Dosen Pengampu :
SEMARANG
2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
semua negara di dunia adalah asma. Asma diderita oleh anak-anak sampai dewasa
pada tahun 2002 sebanyak 12.500.000. Dari 25 juta penduduk Indonesia, 10%
menderita asma. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005 mencatat
data dari WHO (2002) dan Global Initative for Astma (GINA) (2011), di seluruh
dunia diperkirakan terdapat 300 juta orang menderita asma dan tahun 2025
deperkirakan jumlah pasien asma mencapai 400 juta. Jumlah ini dapat saja leih
besar. Menurut GINA (2011) bahwa data dari berbagai Negara menunjukkan
bahwa prevelensi penyakit asma berkisar antara 1-18% (Kemenkes RI, 2017)
Gejala asma yang paling umum adalah batuk. Batuk umumnya terjadi di
malam hari, dini hari, saat cuaca dingin, dan saat beraktivitas fisik. Nafas
terdengar seperti peluit juga kesulitan bernafas. Gejala asma berlangsung antara 2-
3 hari atau bahkan lebih. Setelah serangan asma membaik, penderita asma akan
membutuhkan pereda serangan 3-4 kali per hari hingga batuk dan mengi hilang.
2
BAB II
TINJAUAN PUSKA
berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk terutama malam hari dan atau
dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran napas yang
luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan
(Ikawati Z. 2011).
saluran napas melibatkan interaksi beberapa tipe sel dan mediator yang akan
menyebabkan gejala rinitis dan asma. Masuknya allergen akan mengaktifkan sel
mast dan sel Th2 di saluran nafas. Keadaan tersebut akan merangsang produksi
mediator inflamasi seperti histamin dan leukotrien dan sitokin seperti IL-4 dan IL-
5. Histamin dan leukotrien dilepaskan oleh basofil maupun sel mast dan akan
menimbulkan gejala secara cepat dalam beberapa menit. Gejala pada saluran nafas
atas meliputi rasa gatal pada hidung, bersin, dan rinorhea. Sedangkan gejala pada
3
Gambar 1. Kondisi saluran napas pada orang sehat
Asma bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa gejala
4
2.2 Etiologi asma
Asma yang terjadi pada anak-anak sangat erat kaitannya dengan alergi.
Kurang lebih 80% pasien asma memiliki alergi. Asma yang muncul pada saat
dewasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti : adanya sinusitis, polip
Serangan asma disebabkan oleh peradangan steril kronis dari saluran napas
dengan mastcells dan granulosit eosinofil sebagai pemeran penting. Pada orang-
orang yang peka terjadi obstruksi saluran napas yang reversible. Disamping itu
pula terjadi hiperaktivitas bronki terhadap berbagai stimuli spesifik yang dapat
asap rokok
3. Rangsangan fisik; exertion, hiperventilasi.Rangsangan farmakologis; histamin,
5
berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor penjamu dan faktor
lingkungan.
a. Faktor penjamu
b. Faktor lingkungan
6
2.4 Patofisiologi Asma
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain
allergen, virus dan iritan yang dapat menginduksi respon inflamasi akut. Secara
7
klasik asma dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan faktor pemicunya yaitu asma
ekstrinsik atau alergik dan asma intrinsik atau idiosinkratik. Asma ekstrinsik
mengacu pada asma yang disebabkan karena menghirup allergen yang biasanya
terjadi pada anak-anak yang memiliki keluarga dengan riwayat penyakit alergi
(eksim, utikaria atau hay fever). Asma intrinsik mengacu pada asma yang
disebabkan karena faktor diluar mekanisme imunitas dan umumnya dijumpai pada
orang dewasa. Beberapa faktor yang memicu terjadinya asma intrinsik antara lain
(Ikawati Z, 2011)
8
Serangan asma yang tiba-tiba disebabkan oleh faktor yang diketahui atau
stress, obat-obatan dan lain-lain yang dapat merangsang inflamasi akut atau
menyebabkan terjadinya :
1. Otot polos yang menghubungkan cincin tulang rawan akan berkontraksi atau
memendek
2. Produksi kelenjar lendir yang berlebihan
3. Peningkatan permeabilitas kapiler yang dapat menyebabkan edema mukosa,
Hasil akhir dari semua itu adalah penyempitan rongga saluran napas.
Akibatnya menjadi sesak napas, batuk keras bila paru mulai berusaha untuk
membersihkan diri, keluar dahak yang kental bersama batuk, terdengar suara
napas yang berbunyi yang timbul apabila udara dipaksakan melalui saluran napas
yang sempit. Suara napas tersebut dapat sampai terdengar keras terutama saat
mengeluarkan napas.
manusia normal, penderita asma, dan pada kasus serangan asma akut:
9
Keterangan
nafas dan penyumbatan akibat hipersekresi mukus pada saat timbulnya serangan
asma akut. Asma terjadi pada individu tertentu yang berespons secara agresif
terhadap berbagai jenis iritan dijalan napas. Faktor resiko untuk salah satu jenis
gangguan hiperresponsif ini adalah riwayat asma atau alergi dalam keluarga, yang
kebanyakan kasus asma didiagnosis pada masa kanak-kanak, pada saat dewasa
dapat menderita asma tanpa riwayat penyakit sebelumnya. Stimulasi pada asma
awitan dewasa seringkali terjadi dikaitkan dengan riwayat alergi yang memburuk.
10
Infeksi pernapasan atas yang berulang juga dapat memicu asma awitan dewasa,
seperti yang dapat terjadi akibat pajanan okupasional terhadap debu dilingkungan
Asma dapat terjadi melalui 2 jalur, yaitu jalur imunologis dan saraf
reaksihipersensitivitas tipe I (tipe alergi), terdiri dari fase cepat dan fase lambat.
sejumlah antibodi IgE abnormal dalam jumlah besar, golongan ini disebut atopi.
Pada asma alergi, antibodi IgE terutama melekat pada permukaan sel mast pada
interstisial paru, yang berhubungan eratdengan bronkiolus dan bronkus kecil. Bila
seseorang menghirup alergen, terjadi fase sensitisasi, antibodi IgE orang tersebut
meningkat. Alergen kemudian berikatan dengan antibodi IgE yang melekat pada
sel mast dan menyebabkan sel ini berdegranulasi mengeluarkan berbagai macam
11
2.5 Tanda-tanda dan Gejala Asma
Gejala awal berupa : batuk terutama pada malam atau dini hari ,sesak
Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa.
Yang termasuk gejala yang berat adalah: Serangan batuk yang hebat, Sesak
napas yang berat dan tersengal-sengal, Sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai
dari sekitar mulut), Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam
12
.
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2007)
Klasifikasi derajat asma pada anak menurut Pedoman Nasional Asma Anak
13
c. Asma persisten
pemeriksaan fisiknya dijumpai napas menjadi cepat dan dangkal dan terdengar
bunyi mengi pada pemeriksaan dada (pada serangan sangat berat biasanya tidak
lagi terdengar mengi, karena pasien sudah lelah untuk bernapas). Dan yang cukup
penting adalah pemeriksaan fungsi paru, yang dapat diperiksa dengan spirometri
14
a. Spirometri
Spirometri adalah mesin yang dapat mengatur kapasitas vital paksa (KVP)
dan volume ekspirasi paksa (VEP1). Pemeriksaan ini sangat tergantung kepada
kooperasi pasien. Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi
dari 2-3 nilai yang diperiksa. Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai VEP <
80% nilai prediksi atau rasio VEP1/KVP <75%. Selain itu, dengan spirometri
dapat mengetahui reversebiliti asma, yaitu dengan adanya perbaikan VEP1 ≥ 15%
2 minggu.
Alat ini adalah alat yang paling sederhana untuk memeriksa fungsi paru
yang dapat diukur dengan arus puncak ekspirasi (APE). Sumbatan jalan napas
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2007).
15
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2007)
diperlukan)
16
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2007).
1. Edukasi pasien
penatalaksanaan asma.
(mengenai penyakit asma secara umum dan pola penyakit asma sendiri)
sendiri/asma mandiri)
a. meningkatkan kepuasan
mengontrol asma
g. Ceramah
h. Latihan/training
i. Supervisi
j. Diskusi
17
l. Film/video presentasi
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan
penganan yang disetujui bersama dan yang akan dilakukan, pada setiap
kunjungan.
18
g. Mengajak keterlibatan keluarga.
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2007).
Pengukuran Arus Puncak Ekspirasi (APE) dengan Peak Flow Meter ini
dianjurkan pada :
dilakukan pada asma persisten usia di atas > 5 tahun, terutama bagi pasien
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2007).
19
Pada asma mandiri pengukuran APE dapat digunakan untuk membantu
pengobatan seperti :
b. Memutuskan apa
c. Memutuskan apa
d. Memutuskan kapan
e. Identifikasi dan
f. Pemberian oksigen
Penghentian merokok
Menghindari kegemukan
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2007).
20
2.8.2 Terapi Farmakologi
asma akut dan pengobatan asma kronik. Pengobatan asma akut dapat dilakukan
21
Penilaian Awal
Sejarah, Pemeriksaan Fisik (auskultasi, penggunaan otot , denyut jantung, tingkat pernapasan),
PEF atau FEV1, saturasi oksigen, dan test lain.
PEF atau FEV1 >50% PEF atau FEV1 <50% (Eksaserbasi Berat) Berhentinya Pernapasan
-Inhalasi agonis β2 -Inhalasi agonis β2 dosis tinggi dan antikolinergik -Intubasi dan ventilasi mekanik
-Oksigen untuk mencapai saturasi menggunakan nebulizer tiap 20 menit atau secara dengan O2 100%
O2 ≥90% berkala tiap 1 jam. -Nebulizer agonis β2 dan
-Kortikosteroid oral (sistemik) -Oksigen untuk mencapai saturasi O2 ≥90% antikolinergik
-Kortikosteroid oral (sistemik) -Kortikosteroid intravena
Ulangi Penilaian
Butuh Perawatan RS
Gejala, Pemeriksaan Fisik, PEF, Saturasi
O2, dan tes lain.
Eksaserbasi Sedang (PEF atau FEV1 50-80%, Eksaserbasi Parah (PEF atau FEV1 <50%,
Pemeriksaan Fisik: Gejala Sedang) Pemeriksaan Fisik: Gejala Berat saat Istirahat,
-Inhalasi agonis β2 short acting tiap 60 menit Penggunaan Otot, dan Retraksi Dada)
-Kortikosteroid sistemik -Inhalasi agonis β2 short acting tiap jam atau secara
-Lanjutkan pengobatan 1-3 jam jika ada peningkatan terus menerus dan ditambah inhalasi antikolinergik
-Oksigen
-Kortikosteroid Sistemik
23
memelihara kontrol jangka panjang
`Gejala Pagi : PEV atau
PEF
Tingkat 4 Berkelanjutan ≤60% -Inhalasi Kortikosteroid dosis tinggi
minggu
Tingkat 2 2x tiap ≥80% -Inhalasi kortikosteroid dosis rendah
<1 x / hari
2 malam/ 20-30%
bulan
Tingkat 1 < 2 hari/ ≥80% Tidak perlu pengobatan harian
(Berselang) minggu
≤ 2 malam/
24
OBAT GOLONGAN
Salbutamol
(Ascolen : salbutamol 4mg)
(Asmacel : salbutamol sulfat 2mg, 4mg/tab,
2mg/5ml sirup)
(Hivent : salbutamol sulfat 1mg/ml)
(Volmax : salbutamol 4mg, 8mg)
Terbutalin
(Pulmobron)
(Tismalin)
(Lintaz)
Prokaterol
(Meptin : Prokaterol HCL hemihidrat Agonis β2
50mcg/tab, 25mcg/tab mini, 5mcg/ml sirup)
Meptin Inhatatior solution : Prokaterol HCL
100mcg/ml)
Meptin swinghaler : Prokaterol HCL 10
mcg/dosis)
Klenbuterol
(Spiropent : Klenbuterol hidroklorida 0,02
mg/tab)
Formoterol
(Symbicort : 4,5mg)
Salmeterol
(Seretide : 25mcg)
Blekometason dipropionat
(Becloment : 200mg/dosis) Kortikosteroid
(Beconase : 50mcg/semprot)
(Ventide : salbutamol 100mcg, beklometason
dipropionat 50mcg tiap 1 dosis/semprot)
25
Budesonide
(Budenbofalk : 3mg)
(Cycotide : 200mcg/siklolokaps)
(Inflammide : 100mcg, 200mcg tiap
semprotaerosil dosis terukur)
Flurikason propionat Kortikosteroid
(Flixotide : 0,5 mg/2ml)
(Seretide : 50mcg tiap semprotan)
Prednison, metilprednisolon, prednisolon
Ipratropium bromida
(Atrovent : 0,02 mgtiap semprot, tiap ml
solution Ipratropium bromida 0,25mg) Antikolinergik
(Berodual : 0,02mg)
(Combivent : 0,5mg)
MDI (18mg/hirup)
Zafirlukas
(Accolate : 20mg)
Montelukas Modifikator Leukotrien
Pranlukast
(Ultair)
Flutikason
(Advair : 250 atau 500 mg)
(Flixotid : 0,5 mg/2ml) Kombinasi terapi pengontrol
(Seretide : 50mcg tiap semprotan)
Omalizumab
Metotreksat
(Methotrexate DBL : 5mg/2ml, 50mg/2ml)
(Methotrexate : 25mg/ml) Methotreksat
Teofilin
(Kalborn : 130mg/kap <15ml sirup>)
Tusapres : 50mg)
(Asmafor : 125mg) Metilxantin
Aminofilin
(Amicain : 200 mg)
(Phyllocontin : 225mg)
26
1. Simpatomimetik
bronkodilator yang paling efektif dengan efek samping yang minimal pada
sebagai berikut :
panjang terhadap gejala yang timbul pada malam hari. Obat golongan ini juga
27
terbutalin) adalah terapi pilihan untuk menghilangkan gejala akut dan
1. Efedrin HCl
Khasiat obat
bronkospasmus empiseme dan alergi lain pada saluran nafas bagian atas
(ISO, 2011).
Kontraindikasi
- Penderita yang hipertensi
- Penderita yang hipersensitif terhadap efhendrine
- Hipertiroidisme
- Kardiovaskuler
- Glaucoma
- pembesaran kelenjar prostat
- tukak lambung
- ibu hamil (MIMS, 2014)
Efek samping & mengatasinya
Cara pemakaian
Dosis
Tablet, Dewasa dan anak lebih dari 12 tahun : 12,5-25 mg setiap 4 jam,
28
Kapsul, anak-anak: 0,5-0,75 mg/kg atau 16,7- 25 mg/m 2 setiap 4-6
jam.
(Dipiro, 2008)
Waktu pemakaian
Setelah makan
Lama penggunaan
kondisi Anda tidak membaik dalam 1 jam atau malah memburuk, atau jika
Anda berpikir Anda mungkin memiliki masalah medis yang serius, carilah
berlangsung lebih dari 7 hari, atau jika Anda mengalami demam, ruam,
atau sakit kepala parah, carilah perhatian medis segera. Ini bisa menjadi
Segera langsung minum obat jika jarak antara waktu minum tidak
terlalu dekat apabila jarak antar waktu minum sudah dekat jangan
29
Sediaan yang mengandung efedrin, garamnya akan terurai apabila
terkena cahaya. Oleh karena itu harus dimasukkan dalam wadah yang
2. SALBUTAMOL
Khasiat obat
Kontraindikasi
30
pemberian intravena dapat mempengaruhi miometrium. Mungkin
jauh lebih besar dari risiko- jumlah dari obat yang diinhalasi pada ASI
- Jantung berdebar-debar.
- Gemetaran.
- Sakit perut.
- Nyeri dada.
- Batuk berdahak.
- Diare.
- Sulit menelan.
- Sakit kepala.
- Menggigil.
- Demam.
- Mual.
31
Cara pemakaian
32
Salbutamol tablet 2 mg, 4 mg, dan 8 mg. Contoh merek: Volmax
ml.
1 ampulnya.
Dosis inhaler : untuk anak usia di atas 4 tahun dan dewasa yang
adalah 100 atau 200 mcg yang dapat diulang setiap 4 sampai 6 jam
33
Anak-anak: Sebagai pelega bronkospasme akut dosis yang dianjurkan
adalah 100 mcg yang dapat diulang setiap 4 sampai 6 jam sekali.
sesuai kebutuhan.
Waktu pemakaian
sesudah makan.
mengunyahnya.
- Sebaiknya berkumur setiap kali sehabis mengkonsumsi salbutamol
34
mendekati waktu pengonsumsian selanjutnya, lewati pengonsumsian
Simpan pada suhu ruangan dan jauhkan dari cahaya langsung dan
dibekukan. (aerosol: 15-25 ºC; inhalasi cair: 2-25 ºC dan sirup: 2-30
ºC).
3. THEOPHILLIN
TEOFILIN
bronkodilator yang digunakan untuk asma dan untuk mengatasi penyakit paru
obstruksi kronik yang stabil, secara umum tidak efektif untuk eksaserbasi
Epilepsi
E.S dan cara mengatasi : Lebar terapeutik kecil! Efek utama dan efek samping
35
Reaksi yang merugikan mulai timbul bila dosis teofilin dalam darah telah
melebihi 15 μg/ml. Efek samping yang sering terjadi adalah muntah dan
gangguan saraf pusat. Interaksi dengan berbagai obat, terutama cimetidine dan
fenitoin, dan indeks terapeutik yang sempit, jadi, seperti dalam kasus dengan
toksisitas. Hal ini juga dapat menyebabkan mual, diare, peningkatan denyut
jantung, aritmia, dan eksitasi SSP (sakit kepala, insomnia, iritabilitas, pusing
dan kepala ringan) Kejang juga bisa terjadi pada kasus yang parah toksisitas
Dosis :
Anak: 6-12 tahun: 65-150 mg, kurang dari 1 tahun: 65-75 mg, 3-4 kali sehari
sesudah makan.
Tablet lepas lambat: 1 tablet per hari tergantung respons masing-masing dan
dosis teofilin adalah konsentrasi teofilin pada serum berkisar 5-12 mg/mL
selama kehamilan
Dosis oral. Oleh karena terdapat variasi antara setiap individu maka dosis
harus disesuaikan dengan melihat perbaikan klinis, efek samping, dan kadar
36
Dosis tergantung juga dari tiap merk teofilin. Secara umum dosis 200-400 mg
tiap 12 jam. Anak 6-12 tahun : 125-200 mg tiap 12 jam Anak 2-12 tahun :
akan ditingkatkan maka perlu monitor kadar teofilin dalam plasma. Untuk
preparat lepas lambat dosis seharinya lebih rendah dari preparat biasa Bila
secara cepat mendapatkan kadar dalam plasma antara 10-20 sel/ml. Bila
dosis pemeliharaan
lainya: Loading dose: 4-5 mg/kg by infusion over 20-30 min. Maintenance
Intravenous
37
Dewasa: Loading dose: 4-5 mg/kg by infusion over 20-30 min. Maintenance
Maintenance dose: 1-9 tahun Initially, 0.8-1 mg/kg/hr; >9-12 tahun Initially,
0.7-0.77 mg/kg/hr.
Oral
Acute bronchospasm
Oral
Chronic bronchospasm
Anak-anak: <6 tahun Not recommended; 6-12 tahun 20-35 kg: 120-250 mg
38
Dosis teofilin untuk bayi :
(Depkes,2007)
39
Bentuk dan kekuatan sediaan :
1. Injeksi i.v teofilin 400mg/250mL; 400mg/500mL; 800mg/500mL
2. Kapsul lunak : 130mg
3. Elixir : 130mg/15mL
4. Tablet : 150mg; tablet salut selaput : 125mg, 250mg
5. Sirup : 150mg/15mL
6. Kapsul lepas lambat : 300mg
Waktu pemakaian : sesudah makan
Lama penggunaan : penggunaan teofilin jangan lebih dari 3-7 hari
Hal yang harus diperhatikan selama minum obat : Perhatian untuk penyakit
pecandu alkohol, pasien lanjut usia dan bayi. Efek pada saluran pencernaan :
perhatian untuk pasien peptik ulser, iritasi lokal mungkin terjadi, efek saluran
pencernaan akan meningkat secara sistemik untuk level serum yang lebih
pernapasan
Hal yang harus dilakukan jika lupa minum obat : Segera langsung minum obat
jika jarak antara waktu minum tidak terlalu dekat apabila jarak antar waktu
garamnya akan terurai apabila terkena cahaya. Oleh karena itu harus
dimasukkan dalam wadah yang kedap dari cahaya dan terhindar dari cahaya.
Cara memperlakukan obat yang masih tersisa : Buka semua isi tablet dan
perubahan kemasan, Lihat expaire date, Apakah terjadi perubahan warna pada
sediaan.
40
pencahayaan selama 180 hari tanpa adanya perubahan signifikan dari
perubahan warna, oral teofilin 5mg/ml dalam pembawa suspense lebih stabil
sampai 90 hari dalam botol kuning gelap disimpan pada suhu 23-25ºC.
41
Gambar 4. Perbandingan efek farmakologi dan sifat farmakokinetik bronkodilator
simpatomimetik
42
Untuk pasien-pasien yang menderita asma ringan dengan serangan sewaktu-
β2 per inhalasi yang digunakan bila perlu saja. Untuk pasien asma sedang dengan
serangan yang lebih sering dan untuk pasien yang lebih sering memerlukan
43
inhalasi aerosol, atau timbul gejala serangan nokturnal (malam hari), diperlukan
pengobatan tambahan.
inhalasi (seperti kromolin atau kortikosteroid per inhalasi). Untuk pasien yang
gejala asmanya masih sukar dikontrol dengan pemberian secara teratur kombinasi
teofilin. Bila penambahan teofilin pada kombinasi di atas masih tidak memberikan
pemeriksaan kadar teofilin dalam darah dengan batas-batas kadar terapi 10-20
2. Golongan Xantin
beberapa efek fisiologis yaitu melemaskan otot polos, merangsang otot jantung,
merangsang sistem saraf, dan memicu pembentukan urin oleh ginjal (diuresis).
asma atau per oral untuk mencegah serangan asma akut. (Sacher, R.A dan
nokturnal, karena efek lepas lambat dapat memberikan terapi dan lebih efektif
44
kontraktilitas pada pasien dengan penyakit obstruksi saluran pernapasan kronik
A. Aminofilin
optimal untuk pasien asma umumnya memerlukan obat yang diberikan secara
parenteral, monitoring ketat dan perawatan intensif. Berikut adalah dosis untuk
dewasa
Dewasa bukan perokok 6,3 mg/kg a 0,5 mg/kg/jam a
Orang lanjut usia dan pasien 6.3 mg/kg a 0,3 mg/kg/jam a
a. Zafirlukas
45
b. Montelukast Sodium
Adalah antagonis reseptor leukotriene selektif dan aktif pada gangguan
4. Antikolinergik
(ATROVEN). Obat ini efektif terutama untuk penyakit paru obstruktif menahun
(PPOM), namun untuk terapi asma kurang menonjol. Senyawa ini hanya tersedia
dalam bentuk inhalasi. Dibanding dengan agonis β2, ipratropium bromida kurang
efektif pada asma, tidak mempunyai efek terhadap reaksi cepat ataupun lambat.
Kombinasi kedua obat ini lebih efektif dan masa kerjanya lebih panjang
daripada diberikan tersendiri. Ipratropium dapat lebih efektif pada penderita asma
46
psikogenik dan dan pada penderita yang menggunakan antagonis β2 adrenoseptor.
Dosis per inhalasi 4x 36 µg/hari, mulai kerja lambat, kadar puncak dicapai dalam
1-2 hari. Karena itu, hanya digunakan untuk profilaksis (Munaf, 2004 : 581).
jalan napas (agonis β) merupakan terapi asma yang utama. Obat ini diinhalasi
(atau diberikan dalam bentuk sirup pada anak yang masih sangat kecil) pada saat
tunggal selama eksaserbasi asma sedang atau buruk. Penggunaan terlalu sering
Saat ini sudah tersedia agonis beta adrenergik jangka panjang yang dapat
2009).
A. Ipratropium Bromida
Mekanisme Kerja
asetilkolin. Bronkodilasi yang dihasilkan bersifat lokal, pada tempat tertentu dan
47
Indikasi digunakan dalam bentuk tunggal atau kombinasi dengan bronkodilator
jam.
B. Tiotropium Bromida
Mekanisme Kerja
48
Indikasi Tiotropium digunakan sebagai perawatan bronkospasmus yang
berhubungan dengan penyakit paru obstruksi kronis termasuk bronkitis kronis dan
emfisema.
1 kapsul dihirup, satu kali sehari dengan alat inhalasi Handihaler (DiPiro, dkk,
2006).
a. Kromolin Natrium
mediator, histamine dan SRS-A dari sel mast. Digunakan sebagai pengobatan
b. Nedokromil Natrium
Nedokromil merupakan anti inflamasi inhalasi untuk pencegahan asma. Obat ini
menghambat aktivasi secara in vitro dan pembebasan mediator dari berbagai tipe
sel berhubungan dengan asma termasuk eosinofi, neutrophil, makrofag, sel mast,
konstriksi baik awal dan maupun lanjut terhadap antigen terinhalasi. Digunakan
untuk terapi pemeliharaan untuk psien dewasa dan anak usia enam tahun atau
lebih pada asma ringan sampai sedang (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
6. Kortikosteroid
49
Kortikosteroid disintesis pada kelenjar adrenal di bawah kontrol hormon
Obat-obat ini merupakan steroid adrenokortikal steroid sintetik dengan cara kerja
jumlah dan aktivitas dari sel yang terinflamasi dan meningkatkan efek obat beta
inhaler akan menghasilkan efek lokal steroid secara efektif dengan efek sistemik
50
7. Obat-Obat Penunjang
a. Ketitifen Fumarat
relative selektif reseptor H1, menstabilkan sel mast dan menghambat pelepasan
b. N-Asetilsistein
molekul yang bekerja langsung untuk memecahkan ikatan disulfide antara ikatan
peningkatan pH. Digunakan sebagai terapi tambahan untuk sekresi mucus yang
51
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2007).
52
BAB III
PEMBAHASAN
Seorang Bapak bernama Bapak Ari umur 32 tahun beberapa jam yang lalu
terkena sesak nafas. Kemudian datang ke apotek untuk membeli obat. Bapak ari
tiba-tiba terkena sesak nafas setelah pindah rumah dan keadaan di lingkungan
Objektif :-
Planning :
juga rokok.
Terapi farmakologi:
- 130 mg theophylin
53
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
RI: Jakarta.
Jakarta
Depkes RI.
USA.
54
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2007. Pharmaceutical Care untuk
Penyakit Asma. Departemen Kesehatan RI : Jakarta
Kemenkes, RI. 2017. Asma. Infodatin. Pusat data dan informasi Kementrian
kesehatan RI: Jakarta
Mangguang, M, Dt. 2016. Faktor Risiko Kejadian Asma pada Anak di Kota
Padang. Arc. Com. Health, 3 (1) : 1-7
Rengganis, Iris. 2011. Diagnosis dan Tata Laksana Asma Bronkial. Departemen
Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo: Jakarta.
Sacher, R. A., McPherson, R.A. 2004. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Cetakan 1. EGC : Jakarta
Seto, Sagung. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta.
Surjanto, E., July, P. 2009. Mekanisme Seluler dalam Patogenesis Asma dan
Rinitis. Jrnal Respirologi Indonesia, 29 (3) : 128-138
Tjay, T.H dan Rahardja, K. 2007. Obat-obat Penting. Edii V. Gramedia: Jakarta.
55