KEPERAWATAN
PENUGASAN
1. Prinsip Moral dan Etika
2. Ethic of care
3. Kode Etik Keperawatan
4. Isu Etik dalam praktik keperawatan
5. Prinsp-prinsip legal dalam praktik
6. Aspek hukum dalam keperawatan
7. Perlindungan hukum dalam praktik keperawatan
8. Nursing advocacy
9. Pengambilan keputusanlegal etik
PENJELASAN
Etika berasal dari bahasa Yunani, ethikos, yang berarti kebiasaan, adat atau watak.
Secara umum etika berarti aturan atau prinsip atau cara berpikir pada sebuah
kelompok tertentu yang menuntun tindakan kelompok tersebut. Sedangkan moral
berasal dari bahasa latin yaitu moralis. Arti istilah ini adalah karakter, tata cara atau
perilaku yang tepat. Bisa disimpulkan jika moral ini merupakan penilaian terhadap
suatu hal yang baik dan buruk. Keputusan baik dan buruknya suatu hal ini merupakan
kesepakatan bersama dalam sebuah masyarakat atau kelompok tertentu.
1. Prinsip Moral
a. Advokasi
Advokasi menurut ANA “melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar
etika yang dilakukan oleh siapapun”. Pada dasarnya peran perawat dalam advokasi
adalah; “memberi informasi dan memberi bantuan” kepada pasien atas keputusan
apapun yang dibuat pasien.
c. Loyalitas
Loyalitas merupakan suatu konsep dari berbagai segi yaitu simpati, peduli, dan
hubungan timbal balik terhadap pihak yang secara professional berhubungan dengan
perawat. Hubungan professional dipertahankan dengan cara menyusun tujuan
bersama, menepati janji, menentukan masalah dan prioritas, serta mengupayakan
pencapaian keputusan bersama (Jameto, 1984; Fry, 1991; lih Creasia, 1991).
2. Prinsip Etika
a. Autonomy (Otonomi )
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
memutuskan. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat
keputusan sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang
dihargai. Prinsip otonomi ini adalah bentuk respek terhadap seseorang, juga
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
praktik profesioanal merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak hak pasien
dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
c. Justice (Keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan
dalam praktik profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai
hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan .
e. Veracity (kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk
meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
g. Confidentiality (kerahasiaan)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang klien harus
dijaga privasi-nya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya
boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tak ada satu orangpun dapat
memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijin kan oleh klien dengan bukti
persetujuannya. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikannya pada
teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dicegah.
h. Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab pasti
pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang lain. Akuntabilitas
merupakan standar pasti yang mana tindakan seorang profesional dapat dinilai dalam
situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
2. ETHIC OF CARE
Ethic Of Care (Etika dalam Perawatan) adalah teori normatif tentang apa yang
membuat tindakan secara moral benar atau salah. Ini adalah salah satu dari
sekelompok teori etika normatif yang dikembangkan oleh kaum feminis pada paruh
kedua abad kedua puluh. ( Toronto J. 1999) membagi Ethic Of Care dalam 4 teori
dasar dalam keperawatan, Yaitu :
3. Kompetensi : Suatu aspek penilaian akan kemampuan dalam mengasuh klien. Hal
ini saling terkait tidak hanya memberi perhatian, menerima tanggung jawab, tetapi
juga menindak lanjuti dengan kecakapanya berpraktik sebagai perawat.
4. Responsive : Bentuk kepekaan akan situasi yang di alami oleh pasien. Besar
pengaruhnya dalam memberi tidakan keperawatan karena menjadi penentu untuk
bertindak sesuai dengan kondisi klien tersebut.
3. KODE ETIK KEPERAWATA
b.Bab dua
Menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap tugasnya yang terdiri atas lima
pasal. Tanggung jawab perawat terhadap tugas
1) Perawat senantiasa merawat mutu pelayanan yang tinggi disertai kejujuran
profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan perawat sesuai dengan
kebutuhan orang seoaranng atau penderita, keluarga dan masyarakat.
2) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan
yang dipercayakan kepaanya.
