Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GASTRITIS


DI RUANG INTERNE ZALL RUMAH SAKIT AL IRSYAD
SURABAYA

Oleh :
Iffah Liyana

22027

AKADEMI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2004

PENDAHULUAN
a. Pengertian
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub-mukosa
lambung (Buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid I : 2001)
b. Etiologi
Dalam hal ini penyebab terjadinya gastritis tergantung dari tipenya yaitu:
a. Gastritis akut, penyebabnya antara lain :
-

Obat-obatan seperti aspirin, obat anti inflamasi non steroid (AINS)

Alkohol

Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung seperti : trauma, luka bakar,


sepsis
Secara makroskopik terdapat lesi erosi mukosa dengan lokasi

berbeda, jika ditemukan pada korpus dan fundus biasanya disebabkan stress.
Jika disebabkan oleh obat-obatan AINS terutama ditemukan di daerah
antrum, namun dapat juga menyeluruh, sedangkan secara mikroskopik
terdapat erosi dengan regenerasi epitel dan ditemukan reaksi sel inflamasi
neutrofil yang minimal.
b. Gastritis kronik
Penyebabnya belum pasti mungkin berhubungan dengan faktor ras,
heriditer psikis dan makanan juga.
c. Patofisiologi
Mukosa lambung dengan bantuan prostaglandin melindungi muskular
seluran dari arodigestive bila pertahanan gagal terjadi gastritis.
Setelah pertahanan syaraf kolinergik, HCL berdifusi ke dalam mukosa
dan menyebabkan luka pada pembuluh darah kecil dan menyebabkan oedema,
perdarahan dan erosi pada dinding gastrik karena perkembangan penyakit,
dinding gastrik menjadi tipis dan atrofi.
Pada gastritis kronis superfialo mukosa hiperemik oedema dan rapuh
mungkin terlihat bercak-bercak perdarahan kecil dan ulserasi.
Pada gastritis kronik hipotropik dan atrofi gaster mukosa tipis dan warna
berubah menjadi abu-abu kehijauan, pembuluh-pembuluh darah tampak jelas di
daerah yang tipis sering ada perdarahan.

Pada gastritis kronik hipertropikans mukosa suram agak membengkak,


longgar dan seperti spons. Biasanya dengan modilus yang granuler yang bila
besar menyerupai polip sering terdapat erosi dan ulser kecil-kecil.
Sebagai pengganti untuk membedakan dengan ulkus peptikum adalah
rasa sakit tidak hilang setelah makan makanan yang tidak merangsang (PAIN
FOOD FAIR). Sedangkan pada ulkus peptikum (PAIN FOOD RULEF).
Pohon Masalah
Gastritis
Peningkatan HCl di lambung
Ulcer mukosa lambung

Nyeri

Mual + muntah

Rasa nyaman

Nutrisi

Cemas
Defisit pengetahuan

II. Komplikasi

Pada gastritis akut


Terdapat perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa
hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syok hemoragik. Khusus
untuk perdarahan SCBA perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran
klinis yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab
utamanya adalah infeksi, helicobakteri pulori sebesar 100% pada tukak
duedunum dan 60-90% pada tukak lambung diagnosis pasti dapat
ditegakkan dengan endoskopi.

Pada gastritis kronis


Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi, dan anemia
karena gangguan absorbsi vitamin B12.

III. Penatalaksanaan / Terapi


1. Diet lunak diberikan sedikit-sedikit tetapi lebih sering hindari makanan /
bahan-bahan yang merangsang seperti alkohol, bumbu dapur.
2. Berikan antasida kecuali gastritis hipertrofi dan atrofi gaster dihubungkan
dengan proses automun dan adanya anemia pernisiosa, karena itu pada kasus
ini diberikan kartikosteroid dan vitamin B12 pada gastritis atrofi dapat

diberikan asam seperti asam glutamat, HCl, glulaptin, enzim-enzim


lambung.
3. Bila rasa nyeri tidak hilang dengan antasida berikan oksitosis tablet 15 menit
sebelum makan.
4. Berikan obat anti kolinergik bila sekresi asam berlebihan.
a. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian

merupakan

pendekatan

yang

sistematis

untuk

pengumpulan data dan analisa data sehingga dapat diketahui masalah yang
dihadapi oleh klien.
1. Pengumpulan Data
1) Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur, sex, agama, bahasa, status
perkawinan, kebangsaan, pekerjaan, alamat, pendidikan, tanggal
MRS dan diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Pada umumnya klien merasa nyeri, perih pada epigastrium, nyeri
setelah / sebelum makan dan sebagainya.
3) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan lalu
Klien merasa mual sebelumnya terdapat luka bakar, luka
berat septis stress dan psikologis atau apakah terdapat hubungan
dengan penyakit yang diderita sebelumnya.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama, mulai dari ada keluhan
sampai terjadi nyeri perut, adanya pusing, stress, mual, muntah
nafsu makan berkurang kembung sebah dan sebagainya.
4) Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Tanggapan klien mengenai kesehatan dan kebiasaan yang
kurang menjaga kebersihan serta pemakaian

obat yang

mengiritasi lambung, intake makanan yang kurang menjaga


kebersihan, tidak dimasak lebih dahulu dan sering makan yang
terkontaminasi dengan bakteri.
b. Pola nutrisi dan metabolisme

Pada umumnya klien makan tidak teratur.


c. Pola aktivitas
Pada klien gastritis akan mengalami gangguan karena
selalu terdapat rasa nyeri pada daerah lambung.
d. Pola eliminasi
Frekuensi BAB 1x perhari dengan konsistensi padat lunak
warna kuning, BAK 3-4 x/hari dengan warna kuning jernih.
e. Pola istirahat dan tidur
Ras mual, rasa nyeri, yang sering menyerang epigastrium
akan mengurangi waktu dan menjadi gangguan tidur oleh klien.
f. Pola sensori dan kognitif
Pada klien gastritis biasanya tidak ada gangguan pada
panca indra.
g. Pola persepsi diri
Klien mengalami kecemasan sebab sering merasa nyeri,
mual dan muntah.
h. Pola hubungan dan peran
Klien masih tetap berinteraksi dengan orang lain dan
hanya perannya yang terganggu karena klien harus banyak
istirahat akibat nyeri yang sering dirasakannya.
i. Pola reproduksi dan seksual
Pada umumnya klien tidak mengalami gangguan baik
organ maupun kebiasaan sexualitas.
j. Pola penanggulangan stress
Cara klien menanggulangi stress biasanya menggunakan
mekanisme koping yang baik jika dimotivasi oleh keluarga
ataupun di perawat.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Kebiasaan beribadah, agama yang dianut baik itu di
rumah maupun di Rumah Sakit.
5) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum lemah, nyeri epigastrium, RR meningkat suhu
meningkat, nadi meningkat.

b. Kepala leher
Wajah pucat, mata cowong, wajah menyeringai kesakitan, dan
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, tekstur kulit kasar dan kadang sianosis
d. Sistem respirasi
Tidak ada kelainan pada sistem respirasi
e. Sistem cardiovaskuler
Terjadi penurunan darah peningkatan nadi dan adanya suara
jantung yang ireguler.
f. Sistem gastrointertinal
Terjadi mual, muntah, peningkatan fisik usus / gaster.
g. Sistem genito urinaria
Tidak terdapat disuria, retensi urine dan inkontinensia.
h. Sistem muskulloskeletal
Adanya kelemahan otot karena kekurangan cairan dan nyeri pada
persendian.
i. Sistem endokrin
Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya gastritis dari sistem
endokrin.
j. Sistem persyarafan
Motorik dan sensorik tidak ada gangguan pada umumnya.
6) Pemeriksaan penunjang
Diagnosa dapat ditegakkan dengan DL, BJ plasma.
2. Analisa data
2.1

Kelompok data pertama


1) Mayor (80% - 100%) nyeri dan perih pada epigastrium /
lambung.
2) Minor (60% - 79%) mual, muntah, pusing, stress, pucat,
menyeringai.
3) Masalah
Gangguan rasa nyaman / nyeri pada perut (abdomen)
4) Kemungkinan penyebab
Peradangan pada mukosa lambung

2.2

Kelompok data kedua


1) Mayor (harus terdapat) nafsu makan menurun, mual, muntah.
2) Minor (mungkin terdapat) makan tidak teratur

3) Masalah
Nutrisi
4) Kemungkinan penyebab
Pemasukan nutrisi yang tidak adekuat
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan dari masalah klien
yang nyata atau potensial yang membutuhkan tindakan keperawatan
sehingga masalah klien dapat teratasi
Adapun diagnosa yang muncul antara lain :
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan peradangan
mukosa lambung.
2) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan mual,
muntah dalam waktu yang cukup lama.
3) Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya sehubungan dengan
tidak adanya informasi yang tidak adekuat.
4. Rencana keperawatan
Dalam hal ini ada 3 tahap dalam fase perawatan yaitu
menentukan prioritas, tujuan dan perencanaan tindakan keperawatan.

Diagnosa keperawatan I
Gangguan rasa nyaman (nyeri) pada perut (abdomen)
sehubungan dengan peradangan pada mukosa lambung ditandai
dengan klien menyatakan nyeri perut daerah kiri, wajah menyeringai
kesakitan.
Tujuan : Klien tidak merasa nyeri lagi
Kriteria hasil :

Nyeri perut kiri tidak ada, wajah klien cerah dan


tenang.

Rencana tindakan :
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada klien.
2. Berikan posisi yang nyaman pada klien.
3. Berikan teknik relaxasi pada klien.
4. Kaji tingkat nyeri
5. Observasi TTV pada klien
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antasida.
Rasional
1. Agar lebih mudah dalam melakukan tindakan keperawatan.
2. Dengan posisi yang nyaman klien lebih mudah untuk melakukan
teknik relaxazi.

3. Agar klien merasa lebih nyaman


4. Dengan mengetahui skala nyeri dan karakteristik selanjutnya
dapat dilakukan tindakan yang tepat.
5. Untuk mengetahui perkembangan pasien, skala nyeri intensitas
nyeri dan sifat nyeri pada klien.
6. Agar tepat dalam pemberian terapi medis.
5. Implementasi
Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari
rencana tindakan meliputi beberapa bagian yaitu validasi, rencana
keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dari rencana
tindakan dari masalah kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan
klien dan tenaga kesehatan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Diana (Boughnam dan Jo ann C. Hockely), Keperawatan Medikal Bedah, EGC.
Jakarta : 1996.
Mansjoer Arief M, dkk., Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Median Aesculapius
FKUI, 2001 : 492.
Soeparman, Waspadji Sarwono, Buku Ilmu Penyakit Dalam Edisi 3. Balai Penerbit
FKUI Jakarta, 2001 : 127.

Anda mungkin juga menyukai