Disusun oleh:
Kelas: Antasena 2
PENDAHULUAN
A. Konsep HIV/AIDS
1. Definisi
kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh
akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk famili
retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV ( Sudoyo dkk, 2009)
penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus HIV
ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina dan
air susu ibu. Virus tersebut merusak kekebalan tubuh manusia dan mengakibatkan
turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi.
(Nursalam, 2015)
2. Etilogi
AIDS adalah gejala dari penyakit yang mungkin terjadi saat system imun
dilemahkan oleh virus HIV. Penyakit AIDS disebabkan oleh Human Immunedeficiency
Virus (HIV), yang mana HIV tergolong ke dalam kelompok retrovirus dengan materi
genetik dalam asam ribonukleat (RNA), menyebabkan AIDS dapat membinasakan sel
T-penolong (T4), yang memegang peranan utama dalam sistem imun. Sebagai
akibatnya, hidup penderita AIDS terancam infeksi yang tak terkira banyaknya yang
a. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala.
b. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes
illness.
c. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
d. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam
e. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita.
3. Klasifikasi
4. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS
1) Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk,
nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak
jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.
2) Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti
hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada
3) Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome,
yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan
pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi
pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang
bertenaga.
kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung
(Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki,
reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
5) System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar air
(herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit
yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi
jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar
6) Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit
jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran
kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak
jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita
banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah
'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak teratur
(abnormal).
5. Patofisiologi
yang bekerja sebagai reseptor viral, subset limfosit ini yang mencakup limfosit
infeksi litik sel CD4 itu sendiri, induksi apoptosis melalui antigen viral yang
dapat bekerja sebagai superantigen. HIV dapat menginfeksi jenis sel selain
limfosit, infeksi HIV pada monosit tidak seperti infeksi pada limfosit CD4, tidak
resorvoir virus laten tetapi tidak dapat diinduksi dan dapat membawa virus ke
organ, erutama otak. Patologi terkait HIV melibatkan banyak organ, meskipun
sering sulit untuk mengetahui apakah kerusakan terutama disebabkan oleh virus
Infeksi HIV biasanya secara klinis tidak bergejala saat terakhir meskipun
dibandingkan pada infeksi HIV dewasa. Selama fase ini gangguan regulasi
imun sering tampak pada saat tes, terutama berkenaan dengan fungsi sel B
Neutropenia
Netrofil
Ketidakseimbangan
nutrisi Menginfeksi paru-paru
Saluran pernafasan
Eksudat
a) ELISA
teknik ELISA yaitu sensitifitas yang tinggi yaitu 98,1 %-100% (Kresno).
Biasanya memberikan hasil positif 2-3 bulan setelah infeksi. Tes ELISA telah
b) Western blot
Western blot biasanya digunakan untuk menentukan kadar relatif dari suatu
protein dalam suatu campuran berbagai jenis protein atau molekul lain.
Biasanya protein HIV yang digunakan dalam campuran adalah jenis antigen
yang mempunyai makna klinik, seperti gp120 dan gp41 (Kresno, 2001).
2009).
d) Kultur HIV
a) Hematokrit.
b) LED
c) CD4 limfosit
e) Serum mikroglobulin B2
f) Hemoglobulin
8. Penatalaksanaan
1. Non Farmakologi
1). Fisik
Aspek fisik pada PHIV ( pasien terinfeksi HIV ) adalah pemenuhan kebutuhan
fisik sebagai akibat dari tanda dan gejala yang terjadi. Aspek perawatan fisik
meliputi :
a. Universal Precautions
yang digunakan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk semua pasien setiap
penyebaran infeksi.
dan pasien sendiri sangat penting. Hal ini di tunjukkan untuk mencegah
f). Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara benar
dan aman.
Bila timbul efek samping, bisa diganti dengan obat lainnya, dan
(a) AVR kombinasi lebih efektif karena memiliki khasiat AVR yang
c. Pemberian nutrisi
dalam jumlah yang lebih banyak dari yang biasanya diperoleh dalam
makanan sehari- hari. Sebagian besar ODHA akan mengalami defisiensi
mineral pada ODHA dimulai sejak masih dalam stadium dini. Walaupun
jumlah makanan ODHA sudah cukup dan berimbang seperti orang sehat,
olah raga akan berefek buruk pada kesehatan, olahraga yang dilakukan
menyehatkan
otot.
(3) Metabolisme
f. Sosial
2. Farmakologis :
Belum ada penyembuhan bagi AIDS, sehingga pencegahan infeksi HIV perlu
dilakukan. Pencegahan berarti tidak kontak dengan cairan tubuh yang tercemar HIV.
