Anda di halaman 1dari 21

DILEMA ETIK PADA PERAWATAN GAWAT DARURAT

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keperawatan merupakan salah satu profesi yang berkecimpung untuk kesejahteraan manusia

yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun yang sakit untuk dapat

menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu yang mengatur hubungan antara perawat

pasien adalah etika. Istilah etika dan moral sering digunakan secara bergantian. Sehingga

perawat perlu mengetahui dan memahami tentang etik itu sendiri termasuk didalamnya prinsip

etik dan kode etik.

Hubungan antara perawat dengan pasien atau tim medis yang lain tidaklah selalu bebas dari

masalah. Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab etik dan konflik yang mungkin

meraka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam praktik profesional. Kemajuan dalam

bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan hukum telah berperan dalam peningkatan

perhatian terhadap etik. Standart perilaku perawat ditetapkan dalam kode etik yang disusun oleh

asosiasi keperawatan internasional, nasional, dan negara bagian atau provinsi. Perawat harus

mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan mencakup nilai dan

keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat. Perawat memiliki

tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan bertindak sebagai advokat klien. Para

perawat juga harus tahu berbagai konsep hukum yang berkaitan dengan praktik keperawatan

karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap keputusan dan tindakan profesional yang

mereka lakukan (Ismaini, 2001)

Dalam berjalannya proses semua profesi termasuk profesi keperawatan didalamnya tidak

lepas dari suatu permasalahan yang membutuhkan berbagai alternative jawaban yang belum
tentu jawaban-jawaban tersebut bersifat memuaskan semua pihak. Hal itulah yang sering

dikatakan sebagai sebuah dilema etik. Dalam dunia keperawatan sering kali dijumpai banyak

adanya kasus dilema etik sehingga seorang perawat harus benar-benar tahu tentang etik dan

dilema etik serta cara penyelesaian dilema etik supaya didapatkan keputusan yang terbaik. Oleh

karena itu penulis menyusun suatu makalah tentang etik dan dilema etik supaya bisa dipahami

oleh para mahasiswa yang nantinya akan berguna ketika bekerja di klinik atau institusi yang lain.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui konsep tentang etik dan dilema etik khususnya dibidang

keperawatan

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi etik

b. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tipe-tipe etika

c. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami teori etik

d. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami prinsip-prinsip etik

e. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi dan kode etik keperawatan

f. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami dilema etik dan cara penyelesainnya

g. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami contoh kasus dilema etik dan penyelesainnya

BAB II

TINJAUAN TEORI

A DEFINISI ETIK
Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku manusia, baik

secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke arah tujuannya ( Pastur scalia,

1971 ). Etika juga berasal dari bahasa yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar dan David

(1978) berarti ” kebiasaaan ”. ”model prilaku” atau standar yang diharapkan dan kriteria tertentu

untuk suatu tindakan. Penggunaan istilah etika sekarang ini banyak diartikan sebagai motif atau

dorongan yang mempengaruhi prilaku. (Mimin. 2002).

Dari pengertian di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana

sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-

prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu : baik dan buruk serta kewajiban dan

tanggung jawab

Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup, sehingga etik

merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang mempengaruhi perilaku profesional.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang digunakan

untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan

seseorang terhadap orang lain. Sehingga juga dapat disimpulkan bahwa etika mengandung 3

pengertian pokok yaitu : nilai-nilai atau norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau

suatu kelompok dalam mengatur tingkah laku, kumpulan azas atau nilai moral, misalnya kode

etik dan ilmu tentang yang baik atau yang buruk (Ismaini, 2001)

B TIPE-TIPE ETIKA

1. Bioetik

Bioetika merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik, menyangkut

masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetika difokuskan pada pertanyaan etik yang

muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan
theology. Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etika pada moralitas

treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup

yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau

bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan nyeri, yang meliputi

semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik antara

lain : peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberian pelayanan kesehatan.

2. Clinical ethics/Etik klinik

Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah etik selama

pemberian pelayanan pada klien. Contoh clinical ethics : adanya persetujuan atau penolakan, dan

bagaimana seseorang sebaiknya merespon permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).

3. Nursing ethics/Etik Perawatan

Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan dikembangkan dalam

tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik. Etika keperawatan

dapat diartikan sebagai filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari

pelaksanaan praktek keperawatan. Inti falsafah keperawatan adalah hak dan martabat manusia,

sedangkan fokus etika keperawatan adalah sifat manusia yang unik (k2-nurse, 2009)

C TEORI ETIK

Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu tindakan,

sifat, atau objek perilaku yang sama dari sudut pandang atau perspektif yang berlainan. Beberapa

teori etik adalah sebagai berikut :

1. Utilitarisme

Sesuai dengan namanya Utilitarisme berasal dari kata utility dengan bahasa latinnya utilis

yang artinya “bermanfaat”. Teori ini menekankan pada perbuatan yang menghasilkan manfaat,
tentu bukan sembarang manfaat tetapi manfaat yang banyak memberikan kebahagiaan kepada

banyak orang. Teori ini sebelum melakukan perbuatan harus sudah memikirkan konsekuensinya

terlebih dahulu.

2. Deontologi

Deontology berasal dari kata deon dari bahasa yunani yang artinya kewajiban. Teori ini

menekankan pada pelaksanaan kewajiban. Suatu perbuatan akan baik jika didasari atas

pelaksanaan kewajiban, jadi selama melakukan kewajiban sudah melakukan kebaikan. Teori ini

tidak terpatok pada konsekuensi perbuatan dengan kata lain teori ini melaksanakan terlebih

dahulu tanpa memikirkan akibatnya. (Aprilins, 2010)

D PRINSIP-PRINSIP ETIK

1. Otonomi (Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan

mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan

membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai

oleh orang lain. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut

pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak

klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

2. Berbuat baik (Beneficience)

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan

pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan

peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan,

terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi


3. Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang

menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek

profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan

keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.

5. Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi

pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan

bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk

mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif

untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang

sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya

selama menjalani perawatan.

6. Menepati janji (Fidelity)

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap

orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien.

Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang perawat untuk mempertahankan komitmen

yang dibuatnya kepada pasien.

7. Karahasiaan (Confidentiality)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasinya.

Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam
rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali

jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. (Geoffry hunt. 1994)

E DEFINISI DAN KODE ETIK KEPERAWATAN

Etik keperawatan adalah norma-norma yang di anut oleh perawat dalam bertingkah laku

dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga kesehatan lainnya di suatu pelayanan keperawatan

yang bersifat professional. Perilaku etik akan dibentuk oleh nilai-nilai dari pasien, perawat dan

interaksi sosial dalam lingkungan. Tujuan dari etika keperawatan adalah :

1. Mengidentifikasi, mengorganisasikan, memeriksa dan membenarkan tindakan-tindakan

kemanusiaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tertentu

2. Menegaskan tentang kewajiban-kewajiban yang diemban oleh perawat dan mencari informasi

mengenai dampak-dampak dari keputusan perawat.

Sedangkan Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi

yang memberikan tuntutan bagi anggotanya dalam melaksanakan praktek keperawatan, baik

yang berhubungan dengan pasien, keluarga masyarakat, teman sejawat, diri sendiri dan tim

kesehatan lain. Pada dasarnya, tujuan kode etik keperawatan adalah upaya agar perawat, dalam

menjalankan setiap tugas dan fungsinya, dapat menghargai dan menghormati martabat manusia.

Tujuan kode etik keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien, teman

sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan maupun dengan

profesi lain di luar profesi keperawatan.

2. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang silakukan oleh praktisi keperawatan

yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya.


3. Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan

secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat.

4. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan kepoerawatan agar dapat

menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan.

5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai / pengguna tenaga keperawatan

akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktek keperawatan.

( PPNI, 2000 )

F DILEMA ETIK

Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan mengenai perilaku

yang layak harus di buat. (Arens dan Loebbecke, 1991: 77). Untuk itu diperlukan pengambilan

keputusan untuk menghadapi dilema etika tersebut. Enam pendekatan dapat dilakukan orang

yang sedang menghadapi dilema tersebut, yaitu:

1. Mendapatkan fakta-fakta yang relevan

2. Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta

3. Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi dilemma

4. Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema

5. Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternative

6. Menetapkan tindakan yang tepat.

Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat meminimalisasi atau menghindari

rasionalisasi perilaku etis yang meliputi:

(1) semua orang melakukannya

(2) jika legal maka disana terdapat keetisan


(3) kemungkinan ketahuan dan konsekwensinya.

Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan

stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk

melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak

lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Menurut

Thompson & Thompson (1981 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak

ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak

memuaskan sebanding. Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan

pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan / Pemecahan masalah secara ilmiah,

antara lain:

1. Model Pemecahan masalah ( Megan, 1989 )

Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik.

a. Mengkaji situasi

b. Mendiagnosa masalah etik moral

c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan

d. Melaksanakan rencana

e. Mengevaluasi hasil

2. Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 2004 )

a. Mengembangkan data dasar.

Untuk melakukan ini perawat memerukan pengumpulan informasi sebanyak mungkin meliputi :

1) Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya

2) Apa tindakan yang diusulkan

3) Apa maksud dari tindakan yang diusulkan


4) Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan.

b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut

c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan

mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut

d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan yang

tepat

e. Mengidentifikasi kewajiban perawat

f. Membuat keputusan

3. Model Murphy dan Murphy

a. Mengidentifikasi masalah kesehatan

b. Mengidentifikasi masalah etik

c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan

d. Mengidentifikasi peran perawat

e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan

f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan

g. Memberi keputusan

h. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah umum

untuk perawatan klien

i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan informasi

tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.

4. Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel ( 1981)

Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik

a. Mengumpulkan data yang relevan


b. Mengidentifikasi dilema

c. Memutuskan apa yang harus dilakukan

d. Melengkapi tindakan

5. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981)

a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang diperlukan,

komponen etis dan petunjuk individual.

b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi

c. Mengidentifikasi Issue etik

d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional

e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.

f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada

BAB III

KASUS DILEMA ETIK

Ny. M seorang ibu rumah tangga, umur 35 tahun, mempunyai seorang anak umur 4 tahun,

Ny.M. berpendidikan SMA, dan suami Ny.M bekerja sebagai PNS di suatu kantor kelurahan.

Saat ini Ny.M dirawat di ruang kandungan sejak 3 hari yang lalu.Sesuai hasil pemeriksaan Ny.M

positif menderita kanker rahim grade III, dan dokter merencanakan untuk dilakukan operasi

pengangkatan kanker rahim. Semua pemeriksaan telah dilakukan untuk persiapan operasi Ny.M.

Menjelang dua hari operasi, Ny.M hanya diam dan tampak cemas dan binggung dengan rencana

operasi yang akan dijalaninnya. Dokter hanya menjelaskan bahwa Ny.m harus dioperasi karena

tidak ada tindakan lain yang dapat dilakukan dan dokter memberitahu perawat kalau Ny.M atau
keluarganya bertanya, sampaikan operasi adalah jalan terakhir. Dan jangan dijelaskan tentang

apapun, tunggu saya yang akan menjelaskannya. Saat menghadapi hal tersebut Ny.M berusaha

bertanya kepada perawat ruangan yang merawatnya. Ny.M bertanya kepada perawat beberapa

hal, yaitu: “apakah saya masih bisa punya anak setelah dioperasi nanti”.karena kami masih ingin

punya anak. “apakah masih ada pengobatan yang lain selain operasi” dan “apakah operasi saya

bisa diundur dulu suster”

Dari beberapa pertanyaan tersebut perawat ruangan hanya menjawab secara singkat,“ibu kan

sudah diberitahu dokter bahwa ibu harus operasi”

“penyakit ibu hanya bisa dengan operasi, tidak ada jalan lain”

“yang jelas ibu tidak akan bisa punya anak lagi…”

“Bila ibu tidak puas dengan jawaban saya, ibu tanyakan lansung dengan dokternya…ya.” Dan

setelah menjawab beberapa pertanyaan Ny.M. perawat memberikan surat persetujuan operasi

untuk ditanda tangani, tetapi Ny.M mengatakan “saya menunggu suami saya dulu suster”,

perawat mengatakan “secepatnya ya bu… besok ibu sudah akan dioperasi”tanpa penjelasan lain,

perawat meninggalkan Ny.M.

Sehari sebelum operasi Ny.M berunding dengan suaminya dan memutuskan menolak operasi

dengan alasan, Ny.M dan suami masih ingin punya anak lagi. Dengan penolakan Ny.M dan

suami, perawat mengatakan pada Ny.M dan suami” Ibu ibu tidak boleh begitu, ibu harus

dioperasi agar penyakit ibu tidak parah, kita hanya berusaha” dan perawat meninggalkan pasien

dan suami tanpa penjelasan apapun. Dan setelah penolakan pasien tersebut, perawat A datang ke

Kepala ruangan dan mengatakan bahwa Ny.M menolak untuk operasi. Ny.M masih ragu karena

dokter belum menjelaskan rencana operasi yang akan dilakukan, Kepala ruangan bertanya

kepada perawat A “kenapa tidak dijelaskan” Perawat A menjawab “pesan dokter, saya tidak
boleh menjelaskan tentang operasi tersebut, disuruh menunggu dokter…”, kepala ruangan

mengatakan “ kalau begitu buat surat pernyataan saja” dan kita sampaikan ke dokter bedahnya.

Dan sampai saat ini dokter belum menjelaskan operasi yang akan dilakukan pada Ny.M dan

keluarga. Dan akhirnya pasien pulang. Beberapa hari kemudian Rumah Sakit mendapat surat

keluhan dari keluarga Ny.M yang berisi ketidakpuasan dari pelayanan dimana Ny.M dirawat.

Oleh karena itu pihak Rumah Sakit (pimpinan) menanggapi surat tersebut dan berusaha mencari

tahu kebenaran kasus yang tejadi pada Ny.M dan akan mengambil tindakan bila ada unsure

pelanggaran kode etik dalam pelayanan kesehatan yang dilakukan staff Rumah Sakit.

Sekilas berkaitan dengan ruangan, kepala ruangan adalah Ners S1 yang bekerja telah lima

tahun dan perawat A, adalah perawat lulusan DIII baru bekerja diruang tersebut dua tahun.

ANALISA KASUS

Hal pertama yang harus dilakukan oleh tim pencari fakta adalah mengumpulkan informasi yang

berkaitan dengan beberapa informasi yang diperlukan, baik dari internal maupun exsternal

ruangan termasuk staf yang terlibat, perawat primer, kepala ruangan dan dokter yang merawat

dan pasien/keluarga. Hal-hal lain yang menyangkut prinsip-prinsip moral dalam pemberian

asuhan keperawatan dan berkaitan dengan standarisasi asuhan keperawatan yang diberikan

(SOP).

Pada kasus yang melibatkan Ny.M dapat dianalisa dengan beberapa hal menyangkut nilai-nilai

etika, prinsip moral dalam professional keperawatan, Kode etik keperawatan (PPNI), hak-hak

pasien, hak dan kewajiban perawat dan juga bentuk standar praktek keperawatan yang harus

dilaksanakan pada pasien yang akan menjalani operasi. Bila diidentifikasi masalah-masalah yang

mungkin merupakan pelanggaran etik yang terjadi dan merupakan data dari informasi yang

dibutuhkan, adalah sebagai berikut:


BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Dalam menyelesaikan kasus dilema etik yang terjadi pada kasus Ny. M, dapat diambil salah

satu kerangka penyelesaian etik, yaitu kerangka pemecahan etik yang dikemukan oleh Kozier,

erb. (1989), dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengembangkan data dasar dalam hal klarifiaksi dilema etik, mencari informasi

sebanyaknya, berkaitan dengan:

a. Orang yang terlibat, yaitu: Pasien, suami pasien, dokter bedah/kandungan, kepala ruangan dan

perawat primer.

b. Tindakan yang diusulkan, yaitu: Akan dilakukan operasi pengangkatan kandungan/rahim pada

Ny.M. dan perawat primer tidak boleh menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan operasi,

menunggu dokter bedahnya.

c. Maksud dari tindakan, yaitu: Agar kanker rahim yang dialami Ny.M dapat diangkat (tidak

menjalar ke organ lain) dan pengobatan tuntas.

d. Konsekuensi dari tindakan yang diusulkan, yaitu: bila operasi tetap dilaksanakan keinginan

Ny.M dan keluarga untuk mempunyai anak kemungkinan tidak bisa lagi dan bila operasi tidak

dilakukan penyakit/kanker rahim Ny.M kemungkinan akan menjadi luas. Dan mengenai pesan

dokter untuk tidak menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan rencana operasi Ny.M, bila

dilaksanakan pesan tersebut, perawat melannggar prinsip-prinsip moral, dan bila pesan dokter

tersebut melanggar janji terhadap teman sejawat.

2. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut.


a. Konflik yang terjadi pada perawat A, yaitu:

- Bila menyampaikan penjelasan dengan selengkapnya perawat kawatir akan kondisi Ny.M akan

semakin parah dan stress, putus asa akan keinginannya untuk mempunyai anak.

- Bila tidak dijelaskan seperti kondisi tersebut, perawat tidak melaksanakan prinsip-prinsip

professional perawat

- Atas penolakan pasien perawat merasa hal itu kesalahan dari dirinya

- Berkaitan dengan pesan dokter, keduanya mempunyai dampak terhadap prinsip-prinsip

moral/etik.

- Bila perawat menyampaikan pesan dokter, perawat A melangkahi wewenang yang diberikan

oleh dokter, tetapi bila tidak disampaikan perawat A tidak bekerja sesuai standar profesi.

b. Konflik yang terjadi pada Kepala Ruangan, yaitu:

- Berkaitan dengan pesan dokter kondisinya sama dengan perawat primer

- Atas penolakan pasien merupakan gambaran manajemen ruangan yang kurang terkoordinasi

dengan baik.

- Meninjau kembali SOP pada pasien yang akan dilakukan operasi apakah masih relevan atau

tidak.

3. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan

mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut.

a. Menjelaskan secara rinci rencana tindakan operasi termasuk dampak setelah dioperasi.

b. Menjelaskan dengan jelas dan rinci hal-hal yang berkaitan dengan penyakit bila tidak

dilakukan tindakan operasi

c. Memberikan penjelasan dan saran yang berkaitan dengan keinginan dari mempunyai anak

lagi, kemungkinan dengan anak angkat dan sebagainnya.


d. Mendiskusikan dan memberi kesempatan kepada keluarga atas penolakan tindakan operasi

dan memberikan alternative tindakan yang mungkin dapat dilakukan oleh keluarga.

e. Memberikan advokasi kepada pasien dan keluarga untuk dapat bertemu dan mendapat

penjelasan langsung pada dokter bedah, dan memfasilitasi pasien dan kelurga untuk dapat

mendapat penjelasan seluas-luasnya tentang rencana tindakan operasi dan dampaknya bila

dilakukan dan bila tidak dilakukan.

4. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan

yang tepat.

Perawat tidak membuat keputusan untuk pasien, tetapi perawat membantu dalam membuat

keputusan bagi dirinya dan keluarganya, tetapi dalam hal ini perlu dipikirkan, beberapa hal:

a. Siapa yang sebaiknya terlibat dalam membuat keputusan dan mengapa mereka ditunjuk.

b. Untuk siapa saja keputusan itu dibuat

c. Apa kriteria untuk menetapkan siapa pembuat keputusan (social, ekonomi, fisiologi, psikologi

dan peraturan/hukum).

d. Sejauh mana persetujuan pasien dibutuhkan

e. Apa saja prinsip moral yang ditekankan atau diabaikan oleh tindakan yang diusulkan.

Dalam kasus Ny.M. dokter bedah yakin bahwa pembuat keputusan, jadi atau tidaknya untuk

dilakukan operasi adalah dirinya, dengan memperhatikan faktor-faktor dari pasien, dokter akan

memutuskan untuk memberikan penjelasan yang rinci dan memberikan alternatif pengobatan

yang kemungkinan dapat dilakukan oleh Ny.M dan keluarga. Sedangkan perawat primer

seharusnya bertindak sebagai advokasi dan fasilitator agar pasien dan keluarga dapat membuat

keputusan yang tidak merugikan bagi dirinya, sehingga pasien diharapkan dapat memutuskan hal

terbaik dan memilih alternatif yang lebih baik dari penolakan yang dilakukan.
Bila beberapa kriteria sudah disebutkan mungkin konflik tentang penolakan rencana operasi

dapat diselesaikan atau diterima oleh pasien setelah mendiskusikan dan memberikan informasi

yang lengkap dan valid tentang kondisinya, dilakukan operasi ataupun tidak dilakukan operasi

yang jelas pasien telah mendapat informasi yang jelas dan lengkap sehingga hak autonomi pasien

dapat dipenuhi serta dapat memuaskan semua pihak. Baik pasien, keluarga, perawat primer,

kepala ruangan dan dokter bedahnya.

5. Mendefinisikan kewajiban perawat

Dalam membantu pasien dalam membuat keputusan, perawat perlu membuat daftar kewajiban

keperawatan yang harus diperhatikan, sebagai berikut:

a. memberikan informasi yang jelas, lengkap dan terkini

b. meningkatkan kesejahteran pasien

c. membuat keseimbangan antara kebutuhan pasien baik otonomi, hak dan tanggung jawab

keluarga tentang kesehatan dirinya.

d. membantu keluarga dan pasien tentang pentingnya sistem pendukung

e. melaksanakan peraturan Rumah Sakit selama dirawat

f. melindungi dan melaksanakan standar keperawatan yang disesuikan dengan kompetensi

keperawatan professional dan SOP yang berlaku diruangan.

6. Membuat keputusan.

Dalam suatu dilema etik, tidak ada jawaban yang benar atau salah, mengatasi dilema etik, tim

kesehatan perlu dipertimbangkan pendekatan yang paling menguntungkan atau paling tepat

untuk pasien. Kalau keputusan sudah ditetapkan, secara konsisten keputusan tersebut

dilaksanakan dan apapun yang diputuskan untuk kasus tersebut, itulah tindakan etik dalam

membuat keputusan pada keadaan tersebut. Hal penting lagi sebelum membuat keputusan dilema
etik, perlu mengali dahulu apakah niat/untuk kepentinganya siapa semua yang dilakukan, apakah

dilakukan untuk kepentingan pasien atau kepentingan pemberi asuhan, niat inilah yang berkaitan

dengan moralitas etis yang dilakukan.

Pada kondisi kasus Ny.M. dapat diputuskan menerima penolakan pasien dan keluarga tetapi

setelah perawat atau tim perawatan dan medis, menjelaskan secara lengkap dan rinci tentang

kondisi pasien dan dampaknya bila dilakukan operasi atau tidak dilakukan operasi. Penjelasan

dapat dilakukan melalui wakil dari tim yang terlibat dalam pengelolaan perawatan dan

pengobatan Ny.M. Tetapi harus juga diingat dengan memberikan penjelasan dahulu beberapa

alternatif pengobatan yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai kondisi Ny.M sebagai bentuk

tanggung jawab perawat terhadap tugas dan prinsip moral profesionalnya. Pasien menerima atau

menolak suatu tindakan harus disadari oleh semua pihak yang terlibat, bahwa hal itu merupakan

hak, ataupun otonomi pasien dan keluarga.

Pada kasus diatas dapat diputuskan dan disimpulkan, bahwa terjadi pelanggaran etik, dengan

alasan-alasan dan informasi yang telah ditelaah, yaitu:

a. Belum ada penjelasan yang lengkap dari perawat dan dokter (Tim) berkaitan dengan tindakan

operasi yang akan dilakukan (tidak sesuai dengan SOP atau standar praktek keperawatan)

b. Pasien dan keluarga tidak diberi kesempatan dan mendiskusikan mengenai penyakit, akibat dan

tindakan-tindakan yang akan dilakukan terhadapnya

c. Berdasarkan kajian dan hasil analisa kasus bahwa hubungan dokter, perawat dan psien tidak

sesuai dengan harapan kode etik keperawatan (PPNI)

d. Terdapat pelanggaran nilai-nilai moral dan professional perawat, meliputi, otonomi, altruism,

justice, truh dan lainya

e. Terdapat pelangaran hak-hak pasien, yaitu hak mendapatkan informasi yang valid dan terkini.
Dengan alasan-alasan tersebut dan telah melalui langkah-langkah penyelesaian etik maka

Komite etik di Rumah Sakit tersebut harus menentukan tindakan dengan hati-hati dan terencana

sesuai tingkat pelanggaran etik yang dilakukan baik terhadap dokter, perawat primer (perawat A)

dan kepala ruangan, masing-masing perlu mendapatkan beberapa peringatan atau bentuk

pembinaan sesuai tingkat pelanggaran etik masing-masing.


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan agar dapat diterima dan dihargai

oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka perawat harus memanfaatkan nilai-nilai

keperawatan dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat dalam mengemban

peran profesionalnya. Dengan demikian perawat yang menerima tanggung jawab, dapat

melaksanakan asuhan keperawatan secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti bekerja

sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan

bagi keselamatan pasien, penghormatan terhadap hak-hak pasien, dan akan berdampak terhadap

peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Selain itu dalam menyelesaikan permasalahan etik

atau dilema etik keperawatan harus dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip

etik supaya tidak merugikan salah satu pihak.

B. SARAN

Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang keperawatan

harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya mereka bisa lebih

memahami tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat atau bertindak sesuai kode etiknya

(kode etik keperawatan).


DAFTAR PUSTAKA

1. Aprilins. 2010. Teori Etika. Diakses 26 Desember 2011 pukul 21.00 WIB. Diposkan 23 Februari

2010 pukul 10.02 PM. URL : http://aprillins.com/2010/1554/2-teori-etika-utilitarisme-

deontologi/
2. Carol T,Carol L, Priscilla LM. 1997. Fundamental Of Nursing Care, Third Edition, by Lippicot

Philadelpia, New York.


3. Geoffry hunt. 1994. Ethical issues in nursing. New york: press (padstow) Ltd.
4. Ismaini, N. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika
5. k_2 nurse. 2009. Etika Keperawatan. Unpad Webblog. Diakses tanggal 13 November 2011.

Diposkan tanggal 16 Januari 2009. http://blogs.unpad.ac.id/k2_nurse/?tag=etika-keperawatan


6. Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder S.J. 2004. Fundamentals of Nursing Concepts, Process

and Practice 7th Ed., New Jersey: Pearson Education Line


7. Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC
8. PPNI. 2000. Kode Etik Keperawatan Indonesia. Keputusan Munas VI.
9. Rubenfeld, M. Gaie. K. Scheffer, B. 2006. Berpikir Kritis dalam Keperawatan. Edisi 2. Jakarta :

EG

10. Suhaemi,M. 2002. Etika Keperawatan aplikasi pada praktek. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai