Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah


Keperawatan merupakan salah satu profesi yang berkecimpung untuk kesejahteraan

manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun yang sakit

untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu yang mengatur hubungan

antara perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan moral sering digunakan secara

bergantian. Sehingga perawat perlu mengetahui dan memahami tentang etik itu sendiri

termasuk didalamnya prinsip etik dan kode etik.

Hubungan antara perawat dengan pasien atau tim medis yang lain tidaklah selalu bebas

dari masalah. Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab etik dan konflik yang

mungkin meraka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam praktik profesional.

Kemajuan dalam bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan hukum telah berperan

dalam peningkatan perhatian terhadap etik. Standart perilaku perawat ditetapkan dalam kode

etik yang disusun oleh asosiasi keperawatan internasional, nasional, dan negara bagian atau

provinsi. Perawat harus mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan

mencakup nilai dan keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat.

Perawat memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan bertindak sebagai

advokat klien. Para perawat juga harus tahu berbagai konsep hukum yang berkaitan dengan

praktik keperawatan karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap keputusan dan

tindakan profesional yang mereka lakukan (Ismaini, 2001).

Dalam berjalannya proses semua profesi termasuk profesi keperawatan didalamnya tidak

lepas dari suatu permasalahan yang membutuhkan berbagai alternative jawaban yang belum

tentu jawaban-jawaban tersebut bersifat memuaskan semua pihak. Hal itulah yang sering

dikatakan sebagai sebuah dilema etik. Dalam dunia keperawatan sering kali dijumpai banyak

adanya  kasus  dilemma  etik sehingga  seorang  perawat  harus  benar-benar   tahu  tentang
etik dan dilema etik serta cara penyelesaian dilema etik supaya didapatkan keputusan yang

terbaik. Oleh karena itu penulis menyusun suatu makalah tentang etik dan dilema etik supaya

bisa dipahami oleh para mahasiswa yang nantinya akan berguna ketika bekerja di klinik atau

institusi yang lain.

1.2.Tujan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep tentang etik dan dilema etik khususnya

dibidang keperawatan.

1.3.Tujan Khusus
a.        Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi etik.

b.       Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tipe-tipe etika.

c.       Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami teori etik.

d.      Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami prinsip-prinsip etik.

e.       Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami contoh kasus dilema etik dan

1.4.Metode Penulisan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode penulisan deskriftif yaitu

dengan mencari sumber-sumber materi dari buku-buku dan internet

1.5.Sistematika Penulisan.
BAB I PENDAHULUAN : Latar belakang, Tujuan Umum, Tujuan Khusus, Metode

Penulisan, Sistematika Penulisan

BAB II : PEMBAHASAN :

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Dilema Etik.


Menurut Thompson & Thompson (1981) dilema etik merupakan suatu masalah yang

sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang

memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Masalah eika keperawatan pada dasarnya

merupakan masalah etika kesehatan, yang lebih dikenal dengan istilah etika biomedis atau

bioetis (Suhaemi, 2002). Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk membuat

keputusan yang etis, seseorang harus tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan

emosional

2.1. Prinsip Moral dalam Menyelesaikan Masalah Etik.

Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang

memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak memuaskan

sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk membuat keputusan

yang etis, seseorang harus tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional.

Prinsip-prinsip moral yang harus diterapkan oleh perawat dalam pendekatan penyelesaian

masalah / dilema etis adalah :

a.          Otonomi

Suatu bentuk hak individu dalam mengatur kegiatan/prilaku dan tujuan hidup individu.

Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu tanggung jawab terhadap pilihannya sendiri.

Prinsip otonomi menegaskan bahwa seseorang mempunyai kemerdekaan untuk menentukan

keputusan dirinya menurut rencana pilihannya sendiri. Bagian dari apa yang didiperlukan

dalam ide terhadap respect terhadap seseorang, menurut prinsip ini adalah menerima pilihan

individu tanpa memperhatikan apakah pilihan seperti itu adalah kepentingannya. (Curtin,

2002).

Permasalahan dari penerapan prinsip ini adalah adanya variasi kemampuan otonomi

pasien yang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran, usia, penyakit,

lingkungan Rumah Sakit, ekonomi, tersedianya informsi dan lain-lain (Priharjo, 1995).
Contoh: Kebebasan pasien untuk memilih pengobatan dan siapa yang berhak mengobatinya

sesuai dengan yang diinginkan .

b.      Benefisiensi

Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik. Kebaikan juga memerlukan

pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan

peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Kadang-kadang dalam situasi pelayanan

kesehatan kebaikan menjadi konflik dengan otonomi.

c.       Keadilan (justice)

Hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991). Merupakan suatu prinsip

moral untuk berlaku adil bagi semua individu. Artinya individu mendapat tindakan yang

sama mempunyai kontribusi yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Prinsip

dari keadilan menurut beauchamp dan childress adalah mereka uang sederajat harus

diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan secara tidak sederajat,

sesuai dengan kebutuhan mereka.

Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar, maka menurut prinsip

ini harus mendapatkan sumber-sumber yang besar pula, sebagai contoh: Tindakan

keperawatan yang dilakukan seorang perawat baik dibangsal maupun di ruang VIP harus

sama dan sesuai SAK.

d.        Non malefisien

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya atau cedera secara fisik dan psikologik.

Segala tindakan yang dilakukan pada klien.

e.       Veracity (kejujuran)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi

layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk meyakinkan

bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang

untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprehensif dan
objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan

yang sebenarnya kepada pasien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan

dirinya salama menjalani perawatan.

Walaupun demikian terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk

kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis pasien untuk pemulihan, atau

adanya hubungan paternalistik bahwa “doctor knows best” sebab individu memiliki otonomi,

mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran

adalah dasar dalam membangun hubungan saling percaya

f.       Fidelity

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya

terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan

rahasia pasien. Ketaatan, kesetiaan adalah kewajiban seeorang untuk mempertahankan

komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan itu menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode

etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan

kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.

g.            Kerahasiaan (confidentiality).

Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang klien harus dijaga

privasi-nya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca

dalam rangka pengobatan klien. Tak ada satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut

kecuali jika diijin kan oleh klien dengan bukti persetujuannya. Diskusi tentang klien diluar

area pelayanan, menyampaikannya pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga

kesehatan lain harus dicegah.

h.      Akuntabilitas (accountability)

Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab pasti

pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang lain. Akuntabilitas merupakan
standar yang pasti yang mana tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang

tidak jelas atau tanpa terkecuali.

2.3. Masalah Etika Dalam Praktik Keperawatan

Berbagai masalah etis yang dihadapi perawat dalam praktik keperawatan telah

menimbulkan konflik antara kebutuhan klien dengan harapan perawat falsafah keperawatan.

Masalah etik keperawatan pada dasarnya merupakan masalah etik kesehatan. Masalah etis

dalam praktik keperawatan antara lain :

1.      Berkata jujur

Dalam konteks berkata jujur (truth telling), ada suatu istilah yang disebut desepsi, berasal

dari kata deceive yang berarti membuat orang percaya terhadap suatu hal yang tidak benar,

meniru atau membohongi. Desepsi meliputi berkata berbohong, mengingkari atau menolak,

tidak memberikan informasi, dan memberikan jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan atau

tidak memberikan penjelasan suatu informasi dibutuhkan.

2.       AIDS

AIDS pada awalnya ditemukan pada masyarakat Gay di Amerika sekitar tahun 1980 atau

1981. Saat ini AIDS hampir ditemukan di setiap negara, termasuk Indonesia. AIDS tidak saja

menimbulkan dampak pada penatalaksanaan klinis, tetapi juga dampak sosial, kekhawatiran

masyarakat serta masalah hukum dan etika.

Perawat yang bertanggung jawab dalam merawat klien AIDS akan mengalami berbagai

stress pribadi termasuk takut tertular atau menularkan pada keluarga dan ledekan emosi bila

merawat klien AIDS fase terminal yang berusia muda.

Perawat sangat berperan dalam perawatan klien, sepanjang infeksi HIV masih ada dengan

berbagai komplikasi sampai kematian tiba. Perawat terlibat dalam pembuatan keputusan

tentang tindakan atau terapi yang dapat dihentikan dan tetap menghargai martabat manusia,

pada saat tidak ada terapi medis lagi yang dapat diberikan kepada klien, seperti

mengidentifikasi nilai-nilai, mengenali makna hidup klien, memberikan rasa nyaman,


memberi dukungan manusiawi dan membantu meninggal dunia dalam keadaan tentram dan

damai (RIP).

3.        Abortus

Abortus telah menjadi perdebatan internasional masalah etika. Berbagai penapat muncul

baik pro maupun kontra. Abortus secara umum dapat diartikan sebagai penghentian

kehamilan secara sepontan atau rekayasa. Dalam membahas abortus biasanya dilihat dari 2

sudut pandang yaitu moral dan hukum.

Kesimpulannya, apapun alasan yang dikemukakan, abortus sering menimbulkan konflik

nilai bagi perawat bila ia harus terlibat dalam tindakan abortus. Di indonesia, tindakan

abortus dilarang sejak tahun 1978 sesuai dengan pasal 346 sampai dengan 349 KUHP,

dinyatakan bahwa “barang siapa melakukan suatu dengan sengaja yang menyebabkan

keguguran atau matinya kandungan, dapat dikenai penjara”. Masalah abortus memang

kompleks, namun perawat profesional tidak diperkenankan memaksakan nilai-nilai yang ia

yakini kepada klien yang memiliki nilai yang berbeda, termasuk pandangan terhadap abortus.

4.      Menghentikan pengobatan, cairan dan makanan

Makanan dan cairan merupakan kebutuhan dasar manusia. Tugas perawat adalah

memenuhi kebutuhan makanan dan minuman. Selama perawatan seringkali perawat

menghentikan pemberian makanan dan minuman, terutama bila pemberian tersebut justru

membahayakan klien (misal : pada pra dan post operasi).

Masalah etika dapat muncul pada keadaan terjadi ketidakjelasan antara memberi dan

menghentikan makanan dan minuman, serta ketidakpastian tentang hal yang lebih

menguntungkan klien.

5.       Euthanasia

Merupakan masalah biotik yang juga menjadi perdebatan utama didunia barat.euthanasia

berasal dari bahasa Yunani, eu (berarti mudah, bahagia atau baik) dan thabatos (berarti :

meninggal dunia) jadi bila dipadukan, berarti meninggal dunia dengan baik atau bahagia.
Kesimpulan berbagai argumentasi telah diberikan oleh pada ahli tentang euthanasia, baik

yang mendukung ataupun menolaknya. Untuk saat ini pertanyaan moral masyarakat yang

perlu dijawab bukan “apakah euthanasia secara moral diperbolehkan?” melainkan “jenis

euthanasia mana yang diperbolehkan?”. Pada kondisi yang bagaimana? Dan metode

bagaimana yang tepat?

6.       Transplantasi organ

Pada saat ini, dunia kedokteran telah memasuki teknologi yang lebih tinggi. Transplantasi

organ hanya dilakukan di rumah sakit luar negri, untuk saat ini telah diakukan di indonesia.

Menurut Helsinik, tidak semua perawat terlibat dalam tindakan ini, namun beberapa hal

perawat cukup berperan, seperti merawat dan meningkatkan kesehatan pemberi donor,

membantu di kamar operasi dan merawat klien setelah transplantasi.

2.4. Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah Atau Dilema Etik

Langkah penyelesaian dilema etik menurut Tappen (2005) adalah :

a.       Pengkajian.

al pertama yang perlu diketahui perawat adalah “adakah saya terlibat langsung dalam

dilema?”. Perawat perlu mendengar kedua sisi dengan menjadi pendengar yang berempati.

Target tahap ini adalah terkumpulnya data dari seluruh pengambil keputusan, dengan bantuan

pertanyaan yaitu:

1.    Apa yang menjadi fakta medik?

2.    Apa yang menjadi fakta psikososial?

3.    Apa yang menjadi keinginan klien?

4.    Apa nilai yang menjadi konflik?

b.      Perencanaan.

Untuk merencanakan dengan tepat dan berhasil, setiap orang yang terlibat dalam

pengambilan keputusan harus masuk dalam proses. Thomson and Thomson (1985)

mendaftarkan 3 (tiga) hal yang sangat spesifik namun terintegrasi dalam perencanaan, yaitu :
1.    Tentukan tujuan dari treatment.

2.    Identifikasi pembuat keputusan

3.    Daftarkan dan beri bobot seluruh opsi atau pilihan.

c.        Implementasi

Selama implementasi, klien/keluarganya yang menjadi pengambil keputusan beserta

anggota tim kesehatan terlibat mencari kesepakatan putusan yang dapat diterima dan saling

menguntungkan. Harus terjadi komunikasi terbuka dan kadang diperlukan bernegosiasi.

Peran perawat selama implementasi adalah menjaga agar komunikasi tak memburuk, karena

dilema etis seringkali menimbulkan efek emosional seperti rasa bersalah, sedih atau berduka,

marah, dan emosi kuat yang lain. Pengaruh perasaan ini dapat menyebabkan kegagalan

komunikasi pada para pengambil keputusan. Perawat harus ingat “Saya disini untuk

melakukan yang terbaik bagi klien”.

Perawat harus menyadari bahwa dalam dilema etik tak selalu ada 2 (dua) alternatif yang

menarik, tetapi kadang terdapat alternatif tak menarik, bahkan tak mengenakkan. Sekali

tercapai kesepakatan, pengambil keputusan harus menjalankannya. Kadangkala kesepakatan

tak tercapai karena semua pihak tak dapat didamaikan dari konflik sistem dan nilai. Atau lain

waktu, perawat tak dapat menangkap perhatian utama klien. Seringkali klien atau keluarga

mengajukan permintaan yang sulit dipenuhi, dan di dalam situasi lain permintaan klien dapat

dihormati.

d.        Evaluasi

Tujuan dari evaluasi adalah terselesaikannya dilema etis seperti yang ditentukan sebagai

outcome-nya. Perubahan status klien, kemungkinan treatment medik, dan fakta sosial dapat

dipakai untuk mengevaluasi ulang situasi dan akibat treatment perlu untuk dirubah.

Komunikasi diantara para pengambil keputusan masih harus dipelihara.

2.4.1. Enam Pendekatan Dalam Mengahadapi Dilema Etik


Enam pendekatan dapat dilakukan orang yang sedang menghadapi dilema tersebut,

yaitu:

a.       Mendapatkan fakta-fakta yang relevan

b.      Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta

c.       Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi dilema

d.      Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema

e.       Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternative

f.       Menetapkan tindakan yang tepat.

Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat meminimalisasi atau menghindari

rasionalisasi perilaku etis yang meliputi: (1) semua orang melakukannya, (2) jika legal maka

disana terdapat keetisan dan (3) kemungkinan ketahuan dan konsekwensinya.

2.5. Pemecahan Masalah Etik Menurut Para Ahli

Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya

menggunakan kerangka proses keperawatan / Pemecahan masalah secara ilmiah, antara lain:

1. Model Pemecahan Masalah ( Megan, 1989 )

a.     Mengkaji situasi

b.    Mendiagnosa masalah etik moral

c.     Membuat tujuan dan rencana pemecahan

d.    Melaksanakan rencana

e.     Mengevaluasi hasil

2.        Kerangka Pemecahan Dilema Etik (Kozier & Erb, 2004)

a.       Mengembangkan data dasar.

b.      Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya

c.        Apa tindakan yang diusulkan

d.      Apa maksud dari tindakan yang diusulkan

e.        Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan.


f.       Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut

g.      Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan

mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut

h.      Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan yang

tepat

i.        Mengidentifikasi kewajiban perawat

j.        Membuat keputusan

3.    Model Murphy dan Murphy

a.    Mengidentifikasi masalah kesehatan

b.    Mengidentifikasi masalah etik

c.    Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan

d.   Mengidentifikasi peran perawat

e.    Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan

f.     Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan

g.    Memberi keputusan

h.    Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah umum

untuk perawatan klien

i.      Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan

informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.

4.    Langkah-Langkah Menurut Purtilo Dan Cassel (1981)

a.    Mengumpulkan data yang relevan

b.    Mengidentifikasi dilema

c.    Memutuskan apa yang harus dilakukan

d.   Melengkapi tindakan

5.    Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson (1981)


a.    Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang diperlukan,

komponen etis dan petunjuk individual.

b.    Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi.

c.    Mengidentifikasi Issue etik

d.   Menentukan posisi moral pribadi dan professional

e.    Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.

f.     Mengidentifikasi konflik nilai yang ada

2.6.  Hal Yang Berikaitan Dengan Masalah

Beberapa hal yang berkaitan lansung pada praktik keperawatan.

1.      Konflik Etik Antara Teman Sejawat

        Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu pencapaian kesejahteraan

pasien. Untuk dapat menilai pemenuhan kesejahteraan pasien, maka perawat harus mampu

mengenal/tanggap bila ada asuhan keperawatan yang buruk dan tidak bijak, serta berupaya

untuk mengubah keadaan tersebut. Kondisi inilah yang sering sering kali menimbulkan

konflik antara perawat sebagai pelaku asuhan keperawatan dan juga terhadap teman sejawat.

Dilain pihak perawat harus menjaga nama baik antara teman sejawat, tetapi bila ada teman

sejawat yang melakukan pelanggaran atau dilema etik hal inilah yang perlu diselesaikan

dengan bijaksana.

2.        Menghadapi Penolakan Pasien Terhadap Tindakan Keperawatan Atau Pengobatan.

        Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-bentuk pengobatan

sebagai alternative tindakan. Dan berkembangnya tehnologi yang memungkinkan orang

untuk mencari jalan sesuai dengan kondisinya. Penolakan pasien menerima pengobatan dapat

saja terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti pengetahuan, tuntutan untuk dapat

sembuh cepat, keuangan, social dan lain-lain. Penolakan atas pengobatan dan tindakan

asuhan keperawatan merupakan hak pasien dan merupakan hak outonmy pasien, pasien

berhak memilih, menolak segala bentuk tindakan yang mereka anggap tidak sesuai dengan
dirinnya, yang perlu dilakukan oleh perawat adalah menfasilitasi kondisi ini sehingga tidak

terjadi konflik sehingga menimbulkan masalah-masalah lain yang lebih tidak etis.

3.      Masalah Antara Peran Merawat Dan Mengobati

Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat adalah memberikan

asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagai factor sering kali peran ini menjadai

kabur dengan peran mengobati. Masalah antara peran sebagai perawat yang memberikan

asuhan keperawatan dan sebagai tenaga kesehatan yang melakuka pengobatan banyak terjadi

di Indonesia, terutama oleh perawat yang ada didaerah perifer (puskesmas) sebagai ujung

tombak pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Dari hasil penelitian, Sciortio (1992) menyatakan bahwa pertentangan antara peran.

formal perawat dan pada kenyataan dilapangan sering timbul dan ini bukan saja

masalah Nasional seperti di Indonesia, tetapi juga terjadi di Negara-negara lain.Walaupun

tidak diketahui oleh pemerintah, pertentangan ini mempunyai implikasi besar. Antara

pengetahuan perawat yang berhubungan dengan asuhan keperawatan yang kurang dan juga

kurang aturan-aturan yang jelas sebagai bentuk perlindungan hukum para pelaku asuhan

keperawatan hal inisemakin tidak jelas penyelesaiannya.

4.    Berkata Jujur atau Tidak jujur

Didalam memberikan asuhan keperawatan langsung sering kali perawat tidak merasa bahwa,

saat itu perawat berkata tidak jujur. Padahal yang dilakukan perawat adalah benar (jujur)

sesuai kaedah asuhan keperawatan.

