Anda di halaman 1dari 15

MODUL ETIKA KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH

TIM ETIKA KEPERAWATAN

2013

1
Pokok Bahasan : Konsep Dasar Etika Keperawatan

TIU
Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan
etika keperawatan dalam mengasuh klien

TIK
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian etika dan profesi dengan benar
2. Mahasiswa mampu menganalisis konsep moral pada praktik keperawatan
3. Mahasiswa mampu menganalisis permasalahan dasar etika keperawatan

A. Pengertian etika dan profesi

Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku
seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang merupakan
suatu kewajiban dan tanggung jawab moral.

Etika atau Ethics berasal dari kata yunani, yaitu etos yang artinya adat, kebiasaan,
perilaku atau karakter. Menurut kamus webster, Etik adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral.

Etika berasal dari bahasa Yunani ethikos yang berarti adat istiadat atau kebiasaan.
Etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaiman sepatutnya
manusia hidup didalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-
prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu baik buruk, kewajiban, dan
tanggung jawab.

Moral, berasal dari kata latin yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Moral adalah
perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang merupakan “standar prilaku” dan
“nilai-nilai” yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi anggota masyarakat
dimana ia tinggal.

2
Sumber yang lain menyatakan bahwa moral mempunyai arti tentang perilaku dan
keharusan masyarakat, sedangkan etika mempunyai arti prinsip-prinsip dibelakan
keharusan tersebut.

Etiket atau adat merupakan suatu yang dikenal, diketahui, diulang, serta menjadi
suatu kebiasaan didalam suatu masyarakat, baik berupa kata-kata atau suatu bentuk
perbuatan yang nyata.
Etika kesehatan merupkan penerapan nilai etika terhadap bidang
pemeliharaan/pelayanan kesehatan masyarakat.
Etika keperawatan dapat diartikan sebagai filsafat yang mengarahkan tanggung
jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktek keperawatan
Inti falsafah keperawatan adalah hak dan martabat manusia, sedangkan fokus etika
keperawatan adalah sifat manusia yang unik

B. Konsep moral dalam praktek keperawatan


1. Advokasi

Arti advokasi menurutu ANA (1985) adalah “melindungi klien atau masyarakat
terhadap pelayanan kesehatah dan keselamatan praktek tidak sah yang tidak
kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapapun”. Advokasi merupakan
dasar falsafah dan ideal keperawatan yang melibatkan bantuan perawatan secara
aktif kepada individu untuk secara bebas menentukan nasibnya sendiri

Pada dasarnya peran perawat sebagai advokat pasien adalah memberi informasi dan
memberi bantuan kepada pasien atas keputusan apapun yang dibuat pasien. Memberi
informasi berarti menyediakan penjelasan atau informasi sesuai yang dibutuhkan
pasien. Memberi bantuan mengandung dua peran, yaitu peran aksi dan non aksi.
2. Akuntabilitas

Akuntabilitas mengandung arti dapat mempertanggung jawabkan suatu tindakan


yang dilakukan dan dapat menerima konsekuensi dari tindakan tersebut.

3
Akuntabilitas mengandung dua komponen utama, yaitu tanggung jawab dan
tanggung gugat. Ini berarti bahwa tindakan yang dilakukan perawat dilihat dari
praktek keperawatan, kode etik dan undang-undang dibenarkan atau absah.

3. Loyalitas

Merupakan suatu konsep dengan berbagai segi, meliputi simpati, peduli, dan
hubungan timbal-balik terhadap pihak yang secara profesional berhubungan dengan
perawat. Ini berarti ada pertimbangan tentang nilai dan tujuan orang lain secara nilai
dan tujuan sendiri. Hubungan profesional dipertahankan dengan cara menyusun
tujuan bersama, menepati janji, menentukan masalah dan prioritas, serta
mengupayakan pencapaian kepuasan bersama.

Untuk mencapai kualitas asuhan keperawatan yang tinggi dan hubungan dengan
pihak yang harmonis, maka aspek loyalitas harus dipertahankan oleh setiap perawat
baik loyalitas kepada pasien, teman sejawat, rumah sakit maupun profesi. Untuk
mewujudkan hal tersebut, beberapa argumentasi yang perlu diperhatikan sebagai
berikut :
a. Masalah pasien tidak boleh didiskusikan dengan pasien lain dan perawat harus
bijaksana bila informasi dari pasien harus didiskusikan secara profesional
b. Perawat harus menghindari pembicaraan yang tidak bermanfaat, dan berbagai
persoalan yang berkaitan dengan pasien, rumah sakit atau pekerja rumah sakit
harus didiskusikan dengan umum.
c. Perawat harus menghargai dan memberi bantuan kepada teman sejawat.
Kegagalan dalam melakukan hal ini dapat menurunkan penghargaan dan
kepercayaan masyarakat kepada tenaga kesehatan.
d. Pandangan masyarakat terhadap profesi keperawatan ditentukan oleh kelakuan
anggota profesi. Perawat harus menunjukkan loyalitasnya kepada profesi dengan
berperilaku secara tepat pada saat bertugas

B. Permasalahan dasar etika keperawatan

4
Bandman dan bandman (1990) secara umum menjelaskan bahwa
permasalahan etika keperawatan pada dasarnya terdiri dari lima jenis, yaitu :
1. Kuantitas Melawan Kuantitas Hidup
Contoh Masalahnya : seorang ibu minta perawat untuk melepas semua selang yang
dipasang pada anaknya yang berusia 14 tahun, yang telah koma selama 8 hari.
Dalam keadaan seperti ini, perawat menghadapi permasalahan tentang posisi apakah
yang dimilikinya dalam menentukan keputusan secara moral. Sebenarnya perawat
berada pada posisi permasalahan kuantitas melawan kuantitas hidup, karena keluaga
pasien menanyakan apakah selang-selang yang dipasang hampir pada semua bagian
tubuh dapat mempertahankan pasien untuk tetap hidup.
2. Kebebasan Melawan Penanganan dan Pencegahan Bahaya.
Contoh masalahnya : seorang pasien berusia lanjut yang menolak untuk mengenakan
sabuk pengaman sewaktu berjalan. Ia ingin berjalan dengan bebas. Pada situasi ini,
perawat pada permasalahan upaya menjaga keselamatan pasien yang bertentangan
dengan kebebasan pasien.
3. Berkata secara jujur melawan berkata bohong
Contoh masalahnya : seorang perawat yang mendapati teman kerjanya menggunakan
narkotika. Dalam posisi ini, perawat tersebut berada pada masalah apakah ia akan
mengatakan hal ini secara terbuka atau diam, karena diancam akan dibuka rahasia
yang dimilikinya bila melaporkan hal tersebut pada orang lain.
4. Keinginan terhadap pengetahuan yang bertentangan dengan falsafah agama, politik,
ekonomi dan ideologi
Contoh masalahnya : seorang pasien yang memilih penghapusan dosa daripada
berobat kedokter.
5. Terapi ilmiah konvensional melawan terapi tidak ilmiah dan coba-coba
Contoh masalahnya : di Irian Jaya, sebagian masyarakat melakukan tindakan untuk
mengatasi nyeri dengan daun-daun yang sifatnya gatal. Mereka percaya bahwa pada
daun tersebut terdapat miang yang dapat melekat dan menghilangkan rasa nyeri bila
dipukul-pukulkan dibagian tubuh yang sakit.

C. Konsep Profesi Keperawatan


a. Etika hubungan tim keperawatan

5
Tim keperawatan terdiri dari semua individu yang terlibat dalam pemberian
asuhan keperawatan kepada pasien. Komposisi anggota tim keperawatan bervariasi,
tergantung pada tenaga keperawatan yang ada, sensus pasien, jenis unit keperawatan,
dan program pendidikan keperawatan yang berafiliasi/kerjasama
Faktor-faktor tim keperawatan yang diarahkan terhadap kualitas
asuhan keperawatan :

Dalam kerjasama dengan sesama tim, semua perawat harus berprinsip dan
ingat bahwa fokus dan semua upaya yang dilakukan adalah mengutamakan
kepentingan pasien serta kualitas asuhan keperawatan dan semua perawat harus
mampu mengadakan komunikasi secara efektif.

Latar belakang pendidikan, jenis pekerjaan maupun kemampuan bervariasi,


maka dalam pemberian tugas asuhan keperawatan, perawatan dibagi dalam berbagai
kategori, misalnya perawat pelaksana, kepala bangsal, kepala unit perawat, kepala
seksi perawatan (supervisor), dan kepala bidang keperawatan (direktor president of
nursing). Dalam memberikan asuhan keperawatan, setiap anggota harus mampu
mengkomunikasikan dengan perawat anggota lain, dimana permasalahan etis dapat
didiskusikan dengan sesama perawat atau atasannya.
b. Hubungan perawat-pasien-dokter

Perawat, pasien, dan dokter adalah tiga unsur manusia yang saling
berhubungan selama mereka masih terkait dalam suatu hubungan timbal balik
pelayanan kesehatan.

Hubungan perawat dengan dokter telah terjalin seiring dengan perkembangan


kedua profesi ini, tidak terlepas dari sejarah, sifat ilmu/pendidikan, latar belakang
personal dan lain-lain.

Berbagai model hubungan perawat-pasien-dokter telah dikembangkan,


diantaranya adalah model yang dikembangkan oleh Szasz dan hollander, mereka
mengembangkan tiga model hubungan dokter-perawat di mana model ini terjadi
pada semua hubungan antar manusia, termasuk hubungan antara perawat dan dokter

6
Model Yang Dikembangka Szasz dan hollander :
1. Model Aktivitas – Pasivitas

Suatu model dimana dokter berperan aktif dan pasien berperan pasif. Model
ini tepat untuk bayi, pasien koma, pasien bius, dan pasien dalam keadaan darurat.
Dokter berada pada posisi mengatur semuanya, merasa mempunyai kekuasaan, dan
identitas pasien kurang diperhatikan. Model ini bersifat otoriter dan paternalistic.
2. Model Hubungan Membantu

Merupakan dasar untuk sebagian besar dari praktek kedokteran. Model ini
terdiri dari pasien yang mempunyai gejala mencari bantuan dan dokter yang
mempunyai pengetahuan terkait dengan kebutuhan pasien. Dokter memberikan
bantuan dalam bentuk perlakuan/pengobatan. Timbal baliknya, pasien diharapkan
bekerja sama dengan mentaati anjuran dokter. Dalam model ini, dokter mengetahui
apa yang terbaik bagi pasien, memegang apa yang diminati pasien dan bebas dari
prioritas yang lain. Model ini bersifat paternalistic atau sedikit lebih rendah.
3. Model Partisipasi Mutual

Model ini berdasarkan pada anggapan bahwa hak yang sama/kesejajaran


antara umat manusia merupakan nilai yang tinggi. Model ini mencerminkan asumsi
dasar dari proses demokrasi. Interaksi, menurut model ini, menyebutkn bahwa
pihaknya yang saling berinteraksi mempunyai kekuasaan yang sama, saling
membutuhkan, dan aktivitas yang dilakukan akan memberikan kepuasaan kedua
pihak.
Robert Veatch mengembangkan empat model hubungan dokter – pasien
meliputi:
1. The Engineering Model

Dalam model ini veatch menolak sikap kemungkinan nilai bebas murni dari
ilmu atau kedokteran pilihan-pilihan dibuat secara terus menerus terhadap fakta,
observasi, desain penelitian, dan tingkatan statistik signifikasi dalam suatu kerangka
nilai-nilia dengan praduga menurut ilmu-ilmu murni.

7
Sejumlah besar piliha-pilihan nilai dan signifikasi harus dibuat oleh orang-
orang terhadap ilmu terapan seperti kedokteran, yang mana tidak seperti ilmu teknik,
nilai-nilai tidak dapat ditiadakan dari nasehat teknis terhadap
2. The Pristly Model

Dalam model ini dokter memegang vigure seorang ahli moral yang dapat
memberi tahu pasien apa yang harus dikerjakan pasien pada situasi tertentu. Tradisi
ini berdasarkan prinsip etis jangan kerjakan ketidak baikan. Ini mencerminkan
pelaksanaan prinsip paternalistic dengan tidak memberitahukan berita buruk kepada
pasien, tetapi memberikan suatu pemantapan yang tidak nyata. Model ini tidak
menyertakan pasien dalam membuat keputusan, tetapi menyerahkan kebebasan
kepada dokter, misalnya, pasien tidak diizinkan menolak transfusi darah yang
menurut agamanya tidak diperbolehkan. Prinsip paternalime mengurangi takdir
pasien dengan mengurangi pengendalian pasien terhadap tubuh dan kehidupan.
3. The Collegial Model

Dalam model ini, dokter dan perawat merupakan mitra dalam mencapai
tujuan untuk menyembuhkan penyakit dan mempertahankan kesehatan pasien.
Saling percaya dan percaya diri merupakan hal utama. Kedua belah pihak
mempunyai kedudukan yang sama. Namun pada kenyataannya, veatch berpendapat
bahwa sebenarnya tidak ada dasar untuk persamaan kedudukan dalam hubungan
pasien-dokter karna perbedaan kelas sosial, status ekonomi, pendidikan dan sistem
nilai menimbulkan asumsi tentang rasa tertarik yang lazim terhadap ilusi.
4. The Contractual Model

Dalam model ini, peserta yang mengadakan hubungan/interaksi berharap


untuk memegang ketaatan terhadap anjuran dan manfaat untuk kedua belah pihak.
Kesepakatan terhadap prinsip moral merupakan hal yang penting. Lebih lanjut dalam
kesepakatan hubungan, pasien berhak menentukan nasib mereka. Dalam model ini
terjadi curah pendapat tentang tanggung jawab dan kewajiban etis.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, serta hubungan
dengan dokter, dikenal beberapa peran perawat, yaitu :
1. Peran independen ( Mandiri )

8
Peran mandiri merupakan peran perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan oleh perawat secara mandiri
2. Peran dependen ( Tergantung Pada Dokter )

Peran tergantung merupakan peran perawat dalam melaksanakan program


kesehatan dimana pertanggung jawaban dipegang oleh dokter.
3. Peran inter dependen ( Kolaborasi )

Peran kolaborasi merupakan peran perawat dalam mengatasi permasalahan


secara team work dengan tim kesehatan lain.

c. Hubungan perawat-pasien dalam koteks etis

Peran perawat secara umum dapat digunakan kerangka yang mengacu pada
pandangan dasar hildegard E.peplav, tentang hubungan perawat-pasien, yang
merupakan suatu teori yang mendasari nilai dan martabat manusia, pengembangan
rasa percaya, pengukuran pemecahan masalah, dan kolaborasi.

Dalam konteks hubungan perawat-pasien, perawat dapat berperan sebagai


konselor pada saat pasien mengungkapkan kejadian dan perasaan tentang
penyakitnya. Dapat pula berperan sebagai pengganti orang tua (terutama pada pasien
anak), saudara kandung, atau teman bagi pasien dalam mengungkapkan perasaannya.

Pada dasarnya hubungan antara perawat-pasien berdasarkan pada sifat


alamiah perawat dan pasien dalam berinteraksi perawat-pasien, peran yang dimiliki
masing-masing membentuk suatu kesepakatan atau persetujuan dimana pasien
mempunyai peran dan hak sebagai pasien dan perawat mempunyai peran dan hak
sebagai perawat. Dan dalam hubungan perawat-pasien maka setiap hubungan harus
didahului dengan kontrak dan kesepakatan bersama, dimana pasien mempunyai
peran sebagai pasien dan perawat sebagai perawat. Kesepakatan ini menjadi
parameter bagi perawat dalam memutuskan setiap tindakan etis.

D. Kode Etik Profesi Keperawatan

9
1. Pengertian Kode Etik Keperawatan
Kode Etik Keperawatan merupakan bagian dari etika kesehatan yang menerapkan
nilai etika terhadap bidang pemeliharaan atau pelayanan kesehatan masyarakat.
Kode etik merupakan salah satu ciri/persyaratan profesi, yang memberikan arti
penting dalam penentuan, pemertahanan dan peningkatan standar profesi. Kode etik
menunjukkan bahwa tanggung jawab dan kepercayaan dari masyarakat telah
diterima oleh profesi.

2. Kode etik keperawatan menurut ICN

a) Tanggung jawab utama perawat


Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah
timbulnya penyakit, memelihara kesehatan, dan mengurangi penderitaan.
Untuk melaksanakan tanggung jawab utama tersebut perawat harus meyakini
bahwa :
a. Kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan diberbagai tempat adalah
sama
b. Pelaksanaan praktek keperawatan dititik beratkan pada penghargaan
terhadap kehidupan yang bermartabat dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia;
c. Dalam melaksanakan pelayanan dan atau keperawatan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat, perawat mengikut sertakan
kelompok dan instansi terkait.
b) Perawat, Individu, dan Anggota Kelompok Masyarakat
Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
c) Perawat dan Pelaksanaan Praktek Keperawatan
Perawat memegan peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan
standar praktek keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan
standar pendidikan keperawatan.
d) Perawat dan Lingkungan Masyarakat

10
Perawat dapat memprakarsasi pembaharuan, tanggap, mempunyai inisiatif,
dan dapat berperan serta secara aktif dalam menemukan masalah kesehatan dan
masalah sosial yang terjadi dimasyarakat.
e) Perawat dan Sejawat
Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman sekerja. Baik
tenaga keperawatan maupun tenaga profesi lain diluar keperawatan. Perawat dapat
melindungi dan menjamin seseorang, bila pada masa perawatannya merasa
terancam.
f) Perawat dan Profesi keperawatan
Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan
standar praktek keperawatan dan pindidikan keperawatan. Perawat diharapkan ikut
aktif dalam mengembangkan pengetahuandalam menopang pelaksanaan perawatan
secara profesional.
2. Kode etik keperawatan menurut ANA
Kode etik keperawatan menurut American Nurses Association adalah sebagai
berikut :
a) Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat kemanusiaan dan
keunikan klien yang tidak dibatasi oleh pertimbangan-pertimbangan status sosial
atau ekonomi, atribut personal, atau corak masalah kesehatan.
b) Perawat melingdungi hak klien akan privasi dengan memegang teguh informasi yang
bersifat rahasia.
c) Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan keselamatannya terancam
oleh praktek seseorang yang tidak berkompeten, tidak etis atau illegal.
d) Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan tindakan perawatan yang
dijalankan masing-masing individu.
e) Perawat memelihara kompetensi keperawatan.
f) Perawat melaksanakan pertimbangan ayng beralasan dan menggunakan kompetensi
dan kualitafikasi individu sebagai kriteria dalam mengusahakan konsultasi,
menerima tanggung jawab, dan melimpahkan kegiatan keperawatan kepada orang
lain.
g) Perawat turut serta bertivitas dalam membantu pengembngan pengetahuan profesi

11
h) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melaksanakan dan
meningkatkan standar keperawatan.
i) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan membina
kondisi kerja yang mendukun pelayanan keperawatn yang berkualis.
j) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi publik terhadap
informasi dan gambaran yang salah serta mempertahankan integritas perawat.
k) Perawat bekerjasama dengan anggota profesi kesehatan atau warga masyarakat
lainnya dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan nasional untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan publik.
3. Kode etik keperawatan menurut PPNI
Kode etik keperawatan di Indonesia telah disusun oleh dewan pimpinan pusat
PPNI melalui Musyawara Nasional PPNI dijakarta pada tanggal 29 November 1989.
BAB I
Tanggung jawab perawat terhadap masyarakat kelurga dan penderita
1. Perawat dalam rangka pengabdiannya senantiasa berpedoman kepada
tanggung jawab yang pangkal tolaknya bersumber dari adanya kebutuhan
akan perawat untuk orang seorang, keluarga dan masyarakat.

2. Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya dalam bidang perawat


senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghomati nilai-nilai
budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari orang seorang,
keluarga atau penderita, keluarganya dan masyarakat.

BAB II
Tanggung jawab perawat tehadap tugas
1. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disetai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta
keterampilan perawatan sesuai dengan kebutuhan orang seorang atau
penderita, keluarga dan masyarakat.
2. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya.

12
3. Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan ketermpilan perawatan
untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.

4. Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha


dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, keagamaan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran
politik yang dianut serta kedudukan sosial.

5. Perawat senantiasa mengutamakan perlindunagan-perlindungan dan


keselamatan penderita dalam melaksanakan tugas keperawatan, serta dengan
matang mempetimbangkan kemampuan jika menerima dan
mengalihtugaskan tanggung jawab yang ada hubungannya dengan perawatan

BAB III
Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesional kesehatan
lain
1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dengan
tenaga kesehatan lainnya baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan
kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
2. Perawat senantiasa menyebar luaskan pengetahuan, keterampilan dan
pengalamanya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan
pengalamanya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan
pengalaman dari profesi bidang perawatan.

BAB 1V
Tanggung jawab perawat terhadap profesi perawatan
1. Perawat selalu berusaha meningkatkan pengetahuan profesional secara sendiri-
sendiri dan atau bersama-bersama dengan jalan menambah ilmu
pengetahuan,keterapilan dan pengalam yang bermanfaat bagi pengembangan
perawatan.
2. Perawat selalu menjunjung tinggi nama baik profesi perawatan dengan
menunjukkan peri/tingka laku dan sifat-sifat pribadi yang tinggi.

13
3. Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan
pelanyanan perawat an serta menerapkanya dalam kegiatan-kegiatan pelayanan
danpendidikan perawatan.
4. Perawatan secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi
profesi perawatan sebagai sarana pengabdian.
BAB V
Tanggung jawab perawat terhadap pemerintah,banggsa dan tanah air
1. Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan
yang di gariskan oleh perintah dalam bidang kesehatan dan perawatan.
2. Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada
pemerintah dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan dan perawatan
kepada masyarakat.

Tujuan etika keperawatan


· Menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan
diantara sesama perawat dan kepercayaan masyarakat kepada profesi
keperawatan
· Menurut American Ethich Commision Bureau On Teaching, tujuan etika profesi
keperawatan adalah mampu :
a. Mengenal dan mengedintisifikasi unsur moral dalam praktek keperawatan
b. Membentuk strategi atau cara menganalisis masalah moral yang terjadi dalam
praktek keperawatan

c. Menghubungkan praktek moral / pelajaran yang baik dan dipertanggung


jawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan kepada tuhan, sesuai
dengan kepercayaannya.

Menurut Natonal League For Nursing (NLN) pusat pendidikan keperawatan milik
perhimpunan perawat amerika, pendidikan etika keperawatan bertujuan :
a. Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar profesi
kesehatan lain dan mengerti tentang peran dan fungsi anggota tim

14
b. Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat moralitas,
keputusan tentang baik dan buruk yang akan dipertanggung jawabkan kepda
tuhan sesuai dengan kepercayaannya.

c. Mengembangkan sifat pribadi dan sikap professional peserta didik

d. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dasar


praktek keperawatan professional

e. Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmu dan prinsip


etika keperawatandalam praktek dan dalam situasi nyata.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi.(2005). Konsep dasar keperawatan. Jakarta: EGC

Priharjo.(1995). Pengantar etika keperawatan. Yogyakarta: Penerbit


Kanisius

Suhaemi, M.E. (2002). Etika Keperawatan.: Aplikasi pada praktik. EGC

15

Anda mungkin juga menyukai