3) Perawat tidak akan mempergunakan pengetahuan dan keterampilan
perawatan untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.
4) Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha
dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan,
kesukuan, warna kulit, umur jenis kelamin, aliran politik yang dianut serta kedudukan
sosial.
5) Perawat senantiasa mengupayakan perlindungan dan keselamatan penderita
dalam melaksanakan tugas keperawatan serta dengan matang mempertimbangkan
kemampuan menerima atau mengalihtugaskan tanggung jawab yang ada
hubungannnya dengan perawatan.
c. Bab tiga
Menjelaskan tanggung jawab terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya
yang terdiri dari 2 pasal.
1) Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan
lainnya
2) Perawat senantiasa memelihara hubungan yang baik antar sesama perawat
dan dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasian suasana
lingkungan kerja maupun dalm mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh.
3) Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan keterampilan dan
pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman
dari profesi lain bidang perawatan.
d. Bab empat
Menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap profesi keperawatan yang
terdiri dari empat pasal. Tanggung jawab perawat terhadap profesi keperawatan
1) Perawat selalu berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara
sendiri-sendiri dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan perawatan.
2) Perawat selalu menunjang tinggi nama baik profesi perawat dengan
menunjukan perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur.
3) Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta menerapkan dlam kegiatan-kegiatan pelayanan dan
pendidikan perawatan.
4) Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi
profesi perawatan sebagai sarana pengabdian.
e. Bab lima
Menjelaskan tanggung jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa, dan tanah air
yang terdiri dari dua pasal.
1) Tanggung jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air
2) Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai
kebijaksanaan yang digariskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan
perawatan.
3) Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran
kepada pemerintah dalam menigkatkan pelayanan kesehatan dan perawatan kepada
masyarakat.
a. Klasifikasi Euthanasia
Dilihat dari orang yang membuat keputusan euthanasia dibagi menjadi :
1) Voluntary euthanasia, jika yang membuat keputusan adalah orang yang sakit.
Misalnya gangguan atau penyakit jasmani yang dapat mengakibatkan kematian
segera, dimana keadaan diperburuk oleh keadaan fisik dan jiwa yang tidak
menunjang.
2) Involuntary euthanasia, jika yang membuat keputusan adalah orang lain.
Seperti pihak keluarga atau dokter karena pasien mengalami koma medis.
3) Assisted Suicide, tindakan ini bersifat individual yang pada keadaan tertentu
dan alasan tertentu menghilangkan rasa putus asa dengan bunuh diri.
4) Tindakan yang langsung menginduksi kematian dengan alasan meringankan
penderitaan tanpa izin individu bersangkutan dan pihak yang punya hak untuk
mewakili. Hal ini sebenarnya merupakan pembunuhan, tetapi agak berbeda
pengertiannya karena tindakan ini dilakukan atas dasar belas kasihan.
2. Aborsi
Aborsi adalah cara menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal
dengan istilah abortus yang berarti mengeluarkan hasil konsepsi (pertemuan sel telur
dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa Abortus adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin
sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.
Pada saat ini aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan
dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab utama
kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan ,infeksi dan eklampsia. Hal itu
terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di
masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh agama sehingga
masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi
di masyarakat. Ini terbukti dari berita yang ditulis di surat kabar tentang terjadinya
aborsi di masyarakat.
a. Pandangan tentang abortus
Ada 3 pandangan secara umum tentang abortus, yaitu :
1) Pandangan konservatif, berpendapat bahwa abortus secara moral salah dan
dalam situasi apapun tidak boleh dilakukan, termasuk dengan alasan penyelamatan.
2) Pandangan moderat berpendapat bahwa abortus tidak mutlak kesalahan
moral dan hambatan penentang abortus dapat diabaikan dengan suatu pertimbangan
moral yang kuat.
3) Pandangan liberal berpendapat bahwa abortus secara moral diperbolehkan
atas dasar permintaan. Pandangan ini secara umum menganggap bahwa fetus belum
menjadi manusia. Secara genetik fetus sebagai bakal manusia, tetapi secara moral
bukan manusia.
4) Tatanan Hukum Conscience Clauses, memperbolehkan dokter, parawat atau
rumah sakit untuk menolak membantu pelaksanaan abortus. Di Indonesia dilarang
sejak tahun 1918 dalam KUHP pasal 346 s/d 349, dinyatakan bahwa Barang siapa
melakukan sesuatu dengan sengaja yang menyebabkan keguguran atau matinya
kandungan dapat dikenai penjara.
3. Transplansi Organ
Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari
suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan
persyaratan dan kondisi tertentu.
Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang
sangat bermanfaat bagi pasien dengan ganguan fungsi organ tubuh yang berat. Ini
adalah terapi pengganti (alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong
penderita/pasien dengan kegagalan organnya, karena hasilnya lebih memuaskan
dibandingkan dengan pengobatan biasa atau dengan cara terapi. Hingga dewasa ini
transplantasi terus berkembang dalam dunia kedokteran, namun tindakan medik ini
tidak dapat dilakukan begitu saja, karena masih harus dipertimbangkan dari segi non
medik, yaitu dari segi agama, hukum, budaya, etika dan moral. Kendala lain yang
dihadapi Indonesia dewasa ini dalam menetapkan terapi transplatasi, adalah
terbatasnya jumlah donor keluarga (Living Related Donor, LRD) dan donasi organ
jenazah. Karena itu diperlukan kerjasama yang saling mendukung antara para pakar
terkait (hukum, kedokteran, sosiologi, pemuka agama, pemuka masyarakat),
pemerintah dan swata.
Pelaksaan transplantasi di Indonesia diatur dalam PP No. 18 tahun 1981, tentang
bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis/ transplantasi alat atau jaringan tubuh,
merupakan pemindahan alat/ jaringan tubuh yang masih mempunyai daya hidup
sehat. Tindakan transplantasi tidak menyalahi aturan semua agama dan kepercayaan
sepanjang penentuan saat mati dan penyelenggaraan jenazah terjamin dan tidak terjadi
penyalahgunaan (Est. Tanxil, 1991).
Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan legal yang
ada dalam praktik perawat. Sama dengan semua aspek keperawatan, pemahaman
tentang implikasi hukum dapat mendukung pemikiran kristis perawat. Perawat perlu
memahami hukum untuk melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah.
Perawat tidak perlu takut hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar
pemahaman terhadap apa yang masyarakat harapkan dari penyelenggarapelayanan
keperawatan yang profesional.
1. Malpraktik
Malpraktik adalah kelalaian bertindak yang di lakukan seseorang terkait profesi atau
pekerjaannya yang membutuhkan keterampilan profesional dan tekhnikal yang tinggi.
Malpraktik adalah kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
dalam melaksanakan profesinya yang tidak sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional, akibat kesalahan atau kelalaian tersebut pasien menderita luka
berat, cacat bahkan meninggal dunia.
Tindakan yang termasuk malpraktik yaitu kesalahan diagnosa, penyuapan,
penyalahgunaan alat-alat kesehatan, pemberian dosis obat yang salah, salah
pemberian obat kepada pasien, alat-alat yang tidak memenuhi standar kesehatan atau
tidak steril, kesalahan prosedur operasi
2. Neglected
Neglected adalah kelalaian individu dalam melakukan sesuatu yang sebenarnya dapat
dia lakukan atau melakukan sesuatu yang dihindari orang lain (Creighton,1986).
Kelalaian bukanlah suatu kejahatan seorang dokter atau perawat dikatakan lalai jika ia
bertindak tak acuh, tidak memperhatikan kepentingan orang lain sebagaimana
lazimnya. Akan tetapi jika kelalaian itu telah mencapai suatu tingkat tertentu sehingga
tidak memperdulikan jiwa orang lain maka hal ini akan membawa akibat hukum,
apalagi jika sampai merenggut nyawa, maka hal ini akan digolongkan sebagai
kelalaian berat.
Adapun yang menjadi tolak ukur dari timbulnya kelalaian dapat ditinjau dari beberapa
hal :
a. Tidak melakukan kewajiban dokter yaitu tidak melakukan kewajiban profesinya
untuk mempergunakan segala ilmu dan keterampilanya.
b. Menyimpang dari kewajiban yaitu menyimpang dari apa yang seharusnya
dilakukan
c. Adanya hub sebab akibat yaitu adanya hub lngsng antara penyebab dgn kerugian
yang dialami pasien sbgai akibatnya.
Untuk menentukan kelalaian standar asuhan di penuhi dengan penjelasan apakah
seseorang beralasan akan atau melakukan sesuatu pada situasi yang sama. Setiap
perawat bertanggung jawab untuk mengikuti standar asuhan keperawatan dalam
praktik.
1. Pengertian Hukum
Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam
suatu kehidupan bersama; atau keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku
dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu
sanksi. Hukum adalah keseluruhan peraturan yang mengatur dan menguasai manusia
dalam kehidupan bersama. Berkembang di dalam masyarakat dalam kehendak,
merupakan sistem peraturan, sistem asas-asas, mengandung pesan kultural karena
tumbuh dan berkembang bersama masyarakat.
2. Pengertian hukum kesehatan
Adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban baik dari tenaga
kesehatan dalam melaksanakan upaya kesehatan maupun dari individu dan
masyarakat yang menerima upaya kesehatan tersebut dalam segala aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif serta organisasi dan sarana.
Di Indonesia salah satu bentuk aturan yang menunjukan adanya hubungan hukum
dengan perawat adalah UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, Pasal 1 angka 2
menyebutkan bahwa ”Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan”. Berdasarkan PP No. 32/1996 Pasal 2 ayat (1) jo,
ayat (3) perawat dikatagorikan sebagai tenaga keperawatan.
Ketentuan Pasal 53 ayat (2) UU No. 23 tahun 1992 jo. Pasal 21 ayat (1) PP No. 32
tahun 1996 tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya diwajibkan untuk
memenuhi standar profesi dan menghormati hak pasien. Standar profesi merupakan
pedoman bagi tenaga kesehatan/ perawat dalam menjalankan upaya pelayanan
kesehatan, khususnya terkait dengan tindakan yang harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap pasien, sesuai dengan kebutuhan pasien, kecakapan, dan
kemampuan tenaga serta ketersediaan fasilitas dalam sarana pelayanan kesehatan
yang ada.
8. NURSING ADVOCACY
Perawat sebagai advokat, yaitu sebagai penghubung antara klien-tim kesehatan lain
dalam rangka pemenuhan kebutuhan klien.Membela dan melindungi kepentingan
klien dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang
diberikan tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun profesional.
Ditinjau secara Nursing Advocacy, maka perawat harus banyak mempunyai
kemampuan untuk memberikan suatu pernyataan/ pembelaan untuk kepentingan
pasien.
1. Peran Advokat Keperawatan
a. Melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hokum.
b. Membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan.
c. Memberi bantuan mengandung dua peran, yakni peran aksi dan peran non
aksi.
2. Hak Pasien Dalam Pelayanan Keperawatan
a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
rumah sakit dan mendapat pelayanan yang manusiawi,adil, dan jujur.
b. Memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang bermutu.
c. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan sesuai
dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
d. Meminta konsultasi pada dokter lain (second opnion) terhadap penyakitnya.
e. “privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data medisnya.
f. Mendapat informasi yang meliputi: penyakitnya, tindakan medic, alternative
terapi lain, pragnosa penyakit,dan biaya.
g. Memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan perawat.
h. Menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri
pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri.
i. Hak didampingi keluarga dalam keadaan kritis
j. Hak menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya
k. Hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
l. Hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual
m. Hak didampingi perawat/ keluarga pada saat diperiksa dokter
n. Hak pasien dalam penelitian
1. Pengertian
Pengambilan keputusan legal etik adalah cara mengambil keputusan dari suatu
permasalahan yang disesuaikan dengan keabsahan suatu tata cara pengambilan
keputusan baik secara umum ataupun secara khusus.