PENDAHULUAN
manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun yang sakit
untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu yang mengatur hubungan
antara perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan moral sering digunakan secara
bergantian. Sehingga perawat perlu mengetahui dan memahami tentang etik itu sendiri
Hubungan antara perawat dengan pasien atau tim medis yang lain tidaklah selalu bebas
dari masalah. Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab etik dan konflik yang
mungkin meraka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam praktik profesional.
Kemajuan dalam bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan hukum telah berperan
dalam peningkatan perhatian terhadap etik. Standart perilaku perawat ditetapkan dalam kode
etik yang disusun oleh asosiasi keperawatan internasional, nasional, dan negara bagian atau
provinsi. Perawat harus mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan
mencakup nilai dan keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat.
Perawat memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan bertindak sebagai
advokat klien. Para perawat juga harus tahu berbagai konsep hukum yang berkaitan dengan
Dalam berjalannya proses semua profesi termasuk profesi keperawatan didalamnya tidak
lepas dari suatu permasalahan yang membutuhkan berbagai alternative jawaban yang belum
tentu jawaban-jawaban tersebut bersifat memuaskan semua pihak. Hal itulah yang sering
dikatakan sebagai sebuah dilema etik. Dalam dunia keperawatan sering kali dijumpai banyak
adanya kasus dilemma etik sehingga seorang perawat harus benar-benar tahu tentang
etik dan dilema etik serta cara penyelesaian dilema etik supaya didapatkan keputusan yang
terbaik. Oleh karena itu penulis menyusun suatu makalah tentang etik dan dilema etik supaya
bisa dipahami oleh para mahasiswa yang nantinya akan berguna ketika bekerja di klinik atau
1.2.Tujan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep tentang etik dan dilema etik khususnya
dibidang keperawatan.
1.3.Tujan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi etik.
e. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami contoh kasus dilema etik dan
1.4.Metode Penulisan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode penulisan deskriftif yaitu
1.5.Sistematika Penulisan.
BAB I PENDAHULUAN : Latar belakang, Tujuan Umum, Tujuan Khusus, Metode
BAB II : PEMBAHASAN :
BAB II
PEMBAHASAN
sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang
memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Masalah eika keperawatan pada dasarnya
merupakan masalah etika kesehatan, yang lebih dikenal dengan istilah etika biomedis atau
bioetis (Suhaemi, 2002). Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk membuat
keputusan yang etis, seseorang harus tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan
emosional
Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang
memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak memuaskan
sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk membuat keputusan
yang etis, seseorang harus tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional.
Prinsip-prinsip moral yang harus diterapkan oleh perawat dalam pendekatan penyelesaian
a. Otonomi
Suatu bentuk hak individu dalam mengatur kegiatan/prilaku dan tujuan hidup individu.
Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu tanggung jawab terhadap pilihannya sendiri.
keputusan dirinya menurut rencana pilihannya sendiri. Bagian dari apa yang didiperlukan
dalam ide terhadap respect terhadap seseorang, menurut prinsip ini adalah menerima pilihan
individu tanpa memperhatikan apakah pilihan seperti itu adalah kepentingannya. (Curtin,
2002).
Permasalahan dari penerapan prinsip ini adalah adanya variasi kemampuan otonomi
pasien yang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran, usia, penyakit,
lingkungan Rumah Sakit, ekonomi, tersedianya informsi dan lain-lain (Priharjo, 1995).
Contoh: Kebebasan pasien untuk memilih pengobatan dan siapa yang berhak mengobatinya
b. Benefisiensi
Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik. Kebaikan juga memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Kadang-kadang dalam situasi pelayanan
c. Keadilan (justice)
Hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991). Merupakan suatu prinsip
moral untuk berlaku adil bagi semua individu. Artinya individu mendapat tindakan yang
sama mempunyai kontribusi yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Prinsip
dari keadilan menurut beauchamp dan childress adalah mereka uang sederajat harus
diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan secara tidak sederajat,
Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar, maka menurut prinsip
ini harus mendapatkan sumber-sumber yang besar pula, sebagai contoh: Tindakan
keperawatan yang dilakukan seorang perawat baik dibangsal maupun di ruang VIP harus
d. Non malefisien
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya atau cedera secara fisik dan psikologik.
e. Veracity (kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk meyakinkan
bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang
untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprehensif dan
objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan
yang sebenarnya kepada pasien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan
kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis pasien untuk pemulihan, atau
adanya hubungan paternalistik bahwa “doctor knows best” sebab individu memiliki otonomi,
mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran
f. Fidelity
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan
komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan itu menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode
etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan
g. Kerahasiaan (confidentiality).
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang klien harus dijaga
privasi-nya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien. Tak ada satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijin kan oleh klien dengan bukti persetujuannya. Diskusi tentang klien diluar
area pelayanan, menyampaikannya pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga
h. Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab pasti
pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang lain. Akuntabilitas merupakan
standar yang pasti yang mana tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang
Berbagai masalah etis yang dihadapi perawat dalam praktik keperawatan telah
menimbulkan konflik antara kebutuhan klien dengan harapan perawat falsafah keperawatan.
Masalah etik keperawatan pada dasarnya merupakan masalah etik kesehatan. Masalah etis
1. Berkata jujur
Dalam konteks berkata jujur (truth telling), ada suatu istilah yang disebut desepsi, berasal
dari kata deceive yang berarti membuat orang percaya terhadap suatu hal yang tidak benar,
meniru atau membohongi. Desepsi meliputi berkata berbohong, mengingkari atau menolak,
tidak memberikan informasi, dan memberikan jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan atau
2. AIDS
AIDS pada awalnya ditemukan pada masyarakat Gay di Amerika sekitar tahun 1980 atau
1981. Saat ini AIDS hampir ditemukan di setiap negara, termasuk Indonesia. AIDS tidak saja
menimbulkan dampak pada penatalaksanaan klinis, tetapi juga dampak sosial, kekhawatiran
Perawat yang bertanggung jawab dalam merawat klien AIDS akan mengalami berbagai
stress pribadi termasuk takut tertular atau menularkan pada keluarga dan ledekan emosi bila
Perawat sangat berperan dalam perawatan klien, sepanjang infeksi HIV masih ada dengan
berbagai komplikasi sampai kematian tiba. Perawat terlibat dalam pembuatan keputusan
tentang tindakan atau terapi yang dapat dihentikan dan tetap menghargai martabat manusia,
pada saat tidak ada terapi medis lagi yang dapat diberikan kepada klien, seperti
damai (RIP).
3. Abortus
Abortus telah menjadi perdebatan internasional masalah etika. Berbagai penapat muncul
baik pro maupun kontra. Abortus secara umum dapat diartikan sebagai penghentian
kehamilan secara sepontan atau rekayasa. Dalam membahas abortus biasanya dilihat dari 2
nilai bagi perawat bila ia harus terlibat dalam tindakan abortus. Di indonesia, tindakan
abortus dilarang sejak tahun 1978 sesuai dengan pasal 346 sampai dengan 349 KUHP,
dinyatakan bahwa “barang siapa melakukan suatu dengan sengaja yang menyebabkan
keguguran atau matinya kandungan, dapat dikenai penjara”. Masalah abortus memang
yakini kepada klien yang memiliki nilai yang berbeda, termasuk pandangan terhadap abortus.
Makanan dan cairan merupakan kebutuhan dasar manusia. Tugas perawat adalah
menghentikan pemberian makanan dan minuman, terutama bila pemberian tersebut justru
Masalah etika dapat muncul pada keadaan terjadi ketidakjelasan antara memberi dan
menghentikan makanan dan minuman, serta ketidakpastian tentang hal yang lebih
menguntungkan klien.
5. Euthanasia
Merupakan masalah biotik yang juga menjadi perdebatan utama didunia barat.euthanasia
meninggal dunia) jadi bila dipadukan, berarti meninggal dunia dengan baik atau bahagia.
Kesimpulan berbagai argumentasi telah diberikan oleh pada ahli tentang euthanasia, baik
yang mendukung ataupun menolaknya. Untuk saat ini pertanyaan moral masyarakat yang
perlu dijawab bukan “apakah euthanasia secara moral diperbolehkan?” melainkan “jenis
euthanasia mana yang diperbolehkan?”. Pada kondisi yang bagaimana? Dan metode
6. Transplantasi organ
Pada saat ini, dunia kedokteran telah memasuki teknologi yang lebih tinggi. Transplantasi
organ hanya dilakukan di rumah sakit luar negri, untuk saat ini telah diakukan di indonesia.
Menurut Helsinik, tidak semua perawat terlibat dalam tindakan ini, namun beberapa hal
perawat cukup berperan, seperti merawat dan meningkatkan kesehatan pemberi donor,
a. Pengkajian.
al pertama yang perlu diketahui perawat adalah “adakah saya terlibat langsung dalam
dilema?”. Perawat perlu mendengar kedua sisi dengan menjadi pendengar yang berempati.
Target tahap ini adalah terkumpulnya data dari seluruh pengambil keputusan, dengan bantuan
pertanyaan yaitu:
b. Perencanaan.
Untuk merencanakan dengan tepat dan berhasil, setiap orang yang terlibat dalam
pengambilan keputusan harus masuk dalam proses. Thomson and Thomson (1985)
mendaftarkan 3 (tiga) hal yang sangat spesifik namun terintegrasi dalam perencanaan, yaitu :
1. Tentukan tujuan dari treatment.
c. Implementasi
anggota tim kesehatan terlibat mencari kesepakatan putusan yang dapat diterima dan saling
Peran perawat selama implementasi adalah menjaga agar komunikasi tak memburuk, karena
dilema etis seringkali menimbulkan efek emosional seperti rasa bersalah, sedih atau berduka,
marah, dan emosi kuat yang lain. Pengaruh perasaan ini dapat menyebabkan kegagalan
komunikasi pada para pengambil keputusan. Perawat harus ingat “Saya disini untuk
Perawat harus menyadari bahwa dalam dilema etik tak selalu ada 2 (dua) alternatif yang
menarik, tetapi kadang terdapat alternatif tak menarik, bahkan tak mengenakkan. Sekali
tak tercapai karena semua pihak tak dapat didamaikan dari konflik sistem dan nilai. Atau lain
waktu, perawat tak dapat menangkap perhatian utama klien. Seringkali klien atau keluarga
mengajukan permintaan yang sulit dipenuhi, dan di dalam situasi lain permintaan klien dapat
dihormati.
d. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah terselesaikannya dilema etis seperti yang ditentukan sebagai
outcome-nya. Perubahan status klien, kemungkinan treatment medik, dan fakta sosial dapat
dipakai untuk mengevaluasi ulang situasi dan akibat treatment perlu untuk dirubah.
yaitu:
c. Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi dilema
Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat meminimalisasi atau menghindari
rasionalisasi perilaku etis yang meliputi: (1) semua orang melakukannya, (2) jika legal maka
Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya
menggunakan kerangka proses keperawatan / Pemecahan masalah secara ilmiah, antara lain:
a. Mengkaji situasi
d. Melaksanakan rencana
e. Mengevaluasi hasil
h. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan yang
tepat
j. Membuat keputusan
g. Memberi keputusan
i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan
b. Mengidentifikasi dilema
d. Melengkapi tindakan
pasien. Untuk dapat menilai pemenuhan kesejahteraan pasien, maka perawat harus mampu
mengenal/tanggap bila ada asuhan keperawatan yang buruk dan tidak bijak, serta berupaya
untuk mengubah keadaan tersebut. Kondisi inilah yang sering sering kali menimbulkan
konflik antara perawat sebagai pelaku asuhan keperawatan dan juga terhadap teman sejawat.
Dilain pihak perawat harus menjaga nama baik antara teman sejawat, tetapi bila ada teman
sejawat yang melakukan pelanggaran atau dilema etik hal inilah yang perlu diselesaikan
dengan bijaksana.
Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-bentuk pengobatan
untuk mencari jalan sesuai dengan kondisinya. Penolakan pasien menerima pengobatan dapat
saja terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti pengetahuan, tuntutan untuk dapat
sembuh cepat, keuangan, social dan lain-lain. Penolakan atas pengobatan dan tindakan
asuhan keperawatan merupakan hak pasien dan merupakan hak outonmy pasien, pasien
berhak memilih, menolak segala bentuk tindakan yang mereka anggap tidak sesuai dengan
dirinnya, yang perlu dilakukan oleh perawat adalah menfasilitasi kondisi ini sehingga tidak
terjadi konflik sehingga menimbulkan masalah-masalah lain yang lebih tidak etis.
Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat adalah memberikan
asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagai factor sering kali peran ini menjadai
kabur dengan peran mengobati. Masalah antara peran sebagai perawat yang memberikan
asuhan keperawatan dan sebagai tenaga kesehatan yang melakuka pengobatan banyak terjadi
di Indonesia, terutama oleh perawat yang ada didaerah perifer (puskesmas) sebagai ujung
Dari hasil penelitian, Sciortio (1992) menyatakan bahwa pertentangan antara peran.
formal perawat dan pada kenyataan dilapangan sering timbul dan ini bukan saja
tidak diketahui oleh pemerintah, pertentangan ini mempunyai implikasi besar. Antara
pengetahuan perawat yang berhubungan dengan asuhan keperawatan yang kurang dan juga
kurang aturan-aturan yang jelas sebagai bentuk perlindungan hukum para pelaku asuhan
Didalam memberikan asuhan keperawatan langsung sering kali perawat tidak merasa bahwa,
saat itu perawat berkata tidak jujur. Padahal yang dilakukan perawat adalah benar (jujur)
Sebagai contoh: sering terjadi pada pasien yang terminal, saat perawat ditanya oleh pasien
berkaitan dengan kondisinya, perawat sering menjawab “tidak apa-apa ibu/bapak, bapak/ibu
akan baik, suntikan ini tidak sakit”. Dengan bermaksud untuk menyenangkan pasien karena
tidak mau pasiennya sedih karena kondisinya dan tidak mau pasien takut akan suntikan yang
diberikan, tetapi didalam kondisi tersebut perawat telah mengalami dilema etik. Bila perawat
berkata jujur akan membuat sedih dan menurunkan motivasi pasien dan bila berkata tidak
Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering, yang berarti
mencuri barang-barang sepele/kecil. Sebagai contoh: ada pasien yang sudah meninggal dan
setalah pasien meninggal ada barang-barang berupa obat-obatan sisa yang belum dipakai
pasien, perawat dengan seenaknya membereskan obat-obatan tersebut dan memasukan dalam
inventarisasi ruangan tanpa seijin keluarga pasien. Hal ini sering terjadi karena perawat
merasa obat-obatan tersebut tidak ada artinya bagi pasien, memang benar tidak artinya bagi
pasien tetapi bagi keluarga kemungkinan hal itu lain. Yang penting pada kondisi ini adalah
komunikasi dan informai yang jelas terhadap keluarga pasien dan ijin dari keluarga pasien itu
merupakan hal yang sangat penting, Karena walaupun bagaimana keluarga harus tahu secara
Perawat harus dapat memberikan penjelasan pada keluarga dan orang lain bahwa
menggambil barang yang seperti kejadian diatas tidak etis dan tidak dibenarkan karena setiap
tenaga kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap peralatan dan barang di tempat kerja.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang melibatkan interaksi
antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara mempertahankan
hidup dengan kebebasan dalam menentukan kematian, upaya menjaga keselamatan klien
yang bertentangan dengan kebebasan menentukan nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak
Dalam membuat keputusan terhadap masalah dilema etik, perawat dituntut dapat
mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak bertentang
dengan nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan tidak
ada pihak yang dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu asuhan keperawatan
dapat dipertahankan.
3.2.Saran
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang
keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya mereka
bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat atau bertindak sesuai
secara bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan suatu
dilema etik.
DAFTAR PUSTAKA
Andrew C. Varga, The Main Issues in Bioethics, New York 1984, hal. 268.
Efendi, Ferry, Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas ; teori dan praktik dalam
Hegner, barbara. 2003. Nursing assistant : A Nursing Process Approach, 6/e. Jakarta: EGC
http://hafikoandresni005.blogspot.com/2013/06/makalah-dilema-etik.html diunduh pada
http://naimah-naimahlaila.blogspot.com/p/dilema-etik-dan-pemecahanya.html diunduh pada
Rismalinda. 2011. Etika Profesi Dan Hukum Kesehatan.Jakarta : Trans Info Media
http://news.detik.com/read/2004/09/27/143002/214474/10/euthanasia-dilarang-diri?