Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang


ikut berperan dalam upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, yang
dilaksanakan pada berbagai sarana pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit maupun di
komunitas. Keperawatan merupakan salah satu komponen profesi yang dianggap sebagai
kunci keberhasilan asuhan kesehatan di rumah sakit, karena selain jumlahnya yang paling
besar jika dibandingkan dengan profesi lain, juga karena selama duapuluh empat jam
perawat harus selalu berada di smaping klien. Sebagai seorang profesional, perawat
bertanggung jawab dan mengemban tanggung gugat untuk membuat keputusan dan
mengambil langkah-langkah tentang asuhan keperawatan yang diberikan.
Agar perawat dapat melakukan tugasnya dengan baik, setiap perawat harus
memahami dan mampu menerapakan pelayanan keperawatan sesuai dengan filosofi yang
dianut. Pada dasarnya dalam pelayanan keperawatan yang berkualitas ada tiga pokok
penting, antara lain: pendekatan sikap berkaitan dengan kepedulian pada klien, upaya
untuk melayani dengan tindakan terbaik, serta tujuan untuk memuaskan klien yang
berorientasi pada standar pelayanan.
Pelayanan dapat dikatakan berkualitas apabila dapat memenuhi hak-hak klien
yang telah disepakati oleh komunitas profesi itu sendiri, dan pemenuhan hak-hak klien
sangat bergantung pada kompetensi profesional tenaga keperawatannya. Perawat dapat
dikatakan profesioanl apabila telah memiliki kompetensi yang diharapkan, yaitu
kompetensi intelektual, interpersonal, dan tehnikal, serta berlandaskan pada etika profesi.
Oleh karena itu seorang profesional harus memiliki orientasi pelayanan, standar praktik,
dan kode etik untuk melindungi masyarakat, serta memajukan profesinya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana kode etik keperawatan?
2) Apa saja prinsip-prinsip etika keperawatan?
3) Bagaimana contoh kasus pada Prinsip Etika Keperawatan Justice / Keadilan?
4) Bagaimana analiss kasus dari contoh kasus tersebut?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui apa itu kode etik keperawatan.
2) Untuk memahami prinsip-prinsip etika keperawatan.
3) Untuk mengetahui contoh kasus yang mencakup keadilan.
4) Untuk mengetahui analisis kasus tersebut.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kode Etik Keperawatan
Kode etik dari bahasa Latin codex yang berarti himpunan, kode etik adalah usaha
meghimpun apa yang tersebar serta menghimpun norma-norma yang disepakati dan
ditetapkan oleh dan untuk anggota profesi tertentu. Kode etik bertujuan untuk
memberikan alasan/dasar terhadap keputusan yang menyangkut masalah etika dengan
menggunakan model-model moralitas yang konsekuen dan absolut. Landasan utama
dalam kode etik adalah prinsip penghargaan terhadap orang lain yang diikuti dengan
prinsip otonomi yang menempatkan klien sebagai fokus dari keputusan yang rasional.
Kode etik keperawatan dari berbagai sumber yaitu:
1. Kode Etik International Council of Nurses
Tanggung jawab dasar bagi seorang perawat terbagi menjadi empat, yaitu
meningkatakan kesehatan, mencegah penyakit, memperbaiki kesehatan, dan
mengurangi penderitaan. Kebutuhan terhadap keperawatan bersifat universal. Perawat
memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, komunitas, serta
mengoordinasi pelayanan mereka dengan kelompok yang terkait.
a. Perawat dan Individu
1) Tanggung jawab utama perawat adalah pada mereka yang membutuhkan
asuhan keperawatan.
2) Perawat dalam memberikan perawatan, meningkatkan kondisi di mana
kebiasaan dan kepercayaan individu bersangkutan dihargai.
3) Perawat menjaga kerahasiaan informasi pribadi serta menggunakan
pertimbangan dalam membagi informasi tertentu.
b. Perawat dan Praktik
1) Perawat memiliki tanggung jawab pribadi pada praktik keperawatan dan
dalam mempertahankan kompetensi dengan terus belajar. Perawat
mempertahankan standar asuhan keperawatan tertinggi yang mungkin dalam
realita situasi tertentu.
2) Perawat menggunakan pertimbangan dalam hubungannya dengan kompetensi
individual ketika menerima dan mengalihkan tanggung jawab.
3) Ketika bertindak dalam kapasitas profesional, seorang perawat harus selalu
mempertahankan standar perilaku pribadi yang merefleksikan kemampuan dalam
profesinya.

3
c. Perawat dan Masyarakat
Perawat dan anggota masyarakat lainnya membagi tanggung jawab untuk
mengadakan dan mendukung tindakan dalam memenuhi kebutuhan sosial dan
kesehatan penduduk.
d. Perawat dan Sejawat
Perawat mendukung hubungan kooperatif dengan rekan sekerja dalam
keperawatan dan dari bidang lain. Perawat mengambil tindakan yang diperlukan
untuk melindungi individu ketika perawatannya terancam oleh rekan sekerja atau
orang lain.
e. Perawat dan Profesi
1) Perawat memainkan peran utama dalam menetapkan dan
mengimplementasikan standar yang diharapkan dalam praktik keperawatan dan
pendidikan keperawatan.
2) Perawat turut aktif dalam pengembangan inti pengetahuan profesional.
3) Perawat bertindak dalam organisasi profesi, berpartisipasi dalam menetapkan
serta mempertahankan kondisi kerja sosial dan ekonomi yang wajar dalam
keperawatan.

2.2 Prinsip-prinsip etika keperawatan


1. Otonomi (Autonomy)
Autonomy berarti mengatur dirinya sendiri, prinsip moral ini sebagai dasar
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dengan cara menghargai pasien,
bahwa pasien adalah seorang yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Perawat
harus melibatkan pasien dalam membuat keputusan tentang asuhan keperawatan yang
diberikan pada pasien.
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan
memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau
pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek
terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak
secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang
menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

4
Aplikasi prinsip moral otonomi dalam asuhan keperawatan ini contohnya
adalah seorang perawat apabila akan menyuntik harus memberitahu untuk apa obat
tersebut, prinsip otonomi ini dilanggar ketika seorang perawat tidak menjelaskan
suatu tindakan keperawatan yang akan dilakukannya, tidak menawarkan pilihan
misalnya memungkinkan suntikan atau injeksi bisa dilakukan di pantat kanan atau kiri
dan sebagainya. Perawat dalam hal ini telah bertindak sewenang-wenang pada orang
yang lemah.
2. Berbuat Baik (Beneficience)
Prinsip beneficience ini oleh Chiun dan Jacobs (1997) didefinisikan dengan
kata lain doing good yaitu melakukan yang terbaik . Beneficience adalah melakukan
yang terbaik dan tidak merugikan orang lain , tidak membahayakan pasien . Apabila
membahayakan, tetapi menurut pasien hal itu yang terbaik maka perawat harus
menghargai keputusan pasien tersebut, sehingga keputusan yang diambil perawatpun
yang terbaik bagi pasien dan keluarga. Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu
yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang
lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini
dengan otonomi.
Beberapa contoh prinsip tersebut dalam aplikasi praktik keperawatan adalah,
seorang pasien mengalami perdarahan setelah melahirkan, menurut program terapi
pasien tersebut harus diberikan tranfusi darah, tetapi pasien mempunyai kepercayaan
bahwa pemberian tranfusi bertentangan dengan keyakinanya, dengan demikian
perawat mengambil tindakan yang terbaik dalam rangka penerapan prinsip moral ini
yaitu tidak memberikan tranfusi setelah pasien memberikan pernyataan tertulis
tentang penolakanya. Perawat tidak memberikan tranfusi, padahal hal tersebut
membahayakan pasien, dalam hal ini perawat berusaha berbuat yang terbaik dan
menghargai pasien.
3. Keadilan (Justice)
Setiap individu harus mendapatkan tindakan yang sama, merupakan prinsip
dari justice (Perry and Potter, 1998 ; 326). Justice adalah keadilan, prinsip justice ini
adalah dasar dari tindakan keperawatan bagi seorang perawat untuk berlaku adil pada
setiap pasien, artinya setiap pasien berhak mendapatkan tindakan yang sama. Prinsip
keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan

5
dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai
hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan.
Tindakan yang sama tidak selalu identik, maksudnya setiap pasien diberikan
konstribusi yang relatif sama untuk kebaikan kehidupannya. Prinsip Justice dilihat
dari alokasi sumber-sumber yang tersedia, tidak berarti harus sama dalam jumlah dan
jenis, tetapi dapat diartikan bahwa setiap individu mempunyai kesempatan yang sama
dalam mendapatkannya sesuai dengan kebutuhan pasien. (Sitorus, 2000).
4. Tidak Merugikan (Nonmaleficience) atau avoid killing
Prinsip avoiding killing menekankan perawat untuk menghargai kehidupan
manusia (pasien), tidak membunuh atau mengakhiri kehidupan. Thomhson ( 2000 :
113) menjelasakan tentang masalah avoiding killing sama dengan Euthanasia yang
kata lainya tindak menentukan hidup atau mati yaitu istilah yang digunakan pada dua
kondisi yaitu hidup dengan baik atau meninggal.
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien. kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja menimbulkan kerugian atau
cidera. Prinsip : Jangan membunuh, menghilangkan nyawa orang lain, jangan
menyebabkab nyeri atau penderitaan pada orang lain, jangan membuat orang lain
berdaya dan melukai perasaaan orang lain.
Ketika menghadapi pasien dengan kondisi gawat maka seorang perawat harus
mempertahankan kehidupan pasien dengan berbagai cara. Tetapi menurut Chiun dan
Jacobs (1997 : 40) perawat harus menerapkan etika atau prinsip moral terhadap pasien
pada kondisi tertentu misalnya pada pasien koma yang lama yaitu prinsip avoiding
killing, Pasien dan keluarga mempunyai hak-hak menentukan hidup atau mati.
Sehingga perawat dalam mengambil keputusan masalah etik ini harus melihat prinsip
moral yang lain yaitu beneficience, nonmaleficience dan otonomy yaitu melakukan
yang terbaik, tidak membahayakan dan menghargai pilihan pasien serta keluarga
untuk hidup atau mati. Mati disini bukan berarti membunuh pasien tetapi
menghentikan perawatan dan pengobatan dengan melihat kondisi pasien dengan
pertimbangan beberapa prinsip moral diatas.
5. Kejujuran (Veracity)
Veracity menurut Chiun dan Jacobs (1997) sama dengan truth telling yaitu
berkata benar atau mengatakan yang sebenarnya. Veracity merupakan suatu kuajiban

6
untuk mengatakan yang sebenarnya atau untuk tidak membohongi orang lain atau
pasien (Sitorus, 2000).
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan
untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar
menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani
perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya
batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk
pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab
individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi
penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan
saling percaya.
6. Menepati Janji (Fidelity)
Sebuah profesi mempunyai sumpah dan janji, saat seorang menjadi perawat
berarti siap memikul sumpah dan janji. Hudak dan Gallo (1997 : 108), menjelaskan
bahwa membuat suatu janji atau sumpah merupakan prinsip dari fidelity atau
kesetiaan. Dengan demikian fidelity bisa diartikan dengan setia pada sumpah dan
janji. Chiun dan Jacobs (1997 : 40) menuliskan tentang fidelity sama dengan keeping
promises, yaitu perawat selama bekerja mempunyai niat yang baik untuk memegang
sumpah dan setia pada janji.
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan
perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari
perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan
kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
Prinsip fidelity menjelaskan kewajiban perawat untuk tetap setia pada
komitmennya, yaitu kewajiban memperatankan hubungan saling percaya antara
perawat dan pasien yang meliputi menepati janji dan menyimpan rahasia serta caring
(Sitorus, 2000 : 3). Prinsip fidelity ini dilanggar ketika seorang perawat tidak bisa

7
menyimpan rahasia pasien kecuali dibutuhkan, misalnya sebagai bukti di pengadilan,
dibutuhkan untuk menegakan kebenaran seperti penyidikan dan sebagainya.
7. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien
hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat
memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti
persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman
atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.
8. Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung
jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang lain.
Akuntabilitas merupakan standar pasti yang mana tindakan seorang professional
dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
2.3 Makna dan kegunaan kode etik keperawatan
Manfaat kode etik keperawatan yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan
bagi status profesional dengan cara sebagai berikut :
1. Kode etik perawat menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan
memahami dan menerima kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan kepada
perawat oleh masyarakat
2. Menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku dan menjalin hubungan
keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek etikal
3. Kode etik perawat menetapkan hubungan-hubungan profesional yang harus dipatuhi
yaitu hubungan perawat dengan pasien / klien sebagai advokator, perawat dengan tenaga
profesional kesehatan lain sebagai teman sejawat, dengan profesi keperawatan sebagai
seorang kontributor dan dengan masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan
4. Kode etik perawat memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi.

8
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Contoh Kasus
Salah seorang perawat yang ditugaskan untuk menangani pasien yang kurang
mampu dan berada pada ruangan kelas III. Perawat ini awalnya merawat pasien
tersebut ini dengan baik. Namun, suatu hari keluarga dari perawat ini dirawat di
rumah sakit yang sama juga tapi di ruang VIP. Setiap hari perawat ini selalu
berkunjung ke ruangan keluarganya tersebut sampai-sampai melupakan seorang
pasien yang ada di kelas III yang sudah menjadi tanggung jawab sepenuhnya untuk
perawat itu. Ketika ditanya kenapa perawat itu sering berkunjung ke ruangan VIP
tersebut, perawat itu menjawab karena yang dirawat itu adalah keluarganya. Jadi dia
harus setiap saat mengecek keadaan keluarganya itu dan melupakan tanggung
jawabnya yang terdahulu yaitu pasien di ruangan kelas III. Tentu saja ini melanggar
prinsip etik keperawatan justice / keadilan karena perawat itu sudah membeda-
bedakan perawatan pada kelurarganya dan pasien yang sudah menjadi tanggung
jawabnya dimana dia lebih sering mengecek keadaan keluarganya tersebut dan
melupakan pasien yang berada di ruangan kelas III tersebut.

3.2 Analisa Kasus


1. Pelanggaran Kode Etik Keperawatan
Pelanggaran yang telah dilakukan oleh perawat tersebut adalah membeda-
bedakan mana keluarganya dan mana yang bukan. Sudah jelas bahwa dia
melanggar prinsip etik keperawatan. Seperti yang kita tahu sendiri bahwa pada
prinsip etika keperawatan justice / keadilan adalah dimana perawat tidak
membeda-bedakan antara pasien yang satu dengan pasien yang lainnya meskipun
itu temannya atau keluarganya sekalipun.
2. Pelanggaran Hak-hak Pasien
a) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 (pasal 4)
Hak untuk dilayani dan diperlakukan secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
b) Undang-Undang No. 44 Tahun 1999 (pasal 32)
Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.

9
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Kode etik dari bahasa Latin codex yang berarti himpunan, kode etik adalah usaha
meghimpun apa yang tersebar serta menghimpun norma-norma yang disepakati
dan ditetapkan oleh dan untuk anggota profesi tertentu.
2. Delapan prinsip etika keperawatan yaitu : Otonomi (Autonomy), Berbuat baik
(Beneficience), Keadilan (Justice), Tidak merugikan (Nonmaleficience),
Kejujuran (Veracity), Menepati janji (Fidelity), Kerahasiaan (Confidentiality),
Akuntabilitas (Accountability)
3. Sebagai perawat profesional yang sudah mempunyai kode etik keperawatan,
perawat harus senantiasa melakukan tindakan berpedoman pada kode etik
perawat. Selalu bersikap adil, jujur dan ramah agar pasien merasa nyaman ketika
mendapatkan pelayanan kesehatan.
4.2 Saran
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang
keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya
mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat atau
bertindak sesuai kode etiknya (kode etik keperawatan).
Dalam setiap melakukan tindakan perawat dituntut untuk dapat bertindak
secara mandiri maupun secara kolaborasi. Namun, tetap ingat akan etika-etika
keperawatan tersebut.

10
DAFTAR PUSTAKA

Sumijatun. 2011. Membudayakan Etik dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Setyawan, Dody. 2012. Etik, Dilema Etik Dan Contoh Kasus Dilema Etik.
http://nersdody.blogspot.com/2012/03/etik-dilema-etik-dan-contoh-kasus.html (diakses pada
tanggal 8 Maret 2019, pukul 11.15 WIB)

Efendi. Ferry. Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas, Teori, dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Handy. 2013. Makalah Etika dan Hukum. Online tersedia :


http://pvhandyexp.wordpress.com/…/…/makalah-etika-dan-hukum/ (diakses pada tanggal 8
Maret 2019, pukul 11.30 WIB )

11

Anda mungkin juga menyukai