Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PERSIAPAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG IBS RSUD


PROF. DR. SOEKANDAR MOJOKERTO

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1:

DYAH NITA S.
IMROATUL MUFIDAH
M. ROBIT HASANI
ROSA BURHANUDIN. A
SRI RAHAYU

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES PEMKAB JOMBANG
TAHUN 2014 / 2015
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) mengenai persiapan pasien pre operasi di Ruang
IBS RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojokerto sesuai dengan praktek yang dilakukan oleh
Kelompok 1:
1. DYAH NITA S.
2. IMROATUL MUFIDAH
3. M. ROBIT HASANI
4. ROSA BURHANUDIN. A
5. SRI RAHAYU
Sebagai syarat pemenuhan tugas Praktek Pendidikan Profesi Ners semester 2
STIKES PEMKAB JOMBANG yang dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2015.
Telah disetujui dan dilaksanakan pada:
Hari :
Tanggal : Maret 2015

Mojosari, Maret 2015

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Ruangan


IBS RSUD Prof. Dr. Soekandar
Mojokerto

Hj. Anis Satus S. S.Kep.,Ns.M.Kes


Aminudin Aziz S. Kep, Ns

Kepala Ruangan
IBS RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojokerto

H. Akhmad Zaini, S. Kep, Ns


SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Bidang Study : Keperawatan Gawat Darurat


Topik : Persiapan pasien pre operasi
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
Tempat : Ruang IBS RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojokerto
Hari/Tanggal : Jumat 20 Maret 2015
Pukul : 09.00 – 09.45 WIB
Waktu : 45 menit

I. TUJUAN :
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 45 menit diharapkan para
masyarakat dapat mengetahui dan memahami persiapan pre operasi serta
mengetahui dan mengerti dengan jelas akibat jika persiapan operasi kurang
diperhatikan.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan:
1. Pasien kooperatif sebelum dan sesudah operasi
2. Pesiapan mental dan fisik yang optimal
3. Bahan pertimbangan pra dan pasca bedah

II. MATERI
1. Pengertian perawatan pre operasi
2. Persiapan pasien pre operasi
 Persiapan mental
 Persiapan fisik
III. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
IV. MEDIA
1. Leaflet

V. PENGORGANISASIAN
Moderator : Sri Rahayu
Penyaji : Imroatul Mufidah
Fasilitator : M. Robit Hasani
Observer : Rosa Burhanudin A.
Notulen : Dyah Nita S.

VI. JOB DISCRIPTION


1. Moderator :
a. Memperkenalkan diri
b. Menjelaskan tujuan penyuluhan
c. Menjelaskan kontrak waktu dan aturan main/mekanisme penyuluhan
d. Menyebutkan topik materi yang akan diberikan
e. Memberikan kesempatan kepada keluarga klien untuk bertanya tentang materi
yang telah diberikan
f. Memberikan kesempatan kepada penyaji atau fasilitator untuk menjawab
pertanyaan dari keluarga klien
g. Melakukan feedback atau menanyakan kembali kepada keluarga klien tentang
materi yang telah diberikan
h. Memberikan reward atas keaktifan dan kemampuan keluarga klien dalam
menjawab pertanyaan dari moderator
i. Memberikan kesempatan kepada pembimbing untuk memberikan masukan
atau tambahan materi kepada peserta penyuluhan
j. Menyimpulkan kembali materi penyuluhan
k. Mengucapkan terima kasih atas partisipasi keluarga klien selama acara
penyuluhan mulai awal hingga akhir
l. Mengucapkan salam sebagai penutup acara
2. Penyaji :
a. Menggali pengetahuan atau pengalaman keluarga klien tentang persiapan
operasi
b. Menjelaskan materi penyuluhan :
1. Pengertian perawatan pre operasi
2. Persiapan pasien pre operasi
 Persiapan mental
 Persiapan fisik
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh
keluarga klien.
3. Fasilitator :
a. Mempersiapkan setting tempat dan media/alat untuk penyuluhan
b. Memanggil dan mempersilakan keluarga klien untuk menepati
ruang yang telah disediakan
c. Memberikan daftar hadir peserta penyuluhan untuk diisi oleh
keluarga klien
d. Memfokuskan perhatian peserta penyuluhan/keluarga klien pada
materi yang disampaikan
e. Memberikan motivasi kepada peserta penyuluhan untuk
mengajukan pertanyaan
f. Membantu penyaji dalam memberikan jawaban atas pertanyaan
dari peserta penyuluhan
g. Membagikan leaflet kepada seluruh peserta penyuluhan setelah
penutupan
4. Observer : mengobservasi tugas dari masing-masing peran dan jalannya acara
penyuluhan mulai awal (persiapan), proses pelaksanaan hingga akhir acara
(penutupan).
PENATALAKSANAAN KEGIATAN
No. Kegiatan Penyuluhan Waktu Kegiatan Peserta
1 Pembukaan 5 Menit Menjawab salam,
1. Membuka kegiatan dengan memperhatikan,
mengucapkan salam berpartisipasi aktif dan
2. Memperkenalkan diri mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
2 Pelaksanaan 15 Menit Memperhatikan dan
1. Menjelaskan Pengertian mencatat penjelasan
perawatan pre operasi dari pemberi materi
2. Menjelaskan Persiapan pasien dengan cermat
pre operasi
 Persiapan mental
 Persiapan fisik

3 Evaluasi 15 Menit Menanyakan hal-hal


1. Memberikan kesempatan pada yang belum jelas.
peserta (pasien dan keluarga)
untuk bertanya Memperhatikan
2. Menanyakan kepada peserta
(pasien dan keluarga) tentang
materi yang diberikan
3. Memberikan reinforcement
kepada peserta (pasien dan
keluarga) atas jawaban yang
diberikan
4 Penutup 10 Menit Mendengar dan
Mengucap kanterima kasih atas menjawab salam
perhatian dan peran serta
VII.KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
 Kesiapan materi
 Kesiapan SAP
 Kesiapan media : leaflet
 Peserta hadir ditempat penyuluhan
 Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang IBS RSUD Prof. Dr.
Soekandar Mojokerto
 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
 Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.
 Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
 Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
 Suasana penyuluhan tertib
 Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
Pasien dan keluarga pasien dapat :
a. Menjelaskan pengertian perawatan pre operasi
b. Menjelaskan Persiapan pasien pre operasi
 Persiapan mental
 Persiapan fisik
MATERI
PERSIAPAN PASIEN PRE OPERASI

A. PENGERTIAN
Persiapan Pre operasi adalah dimulai sejak pasien diputuskan untuk operasi sampai
pengiriman pasien ke ruang operasi. Keperawatan pre operatif merupakan tahapan
awal dari keperawatan perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara
keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase ini merupakan
awalan yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya.
Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya.
Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan
psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.

B. PERSIAPAN PASIEN PRE OPERASI


Secara umum persiapan pasien sebelum pembedahan dapat dilakukan pada ruang
perawatan dan ruang operasi. Selain itu sebelum memasuki ruang operasi pasien
berada diruangan khusus untuk pemeriksaan ulang dan dimanfaatkan untuk
pemeriksaan akhir sebelum masuk ke meja operasi, seperti pemeriksaan tekanan darah,
nadi, pernafasan, dan evaluasi dari dokter anestesi. Persiapan pasien ini terdiri dari
berbagai macam untuk mendapatkan proses dan hasil pembedahan yang baik serta
mengurangi resiko terjadinya komplikasi. Persiapan prabedah pada pasien tersebut
antara lain:
1. Persiapan mental:
Persiapan mental merupakan hal yang penting dalam proses persiapan operasi
karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi
fisiknya. Kecemasan merupakan reaksi normal yang dapat dihadapi dengan sikap
terbuka dan penerangan yang cukup. Tindakan pembedahan merupakan ancaman
potensial maupun aktual pada integeritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi
stres fisiologis maupun psikologis. (Barbara C. Long).

Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan atau ketakutan antara
lain; sulit tidur dan tekanan darah meningkat (pada pasien hipertensi) dan menstruasi
lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda (pada wanita).
Berbagai alasan yang dapat menyebabkan kecemasan pasien dalam menghadapi
pembedahan antara lain : Takut nyeri setelah pembedahan (body image), takut
keganasan, takut cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain, takut ngeri
menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas, dan takut operasi
gagal.

Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan


keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang
sebelumnya telah disetujui. Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang
penting untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga orang terdekat pasien.
Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien.
Keluarga dapat mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan dukungan
dengan kata-kata yang menenangkan hati dan meneguhkan keputusan pasien untuk
menjalani operasi.

Peranan dokter dan dibantu perawat dalam memberikan dukungan mental dapat
dilakukan dengan membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang
dijalani sebelum operasi, memberikan informasi tentang waktu operasi, hal-hal yang
akan dialami selama proses operasi, dan menunjukkan tempat kamar operasi. Dengan
mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan pasien menjadi lebih
siap menghadapi operasi. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas, misalnya: jika
pasien harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan sampai kapan,
manfaatnya untuk apa. Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap,
kecemasan pasien akan dapat diturunkan.

Untuk menimbulkan kenyamanan lagi, dokter memberi kesempatan pada pasien dan
keluarganya untuk menanyakan tentang segala prosedur yang ada. Dokter juga dapat
mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain
karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.

2. Persiapan Fisik
Selain mempersiapkan mental, waktu dan biaya, pembedahan berencana juga
mewajibkan pasien untuk menyiapkan kondisi fisik demi lancarnya operasi yang akan
berlangsung. Persiapan tersebut meliputi:
a. Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status
kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti
kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap,
antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan,
fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain.
Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur
yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks
sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat
stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.
b. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat
badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di
koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk
perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami
berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih
lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah
infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa
menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius
pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.
c. Kebersihan lambung dan kolon (Puasa)
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi
keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan
dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan
enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya
puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung
dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke
paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga
menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien
yang menbutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu
lintas. Maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan
NGT (naso gastric tube).
d. Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya
infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak
dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga
mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun
demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran
sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan. Tindakan
pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai
menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien di berikan
kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman.
Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah
yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan
pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha.
Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi pemasangan plate
pada fraktur femur, hemoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan,
pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum
pembedahan.
e. Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena
tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan
infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat
diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih
seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal
hygiene secara mandiri maka perawat akan memberikan bantuan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene.
DAFTAR PUSTAKA
Pedersen W.G.1996. Alih Bahasa Purwanto, Basoeseno. Buku Ajar Praktis BEDAH
MULUT. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Archer W. H. 1975. Oral and Maxillofacial Surgery 5th ed. W.B. Saunders.
DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHAN

DI RUANG IBS RSUD Prof. Dr. SOEKANDAR MOJOKERTO

No. Nama ALAMAT TTD

1. 1.

2. 2.

3. 3.

4. 4.

5. 5.

6. 6.

7. 7.

8. 8.

9. 9.

10. 10.

11. 11.

12. 12.

13. 13.

14. 14.

15. 15.

Anda mungkin juga menyukai