Sebagai contoh: sering terjadi pada pasien yang terminal, saat perawat ditanya oleh pasien

berkaitan dengan kondisinya, perawat sering menjawab “tidak apa-apa ibu/bapak, bapak/ibu

akan baik,  suntikan ini tidak sakit”. Dengan bermaksud untuk menyenangkan pasien karena

tidak mau pasiennya sedih karena kondisinya dan tidak mau pasien takut akan suntikan yang

diberikan, tetapi didalam kondisi tersebut perawat telah mengalami dilema etik. Bila perawat
berkata jujur akan membuat sedih dan menurunkan motivasi pasien dan bila berkata tidak

jujur, perawat melanggar hak pasien.

5.    Tanggung Jawab Terhadap Peralatan Dan Barang

             Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering, yang berarti

mencuri barang-barang sepele/kecil. Sebagai contoh: ada pasien yang sudah meninggal dan

setalah pasien meninggal ada barang-barang berupa obat-obatan sisa yang belum dipakai

pasien, perawat dengan seenaknya membereskan obat-obatan tersebut dan memasukan dalam

inventarisasi ruangan tanpa seijin keluarga pasien. Hal ini sering terjadi karena perawat

merasa obat-obatan tersebut tidak ada artinya bagi pasien, memang benar tidak artinya bagi

pasien tetapi bagi keluarga kemungkinan hal itu lain. Yang penting pada kondisi ini adalah

komunikasi dan informai yang jelas terhadap keluarga pasien dan ijin dari keluarga pasien itu

merupakan hal yang sangat penting, Karena walaupun bagaimana keluarga harus tahu secara

pasti untuk apa obat itu diambil.

Perawat harus dapat memberikan penjelasan pada keluarga dan orang lain bahwa

menggambil barang yang seperti kejadian diatas tidak etis dan tidak dibenarkan karena setiap

tenaga kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap peralatan dan barang di tempat kerja.
BAB III

PENUTUP

 3.1. Kesimpulan

Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang melibatkan interaksi

antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara mempertahankan

hidup dengan kebebasan dalam menentukan kematian, upaya menjaga keselamatan klien

yang bertentangan dengan kebebasan menentukan nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak

ilmiah dalam mengatasi permasalah klien.

Dalam membuat keputusan terhadap masalah dilema etik, perawat dituntut dapat

mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak bertentang

dengan nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan tidak

ada pihak yang dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu asuhan keperawatan

dapat dipertahankan.

3.2.Saran

Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang

keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya mereka

bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat atau bertindak sesuai

kode etiknya (kode etik keperawatan).


Perawat harus berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara mandiri atau

secara bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan suatu

dilema etik.

DAFTAR PUSTAKA

Andrew C. Varga, The Main Issues in Bioethics, New York 1984, hal. 268.

Bertens, K, Eutanasia: Perdebatan Yang Berkepanjangan, Kompas, 28 September 2000.

Efendi, Ferry, Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas ; teori dan praktik dalam

keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Hegner, barbara. 2003. Nursing assistant : A Nursing Process Approach, 6/e. Jakarta: EGC

http://hafikoandresni005.blogspot.com/2013/06/makalah-dilema-etik.html diunduh pada

tanggal 23 Maret 2014

http://naimah-naimahlaila.blogspot.com/p/dilema-etik-dan-pemecahanya.html diunduh pada

tanggal 23 Maret 2014

Priharjo, Robert. 2008. Pengantar Etika Keperawatan.

Rismalinda. 2011. Etika Profesi Dan Hukum Kesehatan.Jakarta : Trans Info Media

Sudarma, momon. 2008. sosiologi untuk kesehatan. Jakarta : salemba medika                    

Thompson and HO Thompson,Ethic ini Nursing, New York: MacMilan

http://news.detik.com/read/2004/09/27/143002/214474/10/euthanasia-dilarang-diri?

nd771104bcj di unduh pada tanggal 28 Maret 2014


http://news.detik.com/read/2004/09/07/092925/204040/10/pernah-minta-istri-disuntik-mati?

nd771104bcj di uduh pada tanggal 28 Maret 2014

Anda mungkin juga menyukai