Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


REUMOTOID ATHRITIS

OLEH :

OLEH
EGA LENGE

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM
2016
LANDASAN TEORI
ARTRITIS RHEUMATOID

A. Konsep Dasar (Masalah Utama)

1. Pengertian

Penyakit reumatik (Artritis Rheumatoid) adalah penyakit inflamasi


non bakterial yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronis dan
mengenai sendi serta jaringan ikat secara sistematis (Rasjad Chairuddin,
pengantar ilmu bedah, hal. 165).
Artritis Rheumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik
kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan
seluruh organ tubuh (Mansjoer arif, et al, Kapita selekta Kedokteran.,
1999).
Penyakit inflamasi kronis yang tidak diketahui penyebabnya,
dikarakteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi membran sinovial, yang
menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis dan deformitas.
Penyakit sistemik ini ditandai terutama oleh inflamasi kronik lapisan
sinovial sendi secara simetris, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
bahkan terjadi kerusakan bagian dalam sendi

2. Etiologi

Penyebab utama penyakit Reumatik (Artritis Rheumatoid) masih belum


diketahui secara pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai
penyebab Artritis Rheumatoid, yaitu:
a. Infeksi Streptococcus hemolitikus dan Strepcoccus non-hemolitikus
b. Endokrin
c. Autoimun
d. Metabolik
e. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini Artritis Rheumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun
dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; factor infeksi
mungkin disebabkan oleh karena virus dan mikroorganisme mikroplasma
atau grup difteroid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang
rawan sendi penderita.

3. Manifestasi Klinis

a. Kedua tangan terasa kaku pada pagi hari (morning stiffness) , lebih dari
setengah jam.

b. Tidak enak badan, kaku dan nyeri pada sendi, bengkak, semu merah
dan terasa hangat.

c. Mobilisasi sendi, spasme dan pemendekan otot, destruksi tulang dan


kartilago serta deformitas sendi.

d. Malaise, demam, penurunan berat badan.

4. Patofisiologi

Patogenesis penyakit ini terjadi akibat rantai peristiwa imunologi


yang menyebabkan proses destruksi sendi. Berhubungan dengan faktor
genetik, hormonal, infeksi, dan heat shock protein. Reaksi autoimun dalam
jaringan sinovial yang melakukan proses fagositosis yang menghasilkan
enzim-enzim dalam sendi untuk memecah kolagen sehingga terjadi edema
proliferasi membran sinovial dan akhirnya membentuk pannus. Pannus
tersebut akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang
sehingga akan berakibat menghilangnya permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi.
PATHWAY

Stimulus awal
(pencetus tidak dikenal+predisposisi
genetik)

Akumulasi Limposit dalam sinovial

Produksi faktor reumatoid

Pembentukan kompleks imun yang


mengaktifkan komplemen

Khemotaksis neutrofil dan makrofag ke


sendi yang sakit

Produksi kolagen,
Produksi anion Produksi prostaglandin
elaktase dan enzim
superaksid
degenaratif lain

Destruksi Nyeri
sendi

Gangguan Gangguan Gangguan


citra tubuh mobilitas fisik pola tidur

Deposit
perawatan diri
5. Komplikasi
Kelainan system pencercanaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan
ulkus peptikum yang merupakan komplikasi utama penggunakan obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit
(Disease Modifying Antirheumatoid Drugs, DMARD) yang menjadi
faktor penyebab morbiditas dan mortilitas utama pada arthritis rheumatoid.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus
b. Fiksasi lateks: positif pada 75 % ddari kasus-kasus khas. Reaksi-reaksi
aglutinasi: positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
c. LED: umumya meningkat pesat (80-100 mm/h) mungkin kembali
normal sewaktu gejala meningkat.
d. Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi
e. SDP: meningkat pada waktu timbul proses inflamasi
f. JDL: umumnya menunjukkan anemia sedang ig (igM dan igG);
peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai penyebab
AR
g. Sinar X dari sendi yang sakit: menunjukkan pembengkakan pada
jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista
tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoatritistik yang terjadi secara bersamaan.
h. Scan radionuklida: identifikasi peradangan sinovial
i. Artroskopi langsung: visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
j. Aspirasi cairan sinovial: mungkin menunjukkan volume yang lebih
besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon
inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif); elevasi SDP dan
leukosit, penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4)
k. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas
7. Penatalaksanaan
a. Medis

Prinsip pengobatan reumatoid artritis adalah mengistirahatkan sendi


yang terkena. Obat-obat yang biasa digunakan, antara lain :

1). Obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS)

Kelompok obat ini dapat menguragi peradangan dengan


menghalangi produksi mediator peradangan. Yang paling banyak
digunakan adalah aspirin dan ibuprofen.

2). Obat Slow Acting

Senyawa emas
Penisilamin
Hidrioxi Kloroquin
Sulfozalazin

3). Kortikosteroid

Untuk pemakaian kortikosteroid, harus diperhatikan hal berikut :


Pemberian oral dilakukan pada kasus-kasus RA yang tidak
berespon terhadap AINS dan obat-obatan yang bekerja lambat.
Untuk mengatasi gejala-gejala penyakit yang terjadi selama
menunggu efek obat-obatan yang bekerja lambat.
Suntikan intra artikular dilakukan apabila pada eksaserbasi akut
dari sinovitas pada suatu sendi yang digerakkan menjadi sangat
terganggu.
Pemberian dosis tinggi peroral untuk jangka panjang waktu
pendek untuk mengatasi serangan yang berat.
b. Perawatan
Oleh karena kausa pasti Artritis Rheumatoid tidak diketahui maka
tidak ada pengobatan kausatif yang dapat menyembuhkan penyakit ini.
Hal ini harus benar-benar dijelaskan kepada penderita sehingga tahu
bahwa pengobatan yang diberikan bertujuan mengurangi keluhan/
gejala memperlambat progresifvtas penyakit. Tujuan utama dari
program penatalaksanaan/perawatan adalah sebagai berikut :
Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan
Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal
dari penderita
Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi
pada sendi
Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada
orang lain.

Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk


mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas, yaitu :
1). Pendidikan
Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah
memberikan pendidikan yang cukup tentang penyakit kepada
penderita, keluarganya dan siapa saja yang berhubungan dengan
penderita. Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian,
patofisiologi (perjalanan penyakit), penyebab dan perkiraan
perjalanan (prognosis) penyakit ini, semua komponen program
penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-
sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan metode efektif
tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses
pendidikan ini harus dilakukan secara terus-menerus.
2). Istirahat
Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah
yang hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap
hari, tetapi ada masa dimana penderita merasa lebih baik atau lebih
berat. Penderita harus membagi waktu seharinya menjadi beberapa
kali waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat.
3). Latihan Fisik dan Termoterapi
Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi
sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua
sendi yang sakit, sedikitnya dua kali sehari. Latihan dan
termoterapi ini paling baik diatur oleh pekerja kesehatan yang
sudah mendapatkan latihan khusus, seperti ahli terapi fisik atau
terapi kerja. Latihan yang berlebihan dapat merusak struktur
penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh adanya penyakit.
4). Diet/Gizi
Penderita Reumatik tidak memerlukan diet khusus. Ada sejumlah
cara pemberian diet dengan variasi yang bermacam-macam, tetapi
kesemuanya belum terbukti kebenarannya. Prinsip umum untuk
memperoleh diet seimbang adalah penting.
5). Kompres hangat basah
Kompres panas pada sendi yang sakit dan bengkak dapat
mengurangi nyeri.
6). Obat-obatan
Pemberian obat adalah bagian yang penting dari seluruh program
penatalaksanaan penyakit reumatik. Obat-obatan yang dipakai
untuk mengurangi nyeri, meredakan peradangan dan untuk
mencoba mengubah perjalanan penyakit.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala: nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, membuuk dengan
stress pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral
atau simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup,
waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda: malaise, keterbatasan rentang gerak; atropi otot, kulit,
kontraktor/ kelainan pada sendi.
b. Kardiovaskuler
Gejala: fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (missal: pucat intermitten,
sianosis, kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal)
c. Integritas ego
gejala: faktor-faktor stress kronok/ akut missal; financial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan, keputusan dan
ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan). Ancaman pada konsep
diri, citra tubuh, identitas pribadi (misal ketergantungan pada orang
lain).
d. Makanan/ cairan
Gejala: ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia, kesulitan untuk
mengunyah.
Tanda: penurunan berat badan, kekringan pada membran mukosa.
e. Hygiene
Gejala: berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktifitas perawatan
pribadi, ketergantungan.
f. Neurosensori
Gejala: kesemutan pada lengan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan.
Tanda: pembengkakan sendi simetris.

g. Nyeri/ kenyamanan
Gejala: fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi).
h. Interaksi sosial
Gejala: kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain;
perubahan peran; isolasi.
i. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala: riwayat AR pada keluarga ( pada awal remaja), penggunaan
makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan arthritis tanpa pengujian,
riwayat perikarditis, lesi katup, fibrosis pulmonal, pleuritis.
Pertimbangan: DGR menunjukkan rata-rata lama dirawat: 4,8 hari.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut/ kronis
Dapat dihubungkan dengan: agen pencedera; distensi jarigan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Dapat dibuktikan oleh: keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan.
Berfokus pada diri sendiri/ penyempitan focus, perilaku distraksi/
respons, autonomic, perilaku yang bersifat hati-hati/ melindungi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi Membantu dalam menentukan
dan intensitas (skala 0-10). Catat kebutuhan manajemen nyeri dan
faktor-faktor yang mempercepat keefektifan program.
dan tanda-tanda rasa sakit non-
verbal
2. Berikan matras/ kasur keras, bantal Matras yang empuk/ lembut,
kecil. Tinggikan linen tempat tidur bantal yang besar akan
sesuai kebutuhan mencegah pemeliharaan
kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan stress pada sendi
yang sakit. Peninggian linen
tempat tidur menurunkan
tekanan sendi yang terinflamasi/
nyeri).
3. Tempatkan/ pantau penggunaan Mengistirahatkan sendi-sendi
bantal, karung pasir, gulungan yang sakit dan mempertahankan
trokhanter, bebat, brace posisi netral. Penggunaan brace
dapat menurunkan nyeri dan
dapat mengurangi kerusakan
sendi.
4. Dorong pasien untuk sering Mencegah terjadinya kelelahan
mengubah posisi, bantu pasien umum dan kekakuan sendi,
untuk bergerak di tempat tidur, menstabilkan sendi, mengurangi
sokong sendi yang sakit di atas gerakan/ rasa sakit pada sendi.
dan bawah, hindari gerakan yang
menyentak
5. Anjurkan pasien untuk mandi air Panas meningkatkan relaksasi
hangat atau mandi pancuran pada otot dan mobilitas, menurunkan
waktu bangun dan/ atau pada rasa sakit dan melepaskan
waktu tidur. Sediakan waslap kekakuan pada pagi hari.
hangat untuk mengompres sendi- Sensifitas pada panas dapat
sendi yang sakit bebeapa kali dihilangkan dan luka dermal
sehari. Pantau suhu air kompres, dapat disembuhkan.
air mandi dan sebagainya
6. Berikan masase yang lembut Meningkatkan relaksasi/
mengurangi nyeri.

7. Dorong penggunaan teknik Meningkatkan relaksasi,


manajemen stress misalnya memberikan rasa control, dan
relaksasi progresif, sentuhan mungkin menungkatkan koping.
terapeutik, dan pengendalian
nafas
8. Kolaborasi: berikan obat-obatan Sebagai anti-inflamasi dan efek
sesuai petunjuk misal asetil analgesic ringan dalam
salisilat mengurangi kekakuan dan
meningkatkan mobilitas.

b. Kerusakan mobilitas fisik


Dapat dihubungkan dengan: deformitas skeletal, nyeri,
ketidaknyamanan, intoleransi aktifitas, penurunan kekuatan otot.
Dapat dibuktikan oleh: keengganan untuk mencoba bergerak/
ketidakmampuan untuk dengan sendiri bergerak dalam lingkungan
fisik. Memebatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi,
penurunan kekuatan otot/ control dan massa (tahap lanjut).
INTERVENSI RASIONAL
1. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan Tingkat aktifitas/ latihan
tingkat inflamasi/ rasa sakit pada tergantung dari perkembangan/
sendi resolusi dari proses inflamasi.
2. Pertahankan istirahat tirah Istirahat sistemik dianjurkan
baring/ duduk jika diperlukan selama eksaserbasi akut dan
jadwal aktivitas untuk seluruh fase penyakit yang
memberikan periode istirahat penting untuk mencegah
yang terus menerus dan tidur kelelahan mempertahankan
malam hari yang tidak terganggu kekuatan.
3. Bantu dengan rentang gerak Mempertahankan/ meningkatkan
aktif/ pasif, demikian juga fungsi sendi, kekuatan otot, dan
latihan resistif dan isometric jika stamina umum.
memungkinkan Catatan: latihan yang tiadak
adekuat menimbulkan kekakuan
sendi karena latihan yang
berlebihan akan merusak sendi.
4. Ubah posisi dengan sering Menghilangkan tekanan pada
dengan jumlah personel cukup. jaringan dan meningkatkan
Demonstrasikan/ Bantu teknik sirkulasi. Mempermudah
pemindahan dan penggunaan perawatan diri dan kemandirian
bantuan mobilitas missal trapeze pasien. Teknik pemindahan yang
tepat dapat mencegah robekan
abrasi kulit.
5. Posisikan dengan bantal, Meningkatkan stabilitas
kantung pasir, gulungan (menguranngi resiko cidera),
trokanter, bebat brace mempertahankan posisi sendi
yang diperlukan dan kesejajaran
tubuh serta mengurangi
kontraktor.
6. Gunakan bantal kecil/ tipis di Mencegah fleksi leher.
bawah leher
7. Dorong pasien untuk Memaksimalkan fungsi sendi dan
mempertahankan postur tegak mempertahankan mobilitas.
dan duduk tinggi, berdiri, dan
berjalan
8. Berikan lingkungan yang aman Menghindari cidera akibat
misal menaikkan kursi, kecelakaan/ jatuh.
menggunakan pegangan tangga
pada toilet, penggunaan kursi
roda
9. Kolaborasi: konsul dengan Berguna untuk memformulasikan
fisioterapi program latihan/ aktifitas
berdasarkan pada kebutuhan
individu dan dalam
mengidentifikasikan alat
Mungkin dibutuhkan untuk
menekan system inflamasi akut.

c. Gangguan citra tubuh


Dapat dihubungkan dengan: perubahan kemampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidaksimbangan mobilitas.
Dapat dibuktikan oleh: perubahan fungsi dari bagian-bagian yang
sakit, bicara yang negatif tentang diri sendiri, focus pada kekuatan
masa lalu, dan penampilan. Perubahan pada gaya hidup/ kemampuan
fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan pekerjaan, ketergantungan
pada orang terdekkat. Perubahan pada keterlibatan sosial, perasaan
tidak berdaya, putus asa.
INTERVENSI RASIONAL
1. tentang proses penyakit, harapan Berikan kesempatan untuk
masa depan mengidentifikasi rasa takut/
kesalahan konsep dan
menghadapinya secara langsung.
2. Diskusikan arti dari kehilangan/ Mengidentifikasi bagaiman
perubahan pada pasien/ orang penyakit mempengaruhi persepsi
terdekat. Memastikan bagaimana diri dan interaksi dengan orang
pandangan pribadi pasien dalam lain akan menentukan kebutuhan
menfungsikan gaya hidup sehari- terhadap intervensi/ konseling
hari termasuk aspek-aspek lebih lanjut.
seksual
3. Diskusikan persepsi pasien Isyarat verbal/non-verbal orang
mengenai bagaimana orang terdekat dapat mempunyai
terdekat menerima keterbatasan pengaruh mayor pada bagaiman
pasien memandang dirinya
sendiri.
4. Perhatikan perilaku menarik diri, Dapat menunjukkan emosional
penggunaan menyangkalatau ataupun metode koping
terlalu memperhatikan maladaptif membutuhkan
perubahan intervensi lebih lanjut.

5. Ikut sertakan pasien dalam Meningkatkan perasaan harga


merencanakan perawatan dan diri, mendorong kemandirian, dan
membuat jadwal aktifitas mendorong dalam berpartisifasi
dalam terapi.
6. Bantu dalam kebutuhan Mempertahankan penampilan
perawatan yang diperlukan yang dapat meningkatkan citera
diri.
7. Berikan bantuan positif bila Memungkinkan pasien untuk
perlu merasa senang terhadap dirinya
sendiri, menguatkan perilaku
positif, meningkatkan rasa
percaya diri.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Pendokumentasian


keperawatan, Edisi 2. Jakarta : EGC.
Doenges, M.E, dkk. 1999. Rencana Asuhan keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Internet : http//drlizakedokteran.blogspot.com/2007/12/reumatoid-artritis-re.html
Internet:Http//drlizakedokteran.blogspot.com/2007/12/rheumatoid-arthritis-
re.html
Internet:Http//Ns-nining.blogspot.com/2008/03/asuhan-keperawatan-dengan-
arthiritiis.htlm-100k
Mansjoer Arif, et al. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta :
Media Aesculapius
Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan gerontik, Edisi 2. Jakarta : EGC.
Price, S.A. 2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6.
Jakarta : EGC.
Wahit Iqbal Mubarak, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai