Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Asma menjadi salah satu masalah kesehatan utama baik di negara maju
maupun di negara berkembang. Menurut data dari laporan Global Initiatif for
Asthma (GINA) tahun 2017 dinyatakan bahwa angka kejadian asma dari
berbagai negara adalah 1-18% dan diperkirakan terdapat 300 juta penduduk di
dunia menderita asma. Prevalensi asma menurut World Health Organization
(WHO) tahun 2016 memperkirakan 235 juta penduduk dunia saat ini
menderita penyakit asma dan kurang terdiagnosis dengan angka kematian
lebih dari 80% di negara berkembang. Di Amerika Serikat menurut National
Center Health Statistic (NCHS) tahun 2016 prevalensi asma berdasarkan
umur, jenis kelamin, dan ras berturut-turut adalah 7,4% pada dewasa, 8,6%
pada anak-anak, 6,3% laki-laki, 9,0% perempuan, 7,6% ras kulit putih, dan
9,9% ras kulit hitam.
Angka kejadian asma di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013 mencapai 4,5%. Survei Kesehatan Rumah
Tangga tahun 2005 mencatat 225.000 orang meninggal karena asma, dan
menurut Kementrian Kesehatan RI tahun 2011 Penyakit asma masuk dalam
sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia dengan angka
kematian yang disebabkan oleh penyakit asma diperkirakan akan meningkat
sebesar 20% pada 10 tahun mendatang, jika tidak terkontrol dengan baik.
Riskesdas nasional tahun 2013 menyatakan bahwa angka kejadian asma
di Sumatera Barat adalah 2,7%.4 Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
menyatakan bahwa pada tahun 2012 jumlah penderita asma yang ditemukan
sebesar 3,58%.
Sebuah penelitian mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan
terhadap asma dengan tingkat kontrol asma yang dilakukan di Rumah Sakit

1
Dr. M. Djamil Padang dan Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
dengan menggunakan kuesioner Asthma Control Test (ACT), menyatakan
bahwa dari 65 pasien asma, terdapat 36 pasien asma tidak terkontrol (55,4%),
18 pasien asma terkontrol sebagian (27,7%), dan 11 pasien asma terkontrol
total (16,9%). Pada pasien asma tidak terkontrol, 19 pasien memiliki
pengetahuan yang rendah mengenai asma, sedangkan pasien asma terkontrol
sebagian dan terkontrol total yang memiliki pengetahuan asma yang rendah
hanyalah 1 pasien (4,8%). Pada penelitian ini, didapatkan bahwa rata – rata
pasien asma memiliki pengetahuan yang tinggi terhadap asma yang diderita,
namun demikian jumlah pasien asma tidak terkontrol masih terbilang cukup
besar dengan persentase sebesar 55,4% (Katerine., et al, 2014).
Makalah ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana belajar dan memperluas
pemahaman mengenai asma dan pengobatannya, hasil penelitian dapat
digunakan untuk memilihkan pengobatan yang tepat bagi pasien asma.
Makalah ini juga dapat dimanfaatkan pasien asma untuk membantu mereka
dalam mengetahui tingkat kontrol asma sehingga dapat membantu pasien
mendapatkan pengobatan yang optimal.

B. Tujuan
1. Memahami konsep teoritis Asma
2. Melakukan asuhan keperawatan
3. Memahami kesenjangan kasus dan teori

C. Manfaat
1. Menambah literatur pengetahuan
2. Untuk melatih diri agar terampil dalam menulis
3. Untuk menambah wawasan

2
BAB II
KONSEP ASMA

A. Defenisi Asma

Asma adalah suatu keadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya


penyempitan bronkus yang berulang namun revesibel, dan diantara episode
penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih
normal. Keadaan ini pada orang-orang yang rentang terkena asma mudah
ditimbulkan oleh berbagai rangsangan yang menandakan suatu keadaan
hiperaktivitas bronkus yang khas (Solmon, 2015).

Asma adalah suatau keadan dimana saluran nafas mengalami


penyempitan karena hivesensivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradanagan, penyempitan ini bersifat berulang dan di antara
episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih
normal. Penderita Asma Bronkial, hipersensensitif dan hiperaktif terhadap
rangasangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan
lain penyebab alergi. Gejala kemunculan sangat mendadak, sehingga
gangguan asma bisa dtang secara tiba-tiba jika tidak dapat mendapatkan
pertolongan secepatnya, resiko kematian bisa datang. Gangguan asma
bronkial juga bias muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan
penyempitan saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat
berkerutnya otot polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lender,
dan pembentukan timbunan lendir yang berlebihan (Irman Somarti, 2012).

B. Etiologi Asma
Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum
diketahui dengan pasti penyebababnya, akan tetapi hanya menunjukan
dasar gejala asma yaitu inflamasi dan respon saluran nafas yang berlebihan

3
ditandai dengan dengan adanya kalor (panas karena vasodilatasi), tumor
(esudasi plasma dan edema), dolor (rasa sakit karena rangsagan sensori),
dan function laesa fungsi yang terganggu (sudoyoAru,dkk.2015).
Sebagai pemicu timbulnya serangan dapat berupa infeksi (infeksi
virus RSV), iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara), inhalan
(debu, kapuk, tunggau, sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk sari, bau
asap, uap cat), makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat,
bijibijian,
tomat), obat (aspirin), kegiatan fisik (olahraga berat, kecapaian,
tertawa terbahak-bahak), dan emosi (sudoyoAru,dkk.2015).

C. Manifestasi Klinis Asma


Gejala asma terdiri atas triad, yaitu dipsnea, batuk dan mengi.
Gejala yang disebutkan terakhir sering dianggap sebagai gejala yang harus
ada (sine qua non), data lain terlihat pada pemeriksaan fisik (Nurarif &
kusuma, 2015).

D. Patofisiologi Asma
a. Asma adalah obstruksi jalan nafas reversibel,.obstruksi disebabkan oleh satu
atau dua lebih dari yang berikut ini yaitu konstraksi otot-otot yang
mengelilingi bronki yang menyempitkian jalan nafas,pembengkakan
membrane yang melapisi bronki,pengisisan bronki dengan mukus yang
kental.Meyempitnya jalan nafas meyebabkan alveoli menjadi hiperinflasi,
dengan udara terperangkap di dalam jaringan paru.Adanya alergen yang
masuk ke jalan nafas membuat antibody yang dihasilkan (Ige) kemudian
menyerang sel-sel mast dalam paru.Pemajanan ulang antigen dengan
antibody, menyebabkan pelepasan produk sel mast (disebut mediator) Seperti
histamin,bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis.Pelepasan mediator

4
ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan 6
Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
nafas,Menyebabkan bronkospasme,pembengkakan membrane mukosa
dan pembentukan mukus yang banyak.
Pada asma non alergi ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang
oleh faktor seperti infeksi,udara dingin,emosi dan polutan,jumlah asetilkolin
yang dilepaskan meningkat.Kemudian menyebabkan perangsangan reseptor a-
adrenergik ketika respon a-adrenergik dirangsang,terjadi bronkokonstriksi
Akibatnya, Asmatik rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiawi
dan kontriksi otot polos (Price, Sylvia. A. & Willson, Lorrains M, 2009)

E. Pemeriksaan Penunjang Asma


1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Sputum

Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan asma yang


berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari
edema mukosa, sehingga terlepaslah sekelompok sel-sel epitel dari
perlekatannya. Pewarnaan gram penting untuk melibat adanya bakteri, cara
tersebut kemudian diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa
antibiotik (Muttaqin, 2009)

b. Pemeriksaan Darah (Analisa Gas Darah)

Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.(Muttaqin, 2009)

2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Spirometri

5
Alat pengukur faal paru, selain penting untuk menegakkan diagnosis
juga untuk menilai beratnya obstruksi dan efek pengobatan. (Muttaqin, 2009)

b. Scanning Paru

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa


redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
(Muttaqin, 2009).

c. Pemeriksaan Tes Kulit


d. X-ray Dada/Thorax

F. Penatalaksanaan Asma
1. Farmakologi
a. Antialergika

Adalah zat zat yang berkhasiat menstabilisasi mastcells ,sehinnga


tidak pecah dan mengakibatkan terlepasnya histamine dan mediator
peradang lainnya

b. Bronkodilator

Pelepasan kejang dan bronchodilasi dapat dicapai dengan dengan


merangsan adrenergic dengan adrenergika atau melauai penghambatan
sistim kolinergis dengan antikolinergika, juga dengan teofilin.
salbutamol,terbutalin, klenbuterol, salmeterol, fenoterol, formoterol dan
prokaterol.

c. Kortikosteroid

Kortikosteroi berkhasiat meniadakan efek mediator, seperti


peradangan dan gatal gatal. Kortikosteroid menghambat mekanisme
kegiatan allergen yang melalui IgE dapat menyebabkan degranulasi

6
mastcells, juga meningkatkan kepekaan reseptor beta 2 hingga efek beta
mimetika diperkuat. Penggunaannya terutama bermanfaat pada serangan
asma akibat infeksi virus,selain itu juga pada infeksi bakteri,dan melawan
reaksi perdangan .

d. Mukolitik dan Ekspektoran

obat ini mengurangi kekentalann dahak, mukolitik dengan


merombak mukoproteinnya dan ekspektoransia dengan mengencerkan
dahak, sehingga pengeluarannya di permudah. Obat ini dapat meringankan
perasaan sesak napas dan terutama berguna pada serangan asma hebatyang
dapat mematikan bila sumbatan lender sedemikian kental tidak dapat
dikeluarkan.

2. Terapi Diet

Makanan yang dihindari oleh penderita asma:

a. Makanan yang dapat menyebabkan reaksi alergi seperti telur,


susu, gandum, ikan, kerang, kacang-kacangan, kedelai dan
kacang tanah,
b. Makanan yang mengandung sulfida seperti acar, sayuran dan
buah-buahan kering, dan udang.
c. Makanan yang menyebabkan produksi lendir berlebih seperti
gula putih, tepung putih, roti putih dan coklat.
d. Makanan dengan pewarna buatan, dan makanan yang
diawetkan.
e. Sebaiknya memperbanyak asupan yang dapat membantu
mengurangi gejala-gejala asma, seperti sayur-sayuran, buah-
buahan, dan makanan yang kaya akan asam lemak omega-3.
Olahraga teratur akan memperkuat paru-paru dan meningkatkan

7
kualitas kesehatan sehingga dapat mengurangi gejala
asma.(Setiawan,2011)

8
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus
Seorang perempuan masuk rumah sakit dengan keluhan sesak nafas(+)
diikuti dengan keringat dingin, batuk-batuk, kepala terasa pusing, badan
lemah . Hasil pengkajian didapatkan RR 46x/menit,pengguanaan otot bantu
nafas (+), retraksi dinding dada (+), wheezing (+/+), nafas cepat dan dangkal.
Keluhan dirasakan pasien sejak 2 hari yang lalu setelah membersihkan rak
buku di kamar. Klien belum pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya pernah
mangalami sesak nafas 6 bulan yang lalu dan berobat ke puskesmas. Klien
mengatakan tidak pernah mengalamai tindakan/Prosedur pembedahan.
Tekanan darah 110/80 mmhg,temp 37’ C, Nadi 90x/menit, RR 32x/menit

B. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Nn.C
Umur : 20 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Garegeh, Perumahan Mahkota Mas
Status Perkawaninan : Belum Kawin
Agama : Islam
Suku : Minang/Indonesia
Pekerjaan : Mahasiswa
Lama Bekerja :-
Tanggal Masuk RS : 29 September 2019
Tanggal Pengkajian : 29 September 2019
Sumber Informasi : Keluarga, Pasien dan CM

9
2. Keluhan Utama

Keluhan utama yang dirasakan pasien yaitu sesak nafas,diikuti dengan


keringat dingin, batuk-batuk, kepala terasa pusing ,badan lemah.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Sesak nafas, keringat dingin, batuk-batuk, kepala terasa pusing dan


badan terasa lemah. dirasakan pasien sejak 2 hari yang lalu setelah
membersihkan rak buku di kamar.

4. Riwayat penyakit Terdahulu

Pasien mengatakan sebelumnya pernah mengalami sesak nafas enam


bulan yang lalu dan berobat ke puskesmas.

5. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala: Terdapat rasa pusing di kepala
b. Thorak:
 inspeksi:Retraksi dinding dada, pengguanaan otot bantu nafas
(+)
 auskultasi:terdengar bunyi nafas tambahan wheezing

C. Data Fokus
1. DS
a. RR: 46x/m
b. Penggunaan otot bantu nafas (+)
c. Retraksi dinding dada (+)
d. Wheezing (+/+)
e. N: 90x/m
f. RR : 32x/m

10
g. TD : 110/80 mmHg
h. T : 37’ c
i. nafas cepat dan dangkal

2. DO
a. Pasien Mengatakan nafas nya sesak
b. Keringat dingin
c. Pasien Mengatakan Batuk-Batuk
d. Pasien mengatakan kepala nya terasa pusing
e. Pasien mengatakan Badan nya lemah

D. Analisa Data
NO Data Etiologi Masalah

1 Data Subjektif
1. Sesak Nafas (+)
2. Batuk-batuk
Respon alergi Bersihan Jalan Napas
tidak efektif
Data Objektif
1. Wheezing (+/+)
2. RR : 46x/m
3. Nafas cepat dan dangkal
2 Data Subjektif
1. Pasien Mengatakan nafas nya sesak Ketidak Seimbangan
2. Pasien mengatakan badannya lemah antara suplai dan
kebutuhan okigen Intoleransi Aktivitas
Data Objektif
1. RR: 46x/m

11
3. Data Subjektif
1. Pasien mengatakan kepala nya terasa
pusing
2. Keringat dingin
3. Pasien mengatakan badannya lemah Ancaman terhadap Ansietas
kematian

Data Objektif

1. RR : 46x/m
2. Nafas cepat dan dangkal

12
13
E. Intervensi
NO SDKI SLKI SIKI
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d Setelah dilakukan tindakan 1 Menajemen Jalan Nafas
Respon alergi d/d keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan jalan nafas pasien a. Monitor bunyi Nafas tambahan
DS: efekftif kembali b. Monitor pola nafas
1. Sesak Nafas (+) KH c. Monitor Sputum
2. Batuk-batuk  Batuk Efektif :1-4 Teraupetik
DO: (Menurun-Cukup d. Posisikan semi fowler atau Fowler
1. Wheezing (+/+) meningkat) e. Berikan minuman hangat
2. RR : 46x/m  Wheezing : 1-4 f. Berikan oksigen jika perlu
3. Nafas cepat dan dangkal (Meningkat-cukup g. Lakukan Fisioterapi dada,jika perlu
menurun) Edukasi
 Dipsnea : 1-4 (Meningkat- h. Ajarkan teknik batuk efektif
cukup menurun) Kolaborasi
 Frekuensi Nafas : 1-3 i. Kolaborasi pemberian

(Memburuk –sedang) bronkodilator,ekspektoran,mukolitik jika

 Pola Nafas : 1-3( perlu

Memburuk-sedang)

14
2 Latihan batuk efektif
Observasi
a. Identifikasi kemampuan batuk
b. Monitor adanya retensi sputum
c. Monitor tanda dan gajela infeksi
Teraupetik
d. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan
pasien
e. Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
f. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
g. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
tarik nafas dalam yang ke-3
Kolaborasi
h. Kolaborasi pemberian mukolitik dan
ekspektiran,jika perlu

2. Intoleransi aktivitas b/d Setelah dilakukan tindakan 1. Menajemen Energi

15
ketidakseimbangan antara suplai dan keperawatan selama 3x24 jam Observasi
kebtuhan oksigen d/d diharapkan pasien dapat a. Identifikasi gangguan tubuh yang
beraktivitas kembali mengkibatkan keletihan
DS KH b. Monitor keletihan fisik dan emosional
1. Pasien Mengatakan nafas nya  Kekuatan tubuh bagian atas c. Monitor ketidaknyamanan dalam melakukan
sesak : 1-3(Menurun-sedang) aktivitas
2. Pasien mengatakan badannya  Frekuensi Nafas: 1- Taraupetik
lemah 3(Memburuk-sedang) d. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
 Perasaan lemah : 1- stimulus
DO 3(Meningkat-Menurun) e. Lakukan rentang garak pasih dan aktif
1. RR: 46x/m Edukasi
f. Anjurkan tirah baring
g. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
h. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang

2. Terapi Aktivitas
a. Monitor respon emosional,fisik ,sosial dan
spiritual terhadap

16
b. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
c. Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang
dinginkan
Teraupetik
d. Fasilitasi fokus pada kemampuan,bukan
defisit yang dialami
e. Fasilitasi aktivitas rutin
f. Fasiltasi aktivitas pengganti saat mengalami
ketertbatasan waktu,energi atau gerak
g. Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi
otot

Edukasi
a. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari,jika
perlu
b. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih

3. Ansietas b/d Ancaman terhadap Setelah dilakukan tindakan 1. Reduksi Ansietas

17
kematian d/d keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan pasien tidak cemas b. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
DS: lagi c. Identifikasi kemampuan mengambil
1. Pasien mengatakan kepala nya KH keputusan
terasa pusing  Keluhan Pusing:1- d. Monitor tanda-tanda ansietas
2. Keringat dingin 4(Meningkat-cukup Teraupetik
3. Pasien mengatakan badannya menurun ) e. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan,
lemah  Frekuensi Napas 1- jika memungkinkan
4(Meningkat-Cukup f. Pahami situasi yang membuat ansietas
menurun) g. Gunakan pendekatan yang tenang dan
DO:
 Diaforesis 1-4 (Menurun- meyakinkan
1. RR : 46x/m Edukasi
Cukup meningkat)
2. Nafas cepat dan dangkal
 Perasaan keberdayaan 1- h. Jelaskan prosedur,termasuk sensasi yang

4(Cukup membaik) mungkin dialami


i. Anjurkan menungkapkan perasaaan dan
persepsi
j. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
k. Kolaborasi pemberian obat antiansietas,jika

18
perlu

2. Terapi Relaksasi
Observasi
a. Identifikasi penurunan tingkat
energi,ketidakmampuan berkonsetrasi atau
gejala lai yang menggangu kemampua
kognitif
b. Identifikasi Teknik relaksasi yang pernah
efektif digunakan
c. Monitor Respon terhadap terapi relaksasi
Teraupetik
d. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan penchayaan atau suhu
ruang nyaman,jika memungkinkan
e. Gunakan Nada suara Lembut dengan irama
lambat dan berirama
Edukasi
f. Jelaskan tujuan,manfaat ,batasan dan jenis

19
relaksasi yang tersedia
g. Anjurkan mengambil posisi nyaman
h. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
i. Anjurkan Sering mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih

20
F. Implementasi

NO SDKI SIKI Evaluasi


1. Bersihan jalan nafas tidak 1. Menajemen Jalan Nafas S:
efektif b/d Respon alergi d/d Observasi 1. Pasien mengeluhkan
a. Memonitor bunyi Nafas tambahan Nafasnya masih sesak
DS:  Bunyi napas wheezing 2. Pasien Mengatakan Batuk
a. Sesak Nafas (+) b. Memonitor pola nafas nya masih belum berkurang
b. Batuk-batuk  Napas cepat dan dangkal
DO: c. Memonitor Sputum O:
a. Wheezing (+/+) Teraupetik 1.Masih terdapat bunyi napas
b. RR : 46x/m d. Memposisikan semi fowler atau tambahan
c. Nafas cepat dan dangkal Fowler 2. RR: 32x/menit
e. Memberikan minuman hangat 3. Nafas Pasien masih cepat dan
f. Memberikan oksigen jika perlu dangkal
g. Melakukan Fisioterapi dada,jika
perlu
Edukasi A: Masalah belum teratasi
h. Mengajarkan teknik batuk efektif
P: Intervensi dilanjutkan

21
 Pasien mengeluhkan batuk-
batuk
Kolaborasi
i. Berkolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,mukolitik
jika perlu

2. Latihan batuk efektif


Observasi
a. Mengidentifikasi kemampuan batuk
 Pasien Mengeluhkan batuk
b. Memonitor adanya retensi sputum
c. Monitor tanda dan gajela infeksi
Teraupetik
d. Memasang perlak dan bengkok di
pangkuan pasien
e. Membuang sekret pada tempat
sputum
Edukasi

22
f. Menjelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
g. Menganjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik nafas dalam
yang ke-3
Kolaborasi
h. Berkolaborasi pemberian mukolitik
dan ekspektiran,jika perlu

2. Intoleransi aktivitas b/d 1. Menajemen Energi S:


ketidakseimbangan antara Observasi 1. Pasien Mengatakan nafas nya
suplai dan kebtuhan oksigen a. Mengidentifikasi gangguan tubuh masih sesak
d/d yang mengkibatkan keletihan 2. Pasien mengatakan badannya
b. Memonitor keletihan fisik dan masih lemah
DS emosional
1. Pasien Mengatakan nafas c. Memonitor ketidaknyamanan dalam O:
nya sesak melakukan aktivitas 1. RR: 32x/menit

23
2. Pasien mengatakan Taraupetik
badannya lemah d. Menyediakan lingkungan nyaman A: Masalah belum teratasi
dan rendah stimulus
DO e. Melakukan rentang garak pasih dan P: Intervensi dilanjutkan
1. RR: 46x/m aktif
Edukasi
f. Menganjurkan tirah baring
g. Menganjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
h. Menganjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang

2. Terapi Aktivitas
a. Memonitor respon emosional,fisik
,sosial dan spiritual terhadap
b. Mengidentifikasi defisit tingkat
aktivitas
c. Mengidentifikasi sumber daya untuk

24
aktivitas yang dinginkan
Teraupetik
d. Memfasilitasi fokus pada
kemampuan,bukan defisit yang
dialami
e. Memfasilitasi aktivitas rutin
f. Memfasiltasi aktivitas pengganti saat
mengalami ketertbatasan
waktu,energi atau gerak
g. Memfasilitasi aktivitas motorik
untuk merelaksasi otot

Edukasi
h. Menjelaskan metode aktivitas fisik
sehari-hari,jika perlu
i. Mengajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih

25
26
3. Ansietas b/d Ancaman 1. Reduksi Ansietas S:
terhadap kematian d/d Observasi 1. Pasien mengatakan
a. Mengidentifikasi saat tingkat kepalanya masih terasa
DS: ansietas berubah pusing
1. Pasien mengatakan kepala b. Mengidentifikasi kemampuan 2. Pasien mengatakan badannya
nya terasa pusing mengambil keputusan masih lemah
2. Keringat dingin c. Memonitor tanda-tanda ansietas 3. Keringat dingin masih ada
3. Pasien mengatakan Teraupetik
badannya lemah d. Menemani pasien untuk O:

DO: mengurangi kecemasan, 1. RR: 32x/Menit


e. Memahami situasi yang membuat 2. Nafas cepat dan dangkal
1. RR : 46x/m
ansietas
2. Nafas cepat dan dangkal
f. Menggunakan pendekatan yang A: Masalah belum teratasi
tenang dan meyakinkan
Edukasi P: Intervensi dilanjutkan
g. Menjelaskan prosedur,termasuk
sensasi yang mungkin dialami
h. Menganjurkan menungkapkan
perasaaan dan persepsi

27
Melatih teknik relaksasi
Kolaborasi
i. Berkolaborasi pemberian obat
antiansietas,jika perlu

3. Terapi Relaksasi
Observasi
a. Mengidentifikasi penurunan
tingkat energi,ketidakmampuan
berkonsetrasi atau gejala lai yang
menggangu kemampua kognitif
b. Mengidentifikasi Teknik relaksasi
yang pernah efektif digunakan
c. Memonitor Respon terhadap
terapi relaksasi
Teraupetik
d. Menciptakan lingkungan tenang
dan tanpa gangguan dengan
penchayaan atau suhu ruang

28
nyaman,jika memungkinkan
e. Menggunakan Nada suara Lembut
dengan irama lambat dan berirama
Edukasi
f. Menjelaskan tujuan,manfaat
,batasan dan jenis relaksasi yang
tersedia
g. Menganjurkan mengambil posisi
nyaman
h. Menganjurkan rileks dan
merasakan sensasi relaksasi
i. Menganjurkan Sering mengulangi
atau melatih teknik yang dipilih

29
30
G. Mapping Kasus

Faktor Ekstrinsik
(Inhalasi alergen : Debu)

Merangsang mengeluarkan Ige


(Mengakibatkan hipersensivitas pada jalan nafas)

Ige mengikat antigen yang berkaitan dengan


basofil/sel mast oleh reseptor

Memicu Pengeluaran Mediator


kimia
(Histamin, Bradikinin,
Anafilatoksin
Peningkatan permeabilitas Kapiler

Bronkus

Edema Pada Mukosa Bronkial

Bronkospasme

Penurunan Penyempitan jalan nafas


Oksigen

Pasokan oksigen
Penggunaan energi Dipsnea(RR )
untuk keseluruh
RR: 46x/m
tubuh berkurang

ATP Wheezing
31 Kepala terasa
Pusing
Metabolisme ASMA Perasaan Tak
Anaerob Berdaya( Badan
pasien Lemah)

Batuk Tidak Efektif


Lemah/Lelah

Dx: Ansietas
Pasien Mengatakan Batuk-
Dx: Intoleransi Batuk
Aktivitas

Dx: Bersihan jalan


nafas tidak efektif

32
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian

1. Pada kasus pasien Asma di dapatkan bahwa pasien mengalami bunyi napas
tambahan yaitu wheezing,keadaan ini disebabkan oleh penyempita jalan nafas
dan adanya peradangan pada saluran nafas ditenggorokan maupun yang
menuju paru-paru. (Irman Somarti, 2012).

2. Pada kasus pasien asma didapatkan bahwa terdapat penggunaan otot bantu
napas pada pasien ini disebabkan oleh penyempitan jalan nafas yang
menyebabkan pasien bernafas dengan otot-otot tambahan yang ada pada
sistem pernafasan

3. Pada kasus Pasien asma di dapatkan bahwa retraksi dinding dada (+), ini
terjadi akibat penggunaan otot bantu napas sehingga terjadinya kontraksi pada
dinding dada yang menyebabkan otot disekitar dada tertarik ke dalam pada
saat pasien bernafas.(Bickley, Lynn S. 2009)

4. Pada Kasus Pasien Asma Didapatkan bahwa kepalanya terasa pusing


disebabkan oleh pasokan oksigen ke otak di tercukupi karen terjadinya
penyem[itan jalan nafas segingga menyebabkan susah bernafas dan
mengakibtakan kurang nya pasokan oksigen ke otak.(Irman Somarti, 2012).

B. Diagnosa

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif

Merupakan diagnosa Prioritas dikarenakan pertama data objektif dan


data subjektif pasien banyak yeng sesuai dengan diagnosa ini

33
2. Intoleransi Aktivitas

Merupakan diagnosa prioritas kedua dikarenakan aktivitas merupakan


suatu kegiatan yang dapat memperpanjang keberlangsungan hidup dab data
subjektif dan objektif pasien sesuai dengan diagnosa ini

3. Ansietas

Merupakan diagnosa prioritas ketiga dikarenakan kecemasan


merupakan kecemasan beruhubungan dengan kesehatan psikologis yang bila
terjadi akan mengganggu aktivitas dan data subjektif dan objektif pasien
sesuai dengan diagnosa ini

C. Intervensi
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Intervensi Rasional
Monitor Sputum Karakteristik sputum dapat
menunjukan berat ringan nya
obstruksi
Posisikan semi fowler atau Fowler Meningkatkan ekspansi dada
Ajarkan teknik batuk efektif Batuk yang terkomtrol dan efektif
dapat memudahakan pengeluaran
sekret
Lakukan Fisioterapi dada,jika perlu Fisioterapi dada merupakan strategi
untuk mngelurakan sekret
Berikan minuman hangat Dapat membantu dalam
pengeluaran sekret
Berikan oksigen jika perlu Memaksimalkan bernapas dan
menurunkan kerja napas
Kolaborasi pemberian Membantu dilatasinya
bronkus,membantu menurunka
bronkodilator,ekspektoran,mukolitik
kekentalan sekret
jika perlu

2. Intoleransi Aktivitas
Intervensi Rasional
Sediakan lingkungan nyaman dan Menurunkan stress dan rangsangan
berlebihan,maningkatkan istirahat
rendah stimulus
Anjurkan tirah baring Meningkatkan istirahat dan
menydiakan energi yang digunakan

34
untuk penyembuhan
Menyediakan energi untuk digunakan
Lakukan rentang garak pasih dan aktif
untuk proses penyembuhan
Anjurkan melakukan aktivitas secara Membantu proses penyembuhan
dengan cepat
bertahap
Monitor keletihan fisik dan emosional Untuk mengetahui tingkat keletiha
fisik dan emosional

3. Ansietas
Intervensi Rasional
Identifikasi saat tingkat ansietas Memungkinkan untik
menyampaikan bahwa yang di
berubah
dasarkan adalakh kebutuhan diri
individu dan kelancaranproses
keperawatan
Monitor tanda-tanda ansietas Memungkinkan untuk mengetahui
tanda ansietas dan membatu
mengontrol kecemasan
Jelaskan prosedur,termasuk sensasi Penting untuk pemulihan atau
pencagahan terhadap komplikasi
yang mungkin dialami

35
BAB V
ANALISA JURNAL

Judul :

EFEKTIFITAS TERAPI MUSIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT


ANSIETAS PADA BERBAGAI KONDISI PASIEN : LITERATUR REVIEW

Ringkasan :

Produktifitas seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satu


diantaranya adalah kondisi tertekan dan mengalami kecemasan. Angka kejadian
tingkat ansietas yang terus meningkat pada Semua kalangan usia, pekerjaan, jenis
penyakit yang dapat memperparah keadaan seseorang. Tujuan penelitian ini adalah
melakukan review/penilaian yang sistematik tentang pengaruh terapi musik terhadap
penurunan tingkat ansietas pada pasien dalam lingkungan perawatan. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan review.

Review dilakukan dengan menggunakan suatu sistematik yang comprehensive


dimana pencarian data didapatkan dari database kemudian dianalisa dengan
menggunakan analisis matriks. Database didapatkan dari Pubmed, Chinal, Cochrane
and Proquest Medical Library, Medline, Ebsco. Hasil analisa didapatkan bahwa
sebagai bentuk komplementary terapi, terapi musik telah terbukti dapat mengatasi
beberapa masalah dan kesulitan pasien dengan cara yang efektif dimana dapat
menurunkan tingkat ansietas pada pasien. Walaupun temuan ini bersifat umum, tetapi
terapi musik terbukti dapat menurunkan tingkat ansietas, stress, depresi serta
meningkatkan kualitas hidup pasien.

36
Analisa pico

 P ( problem )

Dalam kondisi normal, ansietas (kecemasan) dapat mempengaruhi/


meningkatkan produktivitas seseorang dan kapasitas dalam beradaptasi, namun
kecemasan juga bisa menyebabkan keadaan yang maladaptive, menjadi stressor,
ketakutan, hambatan atau gangguan somatik.Ansietas dapat juga didefenisikan
sebagai suatu mekanisme dari individu yang diperhadapkan pada adanya stressor /
masalah.

 I ( interverensi )

Strategi pencarian data diperoleh dari beberapa database, kemudian


dianalisa.Database yang digunakan adalah melalui link ke www.unpad.ac.id,
kemudian link ke Pubmed, Chinal, Chochrane and Proquest Medical Library,
Medline dan Ebsco. Kata kunci yang digunakan untuk semua pencarian adalah
sama, yaitu dengan menggunakan keyword : theraphy music, anxietas, theraphy
complementary music

 C ( comparison )

Guetin.S. mengemukakan tentang hasil penelitiannya: didapatkan bahwa


terdapat pengaruh yang jelas antara terapi musik terhadap tingkat ansietas dan
depresi pada lansia yang mengalami alzheimer setelah diterapi dengan musik
selama 4 sampai 16 minggu dengan menggunakan sampel sebanyak 30 orang
yang diambil secara random.

Hasil penelitian lain yang menunjukkan adanya hubungan atau pengaruh dari
terapi musik terhadap penurunan tingkat ansietas adalah penelitian yang
dilakukan oleh Moradipanah (2005), Choi yang masing-masing meneliti pasien di
RS dan sampel diambil secara random pada tahun 2005 dan 2008. Variabel yang
diteliti adalah ansietas, stress dan depresi.

37
 ( outcome )

Hasil pencarian dari database, diperoleh 26 buah artikel/jurnal yang


relevan satu dengan yang lain. Setelah dilakukan seleksi yang sesuai dengan
deskriptor dan masalah yang akan dibahas, yaitu Pengaruh Terapi Musik
Terhadap Penurunan Tingka Ansietas, maka dari 26 jurnal tersebut, didapat 7
jurnal yang sesuai dengan kriteria peneliti, sehingga dalam literatur review ini
akan membahas tentang ke 7 jurnal tersebut.

38
Judul :

EFEKTIVITAS TEKNIK PERNAFASAN BUTEYKO TERHADAP


PENGONTROLAN ASMA DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT
SEMARANG

Ringkasan :

Asma merupakan inflamasi kronik pada jalan nafas. Tehnik pernafasan


yang dikembangkan untuk mengontrol asma adalah tehnik pernafasan
Buyteko.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuiefektivitas teknik
pernafasan Buteyko terhadap pengontrolan asma. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dengan desain penelitian pre eksperimen. Jumlah
responden sebanyak 34 dipilih dengan menggunakan teknik purposive
sampling.

Analisis penelitian ini dengan uji independent sample Ttest. Variabel


bebas dalam penelitian ini adalah teknik pernafasan buyteko Sedangkan
variabel terikat dalam penelitian ini, adalah pengontrolan asma. Instrumen
pada penelitian ini adalah Asthma Control Test dan Spirometri Hasil :
Sebanyak 34 responden telah menyelesaikan penelitian.

Hasil analisa menggunakan hasil uji paired sample T-Test dengan


hasil rata –rata (mean) pengontrolan asma meningkat yaitu 20,35 menjadi
21,29 serta nilai signifkansinya ( p value < 0,05) adalah 0,00. Kesimpulan
penelitian ini adalah bahwa terdapat perbedaan kontrol asma sebelum dan
sesudah dilakukan teknik pernafasan buteyko.

39
Analisa Pico

o P ( problem )

Data National Health Interview Survey (NHIS) tahun 2011 menunjukkan


sebanyak 39,5 juta warga Amerika yang terdiagnosa asma. Di Indonesia,
berdasarkan data RISKEDAS tahun 2013, didapatkan hasil bahwa angka
kejadian asma di Sulawesi Tengah 7,8%, Nusa Tenggara Timur 7,3 %, Daerah
Istimewa Yogyakarta 6,7 % dan Sulawesi Selatan 6,7 % dimana angka
kejadian asma lebih sering terjadi pada wanita dengan presentase 4,6 %, 2%
lebih tinggi dibandingkan laki laki.

Angka morbiditas yang diakibatkan oleh asma semakin meningkat setiap


tahunnya, sehinggga tujuan dari pengobatan asma yakni mengontrol asma
yang ditunjukkan oleh fungsi pulmonar yang kembali normal maupun
mendekati normal, mempertahankan level aktivitas normal, dan
meminimalkan kebutuhan beta2 agonist inhalers yang berfungsi sebagai quick
relief dari gejala asthma yang diberikan 2 kali seminggu dipantau secara
adekuat (Asthma, 2014). Tanda dan gejala asma yang biasa sering muncul
adalah mengi, peningkatan frekuensi pernafasan, hyperventilation,
hyperinflasi, fluktuasi kadar CO2.

o I ( interverensi )

Populasi pada penelitian ini adalah pasien asma yang melakukan


pemeriksaan di BKPM Semarang. Jumlah pasien yang melakukan
pemeriksaan di BKPM Semarang adalah sebanyak 165, terhitung dari bulan
Agustus – Oktober 2014. Teknik pengambilan sampel penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling.Sampel dalam penelitian ini adalah
anggota dari populasi yang memiliki kriteria inklusi dan eksklusi diantaranya
pasien yang menderita asma dan menjalani pemeriksaan di BKPM Semarang,

40
pasien asma dengan kriteria asma persisten ringan dan sedang, dan bersedia
menjadi responden.

sedangkan untuk kriteria eksklusinya yakni pasien asma dengan


komplikasi berkelanjutan, pasien dengan penyakit paru lain seperti
tuberkulosis, emfisema, kanker paru, serta tidak bersedia menjadi responden.

o C ( comparison )

Hasil penelitian setelah dilakukan tehnik pernafasan Buteyko mnunjukan


nilai signifikansi (p value < 0,05) untuk pengukuran dengan menggunakan
asthma control test adalah 0,000. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kontrol asma sebelum dan sesudah
dilakukan tehnik pernafasan Buteyko. Hasil penelitian diatas sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh (Agustiningsih, Denny. Kafi, Abdul.

Djunaidi, 2007) yang menyatakan bahwa tehnik pernafasan Buteyko


dipercaya dapat menurunkan angka serangan, penggunaan obat bronkodilator
dan pengguanaan steroid menadi minimal. Menurut Thomas (2014) hasil
penelitiannya menerangkan bahwa setelah dilakukan intervensi dengan
menggunakan tehnik pernafasan Buteyko terdapat perbedaan signifikan antara
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

o O ( outcome )

1. Karakteristik umur responden di balai Kesehatan :Paru Masyarakat


Semarang dari 34 responden sebagian besar berada pada rentang usia 45-65
tahun sebanyak 22 responden (64,7%), sedangkan dari segi jenis kelamin,
sebagian besar jenis kelamin responden adalah perempuan (58,8%), dari sedi
pendidikan sebagian besar responden pendidikan SMA yaitu sebanyak 20
responden (58,8%) dan berdasarkan jenis pekerjaan responden pekerjaan
paling banyak adalah pekerjaan lain yaitu 15 responden (44,1%)

41
2. Rata-rata pengontrolan asma sebelum dilakukan tehnik pernafasan
Buteyko adalah 20,35 kemudian menjadi 21,29 setelah dilakukan tehnik
pernafasan Buteyko.

42
Judul jurnal :

LITERATURE REVIEW OF TAI CHI IN ASTHMA

Ringkasan

asma adalah suatu kondisi di mana seseorang mengalami gejala sesak


napas, mengi, sempit dada. Kondisi ini sangat mengganggu jika tidak segera
ditangani. Ada orang yang menggunakan obat medis untuk menanganinya,
dan ada juga orang yang menggunakan obat komplementer. Itu sebabnya di
sini peneliti meneliti jurnal metode pelengkap.

menggunakan kajian literatur, penelitian ini menemukan artikel


penelitian 25 yang bertemu dengan kriteria yang dimasukkan berdasarkan
tema. Artikel mengambil dari mesin pencari seperti: EBSCO, ProQuest,
Google sarjana, dan sciencedirect menggunakan beberapa kata kunci seperti
"Thai Chi latihan" atau "latihan" atau "latihan pernapasan" dan "asma
manajemen".

penelitian ini menemukan bahwa efek dari Chi untuk asma adalah 4,
yaitu meningkatkan kualitas hidup pasien, mengurangi kekambuhan asma,
meningkatkan aktivitas fisik dan mengurangi gejala asma.sangat dianjurkan
untuk menjadi digunakan sebagai terapi pelengkap, duet dengan dampak
possitive yang dihasilkan.

Jurnal ini merupakan bagian yang penting dari penelitian yang peneliti
buat tentang bagaimana sebuah latihan bisa mempengaruhi kesehatan seorang
penderita asma. Ulasan ini bedasarkan jurnal-jurnal ilmiah internasional yang
peneliti review. Ulasan – ulasan disini akan membahas tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan latihan tersebut terhadap asma.

43
Jurnal ini merupakan imajinasi / cara bagi peneliti untuk
menggambarkan bagaimana reaksi tubuh para penderita asma setelah
mendapatkan latiha yang diberikan peneliti berdasarkan review dari jurnal –
jurnal internasional yang peneliti sudah siapkan dan bagaimana jadinya kalau
tanpa latihan tersebut.

Analisa pico

 P ( Problem )

membahas tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan latihan


tersebut terhadap asma. Jurnal ini merupakan imajinasi / cara bagi peneliti
untuk menggambarkan bagaimana reaksi tubuh para penderita asma setelah
mendapatkan latiha yang diberikan peneliti berdasarkan review dari jurnal –
jurnal internasional yang peneliti sudah siapkan dan bagaimana jadinya kalau
tanpa latihan tersebut.

Dalam strategi ini peneliti menggunakan bantuan dari Perpustakaan


Nasional Republik Indonesia (PNRI) untuk mencari jurnal – jurnal yang
sesuai dengan yang di inginkan oleh peneliti.

 I ( interverensi )
Pencarian awal dimulai dengan pencarian jurnal-jurnal ilmiah yang
jadi dasar reviewnya, pencarian jurnal – jurnaltersebut peneliti menggunakan
search engin apa saja yang bisa digunakan mulai dari Google cendekia, disini
ditemukan banyak sekali jurnal tapi peneliti harus mempersempit pencarian
untuk bisa mendapatkan yang sesuai dengan kriteria inklusi dan yang tidak
sesuai harus dibuang.

44
Selain google cendekia peneliti juga menggunakan search engine yang
lain, misal proquest, ebsco, dan sciencedirect. Diantara keempatnya ini
peneliti mendapatkan banyak jurnal yang bisa di ambil tapi peneliti hanya
mengambil bagian-bagian yang utama saja / masuk dalam kriteria inklusi dan
yang tidak masuk inklusi akan terbuang dengan sendirinya dan bagaimana
menentukan kriteria inklusinya akan peneliti bahas di steps berikutnya.
 C ( comparison )

Peneliti hanya menganalisis jurnal penelitian yang diperoleh secara online


dan tidak menambahkan dengan hasil penelitian terbaru yang belum
dipublikasikan secara online, sehingga mungkin anda penelitian terbaru
tentang efek Tai Chi dan latihan pernafasan terhadap asma.

 O ( outcome )

Berdasarkan uraian pada hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil


simpulan sebagai berikut :

a. Aspek efek senam Tai Chi dan latihan pernafasan pada pasien asma
meliputi, Meningkatkan kualitas Hidup dan Menurunkan Gejala asma

b. Implementasi aplikasi terapi senam Tai Chi dan latihan pernafasan


diterpkan dalam keperawatan, Tai Chi dan latihan Pernafasan kalau di ilmu
keperawatan termasuk dalm terapi komplementer dan Jenis terapi
komplementer banyak sehinggaseorang perawat perlu mengetahui
pentingnyaterapi komplementer.

45
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asma adalah suatau keadan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hivesensivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradanagan, penyempitan ini bersifat berulang dan di antara
episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih
normal.
Pada Kasus didapatkan diagnosa yaitu Bersihan jalan nafas tidak
efektif,Intoleransi aktivitas dan Ansietas.Pada kasus pasien penyebab yang
menyebabkan asma yaitu inhalasi alergen Oleh debu,Penyebab tersebut
termasuk kedalam etiologi asma yaitu faktor Ekstrinsik

B. Saran
Diharapkan agar masyarakat meningkatkan pengetahuan tentang
pencegahan dan penanganan penyakit Asma Bronkial khususnya dalam
pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
Bagi seluruh tenaga kesehatan diharapkan untuk selalu meningkatkan
kualitas pelayan dengan meningkatkan pengetahuan dan wawasan melalui
pelatihan-pelatihan atau mengikuti pendidikan berkelanjutan

46
DAFTAR PUSTAKA

Apriani, W. (2017). Asuhan keperwatan dengan masalah keperawatan gangguan


pemenuhan kebutuhan oksigen dengan diagnosa medis : Asma Di ruang
barokah. RS PKU Muhamadia Gombong. Eprints-Respiratory Siftwafe.
Retrived maret 27, 2018.

Nurarif, Amin Huda, & Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperwatan
Berdesakan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Jilid 1. (p 65-75).
Jogjakarta. Mediaction Jogja.

Smeltzer & Bare. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medika Bedah. Jakarta : EGC/

Price, Sylvia. A. & Willson, Lorrains M. (2005). Patofisiologi dan Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC

Bickley, Lynn S. 2009. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan.
Jakarta: EGC Kedokteran.

47

Anda mungkin juga menyukai