NEUROPERATIK SYDROM
Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd. Kep)
Pada Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Fakultas Sains Dan
Teknologi Universitas Sembilanbelas November Kolaka
OLEH :
SITTI MARYAM
17.1462
NEUROPATIK SYNDROM
A. Pengertian
Neuropati adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan gangguan fungsi dan
struktur dari saraf tepi. Etiologi dari neuropati abtara lain: trauma, radang
gangguan metabolik, kelainan struktur sekitar saraf dan lain-lain sebab
Banyak saraf tepi yang mudah terkena cedera mekanikal karena
panjangnya saraf tersebut dan perjalanannya yang berada di superfisial. Oleh
karena itu kompresi neuropati khas ditandai oleh terkenanya 1 saraf tepi pada
tempat dimana secara anatomi paling mudah terkena tekanan.
Dengan demikian tingkat kerusakan ditentukan oleh berbagai faktor,
tetapi yang paling penting adalah besar dan lamanya tenaga cedera dan
komposisi serta hubungan anatomi dari bagian saraf.
Penyempitan jalannya saraf secara anatomi, kebiasaan atau trauma
berulang yang berhubungan dengan pekerjaan dan keadaan-keadaan yang sangat
rentan terhadap cedera tekanan adalah faktor-faktor yang biasanya memperberat
perkembangan kompresi neuropati. Banyak penelitian melaporkan bahwa
neuropati saraf peroneus ataupun percabangannya sering terjadi, hanya insiden
ygpasti belum diketahui.
B. Etiologi
1. Trauma atau cedera Salah satu kondisi yang paling umum dan
sering menyebabkan kerusakan pada saraf adalah terjadinya
cedera atau trauma. Kondisi ini bisa terjadi karena aktivitas
maupun kecelakaan.
Kesemutan.
Mati rasa, terutama pada tangan dan kaki.
Perubahan pada sensor perasa, seperti rasa sakit parah yang dirasakan.
Merasakan sensasi terbakar.
Rasa seperti sedang memakai kaus kaki atau sarung tangan.
Hilangnya kemampuan koordinasi tubuh.
Hilangnya refleks tubuh.
2. Gejala motorik
Gejala motorik muncul pada saraf motorik dalam tubuh yang berfungsi
mengatur pergerakan otot. Gejala motorik terdiri dari:
4. Neuropati otonom
Kondisi yang muncul akibat kerusakan pada sistem saraf involunter.
Sistem saraf ini mengendalikan detak jantung, sirkulasi darah, sistem
pencernaan, respons seksual, keringat, dan fungsi kandung kemih. Gejala
neuropati otonom, antara lain:
F. Komplikasi
Komplikasi neuropati tergantung dari penyebab yang mendasarinya.
Neuropati diabetik, yang menyebabkan penderitanya mengalami mati rasa,
berisiko menimbulkan luka diabetes di kaki menjadi terabaikan. Luka tersebut
lama kelamaan menjadi borok dan mengakibatkan kematian jaringan hingga perlu
dilakukan tindakan amputasi.
Neuropati akibat sindrom Guillain-Barre dapat mengakibatkan
penderitanya mengalami kelumpuhan secara permanen.
G. Pemeriksaan Penunjang
Riwayat penyakit yang lengkap dapat mempermudah untuk mendeteksi
neuropati,pemeriksaan neuropatik dapat menilai abnormalitas pasa siste
gerak,sensasi,maupun kerusakan fungsi organ.perubahan pada refleks
dankuantitas otot dapat juga di nilai dari awal diagnostik,sangat penting untuk
mencari penyebab neuropati secara dini,karna hal tersebut dapat menurunkan
resiko kerusakan saraf menjadi kerusakan yang bersifat permanen
Pemeriksaan yang dapay di lakukan antara lain
a. Pemeriksaan kecepatan hantar saraf
Merupakan pemeriksaan untuk menilai kecepatan implus yang berjalan
sepangjang saraf dan mengukur respon terhadap aliran listrik.EMG menilai
aktifitas listrik pada jaringan otot dan di pergunakan untuk membedakan
neuropati dan kerusakan pada otot (imopati)
b. Biopsi
Ketika hasil EMG,kurang meyakingkan,maka biopsi jarigan otot atau jarigan
saraf di lakukan untuk memastikan diagnosa.pada biopsi akan di lihat
jaringan saraf atau otot secara mikroskop dan kemudian dianaliasa secara
kimiawi
c. EEG
lakukan untuk menilai aktivitas listrik pada otak dan di gunakan untuk
menilai fungsi otak dan mendeteksi serangan kejang (epilepsi)
d. fungsi lumbal
di lakukan untuk menganalisa cairan (CSF)pemeriksaan ini bermanfaat untuk
mencari sumber infeksi (seperti:menigitis),kenaikan atau penurunan kadar
CSF,atau untuk memeriksaan kadar protei dalam CSF
ASUHAN KEPERAWATAN MELIPUTI
A. Pengkajian
a. Tanggal pengkajian
b. Waktu
c. Ruang
I. Identitas
Nama, Umur, Jenis kelamin, Alamat, Pekerjaan, Tanggal masuk,No. RM,
Diagnosa Medis
II. Identitas Penanggung jawab
Nama, alamat, umur, pekerjaan, dan hubungan dengan pasien
Atin, R. (2015). Penatalaksanaan Fisioterapi pada Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Dextra di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Damayati, M. S. (2014). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Carpal Tunnel Syndrome Dextra Di Rsu
Aisyiyah Ponorogo (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta)
Mallapiang, F., & Wahyudi, A. A. (2015). Gambaran Faktor Pekerjaan dengan Kejadian Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) pada Pengrajin Batu Tatakan di Desa Lempang Kec. Tanete Riaja Kabupaten Barru
Tahun 2015. Al-sihah: The Public Health Science Journal, 7(1).