Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN HIV AIDS

Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB 2D

Disusun oleh

Kelompok 5

Beaktris B. Lalompoh
Fani Dady
Kesya Hanako
Toar N.L. Tumiwa

Program Studi Ners

Poltekkes Kemenkes Manado


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan


gejala infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency
Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia.
Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik
ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat
memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-
benar bisa disembuhkan.

HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit


dalam (membaran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang
mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal,
dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal,
anal, ataupun oral), transfuse darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara
ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak
lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan


menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh
lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat
AIDS sebagai salah satu epidemic paling menghancurkan pada sejarah. Di
Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai 31 Desember
2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP&PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari
2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000.
Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV
dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kematian. Angka ini tidak mengherankan
karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat
estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000-130.000.
Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan
Indis, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana konsep teori HIV AIDS dan asuhan keperawatan pada pasien
penderita HIV AIDS?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi AIDS
2. Untuk mengetahui etiologi AIDS
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada klien AIDS
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien HIV AIDS
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 HIV AIDS


2.1.1 Definisi

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat


menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang
memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara
infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang
kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus dan
kemudian melakukan replikasi.

2.1.2 Etiologi

Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human


immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983
sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi
retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang
pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya
disebut HIV.

2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi Klinis Infeksi HIV Pada Orang Dewasa Menurut WHO
Stadium Gambaran Klinis Skala Aktivitas

I 1. Asimptomatik Asimptomatik,
2. Limfadenopati Generalisata aktivitas normal

II 1. Berat badan menurutn <10 % Simptomatik,


2. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan aktivitas normal
seperti, dermatitis seboroik, purigo,
onikomikosis, ulkus oral yang rekuren,
kheilitis angularis.
3. Herpes zoster dalam 5 tahun terkahir
4. Infeksi saluran napas bagian atas seperti
sinusitis bakterialis
III 1. Berat badan menurun < 10% Pada umunya
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 lemah, aktivitas
bulan di tempat tidur
3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan kurang dari 50%
4. Kandidiasis orofaringeal
5. Oral hairy leukoplakia
6. TB paru dalam tahun terakhir
7. Infeksi bacterial yang berat seperti
pneumonia, piomiositis
IV 1. HIV wasting syndrome Pada umumnya
2. Pnemonia Pneumocystis carinii sangat lemah,
3. Toksoplasmosis otak aktivitas di
4. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan tempat tidur
5. Kriptokokosis ekstrapulmonar lebih dari 50 %
6. Retinitis virus situmegalo
7. Herpes simpleks mukokutan > 1 bulan
8. Leukoensefalopati multifocal progresif
9. Mikosis diseminata seperti histoplasmosis
10. Tuberkulosis di luar paru

2.1.4 Manifestasi Klinis

Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS
diantaranya adalah seperti dibawah ini:

1) Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas


sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya
(Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV
AIDS diduga sebagai TBC.

2) Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan


gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami
penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami
diarhea yang kronik.
3) Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting
syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah
normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh
seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan
absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang
mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.

4) System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang


mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering
tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system
persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan
pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu
mengalami tensi darah rendah dan Impoten.

5) System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus


cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai
macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit.
Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit
(Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta
Eczema atau psoriasis.

6) Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali


mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal
terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit
syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang
menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak
yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah
'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak
teratur (abnormal).

2.1.5 Patofisiologi

Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah sel-sel
yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi
dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus
(HIV) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan
bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi
dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus (HIV)
menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian
sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha
mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.

Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan
pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat
double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai
sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang
membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen.
Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4
helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari
sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang
memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin,
dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper
terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan
memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.

Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah
secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat
berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-
300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.

Ketika sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan
jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya
penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi
yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh
dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker
atau dimensia AIDS.
2.1.6 Pathweay

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


1) Tes untuk diagnosa infeksi HIV:
a. ELISA
b. Western blot
c. P24 antigen test
d. Kultur HIV
2) Tes untuk deteksi gangguan system imun.
a. Hematokrit.
b. LED
c. CD4 limfosit
d. Rasio CD4/CD limfosit
e. Serum mikroglobulin B2
f. Hemoglobulin
2.1.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan HIV/AIDS terdiri dari pengobatan, perawatan/rehabilitasi


dan edukasi.

a. Pengobatan
Obat-obatan yang dapat digunakan pada penderita HIV antara lain:
1. Obat Retrovirus
Zidovudine (AZT)
Berfungsi sebagai terapi pertama anti retrovirus. Pemakaian obat ini dapat
menguntungkan diantaranya yaitu Dapat memperpanjang masa hidup (1-2
tahun), mengurangi frekuensi dan berat infeksi oportunistik, menunda
progresivitas penyakit, memperbaiki kualitas hidup pasien, mengurangi resiko
penularan perinatal, mengurangi kadar Ag p24 dalam serum dan cairan spinal.
Efek samping zidovudine adalah: sakit kepala, nausea, anemia, neutropenia,
malaise, fatique, agitasi, insomnia, muntah dan rasa tidak enak diperut. Setelah
pemakaian jangka panjang dapat timbul miopati. Dosis yang se006Barang
dipakai 200mg po tid, dan dosis diturunkan menjadi 100mg po tid bila ada
tanda-tanda toksik.
b. Didanosine ( ddl ), Videx
Merupakan terapi kedua untuk yang terapi intoleransi terhadap AZT, atau
bisa sebagai kombinasi dengan AZT bila ternyata ada kemungkinan respon
terhadap AZT menurun. Untuk menunda infeksi oportunistik respon terhadap
AZT menurun. Untuk menunda infeksi oportunistik pada ARC dan
asimtomatik hasilnya lebih baik daripada AZT. Efek samping: neuropati
perifer, pankreatitis (7%), nausea, diare. Dosis: 200mg po bid ( untuk BB
>60kg), 125mg po bid (untuk BB < 60kg) Mulanya hanya dipakai untuk
kombinasi denganAZT. Secara invitro merupakan obat yang paling kuat, tapi
efek samping terjadinya neuropati ( 17-31%) dan pankreatitis. Dosis : 0,75mg
po tid.
1. Obat-obat untuk infeksi oportunistik
Pemberian profiklaktik untuk PCP dimulai bila cCD4, 250 mm/mm3.
Dengan kotrimokzasol dua kali/minggu. Dosis 2 tablet, atau dengan aerosol
pentamidine 300mg, dan dapsone atau fansidar.
Prokfilaksis untuk TBC dimulai bila PDD>=5mm, dan pasien anergik.
Dipakai INH 300mg po qd dengan vit.b6, atau rifampisin 600mg po qd bila
intolerans INH.
Profilaksis untuk MAI (mycobacterium avium intracelulare), bila CD4 ,
200/mm3, dengan frukanazol po q minggu, bila pernah menderita oral
kandidiasis, sebelumnya.
Belum direkomendasikan untuk profilaksis kandidiasis, karena cepat timbul
resistensi obat disamping biaya juga mahal.
2. Obat untuk kanker sekunder
Pada dasarnya sama dengan penanganan pada pasien non HIV. Untuk
Sakorma Kaposi, KS soliter:radiasi, dan untuk KS multipel:kemoterapi.
Untuk limfoma maligna: sesuai dengan penanganan limfoma paa pasien non
HIV.
3. Pengobatan simtomatik supportif
Obat-obatan simtomatis dan terapi suportif sring harus diberikan pada
seseorang yang telah menderita ADIS, antara lain yang sering yaitu:
analgetik, tranquiller minor, vitamin, dan transfusi darah.

c. Rehabilitasi
Rehabilitas ditujukan pada pengidap atau pasien AIDS dan keluarga atau
orang terdekat, dengan melakukan konseling yang bertujuan untuk:
1. Memberikan dukungan mental-psikologis
2. Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak berisiko
tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang berisiko.
3. Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa
mempertahankan kondisi tubuh yang baik.
4. Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang
berkaitan dengan penyakitnya, antara lain bagaimana mengutarakan
masalah-masalah pribadi dan sensitif kepada keluarga dan orang
terdekat.
d. Edukasi
Edukasi pada masalah HIV/AIDS bertujuan untuk mendidik pasien dan
keluarganya tentang bagaimana menghadapi hidup bersama AIDS,
kemungkinan diskriminasi masyaratak sekitar, bagaimana tanggung jawab
keluarga, teman dekat atau masyarakat lain. Pendidikan juga diberikan tentang
hidup sehat, mengatur diet, menghindari kebiasaan yang dapat merugikan
kesehatan, antara lain: rokok, minuman keras. Narkotik, dsb.
2.1.9 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, umur, tempat dan tanggal lahir
b. Riwayat
Test HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-
obatan
c. Keadaan Umum
Pucat, kelaparan
d. Gejala Subjektif
Demam kronik dengan atau tanpa mengigil, keringat malam hari
berulang kali, lemah, lelah, anoreksia
e. Psikososial
Kehilangan pekerjaaan dan penghasilan, perubahan pola hidup
f. Status Mental
Marah atau pasrah, depresi , ide bunuh diri, halusinasi
g. HEENT
Nyeri perorbital, sakit kepala, edema muka, mulut kering
h. Neurologis
Gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku
kuduk, kejang, paraplegia
i. Muskoloskletal
Focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL
j. Kardiovaskular
Takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness
k. Pernapasan
Dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot bantu
pernapasan, batuk produktif atau non produktif.
l. GI
Intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare,
inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning
m. Gu
Lesi atau eksudat pada genital,
n. Integument
Kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif
2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi,
malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.
2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi
HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran
oksigen, malnutrisi, kelelahan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic,
dan menurunnya absorbsi zat gizi.
5. Diare berhubungan dengan infeksi GI
6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang
keadaan yang orang dicintai.

3. Intervensi

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan
Tujuan dan Intervensi Rasional
criteria hasil

Resiko tinggi Pasien akan 1. Monitor tanda- Untuk pengobatan


infeksi bebas infeksi tanda infeksi dini
berhubungan oportunistik dan baru. Mencegah pasien
dengan komplikasinya 2. gunakan teknik terpapar oleh
imunosupresi, dengan kriteria aseptik pada kuman patogen
malnutrisi dan tak ada tanda- setiap tindakan yang diperoleh di
pola hidup yang tanda infeksi invasif. Cuci rumah sakit.
beresiko. baru, lab tidak tangan sebelum
ada infeksi meberikan
oportunis, tanda Mencegah
tindakan.
vital dalam batas bertambahnya
normal, tidak ada 3. Anjurkan infeksi
luka atau pasien metoda
eksudat. mencegah
terpapar
terhadap Meyakinkan
lingkungan diagnosis akurat
yang patogen. dan pengobatan

4. Kumpulkan Mempertahankan
spesimen untuk kadar darah yang
tes lab sesuai terapeutik
order.

5. Atur pemberian
antiinfeksi
sesuai order

Resiko tinggi Infeksi HIV tidak 1. Anjurkan Pasien dan


infeksi (kontak ditransmisikan, pasien atau keluarga mau dan
pasien) tim kesehatan orang penting memerlukan
berhubungan memperhatikan lainnya metode informasikan ini
dengan infeksi universal mencegah
HIV, adanya precautions transmisi HIV
infeksi dengan kriteriaa dan kuman
nonopportunisitik kontak pasien patogen
yang dapat dan tim lainnya. Mencegah
ditransmisikan. kesehatan tidak 2. Gunakan darah transimisi infeksi
terpapar HIV, dan cairan HIV ke orang lain
tidak terinfeksi tubuh
patogen lain precaution bial
seperti TBC. merawat
pasien.
Gunakan
masker bila
perlu.

Intolerans Pasien 1. Monitor Respon bervariasi


aktivitas berpartisipasi respon dari hari ke hari
berhubungan dalam kegiatan, fisiologis
dengan dengan kriteria terhadap
kelemahan, bebas dyspnea aktivitas
pertukaran dan takikardi Mengurangi
oksigen, selama aktivitas. kebutuhan energi
2. Berikan
malnutrisi,
bantuan
kelelahan.
perawatan
yang pasien Ekstra istirahat
sendiri tidak perlu jika karena
mampu meningkatkan
kebutuhan
metabolik

3. Jadwalkan
perawatan
pasien
sehingga tidak
mengganggu
isitirahat.

Perubahan nutrisi Pasien 1. Monitor Intake menurun


kurang dari mempunyai kemampuan dihubungkan
kebutuhan tubuh intake kalori dan mengunyah dengan nyeri
berhubungan protein yang dan menelan. tenggorokan dan
dengan intake adekuat untuk 2. Monitor BB, mulut
yang kurang, memenuhi intake dan Menentukan data
meningkatnya kebutuhan ouput dasar
kebutuhan metaboliknya
3. Atur Mengurangi
metabolic, dan dengan kriteria
antiemetik muntah
menurunnya mual dan muntah
sesuai order
absorbsi zat gizi. dikontrol, pasien Meyakinkan bahwa
makan TKTP, 4. Rencanakan makanan sesuai
serum albumin diet dengan dengan keinginan
dan protein pasien dan pasien
dalam batas n orang penting
ormal, BB lainnya.
mendekati seperti
sebelum sakit.

Diare Pasien merasa 1. Kaji Mendeteksi adanya


berhubungan nyaman dan konsistensi darah dalam feses
dengan infeksi mengnontrol dan frekuensi
GI diare, komplikasi feses dan
Hipermotiliti
minimal dengan adanya darah.
mumnya dengan
kriteria perut
diare
lunak, tidak
2. Auskultasi
tegang, feses
bunyi usus
lunak dan warna Mengurangi
normal, kram motilitas usus,
perut hilang, 3. Atur agen yang pelan,
antimotilitas emperburuk
dan psilium perforasi pada
(Metamucil) intestinal
sesuai order
Untuk
menghilangkan
4. Berikan
ointment A distensi
dan D, vaselin
atau zinc
oside

Tidak efektif Keluarga atau 1. Kaji koping Memulai suatu


koping keluarga orang penting keluarga hubungan dalam
berhubungan lain terhadap sakit bekerja secara
dengan cemas mempertahankan pasein dan konstruktif dengan
tentang keadaan suport sistem dan perawatannya keluarga.
yang orang adaptasi terhadap Mereka tak
dicintai. perubahan akan menyadari bahwa
2. Biarkan
kebutuhannya mereka berbicara
keluarga
dengan kriteria secara bebas
mengungkapka
pasien dan
na perasaan
keluarga
secara verbal
berinteraksi Menghilangkan
dengan cara yang kecemasan tentang
konstruktif 3. Ajarkan kepada transmisi melalui
kontak sederhana.
keluaraga
tentang
penyakit dan
transmisinya.
DAFTAR PUSTAKA

Djoerban Z, Djauzi S. 2009. HIV/AIDS di Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit


Dalam Edisi V. Editor: SUdoyo AW, SetyohadiB, Alwi I, Simadibrata M,
Setiati S. Jakarta: Puat Penerbitan IPD FAKUI.

Nasronudin. 2007. Penyakit Infeksi di Indonesia Solusi Kini dan Mendatang.


Surabaya: Airlangga.

Rampengan dan Laurentz. 1995. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan
kedua. EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai