yang terbaik, tidak
membahayakan dan menghargai pilihan pasien serta keluarga untuk hidup atau mati. Mati
disini bukan berarti membunuh pasien tetapi menghentikan perawatan dan pengobatan dengan
melihat kondisi pasien dengan pertimbangan beberapa prinsip moral diatas.
8
saya suster?’ dan sebagainya. Hal-hal seperti itu harusnya dijawab perawat dengan bener sebab
berkata benar atau jujur adalah pangkal tolak dari terbinanya hubungan saling percaya antar
individu dimanapun berada.
Namun demikian untuk menjawab pertanyaan secara jujur diatas perlu juga dipikirkan
apakah jawaban perawat membahayakan pasien atau tidak, apabila memungkinkan maka harus
dijawab dengan jawaban yang jelas dan benar, misalnya pasien menanyakan hasil pemeriksaan
tekanan darah maka harus dijawab misalnya, 120/80 mmHg, hasil laboratorium Hb 13 Mg%
dan sebagainya.
Prinsip ini dilanggar ketika kondisi pasien memungkinkan untuk menerima jawaban
yang sebenarnya tetapi perawat menjawab tidak benar misalnya dengan jawaban ; hasil ukur
tekanan darahnya baik, laboratoriumnya baik, kondisi bapak atau ibu baik-baik saja, padahal
nilai hasil ukur tersebut baik buruknya relatif bagi pasien.
9
Penerapan prinsip fidelity dalam praktik keperawatan misalnya, seorang perawat tidak
menceritakan penyakit pasien pada orang yang tidak berkepentingan, atau media lain baik
diagnosa medisnya (Carsinoma, Diabetes Militus) maupun diagnosa keperawatanya
(Gangguan pertukaran gas, Defisit nutrisi). Selain contoh tersebut yang merupakan rahasia
pasien adalah pemeriksaan hasil laboratorium, kondisi ketika mau meninggal dan sebagainya.
10
BAB III PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan agar dapat diterima dan
dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka perawat harus memanfaatkan nilai-
nilai keperawatan dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat dalam
mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian perawat yang menerima tanggung jawab,
dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti
bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi
jaminan bagi keselamatan pasien, penghormatan terhadap hak-hak pasien, dan akan berdampak
terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Selain itu dalam menyelesaikan
permasalahan etik atau dilema etik keperawatan harus dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan prinsip-prinsip etik supaya tidak merugikan salah satu pihak.
11
DAFTAR PUSTAKA
Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder S.J. 2010. Fundamentals of Nursing Concepts,
Process and Practice 7th Ed., New Jersey: Pearson Education Line
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Ed. 4 Volume
1. Jakarta : EGC
Rifiani, Nisya & Hartanti Sulihandari. 2013. Prinsip – Prinsip Dasar Keperawatan .Jakarta
Timur : Dunia Cerdas
12