PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai
berikut:
a. Manfaat teoritis
Karya tulis ilmiah ini semoga mampu dimanfaatkan bagi
pengembangan ilmu fisioterapi dan meningkatkan khasanah keilmuan
dalam bidang fisioterapi.
b. Manfaat
1) Bagi penulis
a) Menjadi wadah untuk mempelajari lebih banyak dan
mendalami permasalahan Asma.
b) Mampu melaksanakan sekaligus mempraktekkan teori-teori
yang diperoleh selama pembelajaran di kampus, dilahan
praktek maupun saat penyusunan karya tulis ilmiah ini untuk
diterapkan langsung ke manyarakat luas dan mampu
menjadikan pengalaman yang berguna bagi para penderita
Asma serta keluarga penderita Asma kini dan suatu saat nanti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Penyebab Asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi) dan
sekaligus hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran
pernapasan. Inducer dianggap sebagai penyebab Asma yang
sesungguhnya atau Asma jenis ekstrinsik. Penyebab Asma dapat
menimbulkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama
(kronis), dan lebih sulit diatasi. Umumnya penyebab Asma adalah
alergen, yang tampil dalam bentuk ingestan (alergen yang masuk ke
tubuh melalui mulut), inhalan (alergen yang dihirup masuk tubuh
melalui hidung atau mulut), dan alergen yang didapat melalui kontak
dengan kulit (Ward et al, 2008).
2.1.3 Patofisiologi
Berdasarkan klasifikasi tersebut akan dijabarkan masing-masing dari
patofisiologinya.
a) Asma Ekstrinsik
Pada asma ekstrinsik alergen menimbulkan reaksi yang hebat pada
mukosa bronkus yang mengakibatkan konstriksi otot polos,
hiperemia serta sekresi lendir putih yang tebal. Mekanisme
terjadinya reaksi ini telah diketahui dengan baik, tetapi sangat rumit.
Penderita yang telah disensitisasi terhadap satu bentuk alergen yang
spesifik, akan membuat antibodi terhadap alergen yang dihirup itu.
Antibodi ini merupakan imunoglobin jenis IgE. Antibodi ini melekat
pada permukaan sel mast pada mukosa bronkus. Sel mast tersebut
tidak lain daripada basofil yang kita kenal pada hitung jenis leukosit.
Bila satu molekul IgE yang terdapat pada permukaan sel mast
menangkap satu molekul alergen, sel mast tersebut akan
memisahkan diri dan melepaskan sejumlah bahan yang
menyebabkan konstriksi bronkus. Salah satu contoh yaitu histamin,
contoh lain ialah prostaglandin. Pada permukaan sel mast juga
terdapat reseptor beta-2 adrenergik. Bila reseptor beta-2 dirangsang
dengan obat anti asma Salbutamol (beta-2 mimetik), maka pelepasan
histamin akan terhalang.
Pada mukosa bronkus dan darah tepi terdapat sangat banyak
eosinofil. Adanya eosinofil dalam sputum dapat dengan mudah
diperlihatkan. Dulu fungsi eosinofil di dalam sputum tidak diketahui,
tetapi baru-baru ini diketahui bahwa dalam butir-butir granula
eosinofil terdapat enzim yang menghancurkan histamin dan
prostaglandin. Jadi eosinofil memberikan perlindungan terhadap
serangan asma. Dengan demikian jelas bahwa kadar IgE akan
meninggi dalam darah tepi (Black & Hawks, 2014).
b) Asma Intrinsik
Terjadinya asma intrinsik sangat berbeda dengan asma ekstrinsik.
Mungkin mula-mula akibat kepekaan yang berlebihan
(hipersensitivitas) dari serabut-serabut nervus vagus yang akan
merangsang bahan-bahan iritan di dalam bronkus dan menimbulkan
batuk dan sekresi lendir melalui satu refleks. Serabut-serabut vagus,
demikian hipersensitifnya sehingga langsung menimbulkan refleks
konstriksi bronkus. Atropin bahan yang menghambat vagus, sering
dapat menolong kasus-kasus seperti ini. Selain itu lendir yang sangat
lengket akan disekresikan sehingga pada kasus-kasus berat dapat
menimbulkan sumbatan saluran napas yang hampir total, sehingga
berakibat timbulnya status asmatikus, kegagalan pernapasan dan
akhirnya kematian. Rangsangan yang paling penting untuk refleks
ini ialah infeksi saluran pernapasan oleh flu (common cold),
adenovirus dan juga oleh bakteri seperti hemophilus influenzae.
Polusi udara oleh gas iritatif asal industri, asap, serta udara dingin
juga berperan, dengan demikian merokok juga sangat merugikan
(Black & Hawks, 2014).
Black J.M & Hawks J.H. (2014). Keperwatan Medikal Bedah. Edisi 8-
Buku 3. Jakarta: Salemba Medika.
Indar asmarani, P., Tahir, R., & Muhsinah, S. (2018). Asuhan keperawatan
pada pasien Asma bronkial dalam pemenuhan kebutuhan
oksigenasi di ruang laikawaraka rsu bahteramas provinsi
sulawesi tenggara (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes
Kendari).
Setiyarini, T., Abi Muhlisin, S. K. M., Zulaicha, E., & Kp, S. (2016).
Efektivitas Pendidikan kesehatan menggunakan media leaflet dan
penyuluhan individual terhadap pengetahuan pencegahan
kekambuhan asma (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Ward, J.P.T, Ward, Jane., Leach, Richard M., & Wiener, Charles M. (2008).
At a Glance Sistem.Respirasi. Jakarta: Erlangga