Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan pendidikan saat ini meningkat dengan sangat pesat.
Perkembangan pendidikan keperawatan hendaknya tidak hanya berupa
peningkatan kuantitas semata, namun harus diikuti dengan peningkatan
kualitas pendidikan.
Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam
segala bidang serta meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh
terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan
termasuk profesi perawat.
Perawat dituntut untuk melaksanakan asuhan keperawatan untuk pasien
baik secara individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat. Sebagai tenaga
profesional, dalam melaksanakan tugasnya diperlukan suatu sikap yang
menjamin terlaksananya tugas tersebut dengan baik dan bertanggungjawab
secara moral.
Etika merupakan suatu hal yang dikenal, diketahui, diulang serta sudah
menjadi kebiasaan di dalam suatu masyarakat, baik berupa kata-kata atau
suatu bentuk perbuatan yang nyata. Dalam memberikan pelayanan, perawat
sangat memerlukan etika keperawatan, karena itu adalah fokus dari etika
keperawatan yang ditujukan ke pasien atau masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian dari etik keperawatan?
b. Apa konsep moral dalam keperawatan?
c. Apa Saja Teori-Teori dalam Etik Keperawatan?
d. Apa saja prinsip-prinsip dalam etik keperawatan?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui pengetian dari etik keperawatan.
b. Untuk mengetahui konsep moral dalam keperawatan.
c. Untuk mengetahu teori-teori dalam etik keperawatan.
d. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam etik keperawatan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno, ‘ethos’ yang berarti kebiasaan
atau adat istiadat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berfikir.
Kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hal dan kewajiban
moral (akhlak), kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan
nilai mengenai benar dan salah suatu golongan atau masyarakat.
Etika Keperawatan yaitu norma yang dianut oleh perawat dalam
bertingkah laku dengan klien, keluarga, kolega atau tenaga kesehatan lainnya
di suatu pelayanan kesehatan lainnya di suatu pelayanan keperawatan yang
bersifat profesional.

2.2 Konsep Moral dalam Praktek Keperawatan


Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke
manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif.
Praktek keperawatan menurut Henderson dalam bukunya tentang teori
keperawatan, yaitu segala sesuatu yang dilakukan perawat dalam mengatasi
masalah keperawatan dengan menggunakan metode ilmiah, bila
membicarakan praktek keperawatan tidak lepas dari fenomena keperawatan
dan hubungan pasien dan perawat.
Fenomena keperawatan merupakan penyimpangan atau tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosial-spiritual) mulai dari
tingkat individu untuk sampai pada tingkat masyarakat yang tercermin pada
tingkat sistem organ fungsional sampai subseluler.
Asuhan keperawatan merupakan bentuk dari praktek keperawatan
dimana asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan
praktek keperawatan yang diberikan pada pasien dengan menggunakan proses
keperawatan berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etika dan etiket
keperawatan.

2.3 Teori-Teori Etik Keperawatan


2.3.1 Teleologi
Teleologi berasal dari bahasa Yunani, ‘telos’ yang berarti akhir.
Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan the end fustifies the
means atau makna dari suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang
terjadi. Teori ini menekankan pada pencapaian hasil dengan kebaikan
maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia. Contoh:
bayi-bayi yang lahir cacat diizinkan meninggal daripada nantinya
menjadi beban di masyarakat.
2.3.2 Deontologi
Deontologi berasal dari bahasa Yunani, ‘deon’ yang berarti tugas.
Teori ini berprinsip pada aksi atau tindakan. Contoh: seorang perawat
yang yakin bahwa pasien harus diberitahu tentang apa yang sebenarnya
terjadi, walaupun kenyataan tersebut sangat menyakitkan. Contoh lain
misalnya seorang perawat menolak membantu pelaksanaan aborsi
karena keyakinan agamanya yang melarang tindakan membunuh.
Penerapan teori ini perawat tidak menggunakan pertimbangan,
misalnya seperti tindakan abortus dilakukan untuk menyelamatkan
nyawa ibu, karena setiap tindakan yang mengakhiri hidup (dalam hal ini
calon bayi) merupakan tindakan yang buruk.

2.4 Prinsip-Prinsip Etik Keperawatan


2.4.1 Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek
dan keyakinan yang benar untuk memperoleh ekualitas pelayanan
kesehatan.
2.4.2 Otonomi
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang
dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri,
memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus
dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek
terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa
dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian
dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak
klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
2.4.3 Berbuat Baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik.
Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh
diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan,
terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
2.4.4 Kejujuran (Vercity)
Prinsip kejujuran menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak
bohong. Kejujuran harus dimiliki perawat saat berhubungan dengan
pasien. Kejujuran merupakan dasar terbinanya hubungan saling percaya
antara perawat dan pasien. Perawat sering kali tidak memberitahukan
kejadian sebenarnya kepada pasien yang sakit parah. Kejujuran berarti
perawat tidak boleh membocorkan informasi yang diperoleh dari pasien
dalam kapasitasnya sebagai seorang profesional tanpa persetujuan
pasien, kecuali jika pasien merupakan korban dari tindak kejahatan,
maka perbuatan tersebut dapat diajukan ke depan pengadilan dimana
perawat menjadi seorang saksi.
2.4.5 Ketaatan (Fidelity)
Prinsip ketaatan merupakan tanggungjawab untuk tetap setia pada
suatu kesepakatan. Tanggungjawab dalam konteks hubungan perawat-
pasien meliputi tangungjawab menjaga janji, mempertahankan
konfidensi dan memberikan perhatian atau kepedulian. Peduli pada
pasien merupakan salah satu aspek dari prinsip ketaatan dan komponen
paling penting dari praktik keperawatan, terutama pada pasien dalam
kondisi terminal.

2.5 Prinsip-Prinsip Etika Keperawatan tentang Moral Right


2.5.1 Advokasi
Advokasi adalah memberikan saran dalam upaya melindungi dan
mendukung hak-hak pasien. Hal tersebut merupakan suatu kewajiban
moral bagi perawat dalam mempraktikkan keperawatan profesional.
Contoh: seorang perawat memberikan informasi kepada pasien tentang
hak dan kewajiban yang dimiliki oleh pasien, sehingga pasien bisa
terhindar dari praktik tidak sah dan pelanggaran etika.
2.5.2 Responsibilitas (Tanggungjawab)
Eksekusi terhadap tugas-tugas yang berhubungan dengan peran
tertentu dari perawat. Misalnya pada saat memberikan obat, perawat
bertanggungjawab untuk mengkaji kebutuhan klien dengan
memberikannya dengan aman dan benar. Contoh: saat memberikan
obat, perawat bertanggungjawab untuk mengkaji kebutuhan klien
dengan memberikannya dengan aman dan benar juga mengevaluasi
respon klien terhadap pasien tersebut.
2.5.3 Loyalitas
Suatu konsep yang melewati simpati, peduli, dan hubungan timbal
balik terhadap pihak yang secara profesional berhubungan dengan
perawat. Contoh: seorang perawat harus bisa menepati janjinya baik
kepada klien maupun rekan seprofesi.
2.5.4 Akuntabilitas (Tanggunggugat)

BAB III
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai