PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Asma menjadi salah satu masalah kesehatan utama baik di negara maju
maupun di negara berkembang. Menurut data dari laporan Global Initiatif for
Asthma (GINA) tahun 2017 dinyatakan bahwa angka kejadian asma dari
berbagai negara adalah 1-18% dan diperkirakan terdapat 300 juta penduduk di
dunia menderita asma. Prevalensi asma menurut World Health Organization
(WHO) tahun 2016 memperkirakan 235 juta penduduk dunia saat ini
menderita penyakit asma dan kurang terdiagnosis dengan angka kematian
lebih dari 80% di negara berkembang. Di Amerika Serikat menurut National
Center Health Statistic (NCHS) tahun 2016 prevalensi asma berdasarkan
umur, jenis kelamin, dan ras berturut-turut adalah 7,4% pada dewasa, 8,6%
pada anak-anak, 6,3% laki-laki, 9,0% perempuan, 7,6% ras kulit putih, dan
9,9% ras kulit hitam.
Angka kejadian asma di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013 mencapai 4,5%. Survei Kesehatan Rumah
Tangga tahun 2005 mencatat 225.000 orang meninggal karena asma, dan
menurut Kementrian Kesehatan RI tahun 2011 Penyakit asma masuk dalam
sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia dengan angka
kematian yang disebabkan oleh penyakit asma diperkirakan akan meningkat
sebesar 20% pada 10 tahun mendatang, jika tidak terkontrol dengan baik.
Riskesdas nasional tahun 2013 menyatakan bahwa angka kejadian asma
di Sumatera Barat adalah 2,7%.4 Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
menyatakan bahwa pada tahun 2012 jumlah penderita asma yang ditemukan
sebesar 3,58%.
Sebuah penelitian mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan
terhadap asma dengan tingkat kontrol asma yang dilakukan di Rumah Sakit
1
Dr. M. Djamil Padang dan Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
dengan menggunakan kuesioner Asthma Control Test (ACT), menyatakan
bahwa dari 65 pasien asma, terdapat 36 pasien asma tidak terkontrol (55,4%),
18 pasien asma terkontrol sebagian (27,7%), dan 11 pasien asma terkontrol
total (16,9%). Pada pasien asma tidak terkontrol, 19 pasien memiliki
pengetahuan yang rendah mengenai asma, sedangkan pasien asma terkontrol
sebagian dan terkontrol total yang memiliki pengetahuan asma yang rendah
hanyalah 1 pasien (4,8%). Pada penelitian ini, didapatkan bahwa rata – rata
pasien asma memiliki pengetahuan yang tinggi terhadap asma yang diderita,
namun demikian jumlah pasien asma tidak terkontrol masih terbilang cukup
besar dengan persentase sebesar 55,4% (Katerine., et al, 2014).
Makalah ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana belajar dan memperluas
pemahaman mengenai asma dan pengobatannya, hasil penelitian dapat
digunakan untuk memilihkan pengobatan yang tepat bagi pasien asma.
Makalah ini juga dapat dimanfaatkan pasien asma untuk membantu mereka
dalam mengetahui tingkat kontrol asma sehingga dapat membantu pasien
mendapatkan pengobatan yang optimal.
B. Tujuan
1. Memahami konsep teoritis Asma
2. Melakukan asuhan keperawatan
3. Memahami kesenjangan kasus dan teori
C. Manfaat
1. Menambah literatur pengetahuan
2. Untuk melatih diri agar terampil dalam menulis
3. Untuk menambah wawasan
2
BAB II
KONSEP ASMA
A. Defenisi Asma
B. Etiologi Asma
Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum
diketahui dengan pasti penyebababnya, akan tetapi hanya menunjukan
dasar gejala asma yaitu inflamasi dan respon saluran nafas yang berlebihan
3
ditandai dengan dengan adanya kalor (panas karena vasodilatasi), tumor
(esudasi plasma dan edema), dolor (rasa sakit karena rangsagan sensori),
dan function laesa fungsi yang terganggu (sudoyoAru,dkk.2015).
Sebagai pemicu timbulnya serangan dapat berupa infeksi (infeksi
virus RSV), iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara), inhalan
(debu, kapuk, tunggau, sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk sari, bau
asap, uap cat), makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat,
bijibijian,
tomat), obat (aspirin), kegiatan fisik (olahraga berat, kecapaian,
tertawa terbahak-bahak), dan emosi (sudoyoAru,dkk.2015).
D. Patofisiologi Asma
a. Asma adalah obstruksi jalan nafas reversibel,.obstruksi disebabkan oleh satu
atau dua lebih dari yang berikut ini yaitu konstraksi otot-otot yang
mengelilingi bronki yang menyempitkian jalan nafas,pembengkakan
membrane yang melapisi bronki,pengisisan bronki dengan mukus yang
kental.Meyempitnya jalan nafas meyebabkan alveoli menjadi hiperinflasi,
dengan udara terperangkap di dalam jaringan paru.Adanya alergen yang
masuk ke jalan nafas membuat antibody yang dihasilkan (Ige) kemudian
menyerang sel-sel mast dalam paru.Pemajanan ulang antigen dengan
antibody, menyebabkan pelepasan produk sel mast (disebut mediator) Seperti
histamin,bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis.Pelepasan mediator
4
ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan 6
Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
nafas,Menyebabkan bronkospasme,pembengkakan membrane mukosa
dan pembentukan mukus yang banyak.
Pada asma non alergi ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang
oleh faktor seperti infeksi,udara dingin,emosi dan polutan,jumlah asetilkolin
yang dilepaskan meningkat.Kemudian menyebabkan perangsangan reseptor a-
adrenergik ketika respon a-adrenergik dirangsang,terjadi bronkokonstriksi
Akibatnya, Asmatik rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiawi
dan kontriksi otot polos (Price, Sylvia. A. & Willson, Lorrains M, 2009)
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.(Muttaqin, 2009)
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Spirometri
5
Alat pengukur faal paru, selain penting untuk menegakkan diagnosis
juga untuk menilai beratnya obstruksi dan efek pengobatan. (Muttaqin, 2009)
b. Scanning Paru
F. Penatalaksanaan Asma
1. Farmakologi
a. Antialergika
b. Bronkodilator
c. Kortikosteroid
6
mastcells, juga meningkatkan kepekaan reseptor beta 2 hingga efek beta
mimetika diperkuat. Penggunaannya terutama bermanfaat pada serangan
asma akibat infeksi virus,selain itu juga pada infeksi bakteri,dan melawan
reaksi perdangan .
2. Terapi Diet
7
kualitas kesehatan sehingga dapat mengurangi gejala
asma.(Setiawan,2011)
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kasus
Seorang perempuan masuk rumah sakit dengan keluhan sesak nafas(+)
diikuti dengan keringat dingin, batuk-batuk, kepala terasa pusing, badan
lemah . Hasil pengkajian didapatkan RR 46x/menit,pengguanaan otot bantu
nafas (+), retraksi dinding dada (+), wheezing (+/+), nafas cepat dan dangkal.
Keluhan dirasakan pasien sejak 2 hari yang lalu setelah membersihkan rak
buku di kamar. Klien belum pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya pernah
mangalami sesak nafas 6 bulan yang lalu dan berobat ke puskesmas. Klien
mengatakan tidak pernah mengalamai tindakan/Prosedur pembedahan.
Tekanan darah 110/80 mmhg,temp 37’ C, Nadi 90x/menit, RR 32x/menit
B. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Nn.C
Umur : 20 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Garegeh, Perumahan Mahkota Mas
Status Perkawaninan : Belum Kawin
Agama : Islam
Suku : Minang/Indonesia
Pekerjaan : Mahasiswa
Lama Bekerja :-
Tanggal Masuk RS : 29 September 2019
Tanggal Pengkajian : 29 September 2019
Sumber Informasi : Keluarga, Pasien dan CM
9
2. Keluhan Utama
5. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala: Terdapat rasa pusing di kepala
b. Thorak:
inspeksi:Retraksi dinding dada, pengguanaan otot bantu nafas
(+)
auskultasi:terdengar bunyi nafas tambahan wheezing
C. Data Fokus
1. DS
a. RR: 46x/m
b. Penggunaan otot bantu nafas (+)
c. Retraksi dinding dada (+)
d. Wheezing (+/+)
e. N: 90x/m
f. RR : 32x/m
10
g. TD : 110/80 mmHg
h. T : 37’ c
i. nafas cepat dan dangkal
2. DO
a. Pasien Mengatakan nafas nya sesak
b. Keringat dingin
c. Pasien Mengatakan Batuk-Batuk
d. Pasien mengatakan kepala nya terasa pusing
e. Pasien mengatakan Badan nya lemah
D. Analisa Data
NO Data Etiologi Masalah
1 Data Subjektif
1. Sesak Nafas (+)
2. Batuk-batuk
Respon alergi Bersihan Jalan Napas
tidak efektif
Data Objektif
1. Wheezing (+/+)
2. RR : 46x/m
3. Nafas cepat dan dangkal
2 Data Subjektif
1. Pasien Mengatakan nafas nya sesak Ketidak Seimbangan
2. Pasien mengatakan badannya lemah antara suplai dan
kebutuhan okigen Intoleransi Aktivitas
Data Objektif
1. RR: 46x/m
11
3. Data Subjektif
1. Pasien mengatakan kepala nya terasa
pusing
2. Keringat dingin
3. Pasien mengatakan badannya lemah Ancaman terhadap Ansietas
kematian
Data Objektif
1. RR : 46x/m
2. Nafas cepat dan dangkal
12
13
E. Intervensi
NO SDKI SLKI SIKI
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d Setelah dilakukan tindakan 1 Menajemen Jalan Nafas
Respon alergi d/d keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan jalan nafas pasien a. Monitor bunyi Nafas tambahan
DS: efekftif kembali b. Monitor pola nafas
1. Sesak Nafas (+) KH c. Monitor Sputum
2. Batuk-batuk Batuk Efektif :1-4 Teraupetik
DO: (Menurun-Cukup d. Posisikan semi fowler atau Fowler
1. Wheezing (+/+) meningkat) e. Berikan minuman hangat
2. RR : 46x/m Wheezing : 1-4 f. Berikan oksigen jika perlu
3. Nafas cepat dan dangkal (Meningkat-cukup g. Lakukan Fisioterapi dada,jika perlu
menurun) Edukasi
Dipsnea : 1-4 (Meningkat- h. Ajarkan teknik batuk efektif
cukup menurun) Kolaborasi
Frekuensi Nafas : 1-3 i. Kolaborasi pemberian
Memburuk-sedang)
14
2 Latihan batuk efektif
Observasi
a. Identifikasi kemampuan batuk
b. Monitor adanya retensi sputum
c. Monitor tanda dan gajela infeksi
Teraupetik
d. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan
pasien
e. Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
f. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
g. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
tarik nafas dalam yang ke-3
Kolaborasi
h. Kolaborasi pemberian mukolitik dan
ekspektiran,jika perlu
15
ketidakseimbangan antara suplai dan keperawatan selama 3x24 jam Observasi
kebtuhan oksigen d/d diharapkan pasien dapat a. Identifikasi gangguan tubuh yang
beraktivitas kembali mengkibatkan keletihan
DS KH b. Monitor keletihan fisik dan emosional
1. Pasien Mengatakan nafas nya Kekuatan tubuh bagian atas c. Monitor ketidaknyamanan dalam melakukan
sesak : 1-3(Menurun-sedang) aktivitas
2. Pasien mengatakan badannya Frekuensi Nafas: 1- Taraupetik
lemah 3(Memburuk-sedang) d. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
Perasaan lemah : 1- stimulus
DO 3(Meningkat-Menurun) e. Lakukan rentang garak pasih dan aktif
1. RR: 46x/m Edukasi
f. Anjurkan tirah baring
g. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
h. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
2. Terapi Aktivitas
a. Monitor respon emosional,fisik ,sosial dan
spiritual terhadap
16
b. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
c. Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang
dinginkan
Teraupetik
d. Fasilitasi fokus pada kemampuan,bukan
defisit yang dialami
e. Fasilitasi aktivitas rutin
f. Fasiltasi aktivitas pengganti saat mengalami
ketertbatasan waktu,energi atau gerak
g. Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi
otot
Edukasi
a. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari,jika
perlu
b. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
17
kematian d/d keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan pasien tidak cemas b. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
DS: lagi c. Identifikasi kemampuan mengambil
1. Pasien mengatakan kepala nya KH keputusan
terasa pusing Keluhan Pusing:1- d. Monitor tanda-tanda ansietas
2. Keringat dingin 4(Meningkat-cukup Teraupetik
3. Pasien mengatakan badannya menurun ) e. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan,
lemah Frekuensi Napas 1- jika memungkinkan
4(Meningkat-Cukup f. Pahami situasi yang membuat ansietas
menurun) g. Gunakan pendekatan yang tenang dan
DO:
Diaforesis 1-4 (Menurun- meyakinkan
1. RR : 46x/m Edukasi
Cukup meningkat)
2. Nafas cepat dan dangkal
Perasaan keberdayaan 1- h. Jelaskan prosedur,termasuk sensasi yang
18
perlu
2. Terapi Relaksasi
Observasi
a. Identifikasi penurunan tingkat
energi,ketidakmampuan berkonsetrasi atau
gejala lai yang menggangu kemampua
kognitif
b. Identifikasi Teknik relaksasi yang pernah
efektif digunakan
c. Monitor Respon terhadap terapi relaksasi
Teraupetik
d. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan penchayaan atau suhu
ruang nyaman,jika memungkinkan
e. Gunakan Nada suara Lembut dengan irama
lambat dan berirama
Edukasi
f. Jelaskan tujuan,manfaat ,batasan dan jenis
19
relaksasi yang tersedia
g. Anjurkan mengambil posisi nyaman
h. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
i. Anjurkan Sering mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih
20
F. Implementasi
21
Pasien mengeluhkan batuk-
batuk
Kolaborasi
i. Berkolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,mukolitik
jika perlu
22
f. Menjelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
g. Menganjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik nafas dalam
yang ke-3
Kolaborasi
h. Berkolaborasi pemberian mukolitik
dan ekspektiran,jika perlu
23
2. Pasien mengatakan Taraupetik
badannya lemah d. Menyediakan lingkungan nyaman A: Masalah belum teratasi
dan rendah stimulus
DO e. Melakukan rentang garak pasih dan P: Intervensi dilanjutkan
1. RR: 46x/m aktif
Edukasi
f. Menganjurkan tirah baring
g. Menganjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
h. Menganjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
2. Terapi Aktivitas
a. Memonitor respon emosional,fisik
,sosial dan spiritual terhadap
b. Mengidentifikasi defisit tingkat
aktivitas
c. Mengidentifikasi sumber daya untuk
24
aktivitas yang dinginkan
Teraupetik
d. Memfasilitasi fokus pada
kemampuan,bukan defisit yang
dialami
e. Memfasilitasi aktivitas rutin
f. Memfasiltasi aktivitas pengganti saat
mengalami ketertbatasan
waktu,energi atau gerak
g. Memfasilitasi aktivitas motorik
untuk merelaksasi otot
Edukasi
h. Menjelaskan metode aktivitas fisik
sehari-hari,jika perlu
i. Mengajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
25
26
3. Ansietas b/d Ancaman 1. Reduksi Ansietas S:
terhadap kematian d/d Observasi 1. Pasien mengatakan
a. Mengidentifikasi saat tingkat kepalanya masih terasa
DS: ansietas berubah pusing
1. Pasien mengatakan kepala b. Mengidentifikasi kemampuan 2. Pasien mengatakan badannya
nya terasa pusing mengambil keputusan masih lemah
2. Keringat dingin c. Memonitor tanda-tanda ansietas 3. Keringat dingin masih ada
3. Pasien mengatakan Teraupetik
badannya lemah d. Menemani pasien untuk O:
27
Melatih teknik relaksasi
Kolaborasi
i. Berkolaborasi pemberian obat
antiansietas,jika perlu
3. Terapi Relaksasi
Observasi
a. Mengidentifikasi penurunan
tingkat energi,ketidakmampuan
berkonsetrasi atau gejala lai yang
menggangu kemampua kognitif
b. Mengidentifikasi Teknik relaksasi
yang pernah efektif digunakan
c. Memonitor Respon terhadap
terapi relaksasi
Teraupetik
d. Menciptakan lingkungan tenang
dan tanpa gangguan dengan
penchayaan atau suhu ruang
28
nyaman,jika memungkinkan
e. Menggunakan Nada suara Lembut
dengan irama lambat dan berirama
Edukasi
f. Menjelaskan tujuan,manfaat
,batasan dan jenis relaksasi yang
tersedia
g. Menganjurkan mengambil posisi
nyaman
h. Menganjurkan rileks dan
merasakan sensasi relaksasi
i. Menganjurkan Sering mengulangi
atau melatih teknik yang dipilih
29
30
G. Mapping Kasus
Faktor Ekstrinsik
(Inhalasi alergen : Debu)
Bronkus
Bronkospasme
Pasokan oksigen
Penggunaan energi Dipsnea(RR )
untuk keseluruh
RR: 46x/m
tubuh berkurang
ATP Wheezing
31 Kepala terasa
Pusing
Metabolisme ASMA Perasaan Tak
Anaerob Berdaya( Badan
pasien Lemah)
Dx: Ansietas
Pasien Mengatakan Batuk-
Dx: Intoleransi Batuk
Aktivitas
32
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
1. Pada kasus pasien Asma di dapatkan bahwa pasien mengalami bunyi napas
tambahan yaitu wheezing,keadaan ini disebabkan oleh penyempita jalan nafas
dan adanya peradangan pada saluran nafas ditenggorokan maupun yang
menuju paru-paru. (Irman Somarti, 2012).
2. Pada kasus pasien asma didapatkan bahwa terdapat penggunaan otot bantu
napas pada pasien ini disebabkan oleh penyempitan jalan nafas yang
menyebabkan pasien bernafas dengan otot-otot tambahan yang ada pada
sistem pernafasan
3. Pada kasus Pasien asma di dapatkan bahwa retraksi dinding dada (+), ini
terjadi akibat penggunaan otot bantu napas sehingga terjadinya kontraksi pada
dinding dada yang menyebabkan otot disekitar dada tertarik ke dalam pada
saat pasien bernafas.(Bickley, Lynn S. 2009)
B. Diagnosa
33
2. Intoleransi Aktivitas
3. Ansietas
C. Intervensi
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Intervensi Rasional
Monitor Sputum Karakteristik sputum dapat
menunjukan berat ringan nya
obstruksi
Posisikan semi fowler atau Fowler Meningkatkan ekspansi dada
Ajarkan teknik batuk efektif Batuk yang terkomtrol dan efektif
dapat memudahakan pengeluaran
sekret
Lakukan Fisioterapi dada,jika perlu Fisioterapi dada merupakan strategi
untuk mngelurakan sekret
Berikan minuman hangat Dapat membantu dalam
pengeluaran sekret
Berikan oksigen jika perlu Memaksimalkan bernapas dan
menurunkan kerja napas
Kolaborasi pemberian Membantu dilatasinya
bronkus,membantu menurunka
bronkodilator,ekspektoran,mukolitik
kekentalan sekret
jika perlu
2. Intoleransi Aktivitas
Intervensi Rasional
Sediakan lingkungan nyaman dan Menurunkan stress dan rangsangan
berlebihan,maningkatkan istirahat
rendah stimulus
Anjurkan tirah baring Meningkatkan istirahat dan
menydiakan energi yang digunakan
34
untuk penyembuhan
Menyediakan energi untuk digunakan
Lakukan rentang garak pasih dan aktif
untuk proses penyembuhan
Anjurkan melakukan aktivitas secara Membantu proses penyembuhan
dengan cepat
bertahap
Monitor keletihan fisik dan emosional Untuk mengetahui tingkat keletiha
fisik dan emosional
3. Ansietas
Intervensi Rasional
Identifikasi saat tingkat ansietas Memungkinkan untik
menyampaikan bahwa yang di
berubah
dasarkan adalakh kebutuhan diri
individu dan kelancaranproses
keperawatan
Monitor tanda-tanda ansietas Memungkinkan untuk mengetahui
tanda ansietas dan membatu
mengontrol kecemasan
Jelaskan prosedur,termasuk sensasi Penting untuk pemulihan atau
pencagahan terhadap komplikasi
yang mungkin dialami
35
BAB V
ANALISA JURNAL
Judul :
Ringkasan :
36
Analisa pico
P ( problem )
I ( interverensi )
C ( comparison )
Hasil penelitian lain yang menunjukkan adanya hubungan atau pengaruh dari
terapi musik terhadap penurunan tingkat ansietas adalah penelitian yang
dilakukan oleh Moradipanah (2005), Choi yang masing-masing meneliti pasien di
RS dan sampel diambil secara random pada tahun 2005 dan 2008. Variabel yang
diteliti adalah ansietas, stress dan depresi.
37
( outcome )
38
Judul :
Ringkasan :
39
Analisa Pico
o P ( problem )
o I ( interverensi )
40
pasien asma dengan kriteria asma persisten ringan dan sedang, dan bersedia
menjadi responden.
o C ( comparison )
o O ( outcome )
41
2. Rata-rata pengontrolan asma sebelum dilakukan tehnik pernafasan
Buteyko adalah 20,35 kemudian menjadi 21,29 setelah dilakukan tehnik
pernafasan Buteyko.
42
Judul jurnal :
Ringkasan
penelitian ini menemukan bahwa efek dari Chi untuk asma adalah 4,
yaitu meningkatkan kualitas hidup pasien, mengurangi kekambuhan asma,
meningkatkan aktivitas fisik dan mengurangi gejala asma.sangat dianjurkan
untuk menjadi digunakan sebagai terapi pelengkap, duet dengan dampak
possitive yang dihasilkan.
Jurnal ini merupakan bagian yang penting dari penelitian yang peneliti
buat tentang bagaimana sebuah latihan bisa mempengaruhi kesehatan seorang
penderita asma. Ulasan ini bedasarkan jurnal-jurnal ilmiah internasional yang
peneliti review. Ulasan – ulasan disini akan membahas tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan latihan tersebut terhadap asma.
43
Jurnal ini merupakan imajinasi / cara bagi peneliti untuk
menggambarkan bagaimana reaksi tubuh para penderita asma setelah
mendapatkan latiha yang diberikan peneliti berdasarkan review dari jurnal –
jurnal internasional yang peneliti sudah siapkan dan bagaimana jadinya kalau
tanpa latihan tersebut.
Analisa pico
P ( Problem )
I ( interverensi )
Pencarian awal dimulai dengan pencarian jurnal-jurnal ilmiah yang
jadi dasar reviewnya, pencarian jurnal – jurnaltersebut peneliti menggunakan
search engin apa saja yang bisa digunakan mulai dari Google cendekia, disini
ditemukan banyak sekali jurnal tapi peneliti harus mempersempit pencarian
untuk bisa mendapatkan yang sesuai dengan kriteria inklusi dan yang tidak
sesuai harus dibuang.
44
Selain google cendekia peneliti juga menggunakan search engine yang
lain, misal proquest, ebsco, dan sciencedirect. Diantara keempatnya ini
peneliti mendapatkan banyak jurnal yang bisa di ambil tapi peneliti hanya
mengambil bagian-bagian yang utama saja / masuk dalam kriteria inklusi dan
yang tidak masuk inklusi akan terbuang dengan sendirinya dan bagaimana
menentukan kriteria inklusinya akan peneliti bahas di steps berikutnya.
C ( comparison )
O ( outcome )
a. Aspek efek senam Tai Chi dan latihan pernafasan pada pasien asma
meliputi, Meningkatkan kualitas Hidup dan Menurunkan Gejala asma
45
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma adalah suatau keadan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hivesensivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradanagan, penyempitan ini bersifat berulang dan di antara
episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih
normal.
Pada Kasus didapatkan diagnosa yaitu Bersihan jalan nafas tidak
efektif,Intoleransi aktivitas dan Ansietas.Pada kasus pasien penyebab yang
menyebabkan asma yaitu inhalasi alergen Oleh debu,Penyebab tersebut
termasuk kedalam etiologi asma yaitu faktor Ekstrinsik
B. Saran
Diharapkan agar masyarakat meningkatkan pengetahuan tentang
pencegahan dan penanganan penyakit Asma Bronkial khususnya dalam
pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
Bagi seluruh tenaga kesehatan diharapkan untuk selalu meningkatkan
kualitas pelayan dengan meningkatkan pengetahuan dan wawasan melalui
pelatihan-pelatihan atau mengikuti pendidikan berkelanjutan
46
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda, & Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperwatan
Berdesakan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Jilid 1. (p 65-75).
Jogjakarta. Mediaction Jogja.
Smeltzer & Bare. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medika Bedah. Jakarta : EGC/
Price, Sylvia. A. & Willson, Lorrains M. (2005). Patofisiologi dan Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Bickley, Lynn S. 2009. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan.
Jakarta: EGC Kedokteran.
47