Anda di halaman 1dari 17

KONSEP ETIKA PROFESI DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN

DAN SEJARAH KEPERAWATAN

A. Pengertian etika dan profesi

Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan


sebagai acuan bagi perilaku seseorang yang berkaitan dengan
tindakan yang baik dan buruk yang merupakan suatu kewajiban
dan tanggung jawab moral. Etika atau Ethics berasal dari kata
yunani, yaitu etos yang artinya adat, kebiasaan, perilaku atau
karakter. Menurut kamus webster, Etik adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral.

Etika berasal dari bahasa Yunani ethikos yang berarti adat


istiadat atau kebiasaan. Etika adalah ilmu tentang kesusilaan
yang menentukan bagaiman sepatutnya manusia hidup didalam
masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip
yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu baik buruk,
kewajiban, dan tanggung jawab. Moral, berasal dari kata latin
yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Moral adalah perilaku
yang diharapkan oleh masyarakat yang merupakan “standar
prilaku” dan “nilai-nilai” yang harus diperhatikan bila seseorang
menjadi anggota masyarakat dimana ia tinggal. Sumber yang
lain menyatakan bahwa moral mempunyai arti tentang perilaku
dan keharusan masyarakat, sedangkan etika mempunyai arti
prinsip-prinsip dibelakan keharusan tersebut.

 Etiket atau adat merupakan suatu yang dikenal, diketahui,


diulang, serta menjadi suatu kebiasaan didalam suatu

1
masyarakat, baik berupa kata-kata atau suatu bentuk
perbuatan yang nyata.
 Etika kesehatan merupkan penerapan nilai etika terhadap
bidang pemeliharaan/pelayanan kesehatan masyarakat.
 Etika keperawatan dapat diartikan sebagai filsafat yang
mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari
pelaksanaan praktek keperawatan
 Inti falsafah keperawatan adalah hak dan martabat
manusia, sedangkan fokus etika keperawatan adalah sifat
manusia yang unik

B. Konsep moral dalam praktek keperawatan

1. Advokasi

Arti advokasi menurutu ANA (1985) adalah “melindungi klien


atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatah dan
keselamatan praktek tidak sah yang tidak kompeten dan
melanggar etika yang dilakukan oleh siapapun”. Advokasi
merupakan dasar falsafah dan ideal keperawatan yang
melibatkan bantuan perawatan secara aktif kepada individu
untuk secara bebas menentukan nasibnya sendiri. Pada dasarnya
peran perawat sebagai advokat pasien adalah memberi informasi
dan memberi bantuan kepada pasien atas keputusan apapun
yang dibuat pasien. Memberi informasi berarti menyediakan
penjelasan atau informasi sesuai yang dibutuhkan pasien.
Memberi bantuan mengandung dua peran, yaitu peran aksi dan
non aksi.

2. Akuntabilitas

2
Akuntabilitas mengandung arti dapat mempertanggung
jawabkan suatu tindakan yang dilakukan dan dapat menerima
konsekuensi dari tindakan tersebut. Akuntabilitas mengandung
dua komponen utama, yaitu tanggung jawab dan tanggung
gugat. Ini berarti bahwa tindakan yang dilakukan perawat dilihat
dari praktek keperawatan, kode etik dan undang-undang
dibenarkan atau absah.

3. Loyalitas

Merupakan suatu konsep dengan berbagai segi, meliputi simpati,


peduli, dan hubungan timbal-balik terhadap pihak yang secara
profesional berhubungan dengan perawat. Ini berarti ada
pertimbangan tentang nilai dan tujuan orang lain secara nilai dan
tujuan sendiri. Hubungan profesional dipertahankan dengan cara
menyusun tujuan bersama, menepati janji, menentukan masalah
dan prioritas, serta mengupayakan pencapaian kepuasan
bersama. Untuk mencapai kualitas asuhan keperawatan yang
tinggi dan hubungan dengan pihak yang harmonis, maka aspek
loyalitas harus dipertahankan oleh setiap perawat baik loyalitas
kepada pasien, teman sejawat, rumah sakit maupun profesi.
Untuk mewujudkan hal tersebut, beberapa argumentasi yang
perlu diperhatikan sebagai berikut :

- Masalah pasien tidak boleh didiskusikan dengan pasien lain dan


perawat harus bijaksana bila informasi dari pasien harus
didiskusikan secara profesional

- Perawat harus menghindari pembicaraan yang tidak


bermanfaat, dan berbagai persoalan yang berkaitan dengan
pasien, rumah sakit atau pekerja rumah sakit harus didiskusikan
dengan umum.

3
- Perawat harus menghargai dan memberi bantuan kepada
teman sejawat. Kegagalan dalam melakukan hal ini dapat
menurunkan penghargaan dan kepercayaan masyarakat kepada
tenaga kesehatan.

- Pandangan masyarakat terhadap profesi keperawatan


ditentukan oleh kelakuan anggota profesi. Perawat harus
menunjukkan loyalitasnya kepada profesi dengan berperilaku
secara tepat pada saat bertugas

C. Permasalahan dasar etika keperawatan

Bandman dan bandman (1990) secara umum menjelaskan


bahwa permasalahan etika keperawatan pada dasarnya terdiri
dari lima jenis, yaitu :

1. Kuantitas Melawan Kuantitas Hidup

Contoh Masalahnya : seorang ibu minta perawat untuk melepas


semua selang yang dipasang pada anaknya yang berusia 14
tahun, yang telah koma selama 8 hari. Dalam keadaan seperti
ini, perawat menghadapi permasalahan tentang posisi apakah
yang dimilikinya dalam menentukan keputusan secara moral.
Sebenarnya perawat berada pada posisi permasalahan kuantitas
melawan kuantitas hidup, karena keluaga pasien menanyakan
apakah selang-selang yang dipasang hampir pada semua bagian
tubuh dapat mempertahankan pasien untuk tetap hidup.

2.Kebebasan Melawan Penanganan dan Pencegahan Bahaya.

Contoh masalahnya : seorang pasien berusia lanjut yang


menolak untuk mengenakan sabuk pengaman sewaktu berjalan.
Ia ingin berjalan dengan bebas. Pada situasi ini, perawat pada

4
permasalahan upaya menjaga keselamatan pasien yang
bertentangan dengan kebebasan pasien.

3.Berkata secara jujur melawan berkata bohong

Contoh masalahnya : seorang perawat yang mendapati teman


kerjanya menggunakan narkotika. Dalam posisi ini, perawat
tersebut berada pada masalah apakah ia akan mengatakan hal
ini secara terbuka atau diam, karena diancam akan dibuka
rahasia yang dimilikinya bila melaporkan hal tersebut pada orang
lain.

4.Keinginan terhadap pengetahuan yang bertentangan dengan


falsafah agama, politik, ekonomi dan ideologi

Contoh masalahnya : seorang pasien yang memilih penghapusan


dosa daripada berobat kedokter.

5.Terapi ilmiah konvensional melawan terapi tidak ilmiah dan


coba-coba

Contoh masalahnya : di Irian Jaya, sebagian masyarakat


melakukan tindakan untuk mengatasi nyeri dengan daun-daun
yang sifatnya gatal. Mereka percaya bahwa pada daun tersebut
terdapat miang yang dapat melekat dan menghilangkan rasa
nyeri bila dipukul-pukulkan dibagian tubuh yang sakit.

Konsep Profesi Keperawatan

1. Etika hubungan tim keperawatan

Tim keperawatan terdiri dari semua individu yang terlibat dalam


pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Komposisi
anggota tim keperawatan bervariasi, tergantung pada tenaga

5
keperawatan yang ada, sensus pasien, jenis unit keperawatan,
dan program pendidikan keperawatan yang berafiliasi/kerjasama
Faktor-faktor tim keperawatan yang diarahkan terhadap kualitas
asuhan keperawatan : Dalam kerjasama dengan sesama tim,
semua perawat harus berprinsip dan ingat bahwa fokus dan
semua upaya yang dilakukan adalah mengutamakan
kepentingan pasien serta kualitas asuhan keperawatan dan
semua perawat harus mampu mengadakan komunikasi secara
efektif. Latar belakang pendidikan, jenis pekerjaan maupun
kemampuan bervariasi, maka dalam pemberian tugas asuhan
keperawatan, perawatan dibagi dalam berbagai kategori,
misalnya perawat pelaksana, kepala bangsal, kepala unit
perawat, kepala seksi perawatan (supervisor), dan kepala bidang
keperawatan (direktor president of nursing). Dalam memberikan
asuhan keperawatan, setiap anggota harus mampu
mengkomunikasikan dengan perawat anggota lain, dimana
permasalahan etis dapat didiskusikan dengan sesama perawat
atau atasannya.

2. Hubungan perawat-pasien-dokter

Perawat, pasien, dan dokter adalah tiga unsur manusia yang


saling berhubungan selama mereka masih terkait dalam suatu
hubungan timbal balik pelayanan kesehatan. Hubungan perawat
dengan dokter telah terjalin seiring dengan perkembangan kedua
profesi ini, tidak terlepas dari sejarah, sifat ilmu/pendidikan, latar
belakang personal dan lain-lain. Berbagai model hubungan
perawat-pasien-dokter telah dikembangkan, diantaranya adalah
model yang dikembangkan oleh Szasz dan hollander, mereka
mengembangkan tiga model hubungan dokter-perawat di mana
model ini terjadi pada semua hubungan antar manusia, termasuk

6
hubungan antara perawat dan dokter Model Yang Dikembangka
Szasz dan hollander :

A.Model Aktivitas – Pasivitas

Suatu model dimana dokter berperan aktif dan pasien berperan


pasif. Model ini tepat untuk bayi, pasien koma, pasien bius, dan
pasien dalam keadaan darurat. Dokter berada pada posisi
mengatur semuanya, merasa mempunyai kekuasaan, dan
identitas pasien kurang diperhatikan. Model ini bersifat otoriter
dan paternalistic.

B.Model Hubungan Membantu

Merupakan dasar untuk sebagian besar dari praktek kedokteran.


Model ini terdiri dari pasien yang mempunyai gejala mencari
bantuan dan dokter yang mempunyai pengetahuan terkait
dengan kebutuhan pasien. Dokter memberikan bantuan dalam
bentuk perlakuan/pengobatan. Timbal baliknya, pasien
diharapkan bekerja sama dengan mentaati anjuran dokter.
Dalam model ini, dokter mengetahui apa yang terbaik bagi
pasien, memegang apa yang diminati pasien dan bebas dari
prioritas yang lain. Model ini bersifat paternalistic atau sedikit
lebih rendah.

C.Model Partisipasi Mutual

Model ini berdasarkan pada anggapan bahwa hak yang


sama/kesejajaran antara umat manusia merupakan nilai yang
tinggi. Model ini mencerminkan asumsi dasar dari proses
demokrasi. Interaksi, menurut model ini, menyebutkn bahwa
pihaknya yang saling berinteraksi mempunyai kekuasaan yang

7
sama, saling membutuhkan, dan aktivitas yang dilakukan akan
memberikan kepuasaan kedua pihak. Robert Veatch
mengembangkan empat model hubungan dokter – pasien
meliputi :

a.The Engineering Model

Dalam model ini veatch menolak sikap kemungkinan nilai bebas


murni dari ilmu atau kedokteran pilihan-pilihan dibuat secara
terus menerus terhadap fakta, observasi, desain penelitian, dan
tingkatan statistik signifikasi dalam suatu kerangka nilai-nilia
dengan praduga menurut ilmu-ilmu murni. Sejumlah besar piliha-
pilihan nilai dan signifikasi harus dibuat oleh orang-orang
terhadap ilmu terapan seperti kedokteran, yang mana tidak
seperti ilmu teknik, nilai-nilai tidak dapat ditiadakan dari nasehat
teknis terhadap

b.The Pristly Model

Dalam model ini dokter memegang vigure seorang ahli moral


yang dapat memberi tahu pasien apa yang harus dikerjakan
pasien pada situasi tertentu. Tradisi ini berdasarkan prinsip etis
jangan kerjakan ketidak baikan. Ini mencerminkan pelaksanaan
prinsip paternalistic dengan tidak memberitahukan berita buruk
kepada pasien, tetapi memberikan suatu pemantapan yang tidak
nyata. Model ini tidak menyertakan pasien dalam membuat
keputusan, tetapi menyerahkan kebebasan kepada dokter,
misalnya, pasien tidak diizinkan menolak transfusi darah yang
menurut agamanya tidak diperbolehkan. Prinsip paternalime
mengurangi takdir pasien dengan mengurangi pengendalian
pasien terhadap tubuh dan kehidupan.

c.The Collegial Model

8
Dalam model ini, dokter dan perawat merupakan mitra dalam
mencapai tujuan untuk menyembuhkan penyakit dan
mempertahankan kesehatan pasien. Saling percaya dan percaya
diri merupakan hal utama. Kedua belah pihak mempunyai
kedudukan yang sama. Namun pada kenyataannya, veatch
berpendapat bahwa sebenarnya tidak ada dasar untuk
persamaan kedudukan dalam hubungan pasien-dokter karna
perbedaan kelas sosial, status ekonomi, pendidikan dan sistem
nilai menimbulkan asumsi tentang rasa tertarik yang lazim
terhadap ilusi.

d.The Contractual Model

Dalam model ini, peserta yang mengadakan hubungan/interaksi


berharap untuk memegang ketaatan terhadap anjuran dan
manfaat untuk kedua belah pihak. Kesepakatan terhadap prinsip
moral merupakan hal yang penting. Lebih lanjut dalam
kesepakatan hubungan, pasien berhak menentukan nasib
mereka. Dalam model ini terjadi curah pendapat tentang
tanggung jawab dan kewajiban etis.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, serta


hubungan dengan dokter, dikenal beberapa peran perawat, yaitu
:

a.Peran independen ( Mandiri )

Peran mandiri merupakan peran perawat dalam memberikan


asuhan keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan oleh
perawat secara mandiri

b.Peran dependen ( Tergantung Pada Dokter )

9
Peran tergantung merupakan peran perawat dalam
melaksanakan program kesehatan dimana pertanggung jawaban
dipegang oleh dokter.

c.Peran inter dependen ( Kolaborasi )

Peran kolaborasi merupakan peran perawat dalam mengatasi


permasalahan secara team work dengan tim kesehatan lain.

3. Hubungan perawat-pasien dalam konteks etis

Peran perawat secara umum dapat digunakan kerangka yang


mengacu pada pandangan dasar hildegard E.peplav, tentang
hubungan perawat-pasien, yang merupakan suatu teori yang
mendasari nilai dan martabat manusia, pengembangan rasa
percaya, pengukuran pemecahan masalah, dan kolaborasi.

Dalam konteks hubungan perawat-pasien, perawat dapat


berperan sebagai konselor pada saat pasien mengungkapkan
kejadian dan perasaan tentang penyakitnya. Dapat pula
berperan sebagai pengganti orang tua (terutama pada pasien
anak), saudara kandung, atau teman bagi pasien dalam
mengungkapkan perasaannya.

Pada dasarnya hubungan antara perawat-pasien berdasarkan


pada sifat alamiah perawat dan pasien dalam berinteraksi
perawat-pasien, peran yang dimiliki masing-masing membentuk
suatu kesepakatan atau persetujuan dimana pasien mempunyai
peran dan hak sebagai pasien dan perawat mempunyai peran
dan hak sebagai perawat. Dan dalam hubungan perawat-pasien
maka setiap hubungan harus didahului dengan kontrak dan

10
kesepakatan bersama, dimana pasien mempunyai peran sebagai
pasien dan perawat sebagai perawat. Kesepakatan ini menjadi
parameter bagi perawat dalam memutuskan setiap tindakan etis.

Konsep dan Karakteristik Profesi


A. Pengertian Profesi
Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan badan hukum
sebagai dasar untuk pengembangan teori yang sistematis guna
menghadapi banyak tantangan baru, memerlukan pendidikan
dan pelatihan yang cukup lama, serta memilki kode etik dengan
fokus utama pada pelayanan.

B. Ciri-ciri Profesi
 Mempunyai Body of Knowledge.

 Pendidikan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan


tinggi.

 Memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik


dalam bidang profesi.

 Memiliki perhimpunan atau organisasi profesi.

 Pemberlakuan kode etik keperawatan.

 Otonomi.

 Motivasi bersifat altruistik.

C. Konsep Profesi

 Keperawatan merupakan bentuk pelayanan profesional


kepada klien yang dibeikan secara manusiawi.

 Komprehensif biologi, psikologi, sosial, spiritual, dan


kultural.

11
 Diberikan secara berkesinambungan sejak klien
membutuhkan pelayanan sampai mampu melakukan
aktifitas secara produktif.

 Keperawatan profesional hanya dapat dilakukan oleh


tenaga keperawatan profesional yang telah memiliki izin
dan kewenangan.

 Keperawatan profesional adalah tindakan mandiri perawat.

 Dilakukan secara kolaboratif dengan pasien, tenaga


kesehatan lain sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya.

 Dilaksanakan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan.

 Keperawatan profesional dilakukan untuk meningkatkan


derajat kesehatan, memcagah penyakit, penyembuhan,
pemulihan serta pemeliharaan kesehatan.

D. Karakteristik Profesi

 Kelompok pengetahuan yang melandasi keterampilan


untuk menyelesaikan masalah dalam tatanan praktik
keperawatan.

 Kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada


masyarakat.

 Pendidikan yang memenuhi standart dan diselanggarakan


di Perguruan Tinggi atau Universitas.

 Pengendalian terhadap standart praktik.

 Bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap


tindakan yang dilakukan.

 Karir seumur hidup.

12
 Fungsi mandiri.

Perkembangan Keperawatan Sebagai Profesi


Perkembangan keperawatan sebagai profesi dapat dilihat dari
sejarahnya. Dimana sejarah perkembangannya dapat dilihat
dalam dua pandangan, yaitu sejarah perkembangan
keperawatan di dunia dan sejarah perkembangan keperawatan di
Indonesia.

A. Sejarah Perkembangan Keperawatan di Dunia


Perkembangan keperawatan sangat dipengaruhi oleh
perkembangan struktur dan kemajuan peradaban manusia.
Perkembangan keperawatan diawali pada :
1. Zaman Purbakala (Primitive Culture)
Sejak zaman manusia itu diciptakan pada dasarnya manusia
telah memiliki naluri untuk merawat diri sendiri sebagaimana
tercermin pada seorang ibu. Naluri yang sederhana adalah
memlihara kesehatan dalam hal ini adalah menyusui anaknya
sehingga harapan pada awal perkembangan keperawatan,
perawat harus memiliki jiwa keibuan (Mother Instic).
Kemudian bergeser pada zaman purba, pada zaman ini paham
animisme berkembang dimana manusia mempercayai bahwa
yang sakit dapat disebabkan karena kekuatan gaib sehingga
timbul keyakinan jiwa yang jahat akan dapat menimbulkan
kesakitan dan jiwa yang sehat dapat menimbulkan kesehatan
atau kesejahteraan. Saat itu peran sebagai ibu yang merawat
keluarga yang sakit dengan memberikan perawatan fisik serta
mengobati yang sakit untuk menghilangkan pengaruh roh jahat.
Setelah itu muncul kepercayaan mengenai dewa-dewa dimana
pada saat itu percaya bahwa penyakit disebabkan karena

13
kemarahan dewa, untuk menghilangkan penyakit itu pasien
harus memberikan sesajian di kuil-kuil yang telah didirikan.
Setelah itu keperawatan terus berbenah diri dimulai dari ibu-ibu
janda yang membantu para pendeta merawat orang sakit. Dan
mulai dari inilah rumah-rumah perawat dibangun untuk
menumpang para perawat.
2. Zaman Keagamaan
Pekembangan keperawatan ini mulai berkembang kearah
spiritual diamana seseorang yang sakit diakibatkan oleh adanya
dosa atau kutukan Tuhan. Pusat pengobatan adalah rumah-
rumah ibadah, sehingga para pemimpin agama disebut tabib
yang mengobatu orang sakit.
3. Zaman Masehi
Keperawatan dimilai pada masa perkembangan Nasrani, pada
masa itu banyak membentuk Diakones, yaitu suatu organisasi
wanita yang mengunjungi orang sakit, sedangkan laki-laki
diberikan tugas untuk mengubur orang yang meninggal,
sehingga pada saat itu berdirilah sebuah rumah sakit di Roma,
seperti Monastic Hospital. Rumah sakit pada saat itu berfungsi
sebagai perawatan orang sakit, cacat, dan miskin, serta yatim
piatu.
Pada saat itu pula di daratan Asia khusunya Timur Tengah,
perkembangan keperwatan mulai maju seiring berkembangnya
Agama Islam yang disebarkan oleh Nabi Muhmmad SAW.
Keberhasilan Nabi untuk menyebarkan Islam membawa dampak
positif dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
seperti ilmu pasti, kimia, kesehatan, dan obat-obatan.
Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an pentingnya untuk
menjaga kebersihan lingkungan, makanan, dan diri sendiri.
4. Zaman Permulaan Abad 21

14
Perkembangan keperawatan pada masa ini tidak lagi kearah
keagamaan melainkan tergantung pada kekuasaan karena pada
saat itu terjadi perang dunia. Rumah ibadah yang dulunya
berfungsi perawatan orang sakit sudah tidak beefungsi lagi.
5. Zaman Sebelum Perang Dunia II
Pada masa ini berkembang prinsip rasa cinta sesama manusia,
dimana sesama manusia saling membantu. Florence Nightingale
menyadari pentingnya suatu sekolah untuk mendidik para
perawat. Florence menganggap bahwa keperawatan perlu
disiapkan untuk mendidik para perawat. Usaha Florence adalah
menetapkan struktur dasar di pendidikan perawat diantaranya
membangun sekolah perawat, menetapkan tujuan pendidikan
perawat serta menetapkan pengetahuan yang harus dimilki oleh
calon perawat. Florence mendirikan sekolah perawat dengan
nama Nightingale Nurshing School.
6. Masa Selama Perang Dunia II
Selama masa ini timbul tekanan penegtahuan dalam penerapan teknologi
akibat penderitaan yang panjang sehingga perlu meningkatkan diri dalam
tindakan perawat mengingat penyakit dan korban perang yang beragam.
7. Masa Pasca Perang Dunia II
Perkembangan perawat pada masa itu diawali pada kesadaran
masyarakat akan pentingnya kesehatan, pertambahan penduduk yang
relatif tinggi yang menimbulkan masalah baru dalam pelayanan
kesehatan, perumbuhan ekonomi yang mempengaruhi tingkah laku
individu, adanya perkembangan ilmu penegetahuan dan teknologi
kedokteran dengan diawali adanya penemuan obat-obatan dan cara-cara
untuk memberikan penyembuhan pada pasien, upaya-upaya dalam
tindakan pelayanan kesehatan. Pada masa itu perkembangan perawat
dimulai adanya sifat pekerjaan yang semula bersifat individu bergeser
kearah pekerjaan yang bersifat tim. Pada tahun 1948 perawat diakui
sebagai profesi sehingga pada saat itu pula terjadi perhatian dalam

15
pemebrian penghargaan pada perawat atas tanggung jawabnya dalam
tugas.
8. Periode Tahun 1950
Pada saat itu perawat sudah mulai menunjukkan perkembangan
khusunya penataan pada sistem pendidikan, penerapan proses
keperawatan dimulai dengan pengkajian, diagnosis, keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
B. Sejarah Perkembangan Keperawatan di Indonesia
Sejarah perkembangan keperwatan di Indonesia dibagi menjadi
dua masa :
1. Masa Sebelum Kemerdekaan
Pada masa ini Indonesia masih dalam penjajahan Belanda.
Perawat yang berasal dari Indonesia disebut Verfleger dengan
dibantu oleh Zieken Opaser sebagai penjaga orang sakit. Pada
masa penjajahan Belanda tugas utama perawat hanya merawat
staf dan tentara Belanda. Kemudian pada masa penjajahan
Inggris yaitu Raffles, mereka memperhatikan kesehatan rakyat
dengan moto kesehatan adalah milik manusia dan pada saat itu
pula telah diadakan berbagai usaha dalam memelihara
kesehatan, diantaranya usaha pengadaaan pencacaran secara
umum, membenahi cara perawatan pasien, dan memperhatikan
kesehatan para tawanan.
Beberapa rumah sakit dibangun khususnya di Jakarta yaitu pada
tahun 1819, didirikan Salemba dan sekarang bernama Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
2. Masa Sesudah Kemerdekaan
Pada masa ini telah banyak didirikan rumah sakit dan balai
pengobatan dan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
kesehatan, maka didirikanlah sekolah perawat. Pada tahun 1962
telah dibuka pendidikan keperawatan setara pendidikan diploma.

16
Pada tahun 1985 untuk pertama kalinya dibuka pendidikan
keperawatan setingkat dengan sarjana.

Pertumbuhan dan Profesionalisme Keperawatan


Profesi keperawatan di Indonesia mengalami perkembangan
yang sedemikian pesat. Perkembangan ini memberikan dampak
berupa perubahan status keperawatan dari vokasional menjadi
profesional, perawat semula menjalani proses teknik prosedur
dari dokter berubah menjadi tenaga kesehatan yang bekerja
berdasarkan disiplin keilmuan khusus dengan ruang lingkup
praktik yang jelas. Perubahan ini tidak semata-mata diterima
masyarakat. Bahkan profesi kesehatan lainpun masih belum mau
disejajarkan oleh profesi perawat. Fenomena ini harusnya
menumbuhkan sikap-sikap optimis pada diri perawat yang diikuti
dengan pembuktian ekstensi profesi keperawatan.

Sumber Dari: http://www.ilmukeperawatan.info/2016/06/konsep-


profesi-dalam-lingkungan_23.html#ixzz4WnHXnkw1

17

Anda mungkin juga menyukai