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya < 3 .
makanan sehat, hindari stress, gizi yang kurang, alkohol dan obat-obatan
b) ELISA (positif, hasil tes yang positif dipastikan dengan western blot)
e) Kultur HIV (positif, kalau dua kali uju kadar secara berturut-turut mendeteksi
enzim reverse transcriptase atau antigen P24 dengan kadar yang meningkat
10. Komplikasi
a. Oral lesi
1. Kandidiasis oral
Kandidiasi oral ditandai oleh bercak-bercak putih seperti krim dalam rongga
mulut. Tanda –tanda dan gejala yang menyertai mencakup keluhan menelan
yang sulit serta nyeri dan rasa sakit di balik sternum (nyeri retrosternal).
Sebagian pasien juga menderita lesi oral yang mengalami ulserasi dan
yang lain.
2. Sarcoma Kaposi
b. Neurologik
1. Kompleks dimensi AIDS karena serangan langsung HIV pada sel saraf,
pertiga pasien –pasien AIDS. Keadaan ini berupa sindrom klinis yang
ditandai oleh penurunan progresif pada fungsi kognitif, perilaku dan motorik.
Tanda –tanda dan gejalanya dapat samar- samar serta sulit dibedakan dengan
kelelahan, depresi atau efek terapi yang merugikan terhadap infeksi dan
malignansi
menarik endokarditis.
c. Gastrointestinal
1. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma dan
2. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma kaposi, obat illegal,
atritik.
3. Penyakit anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal
dan diare.
d. Respirasi
e. Dermatologi
Lesi kulit stafilokokus: virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis , reaksi otot,
lesi scabies, dan dekopitus dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Meliputi nama, umur, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan klien dan penanngung
jawab, dan hubungan klien dengan penanggung jawab (Nurarif & Kusuma, 2015).
2. Riwayat Kesehatan
b. Keluhan utama
Keluhan yang paling sering terjadi seperti demam dan penurunan berat >10%
Klien merasakan sariawan yang tak kunjung sembuh, diare kronik selama 1
(Gallant, 2010).
e. Riwayat kesehatan sekarang
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, Keluarga
c) Pola eliminasi
e) Pola istirahat
gelisah.
Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi
cemas dan takut, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu, dimana px dan
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
diare kronik tanpa sebab sampai >1 bulan, demam menetap (Nurarif &
Kusuma, 2015)
Tanda-tanda vital
Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat dan cepat
(Kunoli, 2012).
Body sistem
Sistem neurologi
Sistem penglihatan
2013).
a) Sistem pendengaran
b) Sistem pengecapan
c) Sistem integumen
d) Sistem endokrin
e) Sistem pulmoner
Inspeksi : batuk menetap lebih dari 1 bulan, bentuk dada barrel chest
f) Sistem kardiovaskuler
badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan (Bararah & Jauhar,
2013)
h) Sistem urologi
i) Sistem muskulokeletal
j) Sistem imunitas
k) Sistem perkemihan
l) Sistem reproduksi
kandungan atau saat melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI)
4. Diagnosa Keperawatan
ditandai dengan batuk yang tidak efektif, sputum dalam jumlah yang berlebihan.
5. Intervensi Keperawatan
Tindakan keperawatan:
1) mengkaji kesulitan untuk menelan dan merasakan,
2) mengobservasi bising usus,
3) memberikan fase istirahat sebelum makan dan menghindari prosedur yang
melelahkan saat mendekati waktu makan,
4) menjelaskan pentingnya nutrisi pada keluarga dan pasien,
5) berkolaborasi dengantim ahli gizi dalam pemberian diet TKTP,
6) menentukan jumlah dan tipe makanan yang disukai dan dapat ditoleransi
pasien,
7) memberikan oral hygiene sebelum dan sesudah makan,
8) menganjurkan makanan porsi kecil tapi sering dan berkalori tinggi.
ditandai dengan batuk yang tidak efektif, sputum dalam jumlah yang berlebihan.
Tindakan keperawatan:
Bararah, T., & Jauhar, M. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat
profesional. Jakarta: Media Pustaka.
Muttaqin, A., & Sari, K. (2011). Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperwatan
Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan Nanda NIC- NOC Jilid 1.
jogjakarta: Mediafiction Jogja.
Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak . Jakarta Timur : Trans Info Media .
Wilkinson, & Wilkinson, J. M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi-9. Jakarta:
EGC.