PENDAHULUAN
A. Latar belakang
belum dketahui secara pasti. Asma adalah salah satu penyakit alergi dan masih
2008). Penyakit asma ditandai dengan terhambatnya aliran udara dalam saluran
napas pada paru dengan gejala batuk berulang, mengi dan sesak napas yang terjadi
Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spasme akut
otot polos bronkiolus. Serangan asma terjadi apabila terpajan alergen sebagai
edema, hipersekresi saluran napas dengan hasil akhir berupa obstruksi saluran
nafas bawah sehingga terjadi gangguan ventilasi berupa kesulitan nafas pada saat
Asma merupakan penyakit saluran nafas kronis yang dapat bersifat ringan,
akan tetapi dapat menetap serta mengganggu aktivitas sehari-hari. Sampai saat ini
kematian disebabkan oleh serangan asma seperti sesak napas, mengi, yang
penderita asma pada dasarnya terjadi karena kesalahan klinikus sendiri seperti
kegagalan mengenai serangan asma akut terutama yang berat, membuat program
penatalaksanaan yang tidak tepat atau pengobatan yang tidak memadai. Gejala
serangan asma dapat terjadi sangat ringan, singkat, dan sembuh spontan. Namun
sebaliknya dapat pula terjadi sangat berat, berlangsung lama, sehingga sulit
ditanggulangi.
Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak menular. Penyakit
asma telah mempengaruhi lebih dari 5% penduduk dunia, dan beberapa indicator
masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja
sama dengan organisasi asma di dunia yaitu Global Astma Network (GAN)
memprediksikan saat ini jumlah pasien asma di dunia mencapai 334 juta orang,
diperkirakan angka ini akan terus mengalami peningkatan sebanyak 400 juta orang
pada tahun 2025 dan terdapat 250 ribu kematian akibat asma termasuk anak-anak
(GAN, 2014)
Asma menjadi salah satu masalah kesehatan utama baik di negara maju
maupun di negara berkembang. Menurut data dari laporan Global Initiatif for
Asthma (GINA) tahun 2017 dinyatakan bahwa angka kejadian asma dari berbagai
negara adalah 118% dan diperkirakan terdapat 300 juta penduduk di dunia
tahun 2016 memperkirakan 235 juta penduduk dunia saat ini menderita penyakit
asma dan kurang terdiagnosis dengan angka kematian lebih dari 80% di negara
berkembang. Di Amerika Serikat menurut National Center Health Statistic
(NCHS) tahun 2016 prevalensi asma berdasarkan umur, jenis kelamin, dan ras
berturut-turut adalah 7,4% pada dewasa, 8,6% pada anak-anak, 6,3% laki-laki,
9,0% perempuan, 7,6% ras kulit putih, dan 9,9% ras kulit hitam.
sebesar 20% pada 10 tahun mendatang, jika tidak terkontrol dengan baik. Angka
tahun 2013 mencapai 4,5% sedangkan pada tahun 2018 mencapai 2,4%.
(Riskesdas, 2018).
Tenggara adalah 2,4%. Data dari Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Kendari
Kendari tahun 2013, dengan angka kematian 11 orang perempuan dan 5 orang
Tenggara masih tinggi dan perlu mendapatkan peranan yang signifikan agar
penderita asma mampu memiliki kualitas hidup yang baik (Profil Kesehatan
Medik Puskesmas Lepo - Lepo Kota Kendari, pada tahun 2016 jumlah pasien
sebanyak 317 orang. Dan pengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2017
yaitu jumlah pasien sebanyak 400 orang. Kemudian mengalami penurunan pada
tahun 2018 yaitu jumlah pasien sebanyak 238 orang dan pada tahun 2019
berjumlah 295 orang (Instalasi Rekam Medik RSUD Kota Kendari Provinsi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Konsep Penyakit
1. Pengertian
Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang
ditandai dengan adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di dada yang berulang dan
timbul terutama pada malam atau menjelang pagi akibat penyumbatan saluran
berbagai sel memainkan perannya, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit
bising mengi, sesak nafas, dada terasa tegang serta batuk khususnya di waktu
malam atau dini hari. Gejala ini berhubungan dengan penyempitan saluran
nafas yang sangat luas dan bervariasi, dan sebagian sedikit reversible baik
dengan dipacu beberapa faktor pencetus antara lain udara dingin, infeksi,
makanan, bau bahan kimia, bulu binatang, gangguan piki dan lain-lin (GINA,
2016).
2. Etiologi
Asma merupakan gangguan kompleks yang melibatkaan faktor autonom,
neural diperantarai oleh bagian kolinergik sistem saraf otonom. Ujung sensoris
vagus pada epitel jalan napas, disebut reseptor batu atau iritan, tergantung pada
lokasinya, mencetuskan refleks arkus cabang aferens, yang pada ujung eferens
a. Faktor imunologis
debu rumah, tepungsari, dan ketombe. Bentuk asma adanya instrinsik dan
(artifisial), karena dasar imun pada jejas mukosa akibat mediator pada kedua
mudahnya mengenali.
b. Faktor endokrin
c. Faktor psikologis
Faktor emosi dapat memicu gejala-gejala pada beberapa anak dan
sifat perilaku yang dijumpai pad anak asma tidak lebih sering daripada anak
3. Gejala asma
antara lain :
b. Pemeriksaan fisik
d. Tes fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter untuk
4. Klasifikasi
Asma Keparahan asma juga dapat dinilai secara retrospektif dari tingkat
obat yang digunakan untuk mengontrol gejala dan serangan asma. Hal ini dapat
dinilai jika pasien telah menggunakan obat pengontrol untuk beberapa bulan.
Yang perlu dipahami adalah bahwa keparahan asma bukanlah bersifat statis,
namun bisa berubah dari waktu-waktu, dari bulan ke bulan, atau dari tahun ke
a. Asma Ringan
Asma Ringan Adalah asma yang terkontrol dengan pengobatan tahap 1 atau
tahap 2, yaitu terapi pelega bila perlu saja, atau dengan obat pengontrol
dengan intensitas rendah seperti steroid inhalasi dosis rendah atau antogonis
b. Asma Sedang
terapi dengan obat pengontrol kombinasi steroid dosis rendah plus long
Asma Berat Adalah asma yang membutuhkan terapi tahap 4 atau 5, yaitu
terapi dengan obat pengontrol kombinasi steroid dosis tinggi plus long acting
beta agonist (LABA) untuk menjadi terkontrol, atau asma yang tidak
berat dengan asma tidak terkontrol. Asma yang tidak terkontrol biasnya
paparan alergen yang berlebih, atau ada komorbiditas. Asma yang tidak
5. Manifestasi Klinik
Berikut ini adalah tanda dan gejala asma, menurut Zullies (2016), tanda dan
a. Stadium dini
2) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang
timbul.
belum patologis
2) Wheezing
b. Stadium lanjut/kronik
1) Batuk, ronchi
7) Sianosis
sering pada malam hari, nafas atau dada seperti tertekan, ekspirasi
memanjang
6. Patofisiologi
lain alergen, virus, dan iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut.
Asma dapat terjadi melalui 2 jalur, yaitu jalur imunologis dan saraf otonom.
hipersensitivitas tipe I (tipe alergi), terdiri dari fase cepat dan fase lambat.
kemotaktik eosinofil dan bradikinin. Hal itu akan menimbulkan efek edema
lokal pada dinding bronkiolus kecil, sekresi mukus yang kental dalam lumen
saluran napas.
Pada jalur saraf otonom, inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast
intralumen, makrofag alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran
napas. Kerusakan epitel bronkus oleh mediator yang dilepaskan pada beberapa
keadaan reaksi asma dapat terjadi tanpa melibatkan sel mast misalnya pada
hiperventilasi, inhalasi udara dingin, asap, kabut dan SO2. Pada keadaan
tersebut reaksi asma terjadi melalui refleks saraf. Ujung saraf eferen vagal
uji provokasi beban kerja, inhalasi udara dingin, inhalasi antigen, maupun
7. Penatalaksanaan
sehingga penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan
akut/saat serangan.
(pengontrol dan pelega), dan menjaga kebugaran (senam asma). Obat pelega
1) Edukasi
tidak hanya ditujukan untuk penderita dan keluarga tetapi juga pihak lain
Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh
terapi
asmanya
b) Tahapan pengobatan
tambah agonis beta 2 kerja lama oral, atau Teofilin lepas lambat.
lepas lambat.
5) Penanganan asma mandiri (pelangi asma)
Hubungan penderita dokter yang baik adalah dasar yang kuat untuk
akut antara lain : Nebulisasi agonis beta 2 tiap 4 jam, alternatifnya Agonis
beta 2 subcutan, Aminofilin IV, Adrenalin 1/1000 0,3 ml SK, dan oksigen
diperlukan
menimbulkan asma.
8. Pencegahan
a. Mencegah Sensititasi
atopi, diduga paling relevan pada masa prenatal dan perinatal) atau
menghindari pajanan dengan asap rokok, baik in utero atau setelah lahir,
b. Mencegah Eksaserbasi
Eksaserbasi asma adalah episode akut atau subakut dengan sesak yang
memburuk secara progresif disertasi batuk, mengi, dan dada sakit, atau
debu rumah, hewan berbulu, kecoa, dan jamur, alergen outdoor seperti
polen, jamur, infeksi virus, polutan dan obat. Mengurangi pajanan penderita
1. Pengkajian
a. Biodata
Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma adalah dispnea (sampai
penyakit ini, di antaranya adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit saluran
adanya riwayat penyakit turunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak
e. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
a) Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada posisi duduk
b) Dada diobservasi
f) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan
fase eksifirasi (E). Rasio pada fase ini normalnya 1:2. Fase ekspirasi
atau pleura
2) Palpasi
3) Perkusi
paru normal.
udara
dengan resonan dan timbul pada bagian paru yang berisi darah.
e) Flatness : sangat dullnes. Oleh karena itu, nadanya lebih tinggi. Dapat
4) Auskultasi
2. Diagnosa Keperawatan
a. D
b. C
3. Implementasi
rencanakan, di lakukan dengan cara yang tepat, aman, serta sesuai dengan
4. Evaluasi
dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil. Evaluasi terdiri dari evaluasi
sebelumnya.