Anda di halaman 1dari 9

MODEL RAKTIK KEERAWATAN PROFESIONAL DI INDONESIA

Tugas

Digunakan sebagai salah satu syarat mengikuti mata kuliah manajemen keperawatan

Oleh :

Juslan (17.1457)

Nurhaliza (17.1459)

Satriana (17.1461)

Sitti maryam (17.1462)

Wawan kurniawan (17.1463)

Fitriani (17.1465)

Gamal abdul nasser (1817244001)

Irdamayanti (16.1423)

PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KEPERAWATAN FAKULTAS SAINS DAN


TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA 2020


Model Praktek Keperawatan Profesional Di Indonesia

Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat,
sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal. Indonesia juga berupaya
mengembangkan model praktik keperawatan profesional (MPKP).

Salah satunya dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr Cipto


Mangunkusumo (RSCM) sebagai rumah sakit pendidikan dan rumah sakit rujukan nasional.
Linda Amiyanti SKp dari RSCM memaparkan penerapan MPKP dalam seminar nasional
yang diselenggarakan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) pekan lalu.

“MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk
lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut,” jelas Linda.

Saat ini, praktik pelayanan keperawatan di banyak rumah sakit di Indonesia belum
mencerminkan praktik pelayanan profesional. Metoda pemberian asuhan keperawatan yang
dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan klien,
melainkan lebih berorientasi pada pelaksanaan tugas.

Dengan pengembangan MPKP, diharapkan nilai profesional dapat diaplikasikan


secara nyata, sehingga meningkatkan mutu asuhan dan pelayanan keperawatan. Dalam hal
ini, RSCM bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Mengingat keterbatasan jumlah dan pendidikan sumber daya perawat di Indonesia-


mayoritas tenaga keperawatan masih lulusan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK)-praktik
keperawatan profesional tidak bisa seperti yang dilakukan di negara maju. Yang dilakukan
adalah modifikasi keperawatan primer.

Penetapan jumlah tenaga keperawatan didasarkan jumlah klien/pasien dan derajat


ketergantungan klien. Jenis tenaga adalah perawat primer (PP) yang lulusan S1 keperawatan,
perawat asosiet (PA) lulusan D3 keperawatan, serta SPK. Tenaga lain adalah pembantu
keperawatan. Mereka berada dalam satuan tim yang dibimbing dan diarahkan oleh Clinical
Care Manager (CCM) yang merupakan magister spesialis keperawatan.
Tindakan yang bersifat terapi keperawatan dilakukan oleh PP, karena bentuk tindakan
lebih pada interaksi, adaptasi, dan peningkatan kemandirian klien yang perlu landasan konsep
dan teori tinggi. PP melakukan pertemuan dengan anggota tim kesehatan lain terutama
dokter. PP juga mengarahkan dan membimbing perawat lain serta bertanggung jawab atas
semua asuhan keperawatan yang dilakukan oleh tim pada sekelompok klien. Tugas PP
dibantu PA.

Tugas membersihkan meja klien, menyediakan dan membersihkan peralatan yang


digunakan, mengantar klien konsul atau membawa pispot ke dan dari klien dilakukan oleh
pembantu keperawatan.

Asuhan keperawatan dilakukan berdasar standar rencana keperawatan yang ada.


Ketua tim (PP) melakukan validasi terhadap diagnosis keperawatan klien berdasarkan
pengkajian yang dilakukan.

Standar rencana keperawatan yang sudah dikembangkan adalah untuk gangguan


sistem pernapasan (tuberkulosis paru, penyakit paru obstruktif kronik), gangguan sistem
pencernaan (sirosis hati), gangguan sistem kardiovaskuler (gagal jantung, hipertensi),
gangguan sistem perkemihan (gagal ginjal, glomerulonefritis) dan gangguan sistem imun
(AIDS).

Di ruang rawat penyakit dalam (IRNA B Lantai IV), tutur Linda, dari hasil perhitungan
diperlukan 24 perawat. Rinciannya tiga PP di samping kepala ruang rawat yang semuanya S1
keperawatan. Sisanya PA dengan pendidikan D3 keperawatan (tiga orang), dan SPK (17
orang)

Pelayanan keperawatan profesional mewujudkan dampak positif yang memungkinkan


pemberian asuhan keperawatan klien secara berkesinambungan dan dapat
dipertanggunggugatkan oleh perawat primer.

Secara kualitatif, PP ada kebanggaan profesional karena ada otonomi dan kesempatan
mengobservasi perkembangan klien secara berkesinambungan dan PA dapat bekerja lebih
terencana. Dokter merasa ada kerja sama yang lebih baik dibanding ruang lain yang tidak
menerapkan MPKP. Kepuasan klien dan keluarga lebih baik. Angka infeksi nosokomial
(infeksi yang ditularkan di rumah sakit) menurun. Juga dimulai kegiatan riset keperawatan
di tingkat ruang rawat.

Model dan bentuk praktik keperawatan profesional metode keperawatan primer

A. Pengertian
Model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari praktik
keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi, konsep dan teori
keperawatan.Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan
menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal.
Indonesia juga berupaya mengembangkan model praktik keperawatan profesional
(MPKP).

B. Tujuan Model Keperawatan


1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawata.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap anggota tim keperawatan.
C. Pelayanan Kesehatan Primer(Phc)
Dalam penilainan tahunannya tentang kesehatan dunia, para delegasi yang
menghadiri pertemuan ke 28 World Health Assembly di Geneva telah memutuskan
bahwa situasi global sekarang ini tidak sehat. Sejumlah contoh dari berbagai belahan
dunia telah meyakinkan mereka bahwa penggunaan suatu pendekatan yang disebut
PHC, dapat berkontribusi sangat besar dalam membebaskan seluruh masyarakat dari
penderitaan yang terabaikan, nyeri, ketidakmampuan dan kematian. Masyarakat
global dapat terjamin, banyak beban berat dari berbagai penderitaan dan kematian
yang tidak diinginkan oleh jutaan orang diseluruh dunia dapat dicegah melalui
penerapan konsep PHC (Bryant,1969;Newell,1975).
1. Metode Keperawatan Primer
Metode ini pertama kali diperkenalkan di Inggris oleh Lydia Hall (1963) ini
merupakan sistem dimana seorang perawat bertanggung jawab selama 24 Jam
sehari, 7 hari per minggu,ini merupakan metode yang memberikan perawatan
secara komprehensif, individual dan konsisten. Metode keperawatan primer
membutuhkan pengetahuan keperawatan dan keterampilan manajemen. Perawat
primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan
pasien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana
keperawatan, dan mengevaluasi keefektivitasan perawatan. Sementara perawat
yang lain menjalankan tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasi
perawatan dan menginformasikan tentang kesehatan pasien kepada perawat atau
tenaga kesehatan lainnya. Keperawatan Primer melibatkan semua aspek peran
profesional, termasuk pendidikan kesehatan, advokasi, pembuatan keputusan, dan
kesinambungan perawatan. Perawat primer merupakan manager garis terdepan
bagi perawatan pasien dengan segala akuntabilatas dan tanggung jawab yang
menyertainya.

Model dan Bentuk Praktik Keperawatan Profesional Metode Tim

Model dan Bentuk Praktik Keperawatan Profesional Metode Tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2-3 tim / grup yang terdiri dari tenaga profesional, tehnikal dan pembantu dalam satu
grup kecil yang saling membantu.

Kelebihan :
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberikan
kepuasan pada anggota tim.
Kelemahan :
a. Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk konferensi tim, membutuhkan waktu
dimana sulit melaksanakannya pada waktu-waktu sibuk. b. Akuntabilitas pada tim.

Konsep metode tim :


a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai tehnik
kepemimpinan.
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila didukung
oleh Kepala Ruang.

Tanggung jawab anggota tim :


a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggungjawabnya. b. Kerjasama
dengan anggota tim dan antar tim.
c. Memberi laporan.

Tanggung jawab ketua Tim :


a. Membuat perencanaan.
b. Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi.
c. Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien.
d. Mengembangkan kemampuan anggota.
e. Menyelenggarakan konferensi.

Tanggung jawab Kepala ruang :


a. Menentukan standar pelaksanaan kerja.
b. Supervisi dan evaluasi tugas staf
c. Memberi pengarahan ketua tim.
Uraian tugas Kepala Ruang :

a. Perencanaan
1. Menunjukkan ketua tim akan bertugas di ruangan masing-masing
2. Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
3. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien.
4. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan
kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan.
5. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
6. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis
yang dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
7. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan .
8. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
9. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
10. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan RS.
b. Pengorganisasian
1. Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2. Merumuskan tujuan metode penugasan
3. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
4. Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua tim
membawahi 2-3 perawat.
5. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari dll.
6. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
7. Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek Mendelegasikan tugas saat
kepala ruang tidak berada ditempat kepada ketua tim
8. Memberikan wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien
9. Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
10. Identifikasi masalah dan cara penanganan
c. Pengarahan
1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
2. Memberi pujian kepada anggota yang melaksanakan tugas dengan baik
3. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
4. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan
asuhan keperawatan pasien
5. Melibatkan bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya.
6. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
d. Pengawasan
1. Melalui komunikas : Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim
maupun pelaksanan mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
2. Melalui superfisi : Pengawasan langsung dan tidak langsung.
3. Evaluasi : Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim serta melakukan Audit
keperawatan.

Metode tim merupakan suatu model dan praktik keperawatan profesional dimana
seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas,
1984). Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai
kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul
motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan
keperawatan meningkat. Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus
berdasarkan konsep berikut:
a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik kepemimpinan.
b. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
c.Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila didukung
oleh kepala ruang.
DAFTAR PUSTAKA

Cobell, C. (1992), The Efficacy of Primary Nursing as a Fundation for Patient Advocacy
Nursing Practic ; 5 (3) : 2 – 5.
Douglas, LM. (1984) The Effective Nurse Leader and Manager, Second Edition St Luis ; The
C. V Mosby comp.
Gillies, D (1989) Nursing Management Company a System Approach, Philadelphia, WB
Saunders comp.

Priharjo, Robert.1995.Praktik Keperawatan Profesional Konsep Dasar Dan


Hukum.Jakarta:EGC

Ali, Zaidin,Haji.2001.Dasar-Dasar Keperawatan Profesional.Jakarta:Widya Medika

Ali, Zaidin,Haji.2001.Pengantar Keperawatan Profesional.Jakarta:Widya Medika

Anderson, T Elizabeth Judith Mc Farlane.2006.Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori


dan Praktik.Jakarta:EGC

Indonesian nurse, may 19, 2008..www.kompas.com

Anda mungkin juga menyukai